Anda di halaman 1dari 5

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/344293872

Pengaruh Penggunaan Biji Kangkung Terhadap Efisiensi Ransum Domba Garut


Jantan (The Effect of Using Ipomea reptans seeds on Diet Efficiency of Garut
Lamb)

Conference Paper · May 2018

CITATIONS READS
0 257

3 authors, including:

Mohamad Haris Septian


Universitas Tidar
20 PUBLICATIONS 21 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Mohamad Haris Septian on 18 September 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana Fapet Unpad, 3 Mei 2018, Sumedang, Indonesia

Pengaruh Penggunaan Biji Kangkung Terhadap Efisiensi Ransum Domba Garut


Jantan
(The Effect of Using Ipomea reptans seeds on Diet Efficiency of Garut Lamb)

Mohamad Haris Septian1, Iman Hernaman1, dan Rachmat Wiradimadja1


1
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Sumedang, 45363
e-mail : rizzseptian@gmail.com
Tlp. 085310651278

Abstrak
Biji kangkung memiliki potensi sebagai pakan alternative bagi ruminansia. Penelitian bertujuan
untuk mempelajari pengaruh penggunaan biji kangkung terhadap efisiensi penggunaan ransum pada domba
garut jantan. Dua puluh dua ekor domba umur 6-8 bulan dengan bobot badan 16,26 ± 1,39 Kg dibagi ke
dalam empat macam perlakuan ransum yang mengandung 0%, 10%, 20%, dan 30% biji kangkung. Domba
tersebut dipelihara selama 10 minggu untuk diukur efisiensi penggunaan ransum. Penelitian dilaksanakan
secara eksperimental dan data yang terkumpul dilakukan uji Duncan. Hasil menunjukan bahwa penggunaan
biji kangkung sampai 30% tidak berpengaruh nyata (P≥0,05) terhadap efisiensi penggunaan ransum,
namun menghasilkan peningkatan (P<0,05) konsumsi protein kasar (PK) dan total digestible nutrien (TDN)
ransum. Kesimpulan, penggunaan biji kangkung sampai 30% menghasilkan kualitas ransum yang sama.
Kata kunci : biji kangkung, domba garut, efisiensi ransum, PK, dan TDN

Abstract
Ipomea reptans seed have the potential as an alternative feed for ruminants. This reseach aimed to
study the effect of using Ipomea reptans seeds on Diet Efficiency of Garut Lamb. Twenty two lambs age
of 6-8 months with a body weight of 16.26 ± 1.39 kg were divided into four kinds of diet treatments
containing 0%, 10%, 20%, and 30% Ipomea reptans seed and maintained for 10 weeks for measure the diet
efficiency. The study was conducted experimentally and the data collected by Duncan’s test. The results
show that the using of Ipomea reptans seed to 30% had no effect (P≥0,05) on diet efficiency, but had
increased (P<0,05) crude protein and total digestible nutrient comsumption. In Conclusion, the use of
Ipomea reptans seed to 30% produced the same quality of diet.
Keywords: Ipomea reptans seed, garut lamb, diet efficiency, crude protein, and total digestible nutrien

Pendahuluan
Keberhasilan pemeliharaan ternak salah satunya dipengaruhi oleh pakan. Ironisnya permasalahan
utama dalam beternak di Indonesia adalah keterbatasan pakan konvensional. Ketersediaan pakan
konvensional yang berasal dari budidaya dan dari alam terbatas karena lahan penyedianya beralih fungsi
sebagai lahan perumahan, pertanian, dan industri Pemanfaatan sumber pakan non konvensional merupakan
salah satu upaya untuk subtitusi kebutuhan pakan konvensional. Pakan non konvensional biasanya berasal
dari produk sampingan pertanian. Salah satunya yang potensial adalah biji kangkung (Ipomoea reptans).
Biji kangkung afkir telah biasa digunakan oleh peternak domba dan sapi sebagai komponen bahan pakan
penyusun ransum namun belum ada penelitian yang membahasnya.
Melimpahnya biji kangkung dikarenakan adanya kelebihan produksi dibanding kebutuhan. Satu
hektar kebun kangkung dapat memproduksi biji kangkung sebanyak 1,5 ton, sedangkan kebutuhan biji
kangkung untuk bibit hanya sebesar 10 kg/hektar (BPTP Jambi, 2009). Panen biji kangkung menyisakan,
biji-biji yang tidak layak menjadi benih, sehingga banyak yang dijual sebagai pakan ternak.
Biji kangkung mengandung 10,25% abu; 14,49% protein kasar; 4,36% lemak kasar; 15,07% serat
kasar; 58,30% BETN; 68,11% TDN, dan 3470 kcal/kg energi metabolis. Melihat kandungan zat makanan
tersebut biji kangkung termasuk golongan bahan pakan sumber energi. Biji kangkung diduga layak
digunakan sebagai pakan domba.

211
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana Fapet Unpad, 3 Mei 2018, Sumedang, Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan biji kangkung terhadap efisiensi
penggunaan ransum pada domba garut jantan.

Materi dan Metode


Penelitian dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan dan Perbibitan Ternak Domba dan
Kambing Margawati Kabupaten Garut, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat. Dua
puluh empat ekor domba Garut jantan umur 6-8 bulan dengan bobot kisaran 16,26 ± 1,39 Kg dialokasikan
ke dalam 4 macam ransum perlakuan secara acak, yaitu ransum yang mengandung biji kangkung sebesar
0% (R1), 10% (R2), 20% (R3), dan 30 % (R3) dari bahan kering. Domba ditempatkan ke dalam kandang
individu yang terbuat dari kayu dan bilah bambu dengan system kandang panggung Dua minggu pertama
domba mengalami adaptasi ransum perlakuan, selanjutnya selama 10 minggu dicatat performa domba
meliputi konsumsi bahan kering, pertambahan bobot badan dan efisiensi ransum (Supratman dkk. 2016).

Efisiensi Ransum = Pertambahan Bobot Badan Harian x 100%


Konsumsi Bahan Kering Harian

Konsumsi protein dan TDN dihitung dengan cara mencatat konsumsi bahan kering harian dan
mengkalikannya dengan jumlah protein kasar dan TDN yang terkandung dalam ransum.

Tabel 1. Presentase bahan pakan dan kandungan zat-zat makanan ransum percobaan
Ransum
Bahan Pakan
R0 R1 R2 R3
Rumput gajah mini (%) 50,00 50,00 50,00 50,00
Biji kangkung (%) - 10,00 20,00 30,00
Bungkil kopra (%) 2,56 1,43 1,28 3,06
Ampas kecap (%) 6,37 9,22 9,72 6,94
Dedak padi (%) 18,00 17,00 13,00 5,00
Polard (%) 21,06 10,35 4,00 3,00
Molases (%) 1,00 1,00 1,00 1,00
Zat-zat makanan
Bahan kering (%) 36,51 37,15 35,91 36,64
Abu (%) 10,60 10,08 10,42 10,97
Protein kasar 12,00 12,00 12,00 12,00
Lemak kasar (%) 6,49 4,97 5,17 4,72
Serat kasar (%) 20,23 20,33 21,12 21,87
Bahan ekstrat tanpa nitrogen (%) 49,77 51,89 50,67 50,12
1
Total digestible nutrient/TDN (%) 61,50 60,00 60,93 60,37
1
TDN dihitung berdasarkan rumus Sutardi (2001); R0: tanpa biji kangkung;
R1: 10% biji kangkung; R2: 20% biji kangkung; R3: 30% biji kangkung

Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap, data yang
terkumpul dianalisis dengan Uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993).

Hasil dan Pembahasan


Biji kangkung digunakan sebagai komponen dalam penyusunan ransum dengan konsentrasi 0, 10,
20, dan 30% (Tabel 1). Secara umum memiliki kandunga nutrien yang hampir sama, kecuali lemak kasar
yang semakin menurun seiring dengan meningkatnya penggunaan biji kangkung. Ransum perlakuan

212
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana Fapet Unpad, 3 Mei 2018, Sumedang, Indonesia

disusun dengan kandungan iso protein dan isoenergi (TDN), yaitu 12% dan 60-61,5%. Ransum tersebut
diuji secara in vivo pada domba garut jantan selama 10 minggu.
Setelah dilakukan pemeliharaan dan pencatatan selama 10 minggu diperoleh data konsumsi bahan
kering dan pertambahan berat badan domba yang disajikan pada Tabel 2. Tabel tersebut menunjukkan
bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (P≥0,05) terhadap efisiensi ransum, namun terjadi peningkatan
(P<0,05) konsumsi PK dan TDN seiring dengan meningkatnya penggunaan biji kangkung dalam ransum.
Tabel 2. Rataan pengaruh perlakuan terhadap efisiensi ransum, konsumsi PK dan TDN domba garut
jantan
Peubah R0 R1 R2 R3
Konsumsi PK Harian
86,51±1,44a 89,88±1,37a 93,51±1,08b 97,14±1,02c
(g/hari)
Konsumsi TDN
443,38±7,39a 449,40±6,87a 474,78±13,39b 488,67±5,15b
Harian (g/hari)
Efisiensi Ransum (%) 12,43±0,81 10,19±1,53 11,01±1,31 13,15±0,72

Ransum yang baik untuk domba dan kambing mengandung PK 12-14% dan TDN 60% (Kearl,
1982). Begitu pula dengan pernyataan Rochana (2004), kebutuhan PK dan TDN ransum untuk menunjang
pertambahan berat hidup domba adalah 12,9 – 15,47% dan 59,22 – 64,81%. Oleh karena itu ransum yang
diberikan pada penelitian ini sudah mampu mencukupi kebutuhan nutrien pada domba.
Protein adalah senyawa kimia yang tersusun atas asam-asam amino dan berfungsi sebagai penyusun
jaringan baru dalam tubuh, zat pembangun dan pengatur (Handarini, dkk. 2016). Protein digunakan sebagai
bahan bakar jika kebutuhan energi tubuh terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak (Mathius dkk. 2003). Protein
ransum akan dimanfaatkan oleh mikroba rumen untuk tumbuh kembangnya, sehingga semakin banyak
protein yang dikonsumsi akan meningkatkan pertumbuhan mikroba rumen yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi kecernaan pakan dan performa domba. Semakin tinggi kecernaan pakan semakin banyak
pula nutrien yang dimanfaatkan oleh ternak untuk pertumbuhannya.
Begitupula dengan energi, ketersediaan energi dalam ransum yang dikonsumsi, sangat penting
untuk ternak ruminansia karena dapat mempengaruhi efisiensi penggunaan protein dalam mensintesa
jaringan tubuh (Mcdonald dkk., 1988). Ternak yang kekurangan energi di dalam ransumnya, dapat
mengurangi fungsi rumen dan menurunkan efisiensi penggunaan protein serta menghambat pertumbuhan
ternak (Ensminger dan Parker, 1986).
Pada penelitian ini kisaran konsumsi PK adalah 86,51-97,14 g; sedangkan konsumsi TDN pada
kisaran 443,38-488,67 g. Berdasarkan uji Duncan Perlakuan terbukti dapat mempengaruhi (P<0,05)
konsumsi PK dan TDN. Konsumsi PK dan TDN tertinggi diperoleh oleh perlakuan R3 yaitu 97,14 dan
488,67 g. Meskipun konsumsi TDN pada R3 tidak berbeda dengan R2 namun secara rataan R3 lebih tinggi.
Terjadinya peningkatan konsumsi PK dan TDN dalam ransum diduga karena konsumsi BK yang tinggi
pula seiring dengan meningkatnya penggunaan biji kangkung dalam ransum. Hal ini menandakan bahwa
biji kangkung sangat disukai oleh domba. Secara organoleptik biji kangkung tidak memiliki bau yang
menyengat bahkan memiliki wangi yang khas sebagai biji kangkung.
Kecernaan yang tinggi pada R3 mengakibatkan laju aliran pakan semakin cepat sehingga ternak
mudah lapar dan akan terus mengkonsumsi pakan. Dampaknya, konsumsi PK dan TDN akan semakin
meningkat. Semakin tinggi konsumsi PK dan TDN diduga semakin banyak PK dan TDN yang diserap
tubuh dan digunakan untuk pertumbuhan tubuh ternak tersebut.
Pada penelitian ini pengaruh perlakuan terhadap PK dan TDN tidak diikuti oleh nilai efisiensi
ransum. Efisiensi ransum merupakan persentase ransum yang dimanfaatkan ternak untuk menghasilkan
peningkatan massa tubuh atau produksi. Nilai efisiensi ransum merupakan cerminan dari kualitas ransum
tersebut. Semakin tinggi nilai efisiensi ransum maka semakin baik pula kualitas ransum tersebut.
Tidak adanya pengaruh nyata (P≥0,05) perlakuan terhadap nilai efisiensi ransum diduga karena PK
dan TDN ransum penelitian dibuat seragam. Hal ini didukung oleh pernyataan Martawidjadja (1999) bahwa
peningkatan efisiensi ransum dipengaruhi oleh peningkatan kandungan protein dalam ransum. Selain itu

213
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana Fapet Unpad, 3 Mei 2018, Sumedang, Indonesia

diduga pula karena konsumsi yang tinggi pada perlakuan pemberian biji kangkung ternyata diimbangi pula
dengan pertambahan bobot badan yang tinggi, hal ini berakibat pada efisiensi ransum juga sama. Efisiensi
ransum yang tidak berbeda nyata mengambarkan kualitas ransum yang sama.
Efisiensi ransum yang dihasilkan dari penelitian ini lebih baik dari hasil penelitian Duldjaman
(2004) dengan kisaran 2,40-11,00% dan berada pada kisaran yang dihasilkan dari penelitian Mathius dkk.
(2001) yaitu 6,78-13,2%.

Kesimpulan
Penggunaan biji kangkung hingga 30% dalam ransum domba menghasilkan konsumsi PK dan TDN
terbaik dan menghasilkan kualitas ransum yang sama.

Ucapan Terimakasih
Terimakasih disampaikan pada UPTD Balai Pengembangan dan Perbibitan Ternak Domba dan
Kambing Margawati Kabupaten Garut, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat yang
telah mendukung dan memberikan fasilitas penelitian.

Daftar Pustaka
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. 2009. Budidaya Kangkung Darat Semi Organik. Balai
Pertanian dan Pengembangan Penelitian Departemen Pertanian Provinsi Jambi. Jambi.
Duldjaman, M. 2004. Penggunaan Ampas Tahu untuk Meningkatkan Gizi Pakan Domba Lokal. Media
Peternakan, Vol 27 (3): 107-110.
Ensminger, M.E. and R.O. Parker. 1986. Sheep and Goat Science. The Interstate Printers & Publishers.
INC, Danvile Illinois. p. 235-253.
Handarini, Ristika., D. Sudrajat., A. Prasetyo. 2016. Performa Domba Lokal yang diberi Konsentrat
Berbasis Limbah Agroindustri selama Masa Kebuntingan. Seminar Nasional dan Gelar Produk.
Senaspro 2016, 133-142.
Kearl, L.C . 1982. Nutrient Requirements Runiinants in Developing Countries. hit'l Feedstuff hilt . Utah
Agric . Exp.Sta . USU. Logan Utah. USA.
Martawidjaja, Muchji., B. Setiadi, dan Sorta. S. Sitorus. 1999. Pengaruh Tingkat Protein-Energi Ransum
Terhadap Kinerja Produksi Kambing Kacang Muda. Balai Penelitian Ternak.
Mathius IW, Sastradipradja D, Sutardi T, Natasasmita A, Sofyan LA, Sihombing DTH. 2003. Studi Strategi
Kebutuhan Energi-Protein Untuk Domba Lokal: Domba Induk Fase Laktasi. Jitv 8(1): 26-39.
Mathius, I.W., Yulistiani, D., Wina, E., Haryanto, B., Wilson, A., Thalib, A., 2001. Pemanfaatan energi
terlindung untuk meningkatkan efisiensi pakan pada domba induk. Jurnal Ilmu Ternak dan
Veteriner.6 (1):7-13.
Mcdonald, P., R.A. Edward, And J.F.O. Greenhalgh. 1988. Animal Nutrition. 4th Ed. Longman Scientific
& Technical. John Willey & Sons. Inc, New York. p. 445- 484.

Rochana, Ana.T. 2004. Pengaruh Pemberian Ransum yang Mengandung Ampas Tebu Hasil Biokonversi
oleh Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) terhadap Performans Domba Priangan. JITV Vol.
9 No. 3
Steel, R. G. D and J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Supratman H., Hendi Setiyatwan, Dwi Cipto Budinuryanto, Anita Fitriani, Diky Ramdani. 2016. Pengaruh
Imbangan Hijauan Dan Konsentrat Pakan Komplit Terhadap Konsumsi, Pertambahan Bobot
Badan dan Konversi Pakan Domba. Jurnal Ilmu Ternak, VOL.16, (1) 31-35.

214

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai