OLEH
RIZAL
L1A116183
pakan berserat dan pakan protein berkualitas rendah, bahkan non protein
Dua per tiga sampai tiga perempat asam amino yang diserap oleh
ternak ruminansia berasal daTi protein mikroba rumen (1). Dari angka
vitro) (2) in-vivo (3) disamping juga meningkatkan digesti pakan serat (in-
vivo) (4). Namun beberapa penelitian lainsecara in-vivo (5) clan secara in-
ternak yang sangat tidak efisien dalam retensi pakan sumber p~otein.
Pakan yang mengandung protein akan di fermentasi secara cepat segera
berlebih yang akan segera hilang melalui difusi dinding rumen. Hilangnya
amino clan amonia oleh mikroba rumen akan meningkatkan efisiensi clan
untuk pertumbuhan mikroba rumen pada ternak yang diberi pakan serat.
rumen.
produksi gas.
konsentrasi amonia yang relatif tinggi. Hal ini terjadi karena pada awal
0,225 g.
sumber nitrogen utama dan sangat penting untuk sintesis protein mikroba
mMol.
sumber energi.
menyumbangkan sampai 90% kebutuhan asam amino, dan asam amino ini
rumen kambing berkisar antara 6,21 – 6,25 dan secara statistik tidak
berbeda nyata (P>0,05). Ini berarti kondisi rumen kambing pada semua
kapasitas penyangga dengan sifat basa atau asam dari produk fermentasi.
yang dialami bahan makanan selama berada dalam alat pencernaan. Proses
retikulum (perut jala), rumen (perut beludru), omasum (perut bulu) dan
kondisi ternak yang sehat. Dari keempat jenis mikroba tersebut, bakteri
mempunyai jenis dan populasi tertinggi. Cacahan sel pergram isi rumen
yang mencapai 105 -106 cacahan sel pergram isi rumen (Ogimoto dan
intensif. Hal ini menguntungkan, karena pakan dapat diubah dan disajikan
dalam bentuk yang lebih mudah diserap. Selain itu ternak ruminansia
dapat juga memanfaatkan pakan dengan kandungan serat kasar yang tinggi
dalam jumlah yang banyak. Ekosistem mikroba rumen sangat stabil dan
dari pakan, air minum dan udara setiap harinya. Ekosistem rumen dinamis,
teradaptasi untuk terus hidup dalam rumen dan yang tidak mampu
bentuk pertahanan tubuh dari ternak itu sendiri. Mikroba rumen berperan
pakan yang dikonsumsi dan interaksi antar mikroba rumen (Preston et al,
tannin dari cairan rumen ternak yang telah beradaptasi dengan legume
kaliandra. Hal serupa telah dilakukan oleh Abrar (2001) yang berhasil
mengisolasi mikroba rumen sebagai bakteri pendegradasi sianida dari
ditambahkan dalam pakan dalam jumlah yang tertentu. Salah satu bahan
yang yang dapat dimanfaatkan sebagai probiotik yaitu isi rumen ternak
dalam rumen dan masih mengandung sel-sel mikroba, asam amino, protein
kasar, saliva, asam lemak atsiri dan vitamin (Oladefahan, 2014; Al-
dalam saluran pencernaan ternak dan dapat memberikan efek positif bagi
kambing 10,5 x 1010 ml-1 (Liu et al., 2017) dan domba 1,6 x 1010g -1
rumen dari berbagai ternak ruminansia yaitu berupa jenis spesies mikroba.
dedaunan dari tanaman spesies Acacia spp. (Skene dan Brooker, 1995).
Osuji, 1998).
Populasi protozoa dalam cairan isi rumen kerbau lebih tinggi dari
dapat ditemukan pada cairan rumen kerbau namun tidak ditemukan pada
al., 2009). Hal ini menunjukkan bahwa perlu pembahasan lebih lanjut
konsumsi bahan organik (BO), lemak kasar (LK) dan total digestible
Hasil penelitian Lestari et al. (2009) menunjukkan bahwa sapi Jawa yang
karkas yang tinggi dan kualitas daging yang baik dengan kandungan lemak
yang rendah (2%). Purbowati et al. (2011) melaporkan, bahwa sapi Jawa
yang hanya diberi jerami padi dan dedak padi menghasilkan pertambahan
bobot badan harian (PBBH) 0,19 kg, sedangkan yang diberi jerami padi,
dedak padi, daun gliricidia, dan mineral dapat menghasilkan PBBH
bahkan boleh dikatakan tidak ada. Padahal sapi Jawa tersebut mampu
jerami) menjadi produk daging. Hal ini tidak lepas dari kondisi dan peran
apabila ternak tersebut dipelihara di luar habitat aslinya (ex situ). Sapi
dalam rumen dapat optimal. Hal ini karena proses pencernaan ruminansia
tidak terlepas dari peran mikrobia rumen yang sangat membantu dalam
proses pencernaan dan penyediaan zat makanan dan energi bagi ternak
ruminansia tersebut. Kondisi cairan rumen sapi Jawa dan sapi PO
Nilai pH cairan rumen sapi Jawa (6,83) sedikit lebih tinggi dari
pada sapi PO (6,67), namun keduanya masih dalam kondisi yang normal.
absorbsi asam lemak dan ammonia. Hasil penelitian Umar et al. (2011)
tinggi dari pada sapi PO (7,49 mgN/100ml). Seluruh protein yang berasal
dari pakan, pertama kali dihidrolisis oleh mikroba rumen (Arora, 1989)
asam lemak rantai pendek (McDonald et al., 1988). Beberapa asam amino
tetapi amonia merupakan jumlah nitrogen larut yang utama dalam cairan
dan jumlah protein pakan untuk ternak, serta laju degradasi protein pakan
1983). Konsentrasi NH3 hasil penelitian ini cukup baik, karena menurut
Satter dan Slayter (1974) cit. Nuswantara et al. (2006), konsentrasi NH3
Konsentrasi asetat dan butirat cairan rumen sapi Jawa lebih rendah
dari pada sapi PO, tetapi konsentrasi propionat cairan rumen sapi Jawa
lebih tinggi dari pada sapi PO (Tabel). Volatile fatty acids yakni asam
utama bagi ternak ruminansia (Arora, 1989). Asam asetat dan butirat
berupa pertambahan bobot badan yang lebih tinggi. Umar et al. (2011)
melaporkan bahwa rasio asetat-propionat sapi Madura dan Peranakan
dibandingkan sapi PO tidak bisa dikatakan lebih baik atau lebih jelek,
menurunkan jumlah bakteri dan jumlah total protein mikroba yang tinggal
dalam rumen. Protozoa yang mati tidak dapat segera dimanfaatkan oleh
Hal ini terjadi apabila jumlah bakteri cukup tinggi. Dengan adanya
dan kontribusinya mencapai 12- 20% (Akin dan Amos 1978 cit.
Populasi bakteri cairan rumen sapi Jawa (2,7 x 107 cfu/g) lebih
rendah dari pada sapi PO (2,3 x 108 cfu/g), tetapi populasi jamur cairan
rumen sapi Jawa (9,3 x 104 cfu/g) lebih tinggi dari pada sapi PO (1,9 x
103 cfu/g). Menurut Arora (1989), konsentrasi bakteri pada sapi dapat
berasal dari bahan pakan maupun adanya kontak langsung dengan bahan
yang dominan. Dilihat dari fungsinya, bakteri dalam rumen dapat dibagi
telah beradaptasi untuk hidup pada kondisi fisik rumen relatif tetap yakni