Anda di halaman 1dari 16

Penyusunan ransum

Langkah-langkah yang perlu dilakukan:


1. Persiapan
2. membuat pormulasi ransum
3. pemberian pakan
1. Persiapan
Langkah-langkah yang perlu dilakukan
a. MENYIAPKAN BAHAN PAKAN
BAHAN PAKAN PENYUSUN RANSUM (TANAMAN & HEWAN):
PAKAN KASAR, KONSENTRAT DAN PAKAN TAMBAHAN
Ruminansia Non Ruminansia
S, K, Km, Db Veal Kuda Babi
1.Hijauan : Pakan Utama Terbatas Cukup banyak Sedikit
2. Biji-bijian Maks 40 % banyak Cukup banyak Utama
3. Hewani secukupnya Utama secukupnya secukupnya
a. Hijauan dan b. Biji-Bijian / limbah industri
1. Utuh 1. Utuh
2. Perlakuan /prosesing: 2. Perlakuan /prosessing
 Fisik (dicacah, giling, pelet dsb.) :digiling. Rolling. pelet
 Kimia (formaldehid, amoniasi, Na(OH), dsb) : sama
 Biologis (fungi, jamur) :singgle sel protein

Hewani:
Susu segar
Produk susu (butter milik, skim milk)
Hasil sampingan pemotongan (tepung darah, tulang, bulu)
Limbah industri peternakan (penetasan) & perikanan (tepung ikan) dll.
PERTIMBANGAN PEMILIHAN
2.Membuat formulasi ransum BAHAN
: PAKAN : 1. Rasa; 2. Ongkos; 3.
Ketersediaan; 4. Kandungan
a. Lihat tabel kebutuhan zat pakan
ternak –ternak ; 5.(1982)
tropis Kearl Tak berdasarkan
beracun kebutuhan ME,CP; Ca
dan P
b. Hitung kebutuhan ternak (tergantung macam ternak, fase fisiologis, berat badan, tujuan,
ADG yang diinginkan)
c. Menentukan bahan pakan yg akan digunakan (perhatikan faktor kontinuitas, kandungan
nutrien, kemudahan dalam pemebirian).
d. Komposisi bahan pakan dapat dilihat pada Tabel komposisi bahan pakan Hari Hartadi dkk
(1980)
e. Teknik yang diterapkan dalam menyusun ransum ternak potong dengan : persamaan
aljabar; metode Square; dan metode substitusi (Kearl, 1982).
Contoh :
Kebutuhan sapi jantan berat badan 300 kg, gain (pertambahan berat badan ) 0,5 kg/hari, adalah:
DMI 7 kg, energi 13,4 Mcal ME, TP 679 g, Ca 14 g, P 14 g,dan Vitamin A 16.000 IU (tabel14).
Susunlah ransum sapi tersebut dari bahan pakan yang tertera pada tabel berikut ?.
Ransum yang harus disusun dengan kandungan :
Energi : 13,4 McalME/ 7 kg = 1,9 Mcal/ kg
Total protein = 679 g/7 kg=79 g/kg=97 g 1000 g X 100 % =9,7%
Ca = 14 g/7000g X 100 % = 0,2 %
P = 14 g /7000g x 100 % = 0,2 %
Kebutuhan sapi dan Kandungan nutrien bagan pakan

Uraian DM (%) ME Total Protein Ca (%) P (%)


(Mcal/kg) (%)

Kebutuhan 1,90 9,7 0,2 0,2

Jeramai padi (Jp) 91,0 1,63 4,4 0,21 0,08


Jagung (J) 89,0 3,15 10,9 0,03 0,29
Tepung biji kapas (T) 91,0 2,75 45,2 0,18 1,21

Menyusunan ransum
A. Persamaan :
1,63 Jp + 3,15 J = 1,9
1,63Jp + 1,63 J = 1,63 -
0 JP +1,57 J = 0,27

J= 0,27 / 1,57 = 0,1776 x 100 % = 17,76 %


Jp = 100 % - 17,76 % = 82, 24 %
17,76 % (J) x 3,15 Mcal ME = 0,56 Mcal ME / kg
82,24 % (JP) x 1,63 McalME = 1,34 Mcal ME / kg

Jumlah = 1,90 Mcal ME /


B. Substitusi

Kebutuhan energi 13,4 Mcal ME


 Bila diberikan 7 kg jerami padi (Jp) energinya = 11,4 Mcal ME, berarti
kekurangan energi 2 Mcal
 Kandungan energi jagung 3,15 Mcal atau 1,52 Mcal > dp Jp (3,15-1,63).
 Jagung yang diperlukan = 2/1,52 = 1,32 kg (18,86 %)
 Jerami padi sebanyak = 7 kg – 1,32 kg = 5,68 kg (81,14 %)
Kandungan Protein pakan campuran (J +Jp) = ( C ):
 (18,86 % x 10,9 %) + (81,14 % x 4,4 % ) =
 2,06 % + 3,57 % = 5,63 % atau 56,3 g /kg

C. Square

ung biji kapas (T) campuran Jp dan J = (C)

452 g/kg 56,3 g /kg

Kebutuha
n
97 g / kg

97 – 56,3 = 40,7 452- 97 = 355

Jumlah = 40,7 + 355 = 395,7


Campuran (C ) = 355/395,7 x 100 % = 89,70 %
( T) = 40,7 / 395,7 x 100% = 10,30 % 0,72 kg
( J) = 89,70 % x 0,1886 = 16,92 % 1,18 kg
(Jp) = 89,70 % x 0,8114 = 72,78 % 5,10 kg
Jumlah = 100 % 7,00 kg
Kandungan ransum: ME (Mcal) Total protein
(g)
1. Jerami padi (5,10 kg) x 1,63 = 8,31 x 4,4 % = 224 g (3,20 %)
2. jagung (1,18 kg) x 3,15 = 3,72 x 10,9 % = 129 g (1,8 %)
3. Tbk (0,72 kg ) x 2,75 = 1,98 x 45,2 % = 325 g (4,7%)

Jumlah = 7,00 kg 13,01 atau 1,86 (Mcal/kg) = 678 g (9,9%)


Kebutuhan 7 kg 13,40 679 g
defisit 0 - 0,39 -1g
Bagaimana kebutuhan Ca (12,4 g); P (16,2 g) dan vitamin A ?
Komposisi RANSUM yang disusun

Uraian DM (kg) ME Total Ca (%) P (%)


(Mcal/kg) Protein
(%)
Kebutuhan 7 1,90 9,7 0,2 0,2
(13,4Mcal (679g) (14g) (14g)
Terpenuhi 7 1,86 (13,01) 9,9 (12,4 g) (16,2g)
(678 g)
Jeramai padi (Jp) 5,10 8,31 3,2 (224)
(72,78%)
Jagung (J) 1,18 3,72 1,8 (129)
(16,92%)
Tepung biji kapas (T) 0,72 1,98 4,7(325)
(10,30%)

Defisit 0 0,39 Mcal -1g - 1,6 g +2.2 g


3. Cara Pemberian
:

Ransum yang telah disusun pemberiannya sbb.: Konsentrat (campuran jagung dan tepung biji kapas yang telah
dicampur) diberikan terlebih dahulu setelah itu baru pemberian Jerami padi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan
 Banyaknya makanan penguat yang diberikan tergantung pada kualitas hijauan yang diberikan.
Secara umum makanan dibatasi dan hanya diberikan pada periode akhir penggemukan, dan masa
pertumbuhan sapi muda / stok bibit.
b. Di I ndonesia bahan dasar konsentrat berasal dari hasil ikutan industri atau limbahnya seperti; dedak,
ampas tahu, mo lases, dan bungkil-bungkilan.
c. Rumput sebaiknya d i cacah (10 cm (DM:1 – 2% BB
Sedangkan legum sebaiknya diberikan setelah dilayukan terlebih dahulu. Pelayuan bisa mengurangi
racun seperti mimosin pada lamtoro.
d. Ternak muda agar tidak dibiarkan merumput pada hijauan muda yang masih berembun agar tidak
mengalami gangguan pencernaan berupa kembung perut (bloat).
Padang Pengembalaan
 Padang penggembalaan yang baik merupakan dasar untuk suksesnya usaha peternakan
sapi,
 Jadi yang perlu diperhatikan adalah: good farmer, good pasture, good cattle.
 Berdasarkan sifat-sifat pertumbuhan rumputnya, dikenal 2 macam padang
penggembalaan:
 Padang rumput alam, PR tanpa campur tangan manusia. Vegetasinya dari campuran
rumput asli, graminae, cyperaceae dengan tumbuhan lain yang selaras seperti leguminose
kecil-kecil, dan kadang-kadang ditumbuhi pepohonan kecil yang disebut savana. Ini
banyak ditemui di NTT.
 Padang rumput buatan, disini rumput dan leguminose yang ditanam betul-betul dipilih dan
ditanam dalam kombinasi yang serasi. Produksi dan kualitas hijauannya baik.
Penggemukan
Penggemukan sapi pada dasarnya ada dua cara yaitu; secara tradisional dan pengemukan secara moderen.

a. Secara tradisional penggemukan telah dan masih dilakukan oleh peternak tanpa suatu petunjuk
atau teori, dengan sistem yang disebut sistem kereman.
 Sapi berumur 2 – 3 tahun dan dalam keadaan kurus,
 Dipiara terus dalam kandang selama 3 – 4 bulan dengan diberikan rumput dan konsentrat
(campuran dedak dan parutan ubi kayu sekitar 3 kg per hari.
 PBBH rata-rata yang dicapai adalah 0.35 kg/hari). Keuntungan lainya adalah pupuk yang
dihasilkan.
b. Secara moderen penggemukan dilakukan dengan menerapkan IPTEK dibidang pemilihan bibit,
pemberian pakan dan tatalaksana pemeliharaan. Ada 3 cara yang biasa dilakukan yaitu:
1. Pasture Fattening. Penggemukan yang dilakukan dengan cara mengembalakan sapi-sapi di padang
penggembalaan yang luas.-, dengan syarat;
 Rumput yang tumbuh dipadang pengembalaan harus berkualitas baik yakni bercampur
dengan leguminose, sehingga tanpa pemberian konsentrat.
 Sapi berumur 2.5 tahun (sistem pencernaannya sudah sempurna). Lamanya
penggemukan adalah 6 – 8 bulan.
 Keuntungan tidak menyediakan konsentrat dan sedikit memerlukan tenaga, tetapi
kelemahannya dilakukan bila memiliki lahan yang luas.
2. Green lot fattenning adalah penggemukan dalam kandang dengan ngutamakan pemberian makanan
hijauanHijauan diambil dari pastura yang dikelola dengan baik tanpa pemberian konsentrat.
 Rumput yang tumbuh dipadang pengembalaan harus berkualitas baik yakni bercampur
dengan leguminose, dipotong diberikan dikandang tanpa pemberian konsentrat.
 Ada tambahan biaya kandang dan tenaga kerja
 Sapi berumur 2.5 tahun (sistem pencernaannya sudah sempurna). Lamanya
penggemukan adalah 6 – 8 bulan.
3. Dry Lot Fattening, adalah penggemukan dengan ngutamakan
pemberian makanan penguat.
 Konsentrat ransum halus dari biji-bijian,
 Sapi berumur satu tahun dan penggemukan 4 – 6 bln.
 Cara ini hanya dilakukan pada daerah yg surplus biji-bijian dan
harganya murah.

4. Kombinasi Pasture Fattening dan Dry Lot Fattening dan atau green lot fattening .
 Diberikan makanan penguat dan pada waktu-waktu tertentu digembalakan di
padang penggembalaan.
 Musim kemarau ternak diberikan makanan penguat dan pada musim hujan dimana
hijauan mudah diperoleh sapi dilepas di padang penggembalaan.

Di Indonesia dimana persediaan hijauan terbatas terutama pada musim kemarau, maka
kombinasi (4)mungkin merupakan model yang paling cocok untuk diterapkan.
Penggemukan dikatakan berhasil bila pengembalian biaya lebih besar daripada yang
telah dikeluarkan
4.3. Manajemen/Tatalaksana
1. Manaje men secara umum.
 Manajemen merupakan salah satu yang sangat menentukan produktivitas ternak,
selain faktor-faktor lain seperti genetik, iklim dan sebagainya.
 Ada masa atau periode yang dianggap kritis dalam kehidupan ternak potong sehingga
diperlukan manajemen yang baik agar diperoleh hasil yang maksimal yaitu:
a. Tatalaksana ternak bunting, melahirkan, dan tatalaksana anak sudah banyak dibahas
diatas.
b. Masa menjelang dan selama musim bunting.
c. Pada waktu beranak dan beberapa saat setelah beranak (neonatal/perinatal). (erat
sekali kaitannya dengan mortalitas dan pertumbuhan anak selanjutnya). Neonatal
merupakan saat kritis bagi anak ternak karena harus memasuki kehidupan yang sangat
berbeda dari saat ia berada dalam kandungan. Setelah lahir ia harus melakukan
adaptasi, padahal berbagai sistem dalam tubuhnya belum berfungsi maksimal.
d. Waktu Penyapihan. Hal ini perlu diperhatikan karena sangat menentukan mortalitas
pada masa hidup selanjutnya. Saat disapih anak harus hidup secara mandiri.
2. Perkandangan
 Fungsi kandang adalah untuk melindungi ternak terhadap gangguan dari luar yang
merugikan.
 Perencanaan bangunan kandang dapat memenuhi persyaratan teknis dan ekonomis
sehingga menguntungkan baik bagi peternak maupun ternaknya.
Kandang sapi, konstruksi dan sistemnya berbeda dengan kandang kerbau, kuda maupun
kambing/domba. Perbedaannya terletak pada tuntutan kehidupan ternak dan tujuan usaha
peternakan. Misalnya, kandang kerbau kandangnya harus dibuat kuat tetapi konstruksinya
lebih sederhana dari kandang sapi; dinding yang mengelilingi kandang lebih terbuka.
Jadi yang menjadi dasar perencanaan bangunan kandang adalah:
a. tuntutan ternak itu sendiri
b. tujuan usaha peternakan.
a. Bangunan kandang harus sesuai dengan tunutan hidup ternak.
 Kandang Sapi, kerbau dan ruminansia lainnya harus mememperhatikan hal-hal sbb:
IkLim setempat.
 Daerah pegunungan dan dataran pantai, dengan variasi temperatur lingkungan cukup tinggi
di siang hari dan rendah di malam hari. Oleh karena itu bangunan kandang harus dibuat
berbeda antara di dataran pantai dengan yang di daerah pegunungan. Misalnya dinding
bangunan kandang di daerah pantai mestinya lebih terbuka dari yang di pegunungan.
Kontruksi.
 Kandang di daerah dataran rendah dan pantai dibangun lebih tinggi daripada yang
dipegunungan. Agar udara panas di dalam kandang lebih bebas bergerak dan berganti.
 Bayangan atap minimal 1,5 meter, dan mempunyai kemiringan yang cukup agar air hujan
jatuh dengan lancar.
 Ventilasi kandang di dataran rendah lebih lebar karena umumnya suhu udara di dataran
rendah umumnya lebih tinggi.
 Lantai harus dibuat dengan kemiringan 5 cm, agar air kencing tidak berhenti dan tercampur
dengan kotoran dan tilam (bedding) alas ternak sehingga kesehatan ternak tetap terjamin.
Luas kandang per ekor 1.5 x 2 m= 2 m2. Membuat kandang untuk 8 – 10 ekor dalam satu atap
lebih ekonomis dari yang 2 – 3 ekor.
Konstruksi dinding bisa dibuat dari bahan bampu, papan atau tembok dan dibiarkan ¼
terbuka untuk memberikan ventilasi.

Bahan bangunan. Dipilih sesuai dengan bahan yang tersedia disekitar lokasi. Yang penting ba
hwa bahan-bahan tersebut tidak mengurangi kenyamanan ternak dan ekonomis.
 Peralatan seperti tempat pakan dan air minum harus ada dalam kandang. Disamping itu
alat pembersih seperti kran, selang, sekop dan kereta dorong harus juga disediakan.

b. Bangunnan harus sesuai dengan tujuan peternak.


 Bangunan dapat memenuhi kebutuhan ternaknya.
 Menunjang tatalaksana usaha ternak, seperti memberikan makanan, mengontrol makanan
yang dihabiskan, mengikuti pertumbuhan dan mengontrol kesehatan,
 Menunjang kesehatan dan higiene lingkungan.

3. Pengendalian Penyakit.
 Ternak sapi/kerbau secara alami sudah memiliki mekanisme pertahanan tubuh untuk
melawan organisme penyebab penyakit. Namun, penghamparannya pada kondisi ekstrim
akan membatasi kemampuan mekanisme pertahanan tubuh untuk menghadapi penyakit.
 Faktor stress tersebut meliputi kelelahan, kelaparan, kehausan, debu, ketakutan, cuaca
yang buruk, parasit, penyapihan, kastrasi, pemotongan tanduk, pengapalan, sanitasiyang
jelek, dan penanganan yang kurang baik.
 Terjangkitnya sutu penyakit dan parasit sangat merugikan usaha peternakan, apalagi kalau
penyakit tersebut adalah penyakit menular.
 Bagaimana menjaga agar ternak selalu dalam keadaan sehat karena mengobati ternak
lebih sukar dan lebih mahal daripada mencegah.
Preconditioning adalah manajemen kesehatan lengkap
untuk mengurangi terjangkitnya ternak oleh penyakit
atau kematian dan meningkatkan pertambahan berat
badan. Preconditioning pedet meliputi;
a. Weaning, mestinya dilakukan sedikitnya 30 hari sebelum pedet memasuki jalur
pemasaran,
b. Nutrition, pedet mestinya dibiasakan untuk makan pada tempat makan yang sudah
disediakan dengan ransum.
c. feedlot. Disarankan ransumnya sudah ditambahi obat-obatan seperti chlortetracycline
350 m g; sulfamethazine, 350 mg.
d.Vaccination, pedet mestinya divaksin terhadap penyakit yang disebabkan oleh group
Clostridia, Para Influenza, Pasteurella, paling lambat 2 minggu sebelum penyapihan.
e. Worming, semua pedet harus diberikan obat cacing, terutama jika daerah yang
bersangkutan mengalami masalah cactingan.
f. Grub and lice control, semua pedet diberikan obat anti caplak/kutu 2 minggu sebelum di
sapih.
g. Castration and dehorning, dilakukan 30 hari
 Oleh karena itu peternak harus dapat mengidentifikasi ternak yang mengalami
gangguan kesehatan agar segera dapat melakukan usaha –usaha pengendalian
penyakitnya.
Tanda-tanda penting yang dapat dijadikan objek adalah:

temperatur tubuh, denyut jantung dan kecepatan pernapasan.

 Temperatur tubuh yang tidak normal adalah indikasi yang pertama adanya
gangguan kesehatan. Jika temperatur tubuh satu detajat di atas normal, disebut
demam dan bila diwah normal disebut hypothermia , namun demam lebih sering
dijumpai. Penyakit-penyakit kaena infeksi umumnya ditandai dengan naiknya
temperatur tubuh.
 Denyut jantung dapat dirasakan pada bagian bawah rahang bawah , Pangkalo
ekor. Denyut yang normal berkisar 40 – 70 kali per menit bagi hewan dewasa,
dan lebih tinggi bagi pedet.
 Laju pernapasan adalah 10 – 30 kali per menit, jika hewan terngganggu
kesehatannya biasanya laju pernapasannya meningkat.

Ciri -ciri penyakit yang lain, misalnya; tidak mau makan, atau nafsu makannya
berkurang, selaput lendir mulut, termasuk gusi dan bibir tampak berwarna
merah, dari mulut ke luar lendir, sulit bernapas, atau ngorok, keguguran pada
pertengahan kebuntingan, ambing dan kemaluan tambak bengkak, tubuh
kejang, dst., Jika ada ternak yang menunjukkan gejala sakit peternak agar
segera menghubungi dokter hewan.
Soal
1. Latihan
Jelaskanlah faktor-faktor pendorong dan penghambat perkembangan produksi
ternak potong di Indonesia.
2. Sebutkan unsur-unsur dalam program Panca Usaha Ternak Potong (PUTP).
3. Sebutkan perbedaan yang prinsip antara kerbau sungai dengan kerbau lumpur.
4. Sebutkan rasio jantan betina untuk sapi/kerbau dan kambing/domba untuk
perkawinan alami, dan sebutkan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan
dalam menentukan rasio tersebut.
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan service conception (s/c) dan conception rate
(cr)
6. Jelaskan dengan gambar apa yang dimaksud dengan compensatory gain, dan
berikan manfaat mengetahui konsep ini dalam dunia peternakan.
7. Bandingkan penggemukan dengan sistem tradisional dan moderen.
8. Jelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan kandang.
9. Jelaskan hal-hal yang harus dilakukan dalam preconditioning pedet agar peluang
terjangkitnya pedet oleh penyakit dapat dihindarkan.

Anda mungkin juga menyukai