Anda di halaman 1dari 18

Makalah SP Dasar Teknologi Hasil Ternak

KOMPOSISI DAN SIFAT FISIK KIMIA SUSU

DISUSUN
OLEH

NAMA : Muhammad Arjun Gunawan


NIM : L1A118125
DOSEN : Fitrianingsih, S.Pt., M.Si.

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Komposisi dan Sifat fisik
kimia susu.
Makalah Komposisi dan Sifat fisik kimia susu disusun guna memenuhi tugas
pada mata kuliah Dasar Teknologi Hasil Ternak di Fakultasan Peternakan Universitas
Halu Oleo. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca tentang Komposisi dan Sifat fisik Kimia susu.
Fitrianingsih, S.Pt., M.Si.. selaku Dosen mata kuliah Dasar Teknologi Hasil
Ternak. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 18 Juli 2022

Muhammad Arjun Gunawan


L1A118125

DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penulisan 2

BAB II. PEMBAHASAN 3


2.1. Komponen Susu 3
2.2. Sifat Fisik Dan Kimia Susu 10
BAB III. PENUTUP 14
3.1. Kesimpulan 14
3.2. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Saat ini produk susu menjadi minuman yang sangat penting di kalangan masyrakat

karena mempunyai gizi yang banyak. Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang

dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia, salah satunya manusia. Susu adalah sumber gizi

utama bagi bayi sebelum mereka dapat mencerna makanan padat. Menurut Hadiwiyoto

(1983), susu didefinisikan sebagai cairan berwarna putih dengan diperoleh dari

pemerahan susu kambing atau hewan menyusui lainnya yang dapat digunakan sebagai

bahan pangan yang sehat. Di pandang dari segi gizi, susu merupakan makanan yang

hampir sempurna.

Komponen susu lebih lengkap dari pada bahan pangan asal hewan lain karena

komponen-komponen yang dibutuhkan oleh tubuh manusia semuanya terdapat dalam

susu yaitu protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin, dan air. Teknologi pengolahan

susu terus berkembang dari waktu ke waktu. Karena memiliki kandungan nutrisi atau

manfaat yang tidak sedikit, diantaranya mencegah osteoporosis, menjaga tulang tetap

kuat, untuk pertumbuhan tulang yang membuat anak menjadi bertambah tinggi,

menurunkan tekanan darah, mencegah kerusakan gigi, menjaga kesehatan mulut,

menetralisir racun, mencegah terjadinya kanker kolon atau kanker usus, mencegah

diabetes tipe 2, dan mempercantik kulit, membuatnya lebih bersinar, serta membantu

agar lebih cepat tidur.

Pertimbangan terhadap pembatasan konsumsi lemak dan kolesterol oleh sebagian

masyarakat, menuntut industri untuk menyediakan produk olahan susu rendah lemak

(low fat milk products). Bahkan penggunaan susu tanpa lemak (skim) sebagai ingridien

semakin luas, termasuk penggunaan konsentrat/ isolat protein susu dan fraksi-fraksinya

untuk pengembangan produk pangan baru. Pada saat ini masyarakat masih
mengkonsumsi dalam bentuk susu sapi segar yang langsung diminum. Seiring dengan

berubahnya pandangan masyarakat dan teknologi berkembang beberapa produk olahan

susu antara lain seperti susu homogen, susu skim, susu krim, mentega, susu kental, susu

yang diuapkan, keju, dan yougurt.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana Komposisi dan Sifat Fisik Kimia Susu

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan pengujian mutu daging sapi adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Komposisi dan Sifat Fisik Kimia Susu

BAB II
PEMBAHASAN

A. 2.1. Komponen Susu


1. Lemak susu

Lemak atau lipid terdapat dalam susu dalam bentuk jutaan bola kecil bergaris

tengah antara 1-20 mikron dengan garis tengah rata-rata 3 mikron. Biasanya terdapat

kira-kira 1000 x 106 butiran lemak dalam setiap ml susu. Butiran-butiran ini mempuyai

daerah permukaan yang luas dan hal tersebut menyebabkan susu mudah dan cepat

menyerap flavor asing. Butiran-butiran ini mempertahankan keutuhannya karena,

pertama tegangan permukaan yang disebabkan oleh ukuran yang kecil dan yang kedua

karena adanya susu lapisan tipis (membran) yang membungkus butiran tersebut, yang

terdiri dari protein dan pospolipid. Pembungkusan tipis ini mencegah butiran lemak

untuk bergabung dan membentuk butiran yang lebih besar. Kalau didiamkan, butiran-

butiran lemak ini biasanya akan muncul kepermukaan susu untuk membentuk lapisan

atau krim. Bila susu atau krim diaduk secara mekanis, lapisan tipis sekeliling masing-

masing butiran akan pecah, sehingga butiran-butiran itu sekarang dapat bergabung

membentuk masa lemak yang terpisah dari bagian susu yang lain. Selain protein,

vitamin A, zat warna karoten, enzim-enzim tertentu seperti fosfatase, fosfolipid seperti

lesitin dan sterol, kolesterol, juga berada pada lapisan tipis lemak susu. Kira-kira 98-

99% dari lemak susu berbentuk trigliserida dimana 3 molekul asam lemak di

esterifikasikan terhadap gliserol. Monogliserida dan digliserida berisi 1 atau 2 asam

lemak yang dihubungkan pada gliserol dan jumlahnya didalam susu, dapat mencapai

kira-kira 0,5% digliserida dan 0,04% monogliserida.

Sekurang-kurangnya, 50 macam asam lemak yang berbeda telah ditemukan dalam

lemak susu dimana 60-75% bersifat jenuh, 25-30% tidak jenuh, dan sekitar 4%

merupakan asam polyunsaturated. Asam lemak yang terdapat paling banyak adalah

miristat (C14), palmitat (C16), dan stearat (C18), asam lemak jenuh yang utama oleat (C18-
1 ikatan rangkap), linoleat (C18- 2 ikatan rangkap) dan linolenat (C18- polyunsaturaed).

Asam butirat (C4) dan koproat (C6) juga terdapat dalam jumlah kecil sebagai trigliserida.

Kerusakan yang dapat terjadi pada lemak susu merupakan sebab dari berbagai

perkembangan flavor yang menyimpang dalam produk susu seperti:

a. Ketengikan, yang disebabkan karena hidrolisa dari gliserida dan pelepasan

asam asam lemak seperti butirat dan kaproat, yang mempunyai bau yang khas

dan tidak menyenangkan.

b. Tallowiness, yang disebabkan karena oksidasi asam lemak tak jenuh.

c. Flavor teroksidasi- yang disebabkan karena oksidasi fosfolipid.

d. Amis atau bau seperti ikan yang disebabkan karena oksidasi dan reaksi

hidrolisa.

Komponen mikro dari lemak susu antara lain adalah fosfolipid, sterol, tokoferol

(Vitamin E), karoten dan vitamin A dan D. Susu mengandung kira-kira 0,3 %

fosfolipid, terutama lesitin, sphingomielin dan sepalin. Pada waktu susu dipisahkan

menjadi skim milk dan krim kira-kira 70% dari fosfolipid terdapat di dalam krim.

Fosfolipid dapat dengan cepat teroksidasi di dalam udara dan akibatnya ikut

menyebabkan penyimpangan cita rasa susu. Sterol utama yang terdapat di dalam susu

adalah kolesterol yang mencapai jumlah sampai 0,015%.

2. Protein Susu

Protein susu terbagi menjadi 2 kelompok utama yaitu kasein yang dapat

diendapkan oleh asam dan enzim renin dan protein whey yang dapat mengalami

denaturasi oleh panas pada suhu kira-kira 65oC. Kasein adalah protein utama susu

yang jumlahnya mencapai kira-kira 80% dari total protein. Kasein terdapat dalam
bentuk kasein kalsium: senyawa kompleks dari kalsium fosfat dan terdapat dalam

bentuk partike-partikel kompleks koloid yang disebut micelles. Dengan mikroskop

elektron, partikel-partikel kasein dalam susu segar nampak sebagai bulatan-bulatan

yang terpisah dengan garis tengah sekitar 10-200 milimikron. Pasteurisasi

nampaknya tidak mengubah penyebaran kasein. Homogenisasi susu menyebabkan

sebagian dari partikel-partikel casein menyatu dengan butiran lemak. Partikel-

partikel kasein dalam susu dapat dipisahkan dengan sentrifuge dengan kecepatan

tinggi atau dengan penambahan asam. Pengasaman susu oleh kegiatan bakteri juga

menyebabkan mengendapnya kasein. Bila terdapat cukup asam yang dapat

mengubah pH susu menjadi kira-kira 5,2-5,3, akan terjadi pengendapan disertai

dengan melarutnya garam-garam kalsium dan fosfor yang semula terikat pada

protein secara berangsur-angsur. Pada titik isoelektrik pH 4,6-4,7, kasein diendapkan

sehingga bebas dari semua garam anorganik. Sesudah pengendapan, kasein dapat

dilarutkan kembali dengan menambah alkali sampai pH 8,5. Kasein itu sendiri terdiri

dari campuran sekurang-kurangnya 3 komponen protein yang diberi istilah kasein

alpha, beta, dan gamma. Kasein alpha adalah komponen utama yang jumlahnya

mencapai 40-60% dari total protein susu, sedangkan jumlah kasein beta mencapai

20-30% dan gamma 3-7%.

Sesudah lemak dan kasein dihilangkan dari susu, air sisanya dikenal sebagai

whey. Kira-kira 0,5-0,7% dari bahan protein yang dapat larut tertinggal dalam whey

yaitu protein-protein laktalbumin dan laktoglobulin. Laktalbumin berjumlah kira-kira

10% dari protein susu seluruhnya dan jumlahnya merupakan kedua terbesar sesudah

kasein. Laktalbumin ini mudah sekali di koagulasikan oleh panas meskipun prosedur-

prosedur pasteurisasi yang biasa tidak banyak merusak sifat protein whey.
Susu digunakan sebagai sumber kasein komersial. Biasanya ke dalam skim

milk atau susu dengan kandungan lemak yang sangat rendah, ditambahkan asam untuk

mengendapkan kasein. Sesudah dipisahkan dari whey, “tahu” dari casein dicuci dengan

air, ditiriskan, dipress, dipotong-potong dan dikeringkan. Kasein digunakan sebagai

garam kalsium untuk memperbaiki sifat adukan dari krim yang terbuat dari lemak

tumbuh-tumbuhan yang dipergunakan sebagai pelapis atas (topping) dan untuk

memperbaiki keseluruhan struktur asam krim dan yoghurt. Casein dapat dirubah

menjadi lem jika dibuat bersifat basa dengan menambahan kapur, sodium karbonat,

boraks atau triethanolamine, atau diubah menjadi suatu lapisan dalam pembuatan kertas

atau suatu bahan pokok untuk pembuatan sejenis plastik yang digunakan untuk

membuat kancing, gesper (buckle), hiasan dan akhirnya dapat juga digunakan dalam

produksi tekstil yang bersiat seperti wool.

3. Laktosa

Laktosa adalah karbohidrat utama yang terdapat didalam susu. Kadar laktosa

didalam air susu adalah 4.6 % dan ditemukan dalam keadaan larut. Laktosa adalah

disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa. Laktosa ini terdapat dalam susu

dalam fase larutan yang sesungguhnya dan dengan demikian mudah diasemilasikan

sebagai makanan dalam proses hidrolisa menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim

khusus. Laktase (β-galaktosidase). Tetapi sekarang sudah diketahui bahwa banyak

kelompok-kelompok suku yang tidak tahan terhadap laktosa dan ini telah diketahui

sebagai akibat dari kurangnya enzim laktosa dalam mukosa usus. Pemberian laktosa

atau susu dalam keadaan seperti ini menyebabkan mencret atau gangguan-gangguan

perut yang lain. Lebih dari 70% orang-orang dewasa di Afrika, Asia, dan Indian

Amerika menunjukan adanya kekurangan enzim laktase. Kondisi ini tidak terdapat pada
waktu lahir, tetapi berkembang sesudah waktu sapih. Juga telah diketahui bahwa

kekurangan laktosa yang menyebabkan tidak paham terhadap laktosa, merupakan akibat

yang biasa dari gangguan gastrointestinal yang mungkin berasal dari bakteri. Sayangnya

kondisi yang terakhir ini mungkin juga terdapat pada anak-anak muda dari negara yang

lagi berkembang karena higiene yang kurang memadahi dalam penanganan bahan

pangan.

Laktosa tidak semanis gula tebu dan mempunyai daya larut hanya sekitar 20%

pada suhu kamar. Laktosa ini akan mengendapkan dari larutan sebagai kristal yang

keras seperti pasir, oleh karena itu harus dijaga jangan sampai kristal-kristal ini

terbentuk pada pembuatan es krim dan susu kental. Laktosa mudah sekali diragikan oleh

bakteri asam laktat menjadi asam laktat yang merupakan ciri khas suus yang diasamkan.

Susu digunakan sebagai sumber laktosa komersial yang diolah dari whey yang

didapat sebagai hasil samping pada pembuatan keju. Laktosa dipakai sebagai salah satu

unsur makanan anak-anak pada masyarakat Barat dan produk obat-obatan. Laktosa

dipakai sebagai bahan pengisi dalam pembuatan tablet-tablet dan kapsul obat dan untuk

menghasilkan warna coklat dalam produk-produk bakery. Laktosa juga digunakan oleh

pihak militer dalam pembuatan tirai-tirai asap, tanda-tanda dan lilin-lilin sasaran.

4. Mineral

Bila air pada susu dihilangkan dengan penguapan dan sisa yang kering dibakar

pada panas rendah akan diperoleh sisa abu putih yang berisi bahan bahan mineral.

Unsur –unsur mineral yang utama pada susu terlihat pada tabel berikut:

Unsur Dalam susu % Dalam abu%

Potassium 0,140 20,0


Kalsium 0,125 17,4

Chlorine 0,113 14,5

Fosforus 0,096 13,3

Sodium 0,056 7,8

Magnesium 0,012 1,4

Sulfur 0,025 3,6

Sumber: Ilmu pangan, Bucle 1985.

Mineral lain terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit contohnya adalah besi,

tembaga, alimunium, boron, seng, mangan, silikon. Kandungan mineral dari susu

bersifat agak konsisten dan tidak dipengaruhi oleh makanan ternak.

5. Air

Air merupakan komponen kimiawi terbesar susu (sekitar 84-89%) yang berfungsi

untuk mendispersikan bahan padat dalam susu dan hal ini berpengaruh terhadap

konsistensi bahan. Air juga berfungsi untuk medium pelarut konstituen susu yang lain

6. Komponen Lain

Asam sitrat terdapat dalam susu dan memberikan sifat bufer yang kuat.

Dipandang dari sudut gizi, susu merupakan sumber yang cukup baik dari vitamin yang

larut dalam air, vitamin B dan C, dan vitamin yang larut dalam lemak: vitamin A, D dan
E. Sebagian besar vitamin C dapat dirusak oleh proses pasteurisasi. Kandungan

berbagai vitamin terlihat pada berikut:

Vitamin Kandungan per 100 g susu


Vitamin A 160 IU (International Unit)
Vitamin C 2,0 mg
Vitamin D 0,5-4,4 IU
Vitamin E 0,08 mg
Vitamin B
Thiamine 0,035 mg
Riboflavin 0,17 mg
Niacin 0,08 mg
Pantothenic acid 0,35-0,45 mg
Folic acid 3-8 µg
Biotin 0,5 µg
Pyridoxine 0,05-0,1 mg
Vitamin B12 0,5 µg
Sumber: Ilmu pangan, Bucle 1985.

Didalam susu terdapat juga enzim-enzim. Enzim adalah katalisator biologik

yang dapat mempercepat reaksi-reaksi kimia. Enzim yang terkandung dalam susu antara

lain fosfatase, lipase, katalase, peroksidase, protease, diastase, amilase dan laktase. Dua

jenis enzim yang paling penting adalah enzim yang berfungsi sebagai indikator

perlakuan panas, yakni fosfatase dan peroksidase, dan enzim-enzim yang menyebabkan

kerusakan seperti lipase.

B. 2.2. Sifat Fisik Dan Kimia Susu

Sifat  susu yang perlu diketahui adalah bahwa susu merupakan media yang baik

sekali bagi pertumbuhan mikrobia sehingga apabila penanganannya tidak  baik akan

dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya (“zoonosis”). Disamping itu susu sangat
mudah sekali menjadi rusak terutama karena susu merupakan bahan biologik. Air susu

selama didalam ambing atau kelenjar air susu dinyatakan steril, akan tetapi begitu

berhubungan dengan udara air susu tersebut patut dicurigai sebagai sumber penyakit

bagi ternak dan manusia. Sifat  fisik  susu  meliputi  warna, bau, rasa, berat jenis, titik

didih, titik beku, panas jenis dan kekentalannya. Sedangkan sifat kimia susu yang

dimaksud adalah pH dan keasamannya.

1. Sifat Fisik Susu

Sifat fisik merupakan sifat-sifat atau karakteristik yang dapat dilihat secara

visual sehingga dapat dilihat kualitas fisik-nya. Sifat fisik susu berarti sifat-sifat atau

karakteristik susu yang dapat dilihat secara visual. Sifat fisik susu inilah yang bisa

menentukan kualitas pada produksi susu itu sendiri dan kelayakan susu tersebut untuk

di konsumsi. Saleh (2004) menyatakan bahwa, sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa,

berat jenis, titik didih, titik beku, panas jenis dan kekentalannya.

1. Warna air susu :

Warna air susu dapat berubah dari satu warna kewarna yang lain, tergantung dari

bangsa ternak, jenis pakan, jumlah lemak, bahan padat dan bahan pembentuk warna.

Warna air susu berkisar dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Warna putih dari

susu merupakan hasil dispersi dari refleksi cahaya oleh globula lemak dan partikel

koloidal dari casein dan calsium phosphat. Warna kuning adalah karena lemak dan

caroten yang dapat larut. Bila lemak diambil dari susu maka susu akan menunjukkan

warna kebiruan.

2. Rasa dan bau susu :


Kedua komponen ini erat sekali hubungannya dalam menentukan kualitas susu.

Susu terasa sedikit manis, yang disebabkan oleh laktosa, sedangkan rasa asin berasal

dari klorida, sitrat dan garam-garam mineral lainnya. Bau susu yang khas yang tidak

apek menandakan susu layak dikonsumsi.

3. Berat jenis air susu :

Air susu mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada air. BJ air susu =

1.027-1.035 dengan rata-rata 1.031. Hasil dari Codex susu, BJ air susu normalnya

adalah 1.028. Codex susu adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air susu

sebagai bahan makanan. Daftar ini telah disepakati para ahli gizi dan kesehatan sedunia,

walaupun disetiap negara atau daerah mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Berat

jenis harus ditetapkan 3 jam setelah air susu diperah. Penetapan lebih awal akan

menunjukkan hasil BJ yang lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh :

 Perubahan kondisi lemak

 Adanya gas yang timbul didalam air susu

4. Kekentalan air susu (viskositas)

Viskositas air susu lebih tinggi daripada air. Viskositas air susu biasanya

berkisar 1,5 – 2,0 cP. Suhu 20°C untuk viskositas whey 1,2 cP, viskositas susu skim 1,5

cP dan susu segar 2,0 cP. Bahan padat dan lemak air susu mempengaruhi viskositas.

Temperatur ikut juga menentukan viskositas air susu. Sifat ini sangat menguntungkan

dalam pembuatan mentega.

5. Titik beku dan titik cair dari air susu :


Codex air susu dicantumkan bahwa titik beku air susu adalah –0.500 0 C. Standar

Indonesia telah berubah menjadi –0.5200 C. Titik beku air adalah 00 C. Apabila terdapat

pemalsuan air susu dengan penambahan air, maka dengan mudah dapat dilakukan

pengujian dengan uji penentuan titik beku. Campuran air susu dengan air akan

memperlihatkan titik beku yang lebih besar dari air dan lebih kecil dari air susu. Titik

didih air adalah 100°C dan air susu 100.16°C. Titik didih juga akan mengalami

perubahan pada pemalsuan air susu dengan air.

6. Daya cerna susu :

Susu mengandung bahan/zat makanan yang secara totalitas dapat dicerna,

diserap dan dimanfaatkan tubuh dengan sempurna atau 100%. Susu dinyatakan sangat

baik sebagai bahan makanan. Tidak ada lagi bahan makanan baik dari hewani terlebih-

lebih nabati yang sama daya cernanya dengan air susu.

2. Sifat Kimia Susu

Keasaman dan pH Susu :  susu segar mempunyai sifat ampoter, artinya  dapat

bersifat asam dan basa sekaligus.   Jika diberi kertas lakmus biru, maka warnanya akan

menjadi merah, sebaliknya jika diberi kertas lakmus  merah warnanya  akan berubah

menjadi biru.   Potensial  ion hydrogen (pH) susu  segar  terletak antara 6.5 –  6.7.  Jika

dititrasi dengan alkali dan kataliasator penolptalin, total asam dalam susu diketahui

hanya 0.10 – 0.26 %  saja. Sebagian besar asam yang ada dalam susu adalah asam

laktat.  Meskipun demikian keasaman susu dapat disebabkan oleh berbagai senyawa

yang  bersifat asam seperti senyawa-senyawa pospat komplek, asam sitrat, asam-asam

amino dan karbondioksida yang larut dalam susu. Bila nilai  pH air susu lebih tinggi
dari 6,7 biasanya diartikan terkena mastitis dan bila pH dibawah 6,5  menunjukkan 

adanya kolostrum ataupun pemburukan bakteri.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Susu merupakan minuman bergizi tinggi yang berasal dari ternak menyusui

seperti kambing perah, sapi perah, bahkan kerbau perah. Susu terbagi atas 2 macam

yaitu susu murni dan susu segar. Susu murni adalah susu yang berasal dari ambing sapi

atau kambing yang diperoleh secara baik dan benar, yang kandungan alaminya tidak di

tambah maupun dikurangi. Demikian pula susu murni, sama seperti susu segar namun

telah mengalami pendinginan.

Secara kimiawi susu tersusun atas dua komponen utama, yaitu air sejumlah

sekitar 87% dan bahan padat yang berjumlah sekitar 13%. Dalam zat padat susu

terdapat berbagai senyawa kimia,baik senyawa gizi makronutrien seperti lemak, protein,

dan karbohidrat, maupun juga senyawa gizi mikronutrien yaitu vitamin dan mineral,

juga senyawa lainnya. Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih,

dan daya cerna. Sedangkan sifat kimia susu meliputi pH dan keasamannya.

B. Saran

Makalah ini disusun guna melengkapi tugas dari Dosen Dasar Teknologi

Hasil Ternak sehingga membutuhkan saran dari pembaca. Dalam makalah ini penulis

menyarankan untuk para konsumen lebih selektif dalam memilih susu. Karena susu

mempunyai komponen kimia yang terdapat di dalamnya dan mempunyai manfaat

sendiri dalam setiap komponen kimianya.

DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K. A. 1985. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta.


Fessenden, Ralp J. 1999. Kimia Organik Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.
Gardjito, Murdljati, dkk. 1992. Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan
Mikrobiologi. Gadjah Mada University. Jogjakarta
Handajani, Sri. 1994. Pangan dan Gizi. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
http://banjarwangi.com/blog/2015/05/25/produk-olahan-susu-sapi/. Diakses pada 03
September 2015.
Juanda, Wowon. Hidayati, Yuli Astuti. Marlina, Euis Tanti. 2007. Kualitas Mikroba
Pada Ruang Penampung Susu dan Pengaruhnya terhadap Jumlah Bakteri
dalam Susu. Universitas Padjajaran. Bandung
Mukhtar, Ashry. 2006. Ilmu Produksi Ternak Perah. UNS PRESS. Surakarta
Sulistiowati, Yulias. 2009. Pemeriksaan Mikrobiologik Susu Sapi Murni dari
Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali. UMS Pres. Surakarta
Wijayanti, Sari.2009. Identifikasi dan pemeriksaan jumlah total bakteri Susu sapi segar
dari koperasi unit desa Di kabupaten boyolali.UMS.Surakarta.
Winarno, F. G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai