Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

Lactobacillus Plantharum

Disusun oleh:
Martha yousephine Girsang

PT/06912

LABORATORIUM BIOKIMIA NUTRISI


DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmatnya saya bisa menyelesaikan tugas yang berjudul
Lactobacillus plantarum Ini bisa selesai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini berisikan tentang informasi dan penjelasan tentang bakteri
yang menguntungkan yaitu Lactobacillus plantarum. Makalah Ini diharapkan
bisa bermanfaat bagi setiap pembaca dan berguna bagi kehidupan pembaca
dikemudian hari serta pembaca bisa mengerti dan memahami arti penting
Lactobacillus plantharum didalam kegidupan manusia.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan
pendidikan.

Amin.

Yogyakarta, 1 mei 2016

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Bakteri asam laktat adalah Gram-positif, non-spora membentuk,
bakteri fermentatif yang tumbuh anaerobik, dan secara tradisional diterapkan
di konservasi dari berbagai produk makanan fermentasi (Holzapfel,
HabererGeisen, Bjorkroth, & Schillinger, 2001). Kelompok terbesar asam
laktat bakteri termasuk dalam genus Lactobacillus yang terdiri lebih dari 50
spesies yang berbeda (Stiles & Holzapfel, 1997; Tannock, 2004). Dalam
banyak kasus, ini lactobacilli juga digunakan sebagai kultur starter di industry
dan makanan artisanal fermentasi karena mereka berkontribusi konservasi,
rasa, dan tekstur dari fermentasi makanan. Sedangkan konversi fermentasi
gula hadir dalam bahan baku menjadi asam laktat adalah fungsi utama
mereka,produksi anti-mikroba peptida, exopolysaccharides dan berbagai
metabolit lain yang penting lainnya sifat (Ross, Morgan, & Hill, 2002; Tamime,
2002).
Selain itu, spesies Lactobacillus ditemukan dalam usus manusia dan
hewan lainnya, sementara jumlah mereka dapat bervariasi dengan spesies
hewan, usia tuan rumah, atau lokasi dalam usus. Namun, hanya beberapa
spesies Lactobacillus berisi perwakilan yang baik terlibat dalam tradisional
dan fermentasi industri makanan dan berada diusus manusia. Mereka
termasuk L. crispatus, L. gasseri, dan L. plantarum (Cataloluk & Gogebakan,
2004).
Dalam ulasan ini, kita akan fokus pada L. plantarum. L. plantarum
merupakan bakteri asam laktat serbaguna, yaitu ditemui dalam berbagai
ceruk lingkungan termasuk susu, daging dan banyak fermentasi
sayuran.Selain itu, umumnya ditemukan di gastrointestinal- manusia saluran
(GI-saluran) seperti yang dijelaskan di bawah ini. Selanjutnya, L. plantarum
dapat terlibat dalam pembusukan makanan, seperti daging (Borcha, KantMuermansb, & Blixta, 1997), anggur (Beneduce, Spano, Vernile, Tarantino, &
Massa, 2004) atau jus jeruk (Alwazeer, Cachon, & Divies, 2002). Baru saja,
urutan genom lengkap dari L. plantarum WCFS1, sebuah tunggal koloni isolat
L. plantarum NCIMB 8826 dari air liur manusia, telah ditentukan dan
dijelaskan (Kleerebezem et al., 2003).
L. plantarum memiliki kapasitas coding untuk penyerapan dan
pemanfaatan banyak gula yang berbeda, penyerapan peptide dan
pembentukan paling asam amino. Banyaknya protein permukaan-berlabuh

menunjukkan bahwa L. plantarum memiliki potensi untuk bergaul dengan


banyak permukaan yang berbeda dan substrat potensi pertumbuhan.
Tingginya jumlah gen yang mengkode fungsi regulasi menunjukkan
kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai kondisi yang berbeda.
Semua bersama-sama ini mencerminkan potensi L. plantarum untuk tumbuh
di berbagai macam ceruk lingkungan. Besar jumlah gen yang mengkode
protein permukaan (217 diprediksi protein) bisa berfungsi sebagai pengakuan
atas atau mengikat komponen tertentu dalam lingkungan, karena beberapa
gen-gen tersebut menunjukkan homologi dengan protein dengan prediksi
fungsi seperti lendir-mengikat, agregasi-mempromosikan, dan adhesi
interselular (Kleerebezem et al., 2003).
Perbandingan berdasarkan DNA-mikro-array antara 20 strain L.
plantarum menunjukkan tidak adanya atau kehadiran yang berbeda daerah
DNA. Perbedaan utama dapat ditemukan di daerah dipindah tangankan
seperti prophages dan IS-elemen, tetapi juga di wilayah lain yang
diperkirakan untuk mengkodekan misalnya produksi plantaricin, non-ribosom
peptida atau exopolysaccharides. tingkat yang sangat tinggi dari galur variasi
tertentu yang ditemui di wilayah 200-kb encoding terutama gen dalam
metabolisme gula yang mungkin diakuisisi oleh transfer gen horizontal, dan
mungkin merupakan sebuah pulau adaptasi gaya hidup (Kleerebezem et al.,
2003; Molenaar et al., 2005; Siezen, van Enckevort, Kleerebezem, & Teusink,
2004).
Menurut definisi World Health Organisasi, probiotik adalah
mikroorganisme hidup yang bila diberikan dalam jumlah yang cukup
kesehatan manfaat pada host (Gilliland, Morelli, & Reid, 2001).
Direkomendasikan properti untuk mikroba probiotik mencakup kelangsungan
hidup usus, kegigihan dalam host, dan terbukti keamanan untuk konsumsi
manusia (Charteris, Kelly, Morelli, & Collins, 1998; Tuomola, Crittenden,
Playne, Isolauri, & Salminen, 2001).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah


sebagai berikut:
1.

Bagaimanakah pengertian, ciri-ciri, morfologi atau spesifikasi dari bakteri


Lactobacillus plantarum ?

2.

Apakah peranan dan manfaat dari bakteri Lactobacillus plantarum ?

C. Tujuan
Sejalan dengan latar belakang dan rumusan masalah tersebut diatas,
makalah ini disusun dengan tujuan:
1. Mengetahui pengertian, ciri-ciri, morfologi atau spesifikasi dari bakteri
Lactobacillus plantarum
2. Mengetahui bagaimana peran dan dampak bakteri Lactobacillus plantarum
terhadap kehidupan.
3. Memenuhi salah satu Tugas praktikum mikrobiologi dasar

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Lactobacillus Plantharum
Bakteri Lactobacillus plantarum adalah bakteri asam laktat dari famili
Lactobacilliceae dan genus Lactobacillus L. Plantarum juga merupakan
spesies Lactobacillus yang mampu memproduksi H2O2 dalam jumlah yang
tinggi (Jenie dan Rini, 1995). L. plantarum memiliki sejarah panjang
kejadian alam dan penggunaan yang aman dalam berbagai produk
makanan

termasuk

kebaikannya

digunakan

dalam

jumlah

besar

disauerkraut dan zaitun persiapan. Diantara ratusan laporan penggunaan


yang aman, hanya ada laporan terbatas menunjukkan bahwa beberapa
strain L. plantarum mungkin terlibat dalam infeksi. Salah satu kekhawatiran
ini isolasi L. plantarum dari endokarditis infektif. Baru Penyelidikan
menunjukkan

bahwa

air

liur

manusia

mengisolasi

L. plantarum NCIMB 8826 tidak menginduksi makroskopik atau peradangan


histologis atau translokasi normal melalui penghalang usus pada tikus
(Pavan,Desreumaux, & Mercenier, 2003). Sebaliknya, jumlah translokasi
mikrobiota endogen berkurang pada tikus yang menderita kolitis yang diberi
L.plantarum NCIMB 8826 (Pavan et al., 2003).Setelah suntikan Spragueintravena tikus Dawly dengan 108 cfu L. plantarum 299v, organisme ini
tidak dapat pulih dari jantung dan darah, ketika tikus dikorbankan 96 jam
setelah injeksi. Bahkan jika penghalang usus telah menyeberang, tidak ada
infeksi berlangsung, menunjukkan keamanan jelas organisme (Adawi,
Molin, Ahrne, & Jeppsson, 2002). Selain itu, baru-baru ini postmarket
penelitian surveilans menunjukkan bahwa L. plantarum tidak ditemukan
kasus bakteremia (Salminenetal., 2002).
Bakteri

merupakan

organisme

prokariotik

yang

tidak

memiliki

membran inti (nukleoid), dinding sel tersusun atas peptidoglikan, dan


memiliki plasmid (extra chromosomal DNA) (madigan et al,. 2012:32).

Bakteri laktat merupakan bakteri yang diperlukan dalam fermentasi sayuran.


Bakteri ini secara alami terdapat pada sayuran itu sendiri. Hampir semua
jenis sayuran dapat difermentasi secara alami oleh bakteri laktat, karena
sayuran mengandung gula yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri
tersebut (Apandi 1984).
Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri yang mampu
mengubah karbohidrat (glukosa) menjadi asam laktat. Efek bakterisidal dari
asam laktat berkaitan dengan penurunan pH lingkungan menjadi 3 sampai
4,5 sehingga pertumbuhan bakteri lain termasuk bakteri pembusuk akan
terhambat (Amin dan Leksono, 2001). Pada umunya mikroorganisme dapat
tumbuh pada kisaran pH 6-8 (Buckle et al., 1987).
Bakteri asam laktat pada ikan merupakan salah satu bagian dari
bakteri awal. Pertumbuhan bakteri ini dapat menyebabkan gangguan
terhadap

bakteri

pembusuk

dan

pathogen.

Efektivitas

BAL

dalam

menghambat bakteri pembusuk dipengaruhi oleh kepadatan BAL, strain BAL,


dan komposisi media). Selain itu, produki substansi penghambat dari BAL
dipengaruhi oleh media pertumbuhan, pH, dan temperature lingkungan (Ahn
dan Stiles, 1990).
B. Ciri-ciri Lactobacillus Plantharum
Bakteri dikelompokkan berdasarkan morfologinya, maka ada tiga jenis
bakteri yaitu batang (rod), kokus (coccus), dan spiral (spirillium). Ketiga jenis
bakteri ini memiliki perbedaan masing-masing. Bakteri berbentuk batang
(rod), menyerupai tongkat pendek/ batang kecil dsn silindris. Bentuk
batangnya saling melekat satu dengan yang lainnya, ujung dengan ujung,
sehingga memberikan penampilan rantai.
Bakteri Lactobacillus plantarum merupakan salah satu contoh dari
bakteri asam laktat. Berikut taksonomi dari Lactobacillus plantarum:
Domain: Bacteria

Kingdom: Bacteria
Phylum: Firmicutes
Class: Bacilli
Order: Lactobacillales
Family: Lactobacillaceae
Genus: Lactobacillus
Specific descriptor: plantarum subsp. Argentoratensis
Bakteri Lactobacillus plantarum bersifat Gram positif, non motil, dan
berukuran 0,6-0,8 m x 1,2-6,0 m. Bakteri ini memiliki sifat antagonis
terhadap mikroorganisme penyebab kerusakan makanan seperti
Staphylococcus aureus, Salmonella, dan Gram negatif (Buckle et al., 1987).
Lactobacillus plantarum bersifat toleran terhadap garam, memproduksi asam
dengan cepat dan memiliki pH ultimat 5,3 hingga 5,6.
Pada proses perkembangbiakkan bakteri terdapat fase yang disebut
Fase logaritmik adalah fase pertambahan populasi secara teratur menjadi
dua kali lipat pada interval waktu tertentu (waktu generasi) selama inkubasi.
Jumlah L. plantarum 108 cfu/ml berada di awal fase logaritmik sehingga
pertumbuhannya sangat pesat, L. plantarum 109 cfu/ml berada di tengahtengah fase logaritmik, dan L. plantarum sebanyak 1010 cfu/ml berada di
akhir fase logaritmik menjelang fase stasioner. Karakteristik organoleptik
yang meliputi kenampakan lendir, aroma, dan tekstur pada filet dengan
konsentrasi perendaman dalam larutan biakan bakteri sebanyak 109 cfu/ml
mengalami perubahan ke arah pembusukan pada hari ke-10. Penyimpanan
dilakukan di dalam lemari pendingin pada suhu antara 5-10 0C
Dalam perkembangbiakkan tersebut ada pula disebut tahap starter atau
biakan pemula bakteri laktat yang digunakan untuk pengawetan ikan secara
biologis,

pada

109 cfu/gram

umumnya

sustrat.

L.

terdiri

dari L.

plantarum

plantarum

yang

dapat

yang

jumlahnya

digunakan

dalam

memperpanjang daya simpan jumlahnya adalah sebanyak 108 sampai


dengan 109 cfu/ml. Berdasarkan hasil penelitian Rostini (2002), diketahui
bahwa jumlah bakteri L. plantarum 108 cfu/ml, 109 cfu/ml, dan 1010 cfu/ml

berada pada fase logaritmik.


C. Peranan dan Manfaat Lactobacillus plantarum
Elida (2002) mengatakan bahwa Lactobacillus plantarum tergolong
bakteri asam laktat homofermentatif yang tumbuh pada suhu 15 - 37 0C,
masih dapat tumbuh pada pH 3.0-4.6, dengan ciri-ciri sel berbentuk batang
pendek, warna koloni putih susu sampai abu-abu, serta mempunyai
viabilitas tinggi untuk digunakan sebagai starter. Di Nigeria, L. plantarum
yang diisolasi dari makanan fermentasi mampu memproduksi bakteriosin
dan mampu menghambat aktivitas beberapa bakteri patogen. Bakteriosin
yang diproduksi dari L. plantarum dihasilkan pada suhu 20 - 30 0C
(Ogunbawo et al., 2003). Sedangkan di Jerman, L. plantarum juga
ditemukan dalam makanan seperti es krim rendah lemak dan bubur gandum
yang difermentasi dengan pemberian flavor aneka rasa seperti strawberry
dan blueberry. Penambahan L. plantarum pada bubur gandum sebanyak 5 x
107 CFU/ml, memperlihatkan potensial menghambat bakteri patogen dan
membantu kerja saluran pencernaan (Gabby dan Matt, 2002).
Berdasarkan

hasil

penelitian

Jenie

dan

Rini

(1995) L.

plantarum mempunyai daerah penghambat terbesar terhadap Listeria


monocytogenes dibandingkan dengan bakteri asam laktat lainnya. Listeria
monocytogenes merupakan bakteri pathogen yang penting terutama pada
makanan dingin seperti susu, daging sapi, sosis kering, hasil laut dan sayursayuran, karena bakteri Listeria monocytogenes bersifat pathogen.
Dalam proses pengawetan bahan makanan Lactobacillus yang
mampu mengakumulasi H2O2 selama penyimpanan dalam refrigerasi tanpa
pertumbuhan kultur dan produksi asam, hal ini memungkinkan aplikasi kultur
laktat untuk pengawetan makanan tanpa harus melalui proses fermentasi
(Gilliland, 1985). Upaya memperpanjang daya guna, masa simpan, serta
untuk meningkatkan nilai ekonomi susu, maka diperlukan teknik penanganan

dan pengolahan. Salah satu upaya pengolahan susu yang sangat


menunjang adalah fermentasi susu (Widodo, 2002).
Bakteri L. plantarum umumnya lebih tahan terhadap keadaan asam
dan oleh karenanya menjadi lebih banyak terdapat pada tahapan terakhir
dari fermentasi tipe asam laktat. Bakteri ini sering digunakan dalam
fermentasi susu, sayuran, dan daging (sosis). Fermentasi dari L. plantarum
bersifat homofermentatif sehingga tidak menghasilkan gas (Buckle et al.,
1987). Jenis mikroba yang memegang peranan penting dalam proses
fermentasi susu digolongkan sebagai bakteri asam laktat (BAL), yaitu
beberapa spesies dari Streptococcus dan Lactobacillus. Asam laktat sebagai
salahsatu asam organik, dapat dihasilkan secara alami oleh tumbuhan
maupun hewan. Asam organik merupakan bahan preservasi makanan yang
aman digunakan (Lin et al., 2002). Makin lama waktu fermentasi maka
jumlah bakteri makin meningkat. Meningkatnya jumlah bakteri selama
fermentasi disebabkan kondisi substrat masih memungkinkan untuk
berlangsungnyametabolismebakteri.
membentuk

asam laktat,

penghasil

Lactobacillus plantarum terutama


hidrogen

peroksida

tertinggi

dibandingkan bakteri asam laktat lainnya dan juga menghasilkan bakteriosin


yang merupakan senyawa protein yang bersifat bakterisidal.
Lactobacillus plantarum dapat memproduksi bakteriosin

yang

merupakan bakterisidal bagi sel sensitif dan dapat menyebabkan kematian


sel dengan cepat walaupun pada konsentrasi rendah. Bakteriosin yang
berasal dari L. plantarum dapat menghambat Staphylococcus aureus dan
bakteri

Gram

negatif.

L.

plantarum

mempunyai

kemampuan

untuk

menghasilkan bakteriosin yang berfungsi sebagai zat antibiotik (Jenie dan


Rini, 1995).
Salah satu jenis bakteri asam laktat yang dapat digunakan untuk
produk perikanan adalah Lactobacillus plantarum. Jenis bakteri asam laktat
ini digunakan untuk menghambat penurunan mutu filet nila merah sehinga

dapat disimpan dalam waktu lebih lama. Menurut Jenie dan Rini (1995)
Lactobacillus

plantarum

mikroorganisme

mempunyai

pathogen

pada

kemampuan
bahan

untuk

pangan

menghambat

dengan

daerah

penghambatan terbesar dibandingkan dengan bakteri asam laktat lainnya.


Lactobacillus juga dapat menghasilkan H2O2 akibat adanya oksigen dan
berfungsi sebagai antibakteri yang dapat menyebabkan adanya daya hambat
terhadap pertumbuhan mikroorganisme lain. Lactobacillus mempunyai
kemampuan untuk menghasilkan antibiotik yang disebut bakteriosin. Pada pH
rendah tersebut nilai nutrisi dan organoleptik dapat dipertahankan.
Penambahan bakteri asam laktat L. plantarum dapat menurunkan nilai
pH filet nila merah (Rostini, 2002). Penurunan nilai pH pada filet dapat
memperlambat pertumbuhan bakteri pembusuk, hal ini menyebabkan
aktivitas bakteri pembusuk yang terdapat di dalam filet dapat diperlambat,
sehingga penguraian protein oleh bakteri pembusuk dapat diperlambat juga.
Penurunan nilai pH yang terjadi pada filet nila merah dapat menyebabkan
pertumbuhan bakteri tidak terlalu cepat karena dihambat oleh asam laktat
yang dihasilkan dari perombakan glikogen oleh L. plantarum. Dengan
terhambatnya pertumbuhan bakteri pembusuk tersebut maka masa simpan
filet nila merah akan menjadi lebih lama. Jumlah bakteri dapat mempengaruhi
karakteristik organoleptik filet nila merah karena metabolisme bakteri dapat
menyebabkan perubahan terhadap kenampakan, lendir, aroma, dan tekstur,
sehingga karakteristik organoleptik akan mudah mengalami kerusakan.
Hal ini akan mempengaruhi terhadap penerimaan filet selama masa
penyimpanan. Nilai pH filet dengan pemberian L. plantarum yang disimpan
pada suhu rendah berkisar antara 5,95-6,90. Nilai pH tersebut dapat
mendukung kemampuan bakteriosin dalam menghambat bakteri pembusuk,
karena

bakteriosin sangat

plantarum masih
mengeluarkan

mampu

senyawa

aktif pada

berkembang
antimikroba

pH

6,5

dengan

(Daeschel, 1990). L.
baik, dan

(bakteriosin) pada

tetap

suhu

aktif

rendah

(Buchanan dan Klawitter, 1991). Karakteristik ini merupakan keuntungan


dalam memanfaatkan bakteriosin untuk memperpanjang masa simpan filet
nila pada suhu rendah.
Perendaman filet nila merah dalam larutan L. plantarum dapat
menghasilkan penurunan nilai pH substrat sehingga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri pembusuk yang tidak tahan terhadap kondisi asam atau
pH rendah. Berdasarkan hasil penelitian Rostini (2002), dilihat dari jumlah
bakteri dan organoleptik, filet yang diberi L. plantarum 108 cfu/ml dapat
diterima sampai hari ke9. Jumlah bakteri, kenampakan, dan aroma filet yang
diberi L. plantarum 109 cfu/ml dapat diterima sampai hari ke-9, sedangkan
lendir

dan

tekstur

diterima

sampai

hari

ke-8,

dan

pemberian L.

plantarum 1010 cfu/ml berdasarkan jumlah bakteri dan organoleptik dapat


diterima sampai hari ke-7. Hal ini berarti bahwa konsentrasi pemberian L.
plantarum

dilihat

dari

jumlah

bakteri

dan

karakteristik organoleptik,

pemberian L. plantarumdengan konsentrasi 108 cfu/ml menghasilkan lama


penyimpanan yang lebih lama. Berdasarkan hasil penelitian filet nila merah
yang disimpan pada suhu 5-10oC dapat diterima sampai hari ke-7
berdasarkan

batas

penerimaan

terhadap

aroma

dan

serta

dapat

menghambat pertumbuhan bakteri sampai hari ke-7. Dengan demikian berarti


bahwa filet nila merah yang diberi bakteri asam laktat (BAL) jenis L.
plantarum memiliki masa simpan dua hari lebih lama bila dibandingkan
dengan filet yang tidak diberi L. plantarum.
Di dukung oleh hasil penelitian lain menyatakan bahwa filet nila merah
yang direndam dengan larutan L. plantarum sebanyak 108 cfu/ml selama 5,
10, dan 15 menit mampu mencapai masa simpan hingga hari ke-9. Hal
tersebut disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembusuk yang menjadi lebih
lambat karena L. plantarum yang diinokulasikan ke dalam filet konsentrasinya
cukup padat ssehingga terjadi persaingan dengan bakter pembusuk dalam
memperebutkan nutrient pada medium filet. Adanya proses persaingan serta

terbatasnya jumlah nutrient pada medium filet menyebabkan pertumbuhan


bakteri pembusuk menjadi terhambat (Jenie et al., 1997).
Filet yang mempunyai masa simpan hingga hari ke-9, pertumbuhan
bakteri pembusuk meningkat pesat pada hari terakhir penyimpanan (hari ke10). Pada akhir masa simpan, pertumbuhan L. lantarum mulai terdesak dan
senyawa-senyawa antimikrobanya sulit beraktivitas. Filet nila sebagai
medium tumbuh mikroba, mengalami penumpukkan senyawa metabolit yang
merupakan hasil reaksi metabolisme L. plantarum itu sendiri, dan pada
akhirnya senyawa-senyawa metabolit tersebut akan bersifat racun serta
mengganggu

keseimbangan

pertumbuhan L.

plantarum.

Selain

itu,

kandungan nutrisi sangat diperlukan oleh L. plantarum dari medium (filet nila)
sudah sangat berkurang (Fardiaz, 1992).

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari

hasil

pembahasan

tersebut

dapat

disimpulkan

bahwa

mikroorganisme termasuk bakteri Lactobacillus plantarum (Bakteri laktat


merupakan bakteri yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Bakteri
Lactobacillus

plantarum

adalah

bakteri

Lactobacilliceae dan genus Lactobacillus

L.

asam

laktat

Plantarum

dari

famili

juga merupakan

spesies Lactobacillus yang mampu memproduksi H2O2 dalam jumlah yang


tinggi. Lactobacillus plantarum memiliki manfaat dalam menghambat bakteri
pathogen, pengawetan, fermentasi, menghasilkan bakteriosin, menghambat
penurunan mutu filet. Bakteri L. plantarum umumnya lebih tahan terhadap
keadaan asam dan oleh karenanya menjadi lebih banyak terdapat pada
tahapan terakhir dari fermentasi tipe asam laktat. Bakteri ini sering digunakan
dalam fermentasi susu, sayuran, dan daging (sosis). Fermentasi dari L.
plantarum bersifat homofermentatif sehingga tidak menghasilkan gas.
B. SARAN

Setelah mempelajari tentang mikrobiologi ini kiranya kita dapat


memanfaatkan semaksimal mungkin meteri ini sehingga kita dapat mengerti
dan memahami tentang infeksi kami sadar dan mengakuinya, masih banyak
kesalahan dan kekurangan yang harus ditutupi.

DAFTAR PUSTAKA

Afriani. 2010. Pengaruh Penggunaan Starter Bakteri Asam Laktat Lactobacillus


plantarum dan Lactobacillus fermentum terhadapTotal Bakteri Asam Laktat,
Kadar Asam dan Nilai pH Dadih Susu Sapi. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Peternakan. Vol. XIII, No. 6
Buchanan, R.L. and Klawitter, L.A., 1992a. Efectiveness of Carnobacterium piscicola
LK5 for Controlling the Growth of Listeria monocytogenes Scott A in
Refrigerated Foods. J. Food Safety. 12: 219-236.
Buchanan, R.L. and Klawitter, L.A., 1992b. Characterization of a Lactic Acid Bacterium,
Carnobacterium piscicola LK5, with Activity Against Listeria monocytogenes
at Refrigeration Temperatures. J. Food Safety. 12: 199- 217.
Buckle, Edwards, Fleet, Wooton, 1987, Ilmu Pangan (Terjemahan), Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Cahyadi, N., Sirait, C.H., Panggabean, T., Putu, I.G., 1995. Peningkatan mutu olahan
dadih. Kumpulan Hasil-hasil Penelitian APBN 1994/1995. Balai Penelitian
Ternak Ciawi. Bogor: 67-71.
Elida, M., 2002. Profil bakteri asam laktat dari dadih yang difermentasi dalam berbagai
jenis bambu dan potensinya sebagai probiotik [Tesis].Bogor. Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Fardiaz, S. 1986. Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gilliland, S. E., 1985. Bacterial Starter Cultures for Foods. CRC-Press, Inc. Boca
Raton, Florida.
Jenie, S.L., Rini, S.E. 1995. Aktivitas Antimikroba dari Beberapa Spesies Lactobacillus
terhadap Mikroba Patogen dan Perusak Makanan. Buletin Teknologi dan
Industri Pangan 7(2) : 46-51
Kanbe, M., 1992. Traditional fermented milk of the world. Di dalam : Nakazawa Y,
Hosono ADN, editor. Functions of Fermented Milk Challenges for the Health
Science. London and New York : Elsevier Science.

Karsinah, Lucky, H.M., Suharto, Mardiastuti, H.W., 1994. Batang Negatif Gram, Ed
revisi. Di dalam: Staf Pengajar FKUI, Mikrobiologi Kedokteran, Jakarta: UI-Pr.
Lee, Y.K., Wong, S.F., 1998. Stability of Lactic Acid Bacteria In Fermented Milk. Di
dalam: Salminen, Wright, editor. Lactic Acid Bacteria. New York: Marcell
Dekker Inc.
Leon A. Simons, Sarah G. Amansec, Patricia Conway. 2005. Effect of Lactobacillus
fermentum on serum lipids in subjects with elevated serum cholesterol.
School of Biotechnology and Biomolecular Sciences, University of NSW,
Sydney, NSW, Australia.
Lin, M.C., Moon, S.S., Doyle, M.P., Watter, K.Y., 2002. Inactivation of Escherichia coli
O157H17,

Salmonella

enteritica

Serotype

enteritidis

and

Listeria

monocytogenes on lettuce by hydrogen peroxide and lactic acid with mild


heat. J Food Pro 65:1215-1220
Lin, M.C., Moon, S.S., Doyle, M.P., Watter, K.Y., 2002. Inactivation of Escherichia coli
O157H17,

Salmonella

enteritica

Serotype

enteritidis

and

Listeria

monocytogenes on lettuce by hydrogen peroxide and lactic acid with mild


heat. J Food Pro 65:1215-1220.
Maaike C. de Vries, Elaine E. Vaughan, Michiel Kleerebezem, Willem M. de Vos. 2015.
Lactobacillus

plantarumsurvival,

functional

and

potential

probiotic

properties in the human intestinal tract. International Dairy Journal.


Netherlands.
Madigan, M. T., J.M. matinko, D. A. Stahl, & D. P. Clark. 2012. Biology of
microorganism. 10 th ed. Prentice Hall International Inc., London: ii + 1044
hlm.
Rostini, I. 2002. Peranan Bakteri Asam Laktat (Lactobacillus plantarum) terhadap
Masa Simpan Fillet Nila Merah pada Suhu Rendah. Semarang.
Shanti Ratnakomala, Roni Ridwan, Gina Katrina, Yantyati Widyastuti. 2006. Pengaruh
Inokulum Lactobacillus plantarum 1A-2 dan 1BL-2 terhadap Kualitas Silase

Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Pusat Penelitian Bioteknologi,


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong-Bogor 16911. Vol 7,
No. 2.
Widodo, W. 2002. Bioteknologi fermentasi susu. Media Bioteknologi, hlm.1-29. Pusat
Pengembangan Bioteknologi Universitas Muhammadiyah Malang. Jawa
Timur.
Wirahadikusumah. 1977. Biokimia Proteina, Enzima, dan Asam Nukleat. Bandung :
Penerbit ITB
Zuraida Hanum. 2010. Kemampuan Susu Fermentasi Lactobacillus plantarum
Menghambat Salmonella typhymurium Secara In Vitro. Fakultas Pertanian,
Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. Agripet Vol 10, No. 2.

Anda mungkin juga menyukai