3
Journal of Tropical Animal Production OPEN ACCES Freely Available Online
Vol 20, No. 1 pp. 16-28, Juni 2019
ABSTRAK
Rumen adalah ekosistem yang sangat kompleks serta mengandung berbagai jenis mikroba.
Kinerja ruminansia tergantung pada aktivitas mikroorganisme mereka untuk memanfaatkan
asupan pakan. Namun demikian, aktivitas mikroba rumen juga merupakan sumber utama
pembentukan gas metan dari bidang pertanian yang mengakibatkan efek rumah kaca. Protozoa
rumen dengan penampilan yang cukup mencolok dianggap memiliki peran penting pada
ruminansia sebagai hospes. Namun, terlepas dari kenyataan bahwa protozoa dapat
menyumbang hingga 50% biomassa di rumen, peran protozoa sebagai salah satu mikroba
dalam ekosistem rumen masih belum jelas. Meskipun peran protozoa masih belum jelas,
namun protozoa dalam rumen terbukti memiliki hubungan dengan methanogen dan telah
terbukti bahwa protozoa secara tidak langsung terlibat dalam produksi gas metan. Methanogen
adalah satu-satunya mikroorganisme yang diketahui mampu memproduksi metan. Karena
protozoa adalah penghasil hidrogen besar, yang digunakan sebagai substrat oleh simbion
metanogennya untuk mengurangi karbon dioksida menjadi metana, dengan demikian dapat
diasumsikan bahwa defaunasi mengurangi metanogenesis dengan jalan menurunkan kepadatan
methanogen. Tulisan ini mencoba untuk mengevaluasi informasi terkini tentang peran
protozoa di ekosistem mikroba rumen dan dampaknya terhadap lingkungan.
How to cite : Yanuartono., Nururrozi, A., Indarjulianto, S., & Purnamaningsih, H. 2019. Peran
Protozoa pada Pencernaan Ruminansia dan Dampak Terhadap Lingkungan. TERNAK
TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 20, No 1 (16-28)
ABSTRACT
The rumen is a highly complex ecosystem that contains different microbial species. Ruminant’s
performance depends on the activities of their microorganism to utilize the dietary feeds.
However, rumen microbial activity is also a major source of the greenhouse gas methane in
agriculture. Rumen protozoa with their striking appearance were assumed to be important for
the welfare of their host. However, despite the fact that protozoa can contribute up to 50% of
the bio-mass in the rumen, the role of protozoa in rumen microbial ecosystem remains unclear.
Although the role of protozoa remains unclear, however, protozoa in the rumen found to have
such a relationship with methanogens and It has been proven that protozoa are indirectly
involved in methane production. Methanogens are the only known microorganisms capable of
methane production. Because protozoa are large producers of hydrogen, which is used as
substrate by their methanogen symbionts to reduce carbon dioxide to methane, it is assumed
that defaunation decreases methanogenesis by reducing the density of methanogens. Here we
evaluate recent information on the role of protozoa in the rumen microbial ecosystem and its
impact on the environment.
rumen, namun peran mereka dalam tersebut diatas, Nagaraja (2016) menyatakan
fermentasi maupun kontribusinya terhadap bahwa Holotrichid bersilia adalah protozoa
metabolisme dan nutrisi bagi hospes masih pengguna utama gula terlarut sedangkan
menjadi kontroversi dari banyak ahli (Santra sebagian besar entodiniomorph
et al., 2007). Penelitian penelitian lain pada memanfaatkan berbagai macam substrat.
berbagai spesies ruminansia setelah tahun Hampir semua jenis entodiniomorph
tahun tersebut menunjukkan bahwa mampu mencerna partikel tanaman pakan
protozoa sebenarnya juga memiliki peran serta memanfaatkan karbohidrat dari
yang penting pada ruminansia. dinding sel.
Keberadaan protozoa di dalam rumen Peran positif protozoa dalam rumen
dapat mempengaruhi jumlah, jenis bakteri lebih banyak ditunjukkan pada kerbau
rumen, proporsi dan konsentrasi asam lemak dibandingkan dengan sapi (Jabari et al.,
volatile, pH rumen serta konsentrasi amonia. 2014). Hasil penelitiannya menunjukkan
Protozoa juga berkontribusi secara langsung bahwa aktivitas pencernaan serat in vitro
pada proses pencernaan dan pemecahan dan produksi gas protozoa rumen kerbau
materi organik dalam rumen. Dampak Khuzestan lebih tinggi dibandingkan dengan
apapun, baik positif maupun negatif, secara sapi Holstein. Hal tersebut kemungkinan
langsung ataupun tidak langsung, protozoa disebabkan karena protozoa dalam rumen
kemungkinan memiliki pengaruh terhadap kerbau Khuzestan lebih bervariasi
fungsi rumen secara keseluruhan. Salah satu dibandingkan sapi Holstein dengan
dampak protozoa dalam rumen yang pemberian diet yang sama (Franzolin et al.,
dianggap merugikan adalah sifat protozoa 2010). Aktivitas pencernaan selulose oleh
yang menggunakan bakteri dalam rumen protozoa dalam rumen kerbau lebih tinggi
sebagai sumber pakannya. Protozoa bersilia jika dibandingkan dengan sapi. Namun
dalam rumen memakan bakteri rumen demikian masih banyak peran protozoa
sehingga mengakibatkan peningkatan daur dalam pencernaan serat untuk berbagai jenis
ulang mikroba N dalam rumen dan ruminansia dengan pemberian berbagai
penurunan suplai asam amino ke usus jenis pakan yang perlu dievaluasi. Tulisan
sebesar 20-28%. Miresan et al. (2006) selanjutnya akan membahas berbagai
menyatakan bahwa protozoa berperan penelitian yang menyangkut defaunasi,
penting sebagai penghasil protein karena interaksi mikroflora dan fauna dalam rumen
mengonsumsi bakteri sehingga menjadi serta dampak protozoa dalam rumen
protein protozoa yang lebih mudah dicerna terhadap lingkungan.
serta memiliki nilai biologis yang lebih Interaksi mikroflora dan fauna dalam
tinggi. rumen serta dampak terhadap
Meskipun dianggap tidak banyak lingkungan
berperan, akan tetapi kemungkinan protozoa Mikroorganisme dalam rumen hidup
mempunyai andil dalam proses fermentasi dalam interaksi antar mikroorganisme, baik
karena memiliki kemampuan mendegradasi yang bersifat sinergis maupun antagonis
komponen utama pakan. Salah satu protozoa (Lee et al., 2000). Selain memberikan
bersilia yang memiliki peran penting dalam nutrisi pada mikroba, ruminansia juga ikut
rumen adalah Diploplastron affine. Protozoa berkontribusi dalam pemeliharaan kondisi
tersebut umum terdapat pada hewan ternak fisik dan kimia untuk mengoptimalkan
dan memiliki kemampuan mencerna fermentasi pakan oleh mikroba. Sebagai
selulosa serta karbohidrat asal bijian gantinya, mikroorganisme menyediakan
(Wereszka and Michałowski, 2012). Lebih kebutuhan energi, protein, protein dan
lanjut, holotrich protozoa, meskipun dalam vitamin untuk ruminansia (Nagaraja, 2016).
jumlah yang sedikit juga memiliki enzim Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas
yang bertanggung jawab untuk degradasi dan pertumbuhan populasi mikroorganisme
selulosa dan hemiselulosa. Selain hal rumen adalah pH, temperatur, tekanan
osmosis, kandungan bahan kering dan utama rumen. Uraian tersebut menunjukkan
potensi reduksi-oksidasi. Nilai pH rumen bahwa penelitian menghasilkan kesimpulan
normal berkisar 5,5-7 dan fluktuasi pH adanya keterkaitan erat antara bakteri dan
rumen dapat terjadi karena jenis pakan, protozoa dalam rumen. Hal tersebut
frekuensi serta waktu mencerna pakan. menunjukkan bahwa keseimbangan antara
Temperatur rumen relatif konstan (38-400 bakteri, protozoa dan kemungkinan jamur
C) dan dapat meningkat hingga 410 C, pada dalam rumen harus selalu terjaga.
saat terjadi fermentasi aktif setelah proses Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mencerna pakan. Peningkatan temperatur methanogen didominasi oleh
rumen hingga diatas 400 C menyebabkan Methanobrevibacter spp. dengan jumlah
protozoa tidak dapat bertahan hidup sekitar 2/3 dari total Archaea dalam rumen
(Dehority, 2005). Dengan demikian dapat (Janssen and Kirs, 2008). Di antara hewan
dinyatakan bahwa kinerja ruminansia secara ternak, metan paling banyak diproduksi oleh
keseluruhan sangat tergantung pada ruminansia, karena methanogen mampu
aktivitas mikroorganisme dalam menghasilkan metan secara bebas melalui
memanfaatkan pakan yang terkonsumsi. proses normal pencernaan pakan. Saat ini
Mikroorganisme dalam rumen seperti metan yang dihasilkan dari industri
bakteri, jamur, dan protozoa bertanggung peternakan menjadi keprihatinan banyak
jawab terhadap 50 sampai 82% degradasi kalangan terutama para pemerhati
dinding sel hijauan pakan ternak. Meskipun lingkungan. Hal tersebut disebabkan karena
kompetisi pemanfaatan substrat tinggi di metan bersama dengan karbon dioksida
rumen, akan tetapi sinergisme dan simbiosis (CO2) dan nitrous oksida (N2O) merupakan
antar berbagai kelompok mikroorganisme gas yang bertanggung jawab terhadap
membuat pemanfaatan substrat lebih efisien pemanasan global (Olesen et al., 2006).
(Lee et al., 2000). Jumlah dan jenis bakteri Secara umum, gas metan dihasilkan oleh 2
rumen dipengaruhi oleh keberadaan jenis metanogen, yang pertama adalah
protozoa di dalam rumen. Lebih lanjut, Irbis metanogen dengan pertumbuhan lambat (
and Ushida (2004) menyatakan bahwa sekitar 130 jam) dan menghasilkan metan
produk fermentasi protozoa serupa dengan dari asam asetat. Sedangkan jenis yang ke
yang dihasilkan oleh bakteri, khususnya dua adalah metanogen dengan pertumbuhan
asetat, butirat dan hydrogen, selain itu, yang cepat (4-12jam).
protozoa dalam rumen juga ikut berperan Lebih lanjut menurut Martin et al.
dalam proses metanogenesis sebagai (2008), gas metan pada ruminansia berasal
penyedia hidrogen bagi bakteri metanogen dari dua sumber yaitu dari hasil fermentasi
dalam rumen. saluran pencernaan (enteric fermentation)
Oleh sebab itu, bakteri metanogen dan kotoran (faeces). Fermentasi dari
sering ditemukan hidup menempel pada pencernaan menyumbang sebagian besar
permukaan protozoa rumen untuk tetap emisi gas metan yang dihasilkan oleh
mendapatkan suplai hidrogen secara industri peternakan. Pembentukan gas
konstan. Penurunan populasi protozoa metan di dalam rumen merupakan hasil
dalam rumen dapat mengurangi produksi akhir dari fermentasi pakan. Metan sebesar
metana dan meningkatkan efisiensi 80% - 95% diproduksi di dalam rumen dan
pemanfaatan energi serta pemanfaatan 5% - 20% dalam usus besar. Gas metan
protein mikroba untuk ruminansia, sehingga yang dihasilkan dalam rumen dikeluarkan
diharapkan dapat meningkatkan produksi melalui mulut ke atmosfir. Kegiatan
hewan secara keseluruhan (Martin et al., peternakan yang bersumber dari aktivitas
2010). Namun demikian, menurut Mosoni et pencernaan ternak dan pengelolaan kotoran
al., (2011) penurunan populasi protozoa ternak setidaknya menyumbangkan 24,1%
juga berdampak negatif terhadap dari dari total emisi yang berasal dari sektor
pencernaan serat yang merupakan fungsi pertanian (Madsen et al., 2010; Broucek,
2014). Efek gas rumah kaca yang dihasilkan metan dari ternak ruminansia merupakan
oleh kegiatan peternakan sebagian besar suatu strategi untuk mengurangi emisi gas
adalah gas metan yang dampaknya 21 kali rumah kaca dan sebagai sarana untuk
lebih berbahaya dibandingkan dengan CO 2. meningkatkan efisiensi pakan sehingga akan
Dalam siklus industri peternakan bermanfat secara nyata pada sektor
ruminansia, pembibitan sapi menyumbang perekonomian dari usaha peternakan
sekitar 80% dari total emisi gas rumah kaca ruminansia dan perbaikan kesehatan
sedangkan sistem penggemukan hanya lingkungkan (Martin et al., 2008).
sekitar 20%. Sekitar 84% gas metan yang Defaunasi rumen
dihasilkan saluran pencernaan berasal dari Defaunasi merupakan istilah
industri pembibitan sapi dan sebagian besar penghilangan mikrofauna protozoa dari
berasal dari sapi dewasa (Beauchemin et al., rumen dengan berbagai macam cara. Lebih
2010). Secara lebih rinci, McMichael et al. lanjut, penghilangan populasi protozoa
(2007) menyebutkan bahwa industri dalam rumen tersebut ditujukan untuk
peternakan seperti sapi, kambing dan domba meningkatkan produktivitas ruminansia
menghasilkan sekitar 86 juta metrik ton yang diberi pakan kualitas rendah dengan
(Tg/Teragrams) per tahun. Dari jumlah meningkatkan jumlah protein mikroba yang
tersebut sekitar 18,9 Tg berasal dari sapi mengalir ke dalam abomasum dan usus
perah, 55,9 Tg dari sapi potong dan 9,5 Tg halus (Gebeyehu and Mekasha 2013).
berasal dari domba/kambing. Efek dari defaunasi dalam rumen telah
Sekitar 10% sampai 15% total industri banyak diteliti selama beberapa dekade
peternakan ruminansia yang memberikan sebagai usaha untuk meningkatkan produksi
kontribusi emisi gas metan berasal dari hewan dan pemanfaatan sumber daya lokal
penanganan dan penyimpanan limbah atau produk samping hasil hasil pertanian.
faeces (Hindrichsen et al., 2006; Madsen et Banyak metode percobaan dalam penelitian
al., 2010). Sedangkan menurut Patra (2012), defaunasi seperti penambahan bahan kimia
kontribusi emisi gas metan subsektor ke dalam pakan (Santra and Karim, 2000),
peternakan secara global memberikan pencucian rumen, pengosongan rumen
kontribusi sebesar 12% dari emisi total (Gebeyehu and Mekasha 2013), perubahan
seluruh dunia. Melalui proses pakan (Aban and Bestil, 2016) dan
metanogenesis oleh bakteri metanogenik, membesarkan hewan dalam isolasi. Saat ini
CO2 direduksi dengan H2 membentuk metan yang banyak dilakukan adalah pendekatan
yang keluar melalui eruktasi (sekitar 83%), secara imunologi untuk mengurangi atau
pernapasan (sekitar 16%) dan anus (sekitar bahkan menghilangkan populasi protozoa di
1%). Lebih lanjut, menurut Muñoz et al. rumen, akan tetapi, metode metode tersebut
(2012), persentase gas metan yang tampaknya tidak praktis untuk digunakan di
dikeluarkan oleh hewan ruminansia pada peternakan ruminansia.
saat bersendawa sekitar 8 - 13 % dari pakan Defaunasi dengan penambahan bahan
yang dikonsumsi oleh hewan tersebut. kimia ke dalam pakan telah banyak
Faktor-faktor yang telah diteliti dan dilakukan. Qin et al. (2012) telah melakukan
diketahui mampu mempengaruhi jumlah penelitian in vitro yang ditujukan untuk
produksi gas metan pada ruminansia adalah mengkaji efek defaunasi pada karakteristik
genetik, jumlah asupan pakan, kualitas dan fermentasi ruminansia, produksi CH4 dan
jenis pakan, konsumsi energi, ukuran tubuh degradasi oleh mikroba rumen saat
hewan, laju pertumbuhan dan kondisi diinkubasi dengan bijian yang ditambah
lingkungan (Hegarty, 2004; Shibata and Sodium lauryl sulphate dengan konsentrasi
Terada, 2010). 0,000375 g/ml sebagai reagen defaunasi.
Melihat kenyataan tersebut diatas, Inkubasi berlangsung secara anaerobik
upaya menghambat proses metanogenesis sampai 12 jam pada temperatur 390 C. hasil
melalui upaya penurunan produksi gas penelitian tersebut menunjukkan bahwa
defaunasi dapat secara luas memodifikasi sampai 20%. Menurut Tavendale et al.
pola fermentasi in vitro sehingga (2005) dan Patra and Saxena (2010),
menurunkan emisi gas metan. Modifikasi penurunan tersebut kemungkinan
pola fermentasi tersebut dikaitkan dengan disebabkan oleh efek penghambatan
perubahan keseimbangan mikroflora dalam produksi metan dari metanogen, protozoa
rumen yang diakibatkan oleh protozoa yang dan mikroba penghasil hidrogen yang lain.
tereliminasi. Penelitian oleh Abdl-Rahman Isi rumen diambil dan permukaan
et al. (2010) in vitro menunjukkan hasil dalam rumen dengan air dan formalin 15%.
yang sama kecuali reagen yang digunakan Empat hari setelah perlakuan konsentrasi
adalah kombinasi Sodium Lauryl Sulphate gas metan meningkat dan hal tersebut
dengan Fumaric Acid. menunjukkan bahwa fungsi fermentasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berjalan dengan cepat tanpa adanya
kombinasi tersebut dapat menurunkan inokulasi dari rumen normal. Rumen domba
metanogenesis yang ditunjukkan dengan domba penelitian menunjukkan bebas
peningkatan produksi asam propionat, ATP protozoa selama 16 sampai 24 hari. Semua
dan mikroba dalam rumen. Metode feed domba mulai terkontaminasi protozoa
aditif juga telah banyak dikembangkan spesies Entodinium setelah hari ke 24.
dalam proses defaunasi. Feed aditif Metode pengosongan rumen dan retikulum,
digunakan untuk menurunkan produksi pencucian omasum reticulum dan rumen
metan dan sampai saat ini yang dianggap dengan air hangat yang diikuti dengan
terbaik adalah ionofor. Ionofor seperti pemanasan sampai 700C serta penambahan
monensin, lasalocid, laidlomycin, Dioctyl sodium sulphosuccinate (OT
salinomycin dan narasin merupakan aerosol) 1g/kg digesta akan mengakibatkan
senyawa antimikroba yang digunakan hilangnya semua spesies protozoa bersilia
sebagai pakan tambahan untuk dalam rumen dan retikulum pada domba
meningkatkan efisiensi produksi (Tadesse, dalam jangka waktu 70 hari.
2014). Dampak ionofor pada produksi Metode manipulasi ekosistem rumen
metan dalam rumen berhubungan langsung dapat dilakukan melalui pengolahan pakan
dengan populasi protozoa bersilia yang untuk meningkatkan ketersediaan energi
dapat beradaptasi dengan ionofor yang dan meningkatkan protein melalui
terdapat dalam konsentrat (Guan et al., pemberian pakan tambahan yang dapat
2006). menstimulasi pertumbuhan serta aktivitas
Penelitian in vitro yang dilakukan oleh mikroba rumen guna meningkatkan
Busquet et al. (2005) menunjukkan bahwa kecernaan dan efisiensi penggunaan pakan.
pemberian minyak bawang putih dengan Metode tersebut diatas tampaknya lebih
dosis 300 dan 3000 mg/L serta bensil aman diterapkan karena protozoa pada
salisilat dengan dosis 300 dan 3000 mg/L umumnya lebih sensitif terhadap perubahan
akan menghambat produksi gas metan dan pakan dibandingkan dengan bakteri.
meningkatkan efisiensi penggunaan energi Penelitian terbaru telah membuat kemajuan
dalam rumen. Dalam penelitian tersebut gas cukup signifikan dengan mengoptimalkan
metan mengalami penurunan produksi potensi nutrisi untuk menurunkan
sebesar 19,5% disertai dengan penurunan metanogenesis ruminansia, terutama dengan
asam asetat dan peningkatan asam menggunakan ekstrak tumbuhan alami,
propionat. Bioaktif atau antinutrisi tanaman asam organik, tannin terkondensasi,
seperti tannin dan saponin juga digunakan meningkatkan rasio bijian: serat dalam
dalam usaha untuk menurunkan produksi pakan, dan suplemen lemak.
gas metan dalam rumen. Hasil penelitian Namun demikian, sampai saat ini hasil
Waghorn et al. (2008) dan Mohammed et al. penelitian tersebut tidak ada yang mampu
(2011) menunjukkan bahwa tannin memiliki memenuhi kriteria seperti yang diharapkan
kemampuan menurunkan emisi gas metan dalam aplikasinya. Penelitian oleh