Nim: 1805030158
Tugas : Manajemen Ternak unggas
Ringkasan Modul
MODUL I
NUTRIEN UNTUK AYAM BROILER DAN PETELUR
Sekarang ini pakan untuk ayam broiler dibagi ke dalam 2 fase yaitu pakan starter (1-21
hari) dan finisher (22-32 atau 35 hari). Beberapa perusahaan menggolongkan pakan
broiler dalam 3 fase yaitu pakan fase starter untuk ayam dari umur 1-18 hari, pakan
grower 19-30 hari dan pakan finisher 31-42 hari.
Kebutuhan energi untuk pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh bobot badan dan juga jenis
kelamin serta bangsa hewan. Jantan biasanya mempunyai kecepatan pertumbuhan yang lebih
cepat dibandingkan betina, oleh karena itu kebutuhan energi untuk jantan lebih banyak
daripada untuk betina. Pada waktu lalu, broiler mengatur konsumsi pakannya untuk
memperoleh energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan untuk hidup. Sekarang ini,
broiler telah diseleksi untuk meningkatkan nafsu makan, sehingga mekanisme pengaturan
konsumsi pakan sedikit berbeda dengan waktu lalu.
Lemak pada pakan broiler
Nilai dari energi kotor dari lemak kira-kira 2,25 kali lebih tinggi dari karbohidrat
(Coon, 2002a). Oleh karena itu, lemak biasanya ditambahkan pada pakan broiler
untuk meningkatkan nilai energi metabolis pada tingkat tinggi. Apabila lemak
terdapat pada pakan broiler, penggunaan dari semua konsumsi energi menjadi lebih
baik. Penambahan lemak dapat memperlambat waktu transit pencernaan melalui usus
halus, sehingga penggunaan zat pakan lebih efisien. Biasanya lemak ditambahkan
pada pakan broiler sebanyak 2-4%. Lemak dapat mengurangi debu pakan, dan
mengurangi hilangnya zat pakan akibat debu sehingga membuat pakan menjadi lebih
baik dan meningkatkan palatabilitas. Selain itu, lemak dapat mengurangi ausnya
mesin dan menghemat tenaga yang dibutuhkan dalam membuat pellet. Ketersediaan
lemak pada pakan sangat bervariasi, tidak hanya lemak itu sendiri berbeda, tetapi
beberapa faktor lain mempengaruhi ketersediaan lemak. Faktor tersebut ialah umur
unggas, jenis unggas, jenis pakan, level lemak pada pakan, komposisi lemak
termasuk kandungan asam lemak bebas, dan derajat kejenuhan dan kemurnian lemak.
Produksi broiler komersial dari sejak dulu ditujukan untuk tumbuh lebih cepat dengan
bobot tubuh yang cukup dan konversi pakan yang baik, tetapi konsekuensinya lemak
tubuh meningkat. Penimbunan lemak pada lokasi tertentu berhubungan dengan umur
dan kurva pertumbuhan broiler. Lemak abdominal terdapat pada tubuh ayam terutama
selama fase awal pertumbuhan. Perbedaan kuantitas lemak abdominal adalah hasil
dari perbedaan kecepatan pertumbuhan. Ada pembawaaan lemak abdominal
meningkat dengan meningkatnya bobot tubuh. Penimbunan lemak yang tidak
berlebihan untuk dipasarkan merupakan hal penting, karena akan memberikan
penampilan karkas yang baik dan memperbaiki kualitas daging, karena lemak yang
berlebihan dapat membahayakan. Trigliserida adalah jenis lemak yang paling banyak
terdapat pada jaringan tubuh ayam. Kira-kira 95% trigliserida berasal dari pakan dan
5% disintesa dalam tubuh. Jantan mempunyai lemak tubuh lebih banyak
dibandingkan dengan betina. Lemak abdominal lebih banyak terdapat pada betina
daripada jantan. Pada saat ayam betina dipotong lemak banyak terdapat pada rongga
perut, sedangkan pada jantan lemak banyak terdapat di bawah kulit.
Asam amino tercerna pada pakan broiler bervariasi, dan ini tergantung pada faktor
anti nutrisi. Hasil penelitian Mulyantini (2005) dengan menggunakan ayam broiler
yang diberi pakan yang diformulasikan dengan asam amino tercerna memperlihatkan
hasil yang lebih baik dari pada formulasi pakan berdasarkan total asam amino. Broiler
yang diberi pakan dengan formulasi asam amino tercerna mempunyai bobot tubuh
yang lebih tinggi dan konversi pakan yang lebih baik dibandingkan dengan broiler
yang diberi pakan dengan formulasi pakan berdasarkan total asam amino. Karena
kebutuhan satu
set asam amino tidak dapat diterapkan untuk semua broiler, maka digunakan profil
asam amino untuk menyesuaikan semua level ‘protein ideal’. Cara ini dapat
mengatasi adanya perbedaan lingkungan, jenis kelamin, komposisi tubuh, dan genetik
yang dapat mempengaruhi kebutuhan asam amino untuk broiler. Profil asam amino
telah dikorelasikan terhadap asam mino lisin dalam pakan, karena lisin relatif mudah
untuk dianalisa. Efek negatif dari mengkorelasikan asam amino lain terhadap lisin
yaitu potensial untuk kelebihan mengkonsumsi asam amino yang lain. Penelitian
mengenai sekuen asam-amino enzim saluran pencernaan memerlukan biaya besar,
tetapi hasilnya dapat memberikan rekayasa unsur nutrien pakan yang diberikan
kepada DOC dapat sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas saluran pencernaannya
untuk tumbuh sesuai potensi genetiknya.
Vitamin adalah mikronutrien atau senyawa organik yang dibutuhkan dalam jumlah
sedikit, tapi mempunyai peranan yang besar terhadap produktivitas ayam. Ketersediaan
vitamin akan membantu proses metabolisme karbohidrat, protein dan lemak sehingga
dapat dicerna dan diserap oleh tubuh ayam. Sebagai contoh vitamin E melindungi
membran sel dan memacu sistem kekebalan tubuh. Kebutuhan kalsium (Ca) untuk ayam
broiler adalah 0,9-1,00%, sedangkan fosfor (P) tersedia sebanyak 0,35-0,40% (NRC,
1994).
Air merupakan zat yang paling penting untuk dikonsumsi ternak. Seekor ayam dapat
bertahan beberapa minggu tanpa pakan, tetapi tanpa air minum tidak bisa bertahan lama.
Broiler minum banyak air, sehingga ketersediaannya harus cukup sesuai dengan
kebutuhan pertumbuhan. Komposisi badan broiler adalah 60% air. Selama hidupnya,
broiler dengan berat 2,3 kg akan minum sebanyak 8,2 kg air, bandingkan dengan pakan
yang hanya 4,6 kg.
Bobot tubuh dan konversi pakan
Pada waktu menetas, normalnya berat anak ayam sekitar 37-40 g (Lacy, 2002). Laju
pertumbuhan broiler meningkat dengan cepat pada minggu pertama, dan mencapai
puncaknya pada umur 6-7 minggu, kemudian menurun dengan meningkatnya umur (Lacy,
2002). Jumlah pakan yang diperlukan untuk memproduksi broiler digunakan untuk
membandingkan efisiensi produksi. Pakan merupakan biaya produksi yang paling besar.
Konversi pakan (jumlah pakan yang dikonsumsi dibagi dengan kenaikan bobot hidup broiler)
adalah alat untuk membandingkan performans dari unggas dalam satu perusahaan, tetapi,
tidak dapat digunakan untuk membandingkan antar perusahaan, karena adanya perbedaan
formulasi pakan, iklim, perkandangan, dan umur produksi.
Perbedaan kecepatan pertumbuhan pada unggas dalam suatu kelompok disebabkan karena
ukuran telur awal yang berbeda, variasi biologis alami, dan variasi karena masalah
manajemen, penyakit, dan lain-lain. Para peternak berusaha untuk meminimalkan variasi ini,
tetapi pertumbuhan broiler adalah proses biologis dimana beberapa variasi alami terjadi.
1. Pertahanan tubuh. Jumlah pakan untuk pertahanan tubuh bervariasi sesuai dengan bobot
tubuh dan lingkungan.
2. Pertumbuhan. Pertambahan berat badan selama tahun bertelur sebaiknya antara 350-454 g.
Untuk tipe medium sebaiknya 454-570 g.
3. Produksi bulu. Produksi bulu termasuk pertumbuhan bulu-bulu yang baru sebagai
pengganti bulu yang rontok.
4. Produksi telur. Pakan yang dibutuhkan untuk produksi telur ditentukan oleh jumlah dan
ukuran telur.
Kebutuhan energi harian untuk petelur sangat bervariasi. Hal ini disebabkan karena
adanya variasi bobot tubuh, suhu lingkungan, aktivitas ayam, variasi produksi telur,
perbedaan besar telur, umur ayam, tingkat stres, banyaknya bulu dan strain dari ayam
petelur. Tetapi untuk mengatasi variasi tersebut, kompensasinya masing-masing ayam
dapat mengatur asupan pakan untuk kebutuhan energinya. Kebutuhan energi metabolis
untuk petelur dengan berat 1,6 kg yang dipelihara pada suhu 21oC, dan pertambahan
berat badannya 2 gr/hari adalah 305 kcal/hari. Kebutuhan ini meningkat pada suhu
dingin, dan menurun pada suhu tinggi. Jumlah energi dalam pakan berpengaruh positif
terhadap konsumsi pakan.
Lemak terutama digunakan sebagai sumber energi. Sebagian besar pakan golongan
lemak mempunyai energi metabolis dua kali lebih banyak daripada dari biji-bijian.
Petelur yang konsumsi pakannya rendah tidak dapat mengkonsumsi energi yang cukup,
kecuali pakan tersebut ditambahkan lemak. Penambahan lemak dalam pakan petelur
berkisar antara 1- 3%. Pakan yang kelebihan lemak dapat memberikan pengaruh yang
kurang baik terhadap produksi telur, karena kelebihan lemak akan tertimbun di sekitar
ovarium dan mengganggu ovulasi. Linoleat, linolenat dan arakhidonat merupakan asam-
asam lemak esensial, sehingga harus tersedia dalam pakan. Kekurangan asam linoleat
dalam pakan menyebabkan pertumbuhan anak ayam terganggu, hati berlemak dan daya
tahan tubuh berkurang terhadap infeksi pernafasan. Pada ayam petelur gejalanya adalah
produksi telur berkurang, telur kecil dan daya tetas rendah.
Kalsium
Kalsium sebaiknya dalam bentuk partikel butiran (diameter 2-5 mm) atau grit, seperti
campuran limestone dan kulit kerang. Menurut Joseoh (2002c) level Ca dalam pakan perlu
ditingkatkan selama periode pemeliharaan 7-10 hari sebelum telur pertama ke luar.
Penyediaan tambahan kalsium yang terlalu cepat dapat berpengaruh negatif terhadap
ginjal jika level fosfor terlalu rendah. Jika penambahan kalsium tidak diberikan secara
dini, ada pengaruh negatif dalam jangka panjang terhadap metabolisma kalsium dan
penyimpanan kalsium tulang.
Kulit telur mengandung 3g kalsium sehingga pakan harus mengandung cukup kalsium dalam
bentuk yang dapat digunakan secara efisien. Jumlah kalsium pada pakan petelur ditentukan
oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Kecepatan bertelur. Semakin cepat laju bertelur, maka kebutuhan kalsium semakin
tinggi.
2. Besar ayam. Ayam yang besar mengkonsumsi lebih banyak pakan, oleh karena itu
kalsium (%) dalam pakan harus diturunkan untuk memberikan level kalsium yang
sama yang dikonsumsi oleh ayam yang lebih kecil. Level kalsium dalam pakan harus
berdasarkan konsumsi pakan dan produksi telur.
3. Umur ayam. Setelah umur 40 minggu, ayam membutuhkan kalsium lebih banyak.
4. Suhu kandang. Pada suhu tinggi, ayam mengkonsumsi pakan lebih sedikit, oleh karena
itu kandungan kalsium harus ditingkatkan dalam pakan.
Fosfor
Ketidakcukupan fosfor dalam pakan dapat menyebabkan demineralisasi pada kerangka
ayam petelur. Ayam petelur membutuhkan sedikit fosfor, karena ada sedikit fosfor dalam
kulit telur. Kelebihan fosfor akan menghambat pelepasan kalsium tulang dan pembentukan
kalsium karbonat untuk pembentukan kerabang sehingga dapat mengurangi kualitas
kerabang telur. Pakan dengan kandungan total fosfor yang rendah dapat meningkatkan
mortalitas. Rekomendasi dari non-fitat fosfor yaitu 350-450 mg/ekor/hari.
Defisiensi salah satu vitamin akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
telur. Vitamin membantu mengendalikan peningkatan suhu tubuh dan konsentrasi
corticosterone plasma. Juga memperbaiki kualitas kerabang telur dengan perannya dalam
pembentukan matriks organik kerabang.
- Vitamin B1
Vitamin B1 berperan sebagai koenzim dalam proses metabolisme energi. Vitamin B 1 juga
diperlukan pada saat ayam terserang penyakit enteritik apabila pakan tercemar
mikotoksin. Defisiensi vitamin B1 dapat menghambat pertumbuhan dan menyebabkan
gangguan metabolisme serta sistem kerja syaraf.
- Vitamin B2 dan B6
Hampir 90-97% pakan unggas terdiri dari biji-bijian yang banyak mengandung vitamin
B6, tapi vitamin B2 atau Riboflavin tidak banyak terkandung di dalam biji-bijian. Hal
inilah yang menyebabkan ayam cenderung kekurangan vitamin B2. Kekurangan vitamin
B2 dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat dan terjadinya kasus abnormalitas bentuk
kaki pada ayam muda. Pada ayam petelur, defisiensi vitamin B2 dan B6 menyebabkan
penurunan produksi telur harian dan daya tetas telur.
- Niacin
Niacin mempunyai fungsi dalam proses oksidasi dan metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak untuk menghasilkan energi. Selain itu niacin juga berperan memelihara fungsi
jaringan saraf dan saluran pencernaan, serta dalam proses reproduksi dan produktivitas
ayam petelur.
Konsumsi air minum pada ayam petelur tergantung pada umur dan suhu lingkungan.
Unggas rata-rata minum 19 liter air/hari/100 ekor. Pada suhu di bawah 19,7 oC konsumsi
air minum yaitu 18,7 liter/hari, dan pada suhu di atas 28oC konsumsi air minum
meningkat sampai 21,4 liter/hari. Air yang mengandung level elektrolit yang tinggi (air
minum yang mengandung garam atau saline) mempunyai pengaruh negatif untuk jangka
panjang terhadap kualitas kulit telur, tetapi ada beberapa strain unggas yang tidak
terpengaruh.
MANEJEMEN TERNAK UNGGAS
Nim: 1805030158
Tugas : Manajemen Ternak unggas
Soal.
1. Apa yang anada ketahui tentang MTU?
2. Buatlah defenisi menurut pengatahuan anda dan jelaskan berapa pentingnya MTU
bagi seorang calon serjana Peternakan.
Jawab: