Anda di halaman 1dari 15

ARTIKEL

Formulasi dan Evaluasi Sensori Tepung Bumbu Ayam Goreng


Berbasis Tepung Singkong Termodifikasi
Formulation and Sensory Evaluation of Fried Chicken Spices Flour
Based Modified Cassava Flour
Taufik Rahmana, R. Cecep Erwana, Ainia Herminiatia, Ela Turmalab, dan Chandra Maulanabb
a
Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna - LIPI
Jl. KS. Tubun No. 5 Subang
b
Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknik Universitas Pasundan
Jl. Setiabudhi No. 193 Bandung
Email : tkr_rh@yahoo.com
Diterima : 6 Desember 2016 Revisi : 28 Agustus 2017 Disetujui : 7 September 2017

Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi tepung bumbu ayam goreng terbaik dan
mengetahui mutu sensorinya yang berasal dari bahan baku tepung singkong termodifikasi
metode autoclaving-cooling cycles (ACC). Tahapan kegiatan dimulai dengan pembuatan dan
karakterisasi tepung singkong modifikasi ACC. Selanjutnya dilakukan pengujian organoleptik
dengan menggunakan metode uji hedonik terhadap aplikasi tepung bumbu ayam goreng.
Formulasi tepung bumbu ayam goreng dilakukan dengan perlakuan perbandingan tepung
singkong modifikasi, tepung sagu, dan pati maizena. Hasil karakterisasi dan fungsional dari
tepung singkong termodifikasi ACC memiliki kadar air 6,44 persen, kadar abu 1,78 persen,
kadar protein 2,76 persen, kadar lemak 0,10 persen, kadar karbohidrat (by difference) 85,34
persen, kadar pati 67,31 persen, kadar amilosa 24,22 persen, kadar amilopektin 43,08 persen,
kadar pati resisten 4,45 persen, WHC 28,85 persen, dan OHC 10,20 persen. Hasil uji
organoleptik menunjukkan bahwa formula tepung bumbu ayam goreng terpilih dengan
komposisi tepung singkong modifikasi 40 persen, tepung sagu 30 persen, pati maizena 18
persen, dan bumbu 22 persen. Tahapan berikutnya dilakukan optimasi formula tepung bumbu
ayam goreng, yang dilakukan dengan program Design Expert 7.0 metode D-optimal,
selanjutnya dibandingkan dengan analisis laboratorium. Hasil nilai desirability (ketepatan)
0,774, menunjukkan bahwa selisihnya kecil antara hasil analisis yang ditawarkan dari program
dengan analisis dari laboratorium.
kata kunci: autoclaving cooling cycles, optimalisasi formula, mixture design, tepung bumbu,
tepung singkong termodifikasi.
ABSTRACT
The aim of this research was to formulate and determine the sensory quality of fried chicken
seasonings flour made from modified cassava flour by using autoclaving-cooling cycles (ACC)
method. The stage of this research begins with the making and characterization of modified
cassava flour. Organoleptic testing was then performed using hedonic test against the
application of fried chicken seasonings flour. Determining formula fried chicken seasonings flour
with comparative treatment modified cassava flour, sago flour, corn starch, and seasoning. The
experiment result showed that the modified cassava flour have a moisture content of 6.44
percent, ash content of 1.78 percent, protein content 2.76 percent, fat content 0.10 percent,
carbohydrate (by difference) 85.34 percent, starch content 67.31 percent, amylose content

Formulasi dan Evaluasi Sensori Tepung Bumbu Ayam Goreng Berbasis Tepung Singkong Termodifikasi
Taufik Rahman, R. Cecep Erwan, Ainia Herminiati, Ela Turmala, dan Chandra Maulan
24,22 percent, amylopectin content 43.08 percent, resistant starch content 4.45 percent, WHC
28.85 percent, and OHC 10.20 percent. The results of organoleptic test showed that the formula
selected of fried chicken seasonings flour with composition modified cassava flour of 40 percent,
sago flour 30 percent, corn starch 18 percent, and seasonings 22 percent. The optimalization
of formula carried out through the program of Expert Design-7.0 with D-optimized method, then
compared with the laboratory analysis. The result is the desirability value 0.774, indicating that
the small difference between the analysis result offered of program and the analysis of
laboratory.
keywords: autoclaving cooling cycles, mixture design, optimalization of formula, modified
cassava flour, seasonings flour.

I. PENDAHULUAN
pemanfaatannya dapat digunakan untuk
I ndonesia kaya
umbian untuk
akan tanaman umbi-
dikembangkan sebagai
tepung bumbu siap saji untuk penyalut
makanan.
bahan baku dan bahan penunjang bagi
industri pangan maupun non pangan. Umbi- Tepung bumbu adalah bahan makanan
umbian adalah sumber karbohidrat yang berupa campuran tepung dan bumbu dengan
memiliki potensi untuk diversifikasi pangan atau tanpa penambahan bahan makanan lain
dan sebagai bahan pangan fungsional. Salah dan bahan tambahan makanan yang
satu tanaman umbi yang memiliki potensi diizinkan (BSN, 1998). Tepung bumbu yang
adalah singkong. Data BPS (2016) beredar dipasaran umumnya dibuat dari
menunjukkan bahwa produksi singkong di tepung komposit, garam, rempah-rempah,
Indonesia pada tahun 2015 mencapai dan bahan tambahan pangan lainnya.
21.790.956 ton. Tepung komposit merupakan campuran
tepung dari umbi-umbian yang mengandung
Tepung singkong merupakan produk
karbohidrat yang tinggi (seperti dari singkong,
antara yang dapat dibuat dari singkong.
ubi jalar, kentang), serealia (seperti dari
Karakteristik fungsional dari tepung singkong
jagung, beras, sorgum), dan mengandung
dapat ditingkatkan dengan mengolahnya
protein yang tinggi (seperti dari kedelai),
menjadi tepung singkong termodifikasi, yang
dengan atau tanpa penambahan tepung
dapat dibuat dengan metode fermentasi
terigu (Seibel, 2016).
menggunakan bakteri asam laktat (Subagio
dkk., 2008) dan metode autoclaving-cooling Tepung bumbu telah banyak dijumpai
cycles-ACC (Sugiyono, dkk., 2009). dipasaran, antara lain tepung bumbu untuk
penyalut ayam goreng, pisang goreng, udang
Tepung dan pati tanpa perlakuan
goreng, dan tempe goreng. Seiring dengan
modifikasi telah banyak digunakan dalam
meningkatnya kesadaran masyarakat yang
proses pengolahan pangan, tetapi terdapat
tidak hanya menuntut pangan sebagai
keterbatasan dari sifat fisik dan kimia pati
kebutuhan zat gizi, pangan juga harus
untuk diaplikasikan pada produk pangan
mempunyai sifat fungsional bagi tubuh.
tertentu. Sifat fungsional pati dapat
Dengan penggunaan tepung singkong
ditingkatkan sesuai karakteristik produk
termodifikasi sebagai bahan baku tepung
pangan dengan teknik modifikasi (Elliason
bumbu diharapkan dapat meningkatkan sifat
dan Gudmundsson, 1996). Tepung
fungsionalnya. Hasil penelitian Shin, dkk.
termodifikasi adalah tepung yang diberi
(2004) menunjukkan bahwa perlakuan ACC
perlakuan tertentu yang bertujuan untuk
terhadap pati dapat menurunkan daya cerna
menghasilkan sifat yang lebih baik untuk
pati dan meningkatkan kadar pati resisten
memperbaiki sifat sebelumnya atau untuk
(resistant starch atau RS). RS didefinisikan
mengubah beberapa sifat lainnya. Salah satu
sebagai fraksi pati atau produk degradasi pati
Formulasi dan Evaluasi Sensori Tepung Bumbu Ayam Goreng Berbasis Tepung Singkong Termodifikasi
Taufik Rahman, R. Cecep Erwan, Ainia Herminiati, Ela Turmala, dan Chandra Maulan
yang tidak terabsorbsi dalam usus halus bubuk, bawang putih bubuk, penyedap rasa,
individu yang sehat, dan bersifat resisten minyak goreng, dan ayam fillet.
terhadap hidrolisis enzim amilase.
Bahan yang digunakan untuk analisis
ACC adalah perlakuan fisik untuk adalah aquadest, minyak goreng, N-Hexan,
memodifikasi pati alami menjadi pati resisten campuran selenium, H2SO4 pekat, NaOH 30
tipe III atau RS-3 (Zabar, dkk., 2008). Proses persen, HCl 0,01 N, asam borat, indikator pp,
ACC merupakan kombinasi proses indikator campuran, H2SO4 1,25 persen,
pemanasan menggunakan autoklaf yang NaOH 3,25 persen, buffer fosfat 0,08 M pH
mengakibatkan pati tergelatinisasi secara 6,0, enzim termamyl, NaOH 0,275 N, enzim
sempurna (fraksi amilosa keluar dari granula), protease, HCl 0,325 N, enzim AMG, aseton,
dan proses penyimpanan suhu rendah yang dan etanol.
mempercepat terjadinya retrogradasi pati,
Alat yang digunakan adalah kompor gas,
melalui proses kristalisasi amilosa yang
wajan, spatula, peniris minyak, centrifuge
bertanggung jawab pada pembentukan RS-3
harmonic series, cawan, oven listrik
(Sajilata, dkk., 2006).
Memmert, timbangan, tanur muffle furnace,
Proses modifikasi dengan cara ACC labu kjeldahl, Buchi Distilation Unit K-350,
yang berulang menyebabkan terjadinya perangkat titrasi, perangkat soxhlet, kertas
peningkatan penyusunan amilosa-amilosa saring Whatman no 42, kertas saring
dan amilosa-amilopektin, serta peningkatan Whatman no 41, labu erlenmeyer, pompa
pembentukan kristalin yang lebih sempurna vakum, Kett Electric Laboratory C-100-3
yang berakibat pada peningkatan kadar pati Whitenessmeter, dan Spectrophotometer UV
resisten tipe 3 (Leong, dkk., 2007). -VIS.
Rekristalisasi amilosa terjadi selama proses
2.2. Tempat dan Waktu Penelitian
pendinginan (cooling). Menurut Setiarto, dkk.
(2015), bahwa amilosa teretrogradasi (RS-3) Penelitian dilaksanakan pada bulan
bersifat lebih stabil terhadap panas, sangat Maret sampai Juli 2016 di Pusat
kompleks, dan tahan terhadap enzim Pengembangan Teknologi Tepat Guna-
amylase. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(PPTTG-LIPI) Jalan KS. Tubun No. 5 Subang.
Tepung singkong termodifikasi dengan
metode ACC dapat digunakan sebagai bahan 2.3. Metode dan Analisa
baku untuk produk pangan. Karakteristik dari
Tahapan penelitian yang dilakukan
tepung singkong modifikasi ACC ini tidak
meliputi :
sama dengan tepung terigu, sehingga
diperlukan formulasi dalam pembuatan Pertama, pembuatan tepung singkong
tepung bumbu untuk penyalut ayam goreng termodifikasi dengan metode ACC mengacu
yang bermutu baik. pada hasil penelitian Sugiyono, dkk. (2009).
Tepung singkong disuspensikan dalam air 20
Tujuan penelitian ini untuk membuat
persen, selanjutnya suspensi digelatinisasi
formulasi tepung bumbu yang berbahan baku
pada suhu 70–85oC. Tahap berikutnya
tepung singkong termodifikasi dengan
dipanaskan menggunakan autoklaf pada
metode ACC, yang digunakan sebagai
suhu 121oC (Nazhrah dan Masniary, 2014),
penyalut ayam goreng dan untuk mengetahui
tekanan 1 atm, dan waktu sesuai perlakuan.
mutu sensori tepung bumbu tersebut.
Suspensi yang telah dipanaskan kemudian
II. METODOLOGI didinginkan pada suhu ruang, dilanjutkan
dengan penyimpanan pada suhu 4oC selama
2.1. Bahan dan Alat 12–16 jam. Tahap akhir pengeringan
Bahan yang digunakan adalah tepung menggunakan cabinet dryer pada suhu 50oC
singkong termodifikasi metode ACC, pati sampai kadar air maksimal 12 persen,
maizena, tepung sagu, soda kue, garam, lada

Formulasi dan Evaluasi Sensori Tepung Bumbu Ayam Goreng Berbasis Tepung Singkong Termodifikasi
Taufik Rahman, R. Cecep Erwan, Ainia Herminiati, Ela Turmala, dan Chandra Maulan
selanjutnya dihaluskan dan diayak beratnya 5–6 gram; (iii) Pembuatan adonan
menggunakan ayakan 60 mesh. yang merupakan aplikasi dari tepung bumbu
Pengujian karakterisasi tepung singkong ayam goreng, dengan perbandingan terhadar
dan tepung singkong termodifikasi sebagai air sebesar 25 : 75; (iv) Pelapisan ayam,
respon fisikokimia meliputi: analisis derajat dengan cara mencelupkan ayam ke dalam
putih tepung dengan menggunakan tepung bumbu, kemudian dicelupkan ke
Whitenessmeter, kadar pati resisten (AOAC, dalam adonan basah, lalu ditiriskan, dan
1995), analisis WHC (Sathe dan Salumkhe, terakhir dicelupkan kembali kedalam tepung
1981), analisis OHC (Sathe dan Salumkhe, bumbu ayam goreng kering; (v) Proses
1981), kadar air dengan metode gravimetri penggorengan dilakukan secara deep fat
(AOAC, 1995), kadar abu dengan metode frying menggunakan minyak goreng, pada
gravimetri (AOAC, 1995), kadar lemak suhu 170˚C selama 5 menit dengan tujuan
dengan metode Soxhlet (SNI 01-2891-1992),
untuk mematangkan adonan dan ayam
kadar protein dengan metode Kjeldahl (SNI
goreng; (vi) Penirisan minyak bertujuan untuk
01-2891-1992), kadar serat kasar (SNI 01-
2891-1992), kadar karbohidrat (AOAC, 1995), menghilangkan sebagian minyak, bekas
kadar pati (AOAC, 1995), amilosa (AOAC, proses menggoreng, selanjutnya ayam
1995), dan amilopektin (AOAC, 1995). goreng matang dikemas dalam plastik.
Kedua, proses penimbangan terhadap bahan Ketiga, rancangan percobaan meliputi :
baku dan bahan penunjang yang digunakan penentuan formulasi optimal dengan
sesuai formulasi, yaitu : (i) Formulasi menggunakan program Design Expert versi
dilakukan dengan melakukan pencampuran 7.0 metode Mixture Design D-optimal yang
bahan-bahan kering dan pengadukan sampai terdiri dari empat tahap, yaitu tahap
homogen, seperti tepung singkong modifikasi, perencanaan formula, tahap formulasi, tahap
tepung sagu, pati maizena, dan tepung analisis, dan tahap optimalisasi.
bumbu, dengan perbandingan: [40:30:16:14]; Empat, penilaian organoleptik tepung bumbu
[40:30:18:12]; dan [40:35:13,5:11,5], untuk yang telah diaplikasikan sebagai penyalut
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1; pada ayam goreng dilakukan secara hedonik
(Soekarto dan Hubeis,1992) terhadap warna,
Tabel 1. Formulasi Tepung Bumbu rasa, tekstur renyah, aroma, dan
Kode Sampel keseluruhan, menggunakan 20 orang panelis
Formulasi
115 319 423 semi terlatih. Skala penilaian secara numerik
(%) (%) (%) 1 – 6, dengan kriteria: 1 = sangat tidak suka,
Tepung singkong 40 40 40 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = agak
modifikasi suka, 5 = suka, 6 = sangat suka. Sedangkan
Tepung sagu 30 30 35 respon kimia untuk tepung bumbu ayam
Pati maizena 16 18 13,5 goreng dilakukan analisis terhadap WHC dan
Soda kue 2,0 1,0 0,5
OHC.
Garam 3,0 2,5 3,0
Lada bubuk 3,0 3,0 3,0 Data hasil uji organoleptik selanjutnya
Bawang putih 4,0 4,0 4,0 diolah menggunakan ANAVA, apabila
bubuk berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji
Bumbu penyedap 2,0 1,5 1,0 Duncan. Hasil pengujian dimasukkan ke
Keterangan: formulasi dari tepung singkong modifikasi,
tepung sagu, pati maizena, dan tepung dalam Design Expert (DX)-7, yang kemudian
bumbu, dengan perbandingan: diproses oleh aplikasi DX-7 dan akan
[40:30:16:14] sampel 115; [40:30:18:12] didapatkan formulasi optimal.
sampel 319; dan [40:35:13,5:11,5] sampel
423. Mixture Design D-optimal merupakan
rancangan untuk menentukan kombinasi
(ii) Persiapan daging ayam dilakukan supaya variabel berubah dengan mengabaikan
mempunyai ketebalan yang sama dan

Formulasi dan Evaluasi Sensori Tepung Bumbu Ayam Goreng Berbasis Tepung Singkong Termodifikasi
Taufik Rahman, R. Cecep Erwan, Ainia Herminiati, Ela Turmala, dan Chandra Maulan
variabel tetap. Kisaran variabel berubah jelasnya, tahapan penelitian ini dapat dilihat
dimasukkan ke rancangan Mixture Design D- pada Gambar 1.
optimal pada program Design Expert 7.0.
Kelebihan dari program Design Expert
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
metode mixture d-optimal ini adalah ketelitian 3.1. Karakterisasi Tepung Singkong
secara numeric mencapai 0,001. Dalam Modifikasi Metode ACC
menentukan model matematik yang cocok
untuk optimalisasi program ini akan Bahan baku singkong yang digunakan
memberikan rekomendasi berdasarkan nilai F varietas manggu, berasal dari Desa
dan R2 terbaik dari data respon yang telah Gandasoli, Kecamatan Tanjung Siang,
diukur dan dimasukkan ke rancangan, Kabupaten Subang dengan umur panen 9
penentuan formulasi optimal berdasarkan bulan. Karakterisasi bahan baku perlu
respon kemudian saat optimalisasi akan dilakukan untuk menentukan kualitas bahan
muncul formulasi solusi yang telah dirangkum baku yang digunakan, karena terkait dengan
oleh program berdasarkan kesimpulan hasil produk akhir yang merupakan aspek penting
seluruh respon (Akbar, 2012). Untuk lebih dalam menentukan penerimaan konsumen.

Tepung singkong
modifikasi (ACC)

Tepung sagu, pati


maizena, bumbu-
bumbu Karakterisasi
Penimbangan

Pencampuran
Penimbangan (dry mixing)

Tepung bumbu ayam goreng

Pembuatan Pengujian
Air
adonan %OHC dan %WHC

Ayam fillet Pelapisan ayam

Penggorengan
(1700C, 5 menit)

Penirisan minyak

Ayam goreng matang

Pengujian hedonik

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Formulasi dan Evaluasi Sensori Tepung Bumbu Ayam
Goreng

Formulasi dan Evaluasi Sensori Tepung Bumbu Ayam Goreng Berbasis Tepung Singkong Termodifikasi
Taufik Rahman, R. Cecep Erwan, Ainia Herminiati, Ela Turmala, dan Chandra Maulan
Data karakterisasi tepung singkong dan Kadar amilosa pada tepung singkong
tepung singkong termodifikasi dapat dilihat termodifikasi menurun, sedangkan kadar pati
pada Tabel 2 berikut ini. resisten meningkat. Menurut Nurhayati, dkk.
(2014), kadar amilosa yang tinggi pada suatu
Tabel 2. Komposisi Fisikokimia dan Sifat bahan pangan tidak terlalu signifikan
Fungsional peranannya dalam upaya peningkatan kadar
Tepung pati resisten, karena peningkatan kadar pati
Komposisi Tepung
singkong ter- resisten tidak selalu disebabkan oleh
fisikokimia dan singkong
modifikasi (%) tingginya kadar amilosa total, akan tetapi
sifat fungsional (%)
lebih dipengaruhi oleh tingginya jumlah
Air 5,45 6,44
amilosa rantai pendek (DP 19-29) yang
Abu 1,97 1,78
Karbohidrat 87,41 85,34 terbentuk melalui hidrolisis amilase dan
Protein 2,78 2,76 pululanase maupun linterisasi dengan
Lemak 0,35 0,10 hidrolisis asam kuat.
Serat kasar 2,04 2,48 Variasi kadar amilosa tergantung dari
Pati 68,56 67,31
varietas singkong yang digunakan sebagai
Amilosa 27,38 24,22
Amilopektin 41,18 43,08 bahan baku. Kadar amilosa juga dipengaruhi
Pati resisten 3,93 4,45 oleh waktu panen singkong. Sriroth, dkk.
Derajat putih 97,64 59,31 (1999) menyatakan bahwa kadar amilosa dan
WHC 13,46 28,85 pati singkong pada umumnya akan lebih
OHC 8,16 10,20 rendah pada tanaman yang masih dalam fase
pertumbuhan dan belum siap panen.
Terjadinya penurunan derajat putih pada Kadar pati resisten suatu bahan pangan
tepung singkong termodifikasi, disebabkan yang dimodifikasi dalam bentuk tepung lebih
terjadinya reaksi Maillard dengan rendah jika dibandingkan dalam bentuk pati.
terbentuknya warna kecoklatan (browning), Hal ini dikarenakan adanya interaksi antara
hal ini dipengaruhi oleh suhu dan waktu amilosa dengan senyawa lain seperti protein,
pemanasan. Reaksi Maillard terjadi 3 tahap, lemak, maupun mineral yang dapat
yaitu reaksi tahap awal (initial stage), mengganggu terjadinya pembentukan pati
terjadinya pembentukan glikosilamin dan resisten pada tepung. Dalam bentuk pati,
amadori rearrangement. Tahap reaksi senyawa amilosa dan amilopektin diekstrak
intermediate meliputi reaksi dehidrasi, fission, dari komponen senyawa lainnya sehingga
dan degradasi strecker. Reaksi tahap akhir proses pembentukan pati resisten dapat
(final stage) terdiri dari: kondensasi aldol dan terjadi dengan lebih mudah (Moongngarm,
polimerisasi aldehid-amin, yaitu pembentukan 2013).
komponen nitrogen heterosiklik. Dampak Penurunan kadar pati dikarenakan
yang ditimbulkan pada produk tepung adalah perubahan pati menjadi gula pereduksi akibat
terjadinya penurunan mutu pangan, pemanasan. Degradasi pati akibat
penurunan asam amino, dan terbentuknya pemanasan autoklaf menyebabkan putusnya
komponen mutagenik pada bahan pangan sebagian kecil ikatan glikosidik pada amilosa
(Cheng dan Crisoto, 2006). maupun amilopektin yang berkontribusi
Hal ini juga berpengaruh terhadap kadar terhadap terbentuknya gula pereduksi
abu, karbohidrat, protein, lemak, dan amilosa (Setiarto, dkk., 2015). Senada dengan hasil
yang menurun, penyebab lainnya penelitian Moongngarm (2013), bahwa pada
dikarenakan pemanasan akibat proses proses pembuatan tepung, seluruh
gelatinisasi yang dilanjutkan dengan proses komponen yang terkandung di dalam bahan
pemanasan dengan menggunakan autoklaf pangan tetap dipertahankan keberadaannya
membuat keempat komponen tersebut sehingga tepung tidak hanya mengandung
kadarnya menurun.

Formulasi dan Evaluasi Sensori Tepung Bumbu Ayam Goreng Berbasis Tepung Singkong Termodifikasi
Taufik Rahman, R. Cecep Erwan, Ainia Herminiati, Ela Turmala, dan Chandra Maulan
pati karena masih tercampur dengan protein, kepercayaan 95 persen (α = 0,05),
lemak, serat, vitamin, dan mineral. menunjukkan bahwa formulasi memberikan
pengaruh yang berbeda nyata pada warna
3.2. Analisis Organoleptik Tepung Bumbu
ayam goreng, karena perbedaan formula
Ayam Goreng
menghasilkan perbedaan yang nyata pada
Respon organoleptik dengan uji hedonik tingkat kesukaan panelis terhadap warna
dapat menentukan suatu produk diterima atau ayam goreng.
tidak oleh konsumen yang diwakili oleh
Hasil uji lanjut Duncan diketahui bahwa
panelis, pengujian dilakukan terhadap 3
formula 319 memiliki nilai rata-rata tertinggi
sampel dengan konsentrasi tepung singkong
dan berbeda nyata dari formula 115. Formula
termodifikasi yang berbeda kepada 20 panelis
319 tidak berbeda nyata dengan formula 423
semi terlatih. Hasil pengujian terhadap rasa,
dalam hal warna ayam goreng.
aroma, warna, dan tekstur renyah yang paling
banyak disukai oleh panelis yaitu sampel 319 Warna yang dihasilkan dari ayam goreng
dibandingkan dengan sampel 115 dan 423. yang telah diberi penyalut bumbu tepung,
Sampel 319 dengan formulasi: tepung dipengaruhi oleh warna tepung singkong
singkong modifikasi 40 persen, tepung sagu modifikasi ACC yang digunakan pada
30 persen, pati maizena 18 persen, dan formulasi, yang menimbulkan reaksi browning
bumbu 22 persen. Selanjutnya sampel 319 ini non enzimatis dengan terjadinya reaksi
terpilih sebagai acuan batas bawah dan batas Maillard. Menurut BeMiller dan Huber (2008),
atas pada program DX-7. Data hasil ketika aldosa/ketosa terkena panas dan
pengujian organoleptik dapat dilihat pada bereaksi dengan gugus amin, terjadi produksi
Tabel 3 berikut ini. berbagai komponen seperti flavor, aroma,
dan polimer yang berwarna gelap. Senada
Tabel 3. Data Hasil Uji Organoleptik Tepung dengan hasil penelitian Sultanry, dkk. (1985),
Bumbu Ayam Goreng bahwa reaksi antara karbohidrat, khususnya
Atribut Kode Sampel gula pereduksi dengan gugus amina primer
Mutu 115 319 423
menghasilkan bahan berwarna coklat,
Rasa 3,80a 4,75b 4,70b
misalnya pada proses penggorengan ayam
Aroma 3,80a 4,55b 4,45b
Warna 3,35a 5,10b 5,00b goreng yang diselimuti tepung bumbu.
Tekstur 4,00a 4,05a 4,00a Produk ayam goreng apabila sudah
Total 14,95 18,45 18,15 matang memiliki warna coklat keemasan,
Keterangan: formulasi dari tepung singkong modifikasi,
tepung sagu, pati maizena, dan tepung
sedangkan warna pucat menandakan bahwa
bumbu, dengan perbandingan: produk yang digoreng belum matang.
[40:30:16:14] sampel 115; [40:30:18:12] Menurut Kumar, dkk. (2006) bahwa
sampel 319; dan [40:35:13,5:11,5] sampel penurunan tingkat kecerahan dan terjadinya
423. warna coklat pada produk dipengaruhi oleh
proses penggorengan.
3.2.1. Warna
Warna dari produk yang digoreng sangat
Warna merupakan hal pertama dalam
dipengaruhi oleh suhu pemasakan dan juga
pemilihan produk yang dilihat oleh
kondisi minyak yang dipakai untuk
konsumen, karena dapat menentukan
menggoreng. Menurut Sejati (2010), apabila
kualitas dari produk. Hasil pengujian hedonik
suhu terlalu tinggi maka bahan yang digoreng
terhadap parameter warna didapatkan nilai
akan cepat gosong sehingga warnanya tidak
rata-rata tingkat kesukaan panelis 3,35–5,10.
menarik, seharusnya kondisi minyak yang
Rentang nilai ini menunjukkan bahwa panelis
digunakan untuk menggoreng masih baru
memberikan penilaian netral ke suka
sehingga produk yang digoreng mempunyai
terhadap warna ayam goreng yang telah
penampilan yang menarik.
diberi penyalut bumbu tepung. Dari hasil
analisis sidik ragam dengan tingkat

Formulasi dan Evaluasi Sensori Tepung Bumbu Ayam Goreng Berbasis Tepung Singkong Termodifikasi
Taufik Rahman, R. Cecep Erwan, Ainia Herminiati, Ela Turmala, dan Chandra Maulan
Grafik contour plot respon warna dapat formula 423. Rasa ayam goreng yang gurih
dilihat pada Gambar 2. Warna-warna yang dan renyah pada sampel 319 dipengaruhi
berbeda pada grafik contour plot oleh penambahan pati maizena yang lebih
menunjukkan nilai respon warna. Warna biru tinggi pada formulasi bumbu tepung ayam
menunjukkan nilai respon warna (4,2). Warna goreng dan penggunaan minyak goreng pada
merah menunjukkan respon warna tertinggi proses penggorengan. Menurut Yuyun (2007)
(4,7). Garis-garis yang terdiri atas titik-titik pati jagung apabila mengalami proses
pada grafik contour plot menunjukkan penggorengan memberikan tekstur yang lebih
kombinasi dari ketiga komponen dengan renyah dan mudah patah saat digigit, maka
jumlah berbeda yang menghasilkan respon pati jagung dianjurkan untuk digunakan
warna yang berbeda. sebagai bahan penyalut produk yang
digoreng. Selanjutnya Hasta (2013)
menyatakan bahwa saat tepung digoreng
maka molekul air akan menguap dan
digantikan oleh minyak yang membuat
rongga udara dalam makanan, sehingga
mengakibatkan produk mengembang dan
renyah. Rasa juga dipengaruhi oleh aroma,
bahan makanan, kerenyahan, dan tingkat
kematangan makanan (Meilgaard, dkk.,
2000).
Gambar 2. Grafik Countour Plot Hasil Uji
Respon Warna

3.2.2. Rasa
Rasa merupakan tanggapan terhadap
rangsangan kimiawi yang sampai di indera
pengecap lidah, khususnya jenis rasa dasar
yaitu manis, asam, asin, dan pahit (Meilgaard,
dkk., 2000). Rasa memberikan nilai paling
penting terhadap konsumen dalam memilih Gambar 3. Grafik Countour Plot Hasil Uji
suatu produk makanan. Respon Rasa
Hasil pengujian hedonik terhadap
parameter rasa diperoleh rentang nilai rata- Grafik contour plot respon rasa dapat
rata 3,80–4,75, menunjukkan bahwa panelis dilihat pada Gambar 3. Warna-warna yang
memberikan penilaian netral ke suka berbeda pada grafik contour plot
terhadap rasa ayam goreng yang sudah diberi menunjukkan nilai respon rasa. Warna biru
penyalut bumbu tepung. Dari hasil analisis menunjukkan nilai respon rasa terendah (4,4).
sidik ragam dengan tingkat kepercayaan 95 Warna merah menunjukkan respon rasa
persen (α= 0,05), menunjukkan bahwa tertinggi (4,9). Garis-garis yang terdiri atas
formulasi memberikan pengaruh yang titik-titik pada grafik contour plot menunjukkan
berbeda nyata pada rasa ayam goreng, kombinasi dari ketiga komponen dengan
perbedaan formula menghasilkan perbedaan jumlah berbeda yang menghasilkan respon
yang nyata pada tingkat kesukaan panelis rasa yang sama.
terhadap rasa ayam goreng.
3.2.3. Tekstur
Hasil uji lanjut Duncan diketahui bahwa
Tekstur merupakan parameter yang
formula 319 memiliki nilai rata-rata tertinggi
dapat diuji dengan menggunakan indera
dan berbeda nyata dari formula 115, tetapi
mulut (mouth-feel) atau dengan tangan
formula 319 tidak berbeda nyata dengan
Formulasi dan Evaluasi Sensori Tepung Bumbu Ayam Goreng Berbasis Tepung Singkong Termodifikasi
Taufik Rahman, R. Cecep Erwan, Ainia Herminiati, Ela Turmala, dan Chandra Maulan
(hand-feel). Tekstur berhubungan dengan Grafik contour plot respon tekstur renyah
kerenyahan produk, yang dapat diartikan dapat dilihat pada Gambar 4. Warna-warna
sebagai serangkaian retakan yang dirasakan yang berbeda pada grafik contour plot
didalam mulut akibat dikenai gaya yang menunjukkan nilai respon tekstur renyah.
rendah (Vincent, 2004). Sensasi renyah Warna biru menunjukkan nilai respon tekstur
berhubungan dengan terdeteksinya retakan- terendah (3,8). Warna merah menunjukkan
retakan kecil dalam mulut yang juga ditandai respon tekstur tertinggi (4,8). Garis-garis yang
dengan suara yang terbentuk akibat makanan terdiri atas titik-titik pada grafik contour plot
retak atau hancur (Van Vliet, dkk., 2007). menunjukkan kombinasi dari ketiga
komponen dengan jumlah berbeda yang
Hasil pengujian terhadap parameter
menghasilkan respon tekstur renyah yang
tesktur diperoleh rentang nilai rata-rata 4,00–
sama.
4,05, yang menunjukkan bahwa panelis
memberikan penilaian agak renyah terhadap
tekstur ayam goreng. Dari hasil analisis sidik
ragam dengan tingkat kepercayaan 95 persen
(α= 0,05) menunjukkan bahwa formulasi tidak
memberikan pengaruh yang berbeda nyata
pada tekstur ayam goreng, karena perbedaan
formula tidak menghasilkan perbedaan yang
nyata pada tingkat kesukaan panelis terhadap
tekstur ayam goreng. Hal ini terjadi
kemungkinan dipengaruhi oleh viskositas dari
adonan tepung bumbu yang ditambahkan air, Gambar 4. Grafik Countour Plot Hasil Uji
sehingga mempengaruhi ketebalan penyalut Respon Tekstur Renyah
yang menempel pada ayam goreng, karena
ketebalan bahan juga merupakan salah satu 3.2.4. Aroma
faktor yang memengaruhi tekstur produk
(Fiszman, 2009). Aroma adalah rasa dan bau yang sangat
subyektif serta sulit diukur, karena setiap
Ayam goreng yang diberi penyalut orang memiliki sensitifitas dan kesukaan yang
tepung bumbu memiliki karakteristik tekstur berbeda-beda. Timbulnya aroma makanan
agak renyah, rasa matang yang gurih, warna disebabkan oleh terbentuknya senyawa
kuning kecoklatan, dan aroma yang khas. volatil yang mudah menguap (Meilgaard,
Menurut Reputra (2009), hal ini dipengaruhi dkk., 2000).
oleh beberapa faktor, diantaranya jenis
tepung sebagai bahan penyalut dan minyak Hasil pengujian organoleptik terhadap
yang terserap oleh produk selama aroma, rentang nilai rata-rata 3,80–4,55,
penggorengan. Kerenyahan juga dipengaruhi menunjukkan bahwa panelis memberikan
oleh kemampuan tepung penyalut dalam penilaian netral ke suka. Hasil analisis sidik
menyerap dan menahan air, apabila tepung ragam dengan tingkat kepercayaan 95 persen
penyalut banyak menyerap air maka saat (α=0,05) menunjukkan bahwa formulasi
pemanasan dengan penggorengan, air akan memberikan pengaruh yang berbeda nyata
menguap dan meninggalkan pori-pori kosong pada aroma ayam goreng, perbedaan formula
yang sebagian diantaranya akan terisi oleh menghasilkan perbedaan yang nyata pada
minyak, sehingga menyebabkan bahan tingkat kesukaan panelis.
menjadi porous dan apabila dimakan terasa Hasil uji lanjut Duncan diketahui formula
renyah (Sejati, 2010). Kerenyahan produk 319 memiliki nilai rata-rata tertinggi dan
juga dipengaruhi oleh rendahnya rasio berbeda nyata dari formula 115, tetapi tidak
amilosa dan amilopektin (Reputra, 2009). berbeda nyata dengan formula 423 dalam hal
aroma ayam goreng. Timbulnya aroma khas
pada ayam goreng yang telah diberi penyalut
Formulasi dan Evaluasi Sensori Tepung Bumbu Ayam Goreng Berbasis Tepung Singkong Termodifikasi
Taufik Rahman, R. Cecep Erwan, Ainia Herminiati, Ela Turmala, dan Chandra Maulan
menyerap dan menahan air atau minyak,
Tabel 4. Data Analisis WHC dan OHC pada Tabel 4 dapat dilihat hasil analisis WHC
Sampel dan OHC dari tepung bumbu ayam.
Parameter
115 319 423 3.3.1. Analisis Water Holding Capacity
% WHC 16,67 19,23 17,31
% OHC 13,46 13,46 13,21 WHC digunakan untuk mengukur
Keterangan: formulasi dari tepung singkong modifikasi, kemampuan tepung dalam menahan air yang
tepung sagu, pati maizena, dan tepung diserapnya, nilai WHC ini dipengaruhi oleh
bumbu,dengan perbandingan:
[40:30:16:14] sampel 115; [40:30:18:12]
kandungan air dalam bahan pangan. Air yang
sampel 319; dan [40:35:13,5:11,5] sampel ditambahkan pada tepung untuk adonan
423. tepung penyalut, akan mempengaruhi sifat
fisik dan proses pengolahan. Nilai WHC yang
tepung bumbu, kemungkinan pengaruh dari tertinggi yaitu pada sampel 319, namun kadar
penambahan bumbu lada dan bawang putih. WHC dari tiga sampel tersebut perbedaannya
Karena sifat khas yang dimiliki oleh lada tidak terlalu signifikan.
adalah rasa yang pedas serta aroma yang
Nilai WHC tepung bumbu ayam goreng
khas, sedangkan bawang putih mengandung
yang tinggi memungkinkan tepung bumbu
zat kimia allicin yang berperan sebagai
mudah menahan air yang diserapnya pada
pemberi aroma.
saat pembuatan adonan. Menurut Sejati
Grafik contour plot respon aroma dapat (2010) nilai WHC ini dipengaruhi oleh
dilihat pada Gambar 5. Warna-warna yang kandungan air dalam bahan. Penyerapan air
berbeda pada grafik contour plot dalam tepung juga dipengaruhi oleh ukuran
menunjukkan nilai respon aroma. Warna biru dan struktur granula pati, dimana granula pati
menunjukkan nilai respon aroma terendah yang lebih kecil akan meningkatkan kelarutan
(4,4). Warna merah menunjukkan respon dan meningkatkan penyerapan air (Niba,
aroma tertinggi (4,8). Garis-garis yang terdiri dkk., 2002).
atas titik-titik pada grafik contour plot
Pada penelitian pendahuluan kadar WHC
menunjukkan kombinasi dari ketiga
dalam tepung singkong 13,46 persen dan
komponen dengan jumlah berbeda yang
setelah mengalami proses ACC menjadi
menghasilkan respon aroma yang sama.
tepung singkong modifikasi kadar WHC nya
meningkat menjadi 28,85 persen.
Peningkatan WHC ini terjadi karena
gelatinisasi dari pati diakibatkan oleh proses
autoklaf. Senada dengan hasil penelitian
Ashwar, dkk. (2016) bahwa daya serap air
dari pati beras alami 0,98 g/g dan meningkat
setelah mengalami proses autoklaf menjadi
pati beras termodifikasi menjadi 1,87 g/g.
Kemampuan tepung dalam menyerap
dan menahan air tidak hanya dipengaruhi
Gambar 5. Grafik Countour Plot Hasil Uji oleh kandungan air dalam bahan, juga
Respon Aroma. dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
kandungan amilosa, ukuran granula pati, dan
kadar lemak dari bahan. Air yang terserap
3.3. Analisis WHC dan OHC Tepung dalam molekul pati disebabkan oleh sifat fisik
Bumbu Ayam Goreng granula maupun terikat secara intramolekul
(Kulp dan Joseph, 2000).
Analisis WHC dan OHC bertujuan untuk
mengetahui nilai kemampuan sampel dalam

Formulasi dan Evaluasi Sensori Tepung Bumbu Ayam Goreng Berbasis Tepung Singkong Termodifikasi
Taufik Rahman, R. Cecep Erwan, Ainia Herminiati, Ela Turmala, dan Chandra Maulan
Grafik contour plot respon WHC dapat yang memiliki nilai OHC yang besar akan
dilihat pada Gambar 6. Warna-warna yang lebih banyak menyerap dan menahan minyak
berbeda pada grafik contour plot yang digunakan untuk menggoreng. Hal ini
menunjukkan nilai respon WHC. Warna biru akan menyebabkan minyak goreng yang
menunjukkan nilai respon WHC terendah digunakan akan cepat habis. Menurut Zayas
(16,67). Warna merah menunjukkan respon (2012) kemampuan menyerap minyak yang
WHC tertinggi (19,23). Garis-garis yang terdiri tinggi pada tepung menunjukkan tepung
atas titik-titik pada grafik contour plot mempunyai bagian yang bersifat lipofilik.
menunjukkan kombinasi dari ketiga Kapasitas penyerapan minyak disebabkan
komponen dengan jumlah berbeda yang minyak terperangkap dalam matriks pati
menghasilkan respon WHC yang sama. berpori yang secara kapiler atau di dalam
struktur heliks amilosa atau amilopektin
karena pembentukan kompleks amilosa-lipid,
perubahan dari gugus lebih hidrofobik
kompleks amilosa-lipid karena temperatur
tinggi (Ashwar, dkk., 2016). Menurut Huang
dan Rooney (2001) tepung yang kaya akan
amilosa dapat digunakan untuk mengurangi
penyerapan minyak karena kemampuannya
dalam membentuk film.
Gambar 6. Grafik Countour Plot Hasil Uji Pada penelitian pendahuluan kadar OHC
Respon WHC pada tepung singkong 8,16 persen dan
meningkat setelah mengalami proses ACC
menjadi tepung singkong modifikasi menjadi
10,20 persen. Hasil penelitian Ashwar dkk.
3.3.2. Analisis Oil Holding Capacity (2016), daya serap minyak dari pati beras
OHC merupakan daya menahan minyak alami 0,88 g/g meningkat setelah mengalami
yang diserapnya, sehingga dapat proses autoklaf menjadi pati beras modifikasi
mempengaruhi penyerapan minyak saat menjadi 1,05 g/g.
penggorengan. Kemampuan ini ditentukan Tabel 5. Solusi Formula yang diperoleh
oleh adanya kandungan lemak dan serat Pada Tahap Optimalisasi
(Yuliasih, 2008). Lemak dapat membentuk
lapisan yang bersifat hidrofobik pada Desirability
Tepung Tepung Pati
permukaan jaringan serat, sedangkan serat Singkong Sagu Maizena
memiliki kemampuan menyerap minyak. Modifikasi
Kandungan lemak yang rendah pada tepung 41,00 31,0 16,00 0,774*
akan membuat tepung menyerap minyak 40,70 27,6 19,80 0,734
lebih banyak dari luar. Kandungan serat yang 39,50 30,3 18,10 0,583
tinggi pada tepung akan membuat tepung Gambar 7.* Formula
Grafik Countour
optimum
Plot Hasil Uji
mempunyai kemampuan untuk menyerap dan Respon OHC
menahan minyak lebih besar.
Grafik contour plot respon OHC dapat
Nilai OHC yang terendah pada sampel dilihat pada Gambar 7. Warna-warna yang
423, tetapi kadar OHC dari ketiga sampel berbeda pada grafik contour plot
tersebut perbedaannya tidak terlalu menunjukkan nilai respon OHC. Warna biru
signifikan. Kemampuan tepung bumbu ayam menunjukkan nilai respon OHC terendah
goreng dalam menyerap dan menahan (13,21). Warna merah menunjukkan respon
minyak ini akan mempengaruhi proses OHC tertinggi (13,46). Garis-garis yang terdiri
pengolahan tepung bumbu ayam goreng atas titik-titik pada grafik contour plot
menjadi bahan pangan pada saat proses menunjukkan kombinasi dari ketiga
penggorengan. Menurut Sejati (2010), tepung
Formulasi dan Evaluasi Sensori Tepung Bumbu Ayam Goreng Berbasis Tepung Singkong Termodifikasi
Taufik Rahman, R. Cecep Erwan, Ainia Herminiati, Ela Turmala, dan Chandra Maulan
komponen dengan jumlah berbeda yang tepung singkong modifikasi ACC, 31 persen
menghasilkan respon OHC yang sama. tepung sagu, dan 16 persen pati maizena.
Formula ini memiliki nilai desirability 0,774
3.4. Analisis Respon Overall
yang artinya akan menghasilkan produk
Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh sesuai karakteristik dengan target
program Design expert 7.0, model dari optimalisasi sebesar 77,4 persen. Formula ini
respon overall adalah special cubic. diprediksi akan memiliki nilai OHC 11,3
Peningkatan nilai overall sangat dipengaruhi persen; WHC 18,80 persen; kadar air 7,96
oleh penambahan tepung sagu karena nilai persen; skor organoleptik (warna 4,6; rasa
konstanta dari nilai ini paling besar, diikuti 4,9; tekstur renyah 4,6; aroma 4,8; dan
dengan penambahan tepung singkong overall 5,2).
modifikasi ACC, dan penambahan pati
maizena.
Grafik contour plot respon overall dapat
dilihat pada Gambar 8. Warna-warna yang
berbeda pada grafik contour plot
menunjukkan nilai respon overall. Warna biru
menunjukkan nilai respon overall terendah
(4,5). Warna merah menunjukkan respon
overall tertinggi (5,2). Garis-garis yang terdiri
atas titik-titik pada grafik contour plot
menunjukkan kombinasi dari ketiga
komponen dengan jumlah berbeda yang Gambar 9. Gambar Contour Plot Formula
menghasilkan respon overall berbeda. Optimum

Grafik contour plot dari formula ini dapat


dilihat pada Gambar 9. Pada grafik contour
plot, garis-garis yang terdiri atas titik-titik pada
grafik menunjukkan kombinasi dari ketiga
komponen tepung dengan jumlah berbeda
yang menghasilkan nilai desirability yang
sama. Area yang rendah menunjukkan nilai
desirability yang rendah, sedangkan area
yang tingggi menunjukkan nilai desirability
Gambar 8. Grafik Countour Plot Hasil Uji yang tinggi.
Respon Overall Formulasi optimal yang dilakukan melalui
program Design Expert 7.0 metode D-optimal,
Tahap optimalisasi yang dilakukan selanjutnya dibandingkan dengan analisis
memberikan solusi formula terbaik dengan laboratorium. Hasilnya nilai desirability
nilai desirability tertinggi (0,774). Nilai (ketepatan) 0,774, menunjukkan bahwa
desirability yang dihasilkan sangat selisihnya kecil antara hasil analisis yang
dipengaruhi oleh kompleksitas komponen, ditawarkan dari program dengan analisis dari
kisaran yang digunakan dalam komponen, laboratorium.
jumlah komponen dan respon, serta target Nilai target optimalisasi dinyatakan
yang ingin dicapai dalam memperoleh dengan desirability antara 0–1. Apabila
formula optimum. Solusi formula yang mendekati 1, semakin mudah suatu formula
diperoleh pada tahap optimalisasi dapat dalam mencapai titik formula optimal
dilihat pada Tabel 5. berdasarkan variasi responnya. Tetapi tujuan
Solusi formula terpilih merupakan utama optimalisasi formulasi bukan untuk
formula optimum yang terdiri dari 41 persen mencari nilai desirability sebesar 1, melainkan

Formulasi dan Evaluasi Sensori Tepung Bumbu Ayam Goreng Berbasis Tepung Singkong Termodifikasi
Taufik Rahman, R. Cecep Erwan, Ainia Herminiati, Ela Turmala, dan Chandra Maulan
untuk mencari kombinasi yang tepat dari penelitian tematik, juga kepada analis dan
berbagai kombinasi bahan. teknisi yang terlibat dalam penelitian ini.
IV. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa AOAC. 1995.Official Methods of Analysis of The
tepung singkong modifikasi ACC memiliki Association of Official Analytical Chemist. USA:
kadar air 6,44 persen; kadar abu 1,78 persen; Washington. DC.
kadar protein 2,76 persen; kadar lemak 0,10 Akbar, M.A. 2012. Optimalisasi Ekstraksi Spent
persen; kadar karbohidrat (by difference) Bleaching Earth dalam Recovery Minyak Sawit.
85,34 persen; kadar pati 67,31 persen; kadar Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
amilosa 24,22 persen; kadar amilopektin Universitas Indonesia.
43,08 persen; kadar pati resisten 4,45 persen; Ashwar, B.A., A. Gani, A. Shah, I.A. Wani, F.A.
WHC 28,85 persen; dan OHC 10,20 persen. Masoodi, D.C. Saxena. 2016. Production of
Resistant Starch from Rice by Dual
Hasil uji organoleptik menunjukkan Autoclaving-Retrogadation Treatment: Invitro
bahwa formula tepung bumbu ayam terpilih Digestibility, Thermal and Structural
adalah sampel 319 dengan komposisi tepung Characterization. Food Hydrocolloids, Vol. 56
singkong modifikasi 40 persen, tepung sagu :108–117.
30 persen, pati maizena 18 persen, dan [BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi Ubi
bumbu 22 persen. Hasil pengujian sampel Kayu Menurut Provinsi (ton), 1993-2015.
319 memiliki nilai OHC 13,46 persen, nilai Badan Pusat Statistik. https://www.bps.go.id/
WHC 19,23 persen, dan skor organoleptik [Diakses 29 Februari 2016].
untuk warna 5,10; rasa 4,75; tekstur 4,05; [BPS] Badan Standardisasi Nasional. 1992. SNI
01-2891-1992. Cara Uji Makanan dan
dan aroma 4,55.
Minuman. Jakarta: BPS.
Optimalisasi formula tepung bumbu [BPS] Badan Standardisasi Nasional. 1998. SNI
ayam goreng dengan menggunakan program 01-4476-1998. Tepung Bumbu. Jakarta: BPS.
Design Expert 7.0 berdasarkan respon WHC, BeMiller, J.N., K.C. Huber. 2008. ‘Carbohydrates’.
OHC, respon organoleptik (warna, rasa, Dalam S. Damudaran, K.L. Parkin, O.R.
tekstur renyah, aroma dan penerimaan Fennema (ed.). Fennema’s Food Chemistry 4th
keseluruhan) optimum dengan nilai Editition. CRC Press, New York.
desirability 0,774. Nilai ini menunjukkan Cheng G., C.G. Crisoto. 2006. Browning Potential,
formula optimum yang akan menghasilkan Phenolic Composition, and Polyphenoloxidase
produk dengan karakteristik sesuai target Activity of Buffer Extract of Peach and
optimalisasi sebesar 77,4 persen. Formula Nectarine, Skin Tissue. J. Amer. Soc. Horts.
optimum merupakan kombinasi dari tepung Sct., 120(5): 835–838.
singkong modifikasi ACC (41 persen), tepung Elliason, A.C., M. Gudmundsson. 1996. Starch:
sagu (31 persen), dan pati maizena (16 Physicochemical and Functional Aspects. in
persen). Eliasson AC, Carbohydrates In Food. New
York: Marcel Dekker Inc.
Hasil verifikasi menunjukkan bahwa
formula terpilih memiliki nilai OHC 12 persen; Fiszman, SM. 2009. Coating Ingredients. in Tarte
nilai WHC 18,52 persen; nilai kadar air 8,06 R. Ingredients in Meat, Products Properties,
persen; skor organoleptik untuk warna 4,6; Functionality and Applications. Paterna:
rasa 5,0; tekstur renyah 4,5; aroma 4,7; dan Springer Science Bussiness Media.
overall 5,2. Hasta, L. 2013. The Effect of Tapioca Starch with
Salted Egg and Time of Steaming for
UCAPAN TERIMA KASIH Crispiness Crackers. J, Animal Husbandry,
Terima kasih kami sampaikan kepada 1(1): 307–313.
DIPA Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Huang, D.P., L.W. Rooney. 2001. Starches for
Guna LIPI Subang untuk pendanaan kegiatan Snack Foods. In Lusas, R.W., L.W. Rooney.

Formulasi dan Evaluasi Sensori Tepung Bumbu Ayam Goreng Berbasis Tepung Singkong Termodifikasi
Taufik Rahman, R. Cecep Erwan, Ainia Herminiati, Ela Turmala, dan Chandra Maulan
Snack Foods Processing. Washington DC: Seibel, W. 2016. Composite Flours.
CRC Press, 115–136. http://muehlenchemie.de/downloads-future-of-
flour/FoF_Kap_16.pdf. [Diakses 02 Maret
Kumar A.J., R.R.B. Singh, A.A. Patel, G.R. Patil.
2016].
2006. Kinetics of Colour and Texture Changes
in Gulabjamun Balls During Deep-Fat Frying. Sejati, M. K. 2010. Formulasi dan Pendugaan
LWT, 39: 827‒833. Umur Simpan Tepung Bumbu Ayam Goreng
Berbahan Baku Modified Cassava Flour
Kulp, K., G.P. Joseph. 2000. Handbook of Cereal
(Mocaf). Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Science and Technology. Marcel Dekker, New
Pertanian Bogor.
York.
Setiarto, R.H.B., B.S.L. Jenie, D.N. Faridah, I.
Leong, Y.H., A.A.Karim, dan M.H. Norziah. 2007. Saskiawan. 2015. Kajian Peningkatan Pati
Effect of Pullulanase Debranching of Sago Resisten yang Terkandung dalam Bahan
(Metroxylon sagu) Starch at Subgelatinization Pangan sebagai Sumber Prebiotik. Jurnal Ilmu
Temperature on The Yield of Resistant Starch. Pertanian Indonesia (JIPI), Vol. 20(3): 191–
Starch/Starke, Vol. 59(1): 21–32. 200.
Meilgaard, M., G.V. Civille, B.T. Carr. 2000. Shin, S., J. Byun , K.W. Park, T.W. Moon. 2004.
Sensory Evaluation Techniques. Boca Raton, Effect of Partial Acid and Heat Moisture
Florida: CRC Press. Treatment of Formation of Resistant Tuber
Moongngarm, A. 2013. Chemical Compositions Starch. J. Cereal Chem., 81(2): 194–198.
and Resistant Starch Content in Starchy Soekarto, S.T., dan M. Hubeis. 1992. Petunjuk
Foods. American J. of Agricultural and Laboratorium Metode Penelitian Inderawi.
Biological Sciences, Vol. 8 (2): 107–113. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,
Nazhrah, E.J., L. Masniary. 2014. Pengaruh Institut Pertanian Bogor.
Proses Modifikasi Fisik terhadap Karakteristik Subagio, A., W. Siti, Y. Witono, F. Fahmi. 2008.
Pati dan Produksi Pati Resisten dari Empat Prosedur Operasi Standar (POS) Produksi
Varietas Ubikayu (Manihot esculenta). J. Mocal Berbasis Klaster, Southeast Asian Food
Rekayasa Pangan Pertanian, Vol. 2(2): 1–9. and Agricultural Science and Technology
Niba, L.L., M.M. Bokanga, F.L. Jackson, D.S. (SEAFAST) Center, Institut Pertanian Bogor.
Schlimme, dan B.W. Li. 2002. Pshysochemical Sultanry, Rubianty, B. Kasenger. 1985. Kimia
Properties and Starch Granular Characteristics Pangan. Institut Teknologi Bandung.
of Flour from Various Manihot esculanta
(Cassava) Genotypes. J. of Food Science, Vol. Sriroth, K., V. Santisopari, C. Petchalanuwat, K.
67: 1701–1705. Kurotjanawong, K. Piyachomkwan, C.G.
Oates. 1999. Cassava Starch Granule
Nurhayati, B.S.L. Jenie., S. Widowati, H.D. Structure Function Properties: Influences of
Kusumaningrum. 2014. Komposisi Kimia dan Time and Conditions at Harvest on Cultivars of
Kristalinitas Tepung Pisang Modifikasi Secara Cassava Starch. Carbohydrates Polymer, Vol.
Fermentasi Spontan dan Siklus Pemanasan 38: 161-170.
Bertekanan-Pendinginan. Agritech, Vol. 34(2):
146–150. Sugiyono, R. Pratiwi, D.N. Faridah. 2009.
Modifikasi Pati Garut (Marantha arundinacea)
Reputra, J. 2009. Karakterisasi Tapioka dan dengan Perlakuan Siklus Pemanasan Suhu
Penentuan Formulasi Premix sebagai Bahan Tinggi-Pendinginan (ACC) untuk Meng-
Penyalut untuk Produk Fried Snack. Fakultas hasilkan Pati Resisten Tipe III. J.Teknologi dan
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Industri Pangan,Vol. XX(1): 17–61.
Sajilata, M.G., R.S. Singhal, dan P.R. Kulkarni. Van Vliet, T., J.E, Visser, H. Luyten. 2007. On The
2006. Resistant Starch: A Review Mechanism by Which Oil Uptake Decreases
Comprehensive. Reviews in Food Science and Crispy/ Crunchy Behavior of Fried Products.
Food Safety.Vol. 5. FoodRes Int., Vol. 40(9):1122–1128.
Sathe, S. K., D. K. Salumkhe. 1981. Isolation, Vincent, J.F.V. 2004. Application of Fracture
Partial Chracterization and Modification of The Mechanics to The Texture of Food. J. Eng
Great Northern Bean (Phaseolus vulgaris) Failure Analysis, Vol. 11: 695–704.
Starch. J. Food Science, Vol. 46(2): 617–621.

Formulasi dan Evaluasi Sensori Tepung Bumbu Ayam Goreng Berbasis Tepung Singkong Termodifikasi
Taufik Rahman, R. Cecep Erwan, Ainia Herminiati, Ela Turmala, dan Chandra Maulan
Yuliasih, I. 2008. Fraksinasi dan Asetilasi Pati
Sagu serta Aplikasi Produknya sebagai Bahan
Campuran Plastik Sintesis. Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Yuyun, A. 2007. Membuat Lauk Crispy. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Zabar, S., E. Shimoni, H.B. Peled. 2008.
Development of Nanostructure in Resistant
Starch Type III During Thermal Treatments and
Cycling. J. Macromol Biosci., Vol 8: 163–170.
Zayas, J.F. 2012. Functionality of Proteins in Food.
Springer Science & Business Media, USA.

BIODATA PENULIS :

Taufiq Rahman dilahirkan di Ciamis tanggal 10


September 1981. Menyelesaikan pendidikan S1
Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian
Bogor dan S2 Teknologi Industri Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.

R. Cecep Erwan Andriansyah dilahirkan di


Subang tanggal 5 Agustus 1974.
Menyelesaikan pendidikan S1 Tehnik Industri,
Universitas Mpu Tantular Jakarta dan S2 Ilmu
Pangan, Institut Pertanian Bogor.

Ainia Herminiati dilahirkan di Cianjur tanggal


27 Desember 1970. Menyelesaikan pendidikan
S1 Teknologi Pangan, Universitas Pasundan
Bandung, S2 Ilmu Pangan, Institut Pertanian
Bogor dan S3 Ilmu Gizi Manusia, Institut
Pertanian Bogor

Ela Turmala dilahirkan di Sumedang tanggal 15


Oktober 1952. Menyelesaikan pendidikan S1
Farmasi, Institut Teknologi Bandung dan S2
Analisis Pangan, Institut Teknologi Bandung

Chandra Maulana dilahirkan di Subang tanggal


25 Oktober 1994. Menyelesaikan pendidikan S1
Teknologi Pangan, Universitas Pasundan
Bandung.

Formulasi dan Evaluasi Sensori Tepung Bumbu Ayam Goreng Berbasis Tepung Singkong Termodifikasi
Taufik Rahman, R. Cecep Erwan, Ainia Herminiati, Ela Turmala, dan Chandra Maulan

Anda mungkin juga menyukai