dengan waktu setelah makan, diantara hari kehari pada terrnak yang sama, dan
variasi ini tampak pada ternak di negara yang berbeda walaupun dengan pakan
yang sama. Hasil akhir dari fermentasi adalah sama. Untuk alasan ini, hanya
fermentasi rumen yang akan dibahas oleh Preston dan Leng (1987) seperti
dalam rumen sangatlah kompleks dan tidak selalu menguntungkan ternak inang.
rasio asam amino-energy nutrisi yang terserap dari suatu proses pencernaan. Akan
biomassa bakteri dan fungi di dalam rumen bila ternak diberi pakan berserat tinggi
dan itu berarti menurunkan kecepatan cerna pakan berserat tinggi. Interaksi antara
pakan dengan keadaan ternak faunasi (masih dihuni protozoa) atau unfaunasi
(tanpa protozoa dalam rumen) belum diketahui dengan baik dan pakan berserat
Sebagian organisme tumbuh pada produk akhir dari metabolisme yang lain.
Proses fermentasi beruntun yang melibatkan organisme dari spesies berbeda yang
tampaknya sedikit yang bisa dikerjakan untuk memanipulasi asosiasi ini, selain
bebas mengambang didalam larutan cairan rumen (Coleman, 1975) dan akhirnya
kondisi pakan dengan kecernaan yang tinggi, kondisi ini barangkali tidak begitu
jelas, tetapi sebaliknya dengan pakan yang rendah kecernaannya, proses makan
bakteri ini akan meningkatkan fase yang dibutuhkan dalam proses degradasi
larutan gula dan tepung (pati), menyimpan karbohidrat ini didalam dinding selnya.
Pada kondisi ini, protozoa sangat mengurangi asidosis pada beberapa jenis pakan.
Pada pakan yang berbahan dasar gula (misal batang tebu) biomasa protozoa
yang tampak dari bahan kering meningkat 18% bila tidak ada protozoa (Soetanto,
memanipulasi pakan harus dilihat dari adanya interaksi antara protozoa, bakteri
dan fungi. Contoh pemberian pakan berkonsentrat pada ruminansia pada ternak
yang diberi pakan roughage sering menurunkan konsumsi roughage. Akibat yang
efektif pemberian konsentrat atau molasses blok pada ternak yang diberi pakan
kompleks dan hasil penelitian dalam manipulasi rumen yang tidak mengukur
pengaruhnya terhadap biomasa protozoa, bakteri dan fungi akan sangat sulit
dijelaskan.
ternak inang. Populasi protozoa dalam jumlah besar didalam rumen telah
melalui menurunnya rasio asam aminoenergi dari produk cerna yang diserap.
biomasa bakteri dan fungi dalam rumen dari ternak yang diberi makan pakan
berserat tinggi, dan hal tersebut mungkin mengurangi kecepatan pencernaan dari
pakan berserat. Interaksi pakan dengan keadaan / kondisi faunasi dan defaunasi
belum diketahui dengan baik, dan pakan berserat yang rendah by-pass proteinnya
adalah satu-satunya dimana ternak ruminansia akan lebih efisien dalam kondisi
defaunasi.
Menurut Preston dan Leng (1987) ada beberapa jalan dimana protozoa
sapi yang berpuasa selama satu hari. Sekresi kimia tertentu yang
lebih rendah dari yang diambil campuran isi rumen setelah pemotongan
Pada saat ruminasi bolus yang mengandung bakteri, protozoa dan partikel
partikel yang lebih besar tampaknya tertahan pada bolus, bila ditelan akan
masuk ke rumen.
dicapai (Bird, 1988). Menurut Bird (1988) ada 4 cara untuk membuat ruminansia
Ternak yang baru lahir tidak mempunyai protozoa dalam rumennya dan
tidak membutuhkan protozoa dalam minggu pertama setelah lahir. Oleh karena itu
ternak yang baru lahir ini dipisahkan dari induknya dan dipelihara di kandang
isolasi maka selanjutnya tetap bebas dari ciliata. Teknik ini telah banyak
dipergunakan sejak dulu (Pounden and Hibbs, 1950, Eadie and Gill, 1971). Yang
perlu diperhatikan oleh peneliti adalah pada saat ternak kontrol diinokulasi dengan
cairan rumen, ia akan menerima tidak hanya protozoa tapi juga menerima
dipertanyakan apakah ternak bebas ciliata yang dipisahkan dari induk 52 pada saat
lahir mempunyai populasi mikroba yang “normal” pada rumennya. Eadie and Gill
bahan kimia adalah metode yang paling sederhana dan potensial untuk
mendapatkan ternak yang bebas ciliata. Bahan kimia yang sudah dipergunakan
(manoxol) (Abou Akkada dkk., 1962), nonyl phenol ethoxylate (Bird and Leng,
1978) dan sodium lauryl diethoxy sulphate (Burggraaf and Leng, 1980). Akan
tetapi bahan kimia ini tidak spesifik meracun terhadap protozoa dalam rumen.
Meloloh ternak dengan bahan kimia sering diikuti dengan menurunnya konsumsi
pakan dan pertumbuhan ternak. Jadi peneliti dihadapkan pada dua pilihan yaitu
meloloh semua ternak dan selanjutnya diinokulasi ulang atau meloloh ternak yang
akan didefaunasi saja. Pilihan pertama dapat dikritisi bahwa tidak ada jaminan
bahwa ternak yang diinokulasi ulang (kembali) adalah mewakili ternak yang tidak
volume rumen dan barangkali fungsi rumen berubah pada ternak yang awalnya di
meningkatkan 30% volume cairan rumen dan menurunkan kecepatan aliran rumen
sebanyak 36%. Pilihan kedua dapat dikritik bahwa perbedaan diantara ternak yang
53 diloloh dengan bahan kimia dan ternak kontrol tidak bisa diartikan
penghilangan protozoa saja, karena bahan kimia ini juga mengubah komposisi
populasi mikroba yang tersisa. Disamping itu ternak yang diloloh dengan bahan
kimia akan menjalani kehilangan berat badan setelah diloloh dengan bahan kimia.
Pengimbangan bahan kimia yang secara spesifik membunuh protozoa akan dapat
“Defaunating Agent”
Makanan barley dalam bentuk kubus (diberi makan secara bebas) telah
berhasil dipergunakan untuk defaunasi sapi muda (Whitelaw et al. 1972) dan
(Purser dan Moir, 1959). Metode tersebut harus diberikan pada ternak paling tidak
4 minggu untuk mencapai defaunasi yang efektif. Berikut bahan alami yang
yang terdiri dari tannin pekat (condensed tannin) dan tannin yang dapat
Leucoanthocyanidens. Tannin pekat ini tersebar luas pada daun semak dan pohon
tapi juga terdapat pada daun dan batang namun hanya pada beberapa jenis pada
menjadi bahan defaunasi pada rumen ternak ruminansia. Subrata et al. (2005)
ampas teh dengan kandungan tannin 6 mg/g. Tarmidi (2009) menyatakan bahwa
protein bahan makanan yaitu ampas tahu dengan tannin (dari bahan gambir) akan
konsentrasi VFA, NH3, bakteri dan protozoa rumen. Penurunan jumlah protozoa
kurang lebih 20% bila dibanding dengan ampas tahu yang tidak diberi tannin
gambir. Namun sayang konsentrasi gambir yang dipergunakan tidak dicantumkan
dalam laporan.
menggunakan minyak kelapa dan minyak ikan sebagai agensia defaunasi sapi
perah jantan berat 215 ±26 kg diberi pakan 70% konsentrat dan 30% hijauan
(rumput gajah) dan selanjutnya diberikan tambahan minyak kelapa dan minyak
ikan yang dicampurkan pada konsentrat. Dengan demikian level minyak kelapa
menjadi 2,1% dan minyak ikan 1,5% dalam bahan kering ransum. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa pemakaian minyak kelapa dan minyak ikan dapat
bakteri masing-masing sebanyak 13,39% dan 16,51% untuk minyak kelapa dan
minyak ikan.
pada berbagai jenis tanaman. Beberapa jenis tanaman yang mengandung saponin,
terutama jenis leguminose telah banyak dipergunakan sebagai pakan ternak tetapi
sebagian ada yang beracun. Beberapa hasil penelitian in vitro dan in vivo
dari memakan bakteri, dengan defaunasi akan terjadi peningkatan jumlah bakteri
yang bisa dimanfaatkan oleh ruminansia dan berdampak peningkatan
jelas pada ternak yang diberi pakan hijauan (roughage) tinggi dimana pemakaian
ruminansia, akan tetapi pengaruh langsung dari zat ini pada ternak inang masih
belum jelas. Sampai saat ini belum ada informasi pengaruh saponin terhadap
bagian /zat paling aktif dari saponin dan interaksinya dengan berbagai
mikroorganisme ternak inang dan ransum. Pengaruh langsung dari saponin atau
produk degradasi pada mikroba pada ternak inang harus diteliti untuk mendapat
pengertian yang penuh dan mendalam dari pada ternak telah di review secara luas
dan mendalam oleh Wina et al. (2005 ). Beberapa bahan tanaman yang
Dalam kondisi tidak tersedia bahan kimia anti protozoa yang cocok, teknik
ini barangkali merupakan cara terbaik untuk menghasilkan ternak yang bebas
ciliata. Masalah yang sama akan terjadi/muncul pada saat mendefaunasi induk tapi
bila induk dapat didefaunasi pada awal kebuntingan, ekosistem mikroba mungkin
kembali dan mendekati keadaan stabil sebelum melahirkan. Oleh karena itu,
keturunan yang dihasilkan dari induk yang terdefaunasi dan yang tidak,
ciliata dengan protozoa yang di dapat dari media in vitro, untuk meyakinkan
bahwa inokulum hanya mengandung protozoa saja. Semua ini tergantung tujuan
protozoa sehingga terjadi keseimbangan dengan bakteri dan ternak inang dapat
pula pada ternak inang. Seperti apa yang direkomendasikan oleh OECD-UNE
metode yang praktis dan murah untuk mendefaunasi rumen (atau paling tidak
(sintetis atau alami), atau cara pemberian pakan yang dapat mengurangi jumlah
protozoa.
tidak memiliki jumlah yang statis melainkan mengalami kenaikan dan penurunan
5.1. Suhu
aktivitas bakteri rumen terutama pencerna serat kasar dengan suhu 38° - 41°C
(Fathul,2009) . Pada saat ternak setelah makan , suhu rumen meningkat sampai
dengan 410c terutama selama proses fermentasi terjadi didalam rumen. Sebaliknya
temperatur akan menurun sampai dibawah suhu normal bila ternak minum air
dingin yang akan mempengaruhi populasi mikroba rumen terutama pada spesies
spesies tertentu yang sangat peka yang tidak dapat bertahan hidup pada suhu
diatas 400 C.
Mikroba rumen dapat dibedakan menjadi 3 kelompok besar, yaitu bakteri,
mikroba rumen maupun menghasilkan produk berupa VFA dan NH 3. Nilai rataan
pH rumen yang normal berada pad kisaran lingkungan antara 6-7, sedangkan
tidak menurun atau meningkat secara drastis maka perlu adanya hijauan didalam
ransum dalam proporsi yang memadai (± 40 persen dari total ransum atau dengan
kadar serat kasar sekitar 20 persen) dimana 70 persen dar iserat kasar ini harus
dan akan mati pada pH rumen dibawah 5,5. Jamur rumen perkembangbiakannya
Komposisi gas didalam rumen kurang lebih terdiri dari 63 - 63,35% CO 2;
26,76 - 27% CH4; 7% N2 dan sedikit H2S, H2 dan O2. Oksigen yang masuk
kedalam rumen melalui proses menelan akan segera digunakan oleh bakteri-
bakteri fakultatif anaerobic seperti Sterptococcus bovis. Salah satu akibat dari
proses ini adalah redoks potensial didalam rumen akan selalu konstan dan rendah
Peranan hidrogen dalam proses produksi methana adalah sebagai sumber
kadar nitrogen didalam rumen sangat rendah, beberapa jenis bakteri memerlukan
Macam hijauan berpengaruh terhadap jumlah dan macam bakteri maupun
jumlahnya pada kondisi ini. Keadaan yang sebaliknya akan terjadi jika proporsi
suplai makan) fluktuasi pH rumen akan berkurang. Hal ini akan meningkatkan
106 telah dilaporkan jika frekuensi pemberian pakan ditingkatkan dari satu kali
Apabila ternak ruminansia diberi obat-obatan seperti antibiotik atau sulfur,
populasi mikroba rumen akan menurun secara drastis. Meskipun penurunan itu
biasanya terbatas pada mikroba yang bersifat patogen, tetapi secara umum obat-