Anda di halaman 1dari 10

Oseana, Volume 44, Nomor 2 Tahun 2019 : 25 - 34 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185

INTERAKSI MIKROALGA-BAKTERI DAN PERANANNYA DALAM PRODUKSI


SENYAWA DALAM KULTUR MIKROALGA

Oleh
Diah Radini Noerdjito1)

ABSTRACT
MICROALGAE-BACTERIA INTERACTIONS AND THEIR ROLES ON
METABOLITES PRODUCTION OF MICROALGAE CULTURE. During this time,
bacteria existence in microalgae culture is considered as a negative thing. Recently, the
interaction between bacteria and microalgae can also be a mutually beneficial relationship or
not detrimental to the other party. The mutually beneficial relationship between bacteria and
microalgae can be applied as basic knowledge to increase microalgae culture production,
which can be used further as a control mechanism for bacterial-microalgae interactions and
can help increase the biomass production and certain metabolites microalgae culture. Another
application is such as in environmental technology for bioremediation and bloom control.
Keywords: Microalgae, Bacteria, Interactions, Potency.

PENDAHULUAN Komunitas fitoplankton dan bakterio-


plankton tersebut mempengaruhi siklus
Fitoplankton, termasuk di dalamnya
karbon di perairan, sehingga berpengaruh
mikroalga, merupakan produsen utama di
juga terhadap iklim (Ramanan et al., 2016).
perairan laut (Chapman, 2013). Mikroalga
Pada lingkungan darat, telah
adalah organisme uniseluler, mempunyai
diketahui bahwa bakteri berperan dalam
struktur sangat sederhana, berukuran
proses dekomposisi hewan dan tumbuhan
mikroskopik, sebagian hidup di perairan
menjadi senyawa organik, serta dapat
tawar dan sebagian di perairan laut.
meningkatkan pertumbuhan tumbuhan
Pertumbuhan mikroalga di perairan
(plant growth) melalui mekanisme
merupakan efek kompleks dari berbagai
‘komunikasi kimiawi’ melalui produksi
faktor lingkungan antara lain cahaya dan
senyawa metabolit yang kompleks dan
kandungan berbagai jenis nutrien. Di
pertukaran nutrien (Phillipot et al., 2013).
perairan laut, diatom (Bacillariophyceae)
Pada lingkungan akuatik, proses yang
merupakan fitoplankton yang dominan,
serupa juga terjadi. Pada ekosistem akuatik,
sedangkan alga hijau (Chlorophyceae)
fitoplankton melepaskan dissolved organic
merupakan fitoplankton yang predominan
matter (DOM) dan dissolved organic
(Cadoret et al., 2012). Selain fitoplankton,
carbon (DOC) selama pertumbuhannya.
bakterioplankton juga mendominasi
Setelah mati, sel fitoplankton didegradasi
komunitas plankton di laut dan perairan
oleh bakteri di dalam kolom air kemudian
tawar (Sarmento & Gasol, 2012).
tenggelam ke dasar. Dalam proses

1)
Pusat Penelitian Oseanografi LIPI

25
degradasi tersebut, bakteri meremine- (Gambar 1) dalam ekosistem perairan,
ralisasi nutrien terutama fosfor dan namun juga dapat mendasari
nitrogen, yang dapat digunakan kembali pengembangan kultur mikroalga.
oleh mikroalga sebagai sumber nutrien. Pengetahuan dan mekanisme kontrol
Interaksi yang terjadi antara bakteri- terhadap interaksi bakteri-mikroalga dapat
fitoplankton menarik untuk dibahas lebih membantu meningkatkan produksi
lanjut. Kajian tersebut tidak hanya penting metabolit tertentu dalam proses produksi
dalam studi mengenai microbial loop mikroalga (Fuentes et al., 2016).

Gambar 1. Gambaran sederhana microbial loop di laut yang melibatkan bakteri dan
fitoplankton (sumber: https://www.plankton-bloom.com/)

26
INTERAKSI MIKROALGA DAN dapat digunakan mikroalga dalam
BAKTERI metabolismenya, sehingga pertumbuhan
mikroalga meningkat. Fuentes et al. (2016)
Secara alami, terdapat interaksi
menyatakan bakteri memproduksi faktor
antara mikroalga dan bakteri di lingkungan
peningkat pertumbuhan (growth promoting
(Munoz & Guieysse, 2006). Semula,
factor), yang dapat mempercepat
kehadiran bakteri dalam kultur mikroalga
pertumbuhan mikroalga dan meningkatkan
dianggap sebagai kontaminan (Yao et al.,
produksi karbohidrat, lipida, dan pigmen.
2018) atau interaksi parasitisme. Namun,
penelitian terbaru menunjukkan interaksi
yang beragam antara mikroalga dan bakteri, Komensalisme
Komensalisme adalah hubungan
yang dapat dibedakan menjadi hubungan
biologis antara dua spesies atau lebih, yang
mutualisme, komensalisme, dan
mana hanya satu pihak yang diuntungkan,
parasitisme (Cordero et al., 2016).
sedangkan pihak yang lain tidak
diuntungkan dan tidak juga dirugikan,
Mutualisme
Contoh interaksi komensalisme mikroalga-
Simbiosis mutualisme adalah
bakteri adalah bakteri yang menyuplai
interaksi biologis antara dua spesies atau
vitamin B12 pada Chlamydomonas
lebih yang saling menguntungkan satu
reinhardtii, namun bakteri tidak
sama lain (Seyedsayamdost et al., 2011;
mempergunakan karbon yang dihasilkan
Cooper et al., 2015; Ramanan et al., 2016).
mikroalga tersebut (Kazamia et al., 2011).
Simbiosis mutualisme yang umum antara
bakteri dan mikroalga adalah penyediaan
vitamin B12 oleh bakteri, dan produksi Parasitisme
Parasitisme adalah interaksi antara
fixed carbon oleh mikroalga (Croft et al.,
dua spesies atau lebih yang mana satu pihak
2005). Penelitian lebih lanjut oleh Cho et
diuntungkan dan pihak yang lain dirugikan.
al. (2015) menunjukkan bahwa bakteri
Umumnya ukuran parasit lebih kecil, dan
Azospirillum, Mesorhizobium, dan
membutuhkan inang untuk hidup. Banyak
Rhizobium menghasilkan senyawa yang
jenis bakteri diketahui memberikan efek
meningkatkan pertumbuhan (growth
negatif terhadap pertumbuhan mikroalga,
promotor) bagi mikroalga, dan mikroalga
sehingga digunakan sebagai control
menghasilkan senyawa growth promotor
blooming cyanobakteria dan mikroalga
bagi bakteri; selain juga sebagai penghasil
(Kim et al., 2008).
nitrogen (nitrogen supplier) bagi
Pada kasus parasitisme oleh bakteri,
lingkungan. Pada mikroalga yang
sel alga menjadi lisis oleh aktivitas enzim
ditumbuhkan dengan penambahan satu atau
glukosidase, kitinase, selulase, dan enzim
beberapa jenis (konsorsium) bakteri,
lainnya. Setelah sel alga lisis, bakteri
mikroalga menghasilkan karbon organik
mempergunakan senyawa intraseluler alga
yang dapat digunakan oleh bakteri.
sebagai nutrien (Kim et al., 2008). Tipe lain
Sebaliknya, adanya konsorsium bakteri
parasitisme oleh bakteri adalah adanya
meningkatkan pertumbuhan mikroalga.
kompetisi penggunaan nutrien antara
Sehingga, muncul hipotesis bahwa
bakteri dan mikroalga yang menyebabkan
konsorsium bakteri mungkin menyediakan
adanya hambatan dalam pertumbuhan
senyawa organik dan/atau anorganik yang
mikroalga (Ramanan et al., 2016).

27
Bakteri yang bersifat parasit Bakteri menghasilkan vitamin B12
umumnya hidup di dekat dinding sel dipergunakan untuk pertumbuhannya;
mikroalga, yang memudahkan untuk karbon yang dihasilkan oleh mikroalga
mendegrasi dinding sel. Kehadiran bakteri kemudian digunakan oleh bakteri untuk
parasit dalam kultur mikroalga dapat tumbuh. Bakteri juga menghasilkan
dimanfaatkan dalam bioteknologi industri, senyawa antibiotik yang melindungi
misalnya untuk menghasilkan enzim mikroalga dari bakteri yang bersifat parasit.
selulase. Enzim selulase dimanfaatkan Senyawa lain yang dihasilkan bakteri
antara lain dalam industri minuman adalah AHL (acyl-homoserine lactone)
fermentasi seperti bir dan anggur. yang membantu pembuatan biofilm antara
bakteri dan sel mikroalga; yang dapat
PERANAN INTERAKSI diaplikasikan lebih lanjut dalam
MIKROALGA-BAKTERI pemanenan kultur mikroalga dan
TERHADAP METABOLISME pengolahan limbah.
MIKROALGA Komunitas bakteri yang berasosiasi
dengan kultur mikroalga ternyata juga
Kultur skala besar mikroalga
dapat membantu pengikatan nutrien
membutuhkan usaha yang besar untuk
anorganik yang tidak terserap melalui
mempertahankan kondisi kultur agar tetap
mekanisme biologis (un-bioavailable) bagi
bebas dari organisme selain yang dikultur
mikroalga (Fuentes et al., 2016).
(axenic) dan monokultur. Namun, akhir-
Contohnya adalah bakteri yang secara
akhir ini disadari bahwa kehadiran jenis-
jenis bakteri tertentu dalam kultur filogenetik dekat dengan -proteobacteria
mikroalga dapat meningkatkan produksi Roseobacter dan bakteri yang secara
biomassa. filogenetik dekat dengan -proteobacteria
Secara umum, interaksi yang positif Marinobacter. Bakteri tersebut
antara mikroalga dan bakteri dilakukan memproduksi siderophore dan vibrioferrin,
melalui senyawa kimia (Gambar 2). yang membantu mengikat Fe (III) sehingga
Interaksi tersebut meliputi pertukaran dapat digunakan oleh mikroalga, antara lain
makronutrien seperti nitrogen, oksigen, dan Scrippsiella trochoidea. Mikroalga
karbon; serta mikronutrien seperti vitamin kemudian menggunakan Fe tesebut dalam
(Tabel 1). Oksigen yang dihasilkan proses fotosintesis yang mengubah karbon
mikroalga melalui proses fotosintesis anorganik menjadi senyawa organik
dipergunakan oleh bakteri, sehingga terlarut dan DOM; yang kemudian dapat
menciptakan lingkungan yang sesuai bagi digunakan oleh bakteri untuk memproduksi
mikroalga untuk menghasilkan energi. siderophore.

28
Gambar 2. Interaksi mikroalga dan bakteri (Fuentes et al., 2016)

Nutrien lain yang berperan dalam Bioremediasi dan pengolahan limbah


interaksi mikroalga dan bakteri adalah Mikroalga membutuhkan logam
nitrogen. Interaksi ini umumnya adalah sebagai mikronutrien untuk pertumbuhan
interaksi komensalisme yang mana bakteri dan metabolismenya. Namun, kandungan
pengikat nitrogen (nitrogen-fixing logam yang tinggi dalam perairan juga
bacteria) dalam kondisi anaerobik akan dapat menghambat pertumbuhan
menyuplai karbon anorganik yang mikroalga. Adanya bakteri yang
dibutuhkan mikroalga untuk pertumbuhan bersimbiosis dengan mikroalga akan
(Tabel 1). Contoh lain adalah mikroalga mengikat logam, sehingga mengurangi
Neochloris oleoabundans yang kandungan logam di perairan. Akumulasi
menggunakan siderophore sebagai sumber logam berat oleh komunitas mikroalga-
nitrogen (Villa et al., 2014). bakteri antara lain meliputi absorbsi fisik,
ikatan kovalen, pertukaran ion, absorbsi
POTENSI APLIKASI kimia, presipitasi permukaan, dan reaksi
redoks di permukaan sel.
Interaksi antara mikroalga-bakteri
Beberapa penggunaan konsorsium
dapat dimanfaatkan lebih lanjut antara lain
mikroalga-bakteri untuk bioremediasi yaitu
dalam environmental technology (meliputi
untuk bioremediasi logam (Boivin et al.,
bioremediasi dan pengolahan limbah;
2007), degradasi insektisida organofosfat
kontrol terhadap alga bloom/HAB) dan
(Subashchandrabose et al., 2011),
dalam bidang bioteknologi yang meliputi
degradasi pestisida toksik seperti DDT dan
biorefinery dan sistem akuakultur
atrazine (Subashchandrabose et al., 2013),
berkelanjutan (Gambar 3).
polutan organik (Mahdavi et al., 2015).

29
Tabel 1. Beberapa interaksi mikroalga-bakteri yang meningkatkan pertumbuhan kultur
mikroalga dan akumulasi senyawa penting (Fuentes et al., 2016).

Senyawa
Senyawa yang
yang
Mikroalga Bakteri dihasilkan Pustaka
dihasilkan
bakteri
mikroalga
Peningkatan pertumbuhan mikroalga
E. huxleyi P. Dimethyl- Antibiotik Seyedsayamdost et
gallaeciensis sulphonio- al. (2011)
propio-nate
B. braunii Rhizobium sp. AHL Rivas et al. (2010)
L. rostrate M. loti Vitamin B12 Kazamia et
al., (2012)
T. pseudonana R. pomeroyi 2,3- Vitamin B12 Durham et
CCMP1335 DSS-3 dihydroxy- al. (2015)
pro-pane-1-
sulfonate
S. trochoidea Marinobacter Molekul Vibrioferrin Amin et al. (2009)
organik
S. trochoidea Marinobacter Molekul Vibrioferrin Amin et al. (2009)
organik
N. oleoabundans Marinobacter Siderophore Santos et
al. (2014)
Scenedesmus sp. Marinobacter Siderophore Santos et al.
(2014)
Akumulasi lipida dan asam lemak
C. vulgaris A. brasilense Siderophore Leyva et al.(2014)
yang
memediasi
fiksasi nitrogen
Akumulasi karbohidrat dan pati
C. vulgaris A. brasilense Siderophore Choix et al.
yang (2012)
memediasi
fiksasi nitrogen
C. sorokiniana A. brasilense Siderophore Choix et al.
yang (2012)
memediasi
fiksasi nitrogen

30
Gambar 3. Potensi pengembangan interaksi mikroalga-bakteri (Ramanan et al., 2016)

Kontrol terhadap alga bloom Sistem akuakultur berkelanjutan


Penelitian antara lain oleh Gonzalez Penggunaan mikroalga sebagai
et al. (2000) menunjukkan adanya kontrol pakan alami sudah dilakukan lama. Adanya
dari bakteri terhadap pertumbuhan pesat tak bakteri simbion pada mikroalga ternyata
terkendali (alga bloom) yang disebabkan dapat menjaga kesehatan sistem akuakultur
oleh Emiliania huxleyi. Namun, penelitian . Beberapa jenis mikroalga digunakan
yang lebih lanjut dan mendalam diperlukan untuk mengontrol bakteri patogen dalam
untuk penanganan terhadap harmful algal sistem akuakultur seperti Vibrio harveyi
bloom (HAB). melalui perusakan komunikasi quorum
sensing antar bakteri patogen. Konsorsium
Biorefinery kultur mikroalga mikroalga-bakteri dalam bentuk flok
Bakteri mempunyai peran penting setelah pengolahan limbah dapat digunakan
sebagai penyedia fitohormon ataupun sebagai pakan udang putih Litopenaeus
makro dan mikronutrien yang dibutuhkan vannamei melalui sistem akuakultur
mikroalga untuk pertumbuhannya. berkelanjutan (Natrah et al., 2013).
Penelitian Cho et al., (2015) menemukan
bahwa kultivasi bersama antara mikroalga PENUTUP
dan bakteri yang dapat memicu Adanya bakteri di dalam kultur
pertumbuhan (growth enhancing bacteria) mikroalga tidak selalu merupakan hal yang
akan meningkatkan laju pertumbuhan merugikan. Adanya bakteri simbion
mikroalga antara 10-70%. Namun, mutualistik ternyata dapat memberikan
monitoring alga dan bakteri diperlukan hasil positif yang mampu meningkatkan
untuk mempertahankan konsorsium produktivitas kultur mikroalga. Selain itu,
mikroalga-bakteri, dan menghindari ternyata interaksi mikroalga-bakteri dalam
hadirnya bakteri yang tidak diinginkan,

31
bentuk konsorsium dapat pula berperan Cho D.H., Ramanan R., Heo J., Kang Z.,
dalam bidang teknologi lingkungan dan Kim B.H., Ahn C.Y., Oh H.M., &
bioteknologi. Namun, diperlukan Kim H.S. (2015). Organic carbon,
monitoring dan kontrol agar tidak terdapat influent microbial diversity and
bakteri merugikan atau patogen di dalam temperature strongly influence algal
konsorsium tersebut. diversity and biomass in raceway
ponds treating raw municipal
DAFTAR PUSTAKA wastewater. Bioresour. Technol.,
191, 481–487. https://doi.org/
Amin, S.A., Green, D.H., Hart, M.C.,
10.1016/j.biortech.2015.02.013.
Kupper F.C., Sunda, W.G., &
Cooper M.B., & Smith A.G. (2015).
Carrano, C.J. (2009). Photolysis of
Exploring mutualistic interactions
iron-siderophore chelates promotes
between microalgae and bacteria in
bacterial-algal mutualism. PNAS,
the omics age. Curr. Opin. Plant
106 (40), 17071-17076. http://
Biol, 26, 147–153. https://doi.org/
doi.org/10/1073/pnas.0905512106.
10.1016/j.pbi.2015.07.003
Boivin, M.E.Y, Greve, G.D., García-
Choix, F.J., de-Bashan, L.E., & Bashan, Y.
Meza, J.V., Massieux, B.,
(2012). Enhanced accumulation of
Sprenger, W., & Kraak, M.H.S.
starch and total carbohydrates in
(2007). Algal–bacterial interactions
alginate-immobilized Chlorella spp.
in metal contaminated floodplain
induced by Azospirillum
sediments. Environ. Pollut., 145,
brasiliense: II. Heterotrophic
884-894.
conditions. Enzyme Microb
Cadoret, J.P., Bruno, S.J., & Garnier, M.
Technol., 51(5), 300–309.
(2012). Chapter eight. Microalgae,
https://doi.org/10.1016/j.enzmictec.
functional genomics, and
2012.07.012.
biotechnology. Advances in
Croft M.T., Lawrence A.D., Raux-Deery E.,
Botanical Research, 64, 285–341.
Warren J.M., & Smith A.G. (2005).
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-
Algae acquire vitamin B12 through a
391499-6.00008-6
symbiotic relationship with
Chapman, R.L. (2013). Algae: the world’s
bacteria. Nature, 438, 90–93.
most important ‘plants’ – an
https://doi.org/10.1038/nature04056.
introduction. Mitigation and
Durham, B.P., Sharma, S., Luo, H., Smith,
Adaptation Strategies for Global
C.B., Amin, S.A., Bender, S.J.,
Change, 18(1), 5–12.
Dearth, S.P., Van Mooy, B.A.,
https://doi.org/10.1007/S.11027-
Campagna, S.R., &Kujawinski,
010-9255-9
E.B. (2015). Cryptic carbon and
Cho, D.H., Ramanan, R., Heo, J., Lee, J.,
sulfur cycling between surface
Kim, B.H., & Oh, H.M. (2015).
ocean plankton. Proc Natl Acad Sci
Enhancing microalgal biomass
USA, 112: 453–457.
productivity by engineering a
Fuentes, J.L., Garbato, I., Cuaresma, M.
microalgal–bacterial community.
Montero, Z., del-Valle, M.G., &
Bioresour. Technol., 175, 578–585.
Vilchez, C. (2016). Impact of
microalgae-bacteria interactions on

32
the production of algal biomass and tailings pond water using
associated compounds. Marine indigenous algae–bacteria
Drugs, 14(5), 100. http://doi.org/ consortium. Bioresour.
10.3390/md14050100 Technol., 187, 97–105.
González, J.M., Simó, R., Massana, R., Natrah,F.M.I., Bossier, P., Sorgeloos, P,
Covert, J.S., E.O.Casamayor, & Yusoff, F.M., & Defoirdt, T.
Pedrós-Alió, C. (2000). Bacterial (2013). Significance of microalgal–
community structure associated bacterial interactions for
with a dimethylsulfoniopropionate- aquaculture. Rev. Aquac, 6(1).
producing north atlantic algal https://doi.org/10.1111/raq.12024
bloom. Appl. Environ. Ramanan R., Kim B.H., Cho D.H., Oh
Microbiol, 66, 4237–4246. H.M., & Kim H.S. (2016). Algae-
Kazamia, E., Czesnick, H., Nguyen, T.T., bacteria interactions: Evolution,
Croft, M.T., Sherwood, E., Saso, S., ecology and emerging
Hodson, S.J., Warren, M.J. & applications. Biotechnol. Adv., 34,
Smith, A.G. (2012). Mutualistic 14–29.
interactions between vitamin B12 – https://doi.org/10.1016/j.biotechad
dependent algae and heterotrophic v.2015.12.003.
bacteria exhibit regulation. Rivas, M.O., Vargas, P., & Riquelme, C.E.
Environmental Microbiology, (2010). Interactions of
14(6), 1466–1476. https://doi.org/ Botryococcus braunii cultures with
10.1111/j.1462- bacterial biofilms. Microbial
2920.2012.02733.x. ecology, 60(3), 628–635.
Kim M.J., Jeong S.Y., & Lee S.J. (2008). https://doi.org/ 10.1007/s00248-
Isolation, identification, and 010-9686-6.
algicidal activity of marine bacteria Sarmento, H., & Gasol, J.M. (2012). Use of
against Cochlodinium phytoplankton-derived dissolved
polykrikoides. J. Appl. Phycol., 20, organic carbon bydifferent types of
1069–1078. https://doi.org/ bacterioplankton. Environ.
10.1007/s10811-008-9312-x. Microbiol, 14, 2348–2360.
Lvya, L.A., Bashan, Y., Mendoza, A., & Seyedsayamdost M.R., Case R.J., Kolter
de-Basham, L.E. (2014). R., & Clardy J. (2011). The Jekyll-
Accumulation of fatty acids in and-Hyde chemistry
Chlorella vulgaris under of Phaeobacter gallaeciensis. Nat.
heterotrophic conditions in relation Chem., 3, 331–335. https://doi.org/
to activity of acetyl-CoA 10.1038/nchem.1002.
carboxylase, temperature, and co- Santos, S., Neto, I.F., Mochado, M.D.,
immobilization with Azospirillum Soares, H.M., & Soares, E.V.
brasilense. Naturwissenschaften, (2014) Siderophores production by
101(12), 1115. https://doi.org/ Bacillus megaterium: effect of
10.1007/s00114-014-1223-x growth phase and cultural
Mahdavi, H., Prasad, V., Liu, Y., & Ulrich, conditions. Appl. Biochem
A.C. (2015). In situ biodegradation Biotechnol., 172(1), 549–560.
of naphthenic acids in oil sands

33
https://doi.org/ 10.1007/s12010- and microalgae as distinctive
013-0562-y biological agents for organic
Subashchandrabose, S.R., pollutant degradation. Environ.
Ramakrishnan, B., Megharaj, M., Int., 51, 59–72.
Venkateswarlu, K., & Naidu, R. Villa, J.A., Ray, E.E., & Barney,
(2011). Consortia of cyanobacteria B.M. (2014). Azotobacter
/microalgae and bacteria: vinelandii siderophore can provide
biotechnological potential. nitrogen to support the culture of the
Biotechnol. Adv., 29, 896–907. green algae Neochloris
Subashchandrabose, S.R., oleoabundans and Scenedesmus sp.
Ramakrishnan, B., Megharaj, M., BA032. FEMS Microbiol. Lett.,
Venkateswarlu, K., & Naidu, R. 351, 70–77.
(2013). Mixotrophic cyanobacteria

34

Anda mungkin juga menyukai