Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XV No.

1Mei 2012

Penambahan Tepung Protein Kedelai Sebagai


Pengikat Pada Sosis Sapi

Anjar Sofiana1

1Dosen Politeknik Negeri Lampung Jurusan Peternakan Program Studi Produksi Ternak

Intisari

Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh tingkat penambahan tepung
protein kedelai (soy concentrate)sebagai pengikat (binder) pada olahan sosis daging sapi terdapat
nilai pH, daya mengikata air, susut masak, dan stabilitas emulsi. Penelitian ini menggunakan
rancangan acak kelompok. Perlakuan terdiri dari lima tingkat penambahansoy concentrate
masing-masing 0, 5,10,15, dan 20%. Ulangan sebanyak empat kali yang dimasukkan kedalam
kelompok. Data dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Jarak Duncan.Hasil
penelitian menunjukkan tingkat penggunaan soy concentrate 0³ 20% tidak berpengaruh (P>0,05)
terhadap nilai pH, daya mengikat air produk sosis, dan susut masak, tetapi berbeda nyata antara
0% dan 20% (P<0,05) pada stabilitas emulsi. Kesimpulan, soy concentrate dapat digunakan sampai
20% dalam olahan sosis daging sapi.

Kata kunci: soy concentrate, pengikat (binder), sosis sapi.

Abstract
The aim of this research was to observe influence of soy concentrate addition as binder to
sausage toward pH value, water holding capacity, cooking loss, dan emulsion stability. The
experiment used a randomized block design with 5 levels 0, 5, 10, 15, and 20% soy concentrate
with 4 repetitions included on the block. The data were analyzed by Analysis of Variance and
'XQFDQ·V 0XOWLSOH 5DQJH 7HVW 7KH UHVXOW VKRZHG WKDW WKHUH ZHUH QR VLJQLILFDQt (P>0,05) on pH
value, water holding capacity of sousage, and cooking loss, but there was significant (P<0,05) on
emulsion stability. In conclusion, soy concentrate can be used up to 20% on beef sausage.

Key words: soy concentrate, binder,beef sausage.

Pendahuluan dapat mengikat. Bahan tersebut dikenal


sebagai bahan pengikat (binder). Binder
Sosis adalah salah satu bentuk ini memiliki beberapa fungsi
olahan daging (restructured meat) yang diantaranya membantu membentuk dan
dibuat dengan cara penggilingan dan menstabilkan emulsi serta meningkatkan
penambahan bumbu serta bahan daya mengikat air sehingga
campuran lainnya,kemudian menurunkan susut masak.
dimasukkan ke dalam selongsong Bahan yang biasa digunakan
panjang yang berupa usus hewan atau sebagai binder adalah protein susu
pembungkus buatan, kemudian (casein) yang memiliki kandungan
dimasak. Proses pengolahan daging protein yang tinggi sekitar 90 ² 95%
melalui tahap penggilingan dan (Bellitz and Grosch, 1999). Casein
pencampuran dengan bahan tambahan merupakan protein hewani yang
lainnya memerlukan suatu bahan yang mempunyai harga tinggi. Penggunaan

Penambahan Tepung Protein Kedelai sebagai Pengikat pada Sosis Sapi 1


Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XV No.1Mei 2012

protein nabati yang bahan bakunya produk olahan daging sekitar 20 ² 25%
melimpah tidak menutup kemungkinan dari daging. Penambahan soy concentrate
dapat mensubstitusi protein hewani ini diharapkan akan memperbaiki
casein. Protein nabati, diantaranya emulsi adonan serta meningkatkan daya
tepung protein kedelai (soy concentrate) ikat air sehingga mengurangi
mempunyai kandungan protein yang penyusutan produk. Menurut Koswara
cukup tinggi sekitar 70% (Aberle et. al., (1995), penggunaan tepung proteun
2001) diharapkan dapat memberikan kedelai dalam olahan daging
fungsi kulinaris yang memuaskan memberikan tekstur yang lembut, warna
meskipun dengan harga yang lebih cerah, rasa yang enak dan menurunkan
murah dibanding casein. biaya produksi.
Menurut Aberle et. al. (2001),
penggunaan soy concentrate dalam

Materi dan Metoda yang digunakan dalam penelitian adalah


food processor, stuffer, timbangan ohaus,
Bahan yang digunakan pada
dan pengukus. Alat yang digunakan
penelitian ini adalah daging sapi bagian
untuk analisa yaitu blender, pH-meter,
paha depan, lemak, usus kambing,,
beban pengukur DMA, oven, cawan,
tepung protein kedelai (soy concentrate),
dan waterbath.
tepung tapioka, air es, garam, nitrat,
Formula adonan sosis disajikan
tomat, gula pasir, cuka makan, dan
pada Tabel 1. Bahan selain daging
bumbu (jahe, pala, bawang merah)..
berdasarkan berat daging.
Bahan yang digunakan untuk analisa
adalah aquades dan kertas saring. Alat

Tabel 1. Formula adonan sosis daging sapi


Bahan Persentase (%)
Daging 100
Lemak 15
Tepung Protein Kedelai 0 -- 20
Tepung tapioka 20
Air es 25
Nitrit 150 ppm
Garam 3
Gula 1
Jahe 0,5
Bawang merah 1
Jus tomat 2
Lada 0,25

Pembuatan sosis dimulai dengan gula, dan bumbu digiling bersama


mencincang daging segar, dan digiling daging selama 2 menit. Tepung tapioka
dalam food processor selama 2 menit dan sisa air es dicampurkan kedalam
bersama dengan lemak dan sebagian air adonan dan digiling selama 2 menit.
es. Garam, nitrit, tepung protein kedelai, Adonan dibiarkan dalam refrigerator

Penambahan Tepung Protein Kedelai sebagai Pengikat pada Sosis Sapi 2


Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XV No.1Mei 2012

selam 30 menit sebelum dimasukkan menit, daerah yang tertutup sampel dan
kedalam casing usus kambing.Adonan daerah basah disekitar ditandai dan
yang sudah dimasukkan ke dalam diukur dengan planimeter, selisih
selongsong usus, ditali. Pengukusan keduanya sebagai daerah basah. Susut
dilakukan selama 30 menit atau jika masak dihitung sebagai persentase
suhu internal sudah mencapai 160 oF. perbandingan antara selisih berat
Peubah yang diamati meliputi adonan dan produk dibanding berat
nilai pH adonan, daya mengikat air adonan. Stabilitas emulsi diukur dengan
produk, susut masak dan stabilitas memasukkan 9 gram sampel ke dalam
emulsi. Pengukuran nilai pH dengan tabung Babcock hingga ¾ volume
melarutkan sampel seberat 5 gram tabung, kemudian dipanaskan 85oC
ditambahkan 45 ml aquades dan selama 35 menit, disentrifuse 5 menit
dicampur menggunakan blender selama dengan kecepatan 1500 rpm,
2 menit, kemudian elektroda pH-meter ditambahkan air 70 oC hingga leher
dicelupkan kedalam larutan hingga tabung, sentrifuse 2 menit, tambahkan
diperoleh angka yang stabil (Ockerman, air hingga lemak masuk skala tabung
1983). Daya mengikat air (Water Holding agar terbaca, sentrifuse 1 menit,
Capasity/WHC) diuji dengan metode banyaknya lemak dibaca pada skala
penekanan sesuai petunjuk Hamm yang ada di tabung. Jumlah lemak yang
(1972) dalam Soeparno (1992) yaitu terlepas ditentukan dengan satuan ml,
dengan membebani 0,3 gram sampel semakin tinggi volume lemak yang lepas
pada kertas saring diantara dua plat semakin rendah stabilitas emulsinya
dengan beban sebesar 35 kg. Setelah 5 (Canpenter dan Saffle, 1964).

Hasil dan Pembahasan daya mengikat air (DMA), stabilitas


emulsi, dan susut masak dari berbagai
Berdasarkan hasil pengamatan
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.
dan perhitungan, diperoleh nilai pH,

Tabel 2. Nilai pH, DMA, stabilitas emulsi, dan susut masak sosis dari berbagai perlakuan.
Peubah Perlakuan Ket.
P-0 P-5 P-10 P-15 P-20
Nilai pH adonan 5,74 5,71 5,77 5,77 5,66 P>0,05
DMA 4,77 2,79 2,98 4,06 3,98 P>0,05
Stabilitas emulsi 0,42a 0,33ab 0,29ab 0,28ab 0,26b P<0,05
Susut Masak (%) 5,41 13,34 8,01 10,53 9,84 P>0,05
Keterangan: P>0,05 = antar perlakuan tidak berbeda nyata
P<0,05 = antar perlakuan berbeda nyata
Notasi superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata.
Derajat Keasaman (pH) ragam, nilai pH dari berbagai perlakuan
menunjukkan hasil yang tidak berbeda
Nilai pH adonan sosis dari
(P>0,05).
masing-masing perlakuan adalah P-0:
Menurut Aberle et. al., (2001),
5,74; P-5: 5,71: P-10 : 5,77; P-15 : 5,77; dan
nilai pH atau derajat keasaman daging
P-20 : 5,66. Berdasarkan hasil analisis

Penambahan Tepung Protein Kedelai sebagai Pengikat pada Sosis Sapi 3


Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XV No.1Mei 2012

akan mempengaruhi kualitas olahan pada nilai pH juga tidak berbeda nyata.
daging. Nilai rataan pH hasil penelitian Menurut Aberle et. al., (2001), daya
masih dalam batas normal. Nilai pH mengikat air dipengaruhi oleh pH. Nilai
yang diharap dalam penelitian daging pH yang baik agar DMA tinggi antara
antara 5,1 sampai 6,1. Nilai pH yang 5,1 samapi 6,1 unit. Hasil penelitian
tinggi dapat memperbaiki daya ikat air diperoleh rataan nilai pH antara 5,66
(Buckle et. al., 1985). Pearson dan Young sampai dengan 5,77 unit yang masih
(1989) menyatakan bahwa pH daging menunjukkan nilai pH yang
meningkat, maka daya ikat air juga baik.Swatland (1984) mengatakan bahwa
meningkat. Rendahnya nilai pH kemampuan mengikat air pada daging
mengakibatkan struktur daging terbuka dipengaruhi oleh pH. Peningkatan
sehingga menurunkan daya ikat air, dan DMA seiring dengan meningkatnya pH
tingginya nilai pH daging dari 5,4 menjadi 6,0. Peningkatan DMA
mengakibatkan struktur daging tertutup tersebut tampak nyata setelah
sehingga daya ikat air tinggi. Soeparno melampaui pH 5,8 (Bouton et. al (1973)
(1992) menyatakan bahwa pada tinggi dalam Swatland, 1984). Selanjutnya
rendahnya nilai pH merupakan dikatakan bahwa DMA dan pH daging
perwujudan dari titik isoelektrik protein- berhubungan dengan susut masak
protein daging. Nilai pH yang lebih (cooking loss). Bila DMA rendah maka
rendah dari titik isoelektrik protein- cooking loss akan tinggi.
protein daging, maka terdapat ekses Faktor yang paling berpengaruh
muatan positif yang mengakibatkan terhadap DMA sosis adalah
penolakan miofilamen dan memberi penghancuran daging selama
lebih banyak ruang untuk molekul- pengolahan. Kerusakan struktur daging
molekul air, sehingga daya mengikat air mengakibatkan berkurangnya DMA
(DMA) meningkat. (Lawrie, 1979). Aberle et. al. (2001)
menyatakan bahwa adanya jaringan ikat
(kolagen) dapat meningkatkan daya ikat
Daya Mengikat Air
air selama pencampuran pada proses
Daya mengikat air (DMA) adalah pembuatan sosis. Ditambahkan pula
kemampuan daging menahan sejumlah bahwa selama pemanasan terbentuk
air selama mendapat pengaruh dari luar gelatin yang sangat baik dalam mengikat
seperti pengirisan, pemanasan, air.
penggilingan, ataupun penekanan. Air
memiliki muatan positif dan negatif
(bersifat polar) sehingga dapat
Stabilitas Emulsi
berasosiasi dengan kelompok yang
bermuatan dalam protein daging.
Angka stabilita emulsi disajikan
Semakin kecil air bebas yang keluar
pada Tabel 2, semakin kecil angka
maka DMA semakin tinggi.
berarti semakin kecil jumlah minyak
Hasil analisis ragam terhadap
yang keluar saat disentrifus, dengan
daya mengikat air (DMA) menunjukkan
demikian emulsi semakin stabil. Jumlah
tidak ada perbedaan (P>0,05) pada
minyak yang keluar dari lima perlakuan
berbagai level penambahan soy
P-0 sampai P-20 yakni antara 0,26 ml
concentrate. Hal ini diduga berkaitan
sampai 0,42 ml.
dengan nilai pH. Hasil analisis ragam

Penambahan Tepung Protein Kedelai sebagai Pengikat pada Sosis Sapi 4


Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XV No.1Mei 2012

0,45
0,4

0,35
0,3

0,25
0,2

0,15
0,1

0,05
0
P-0 P-5 P-10 P-15 P-20

Gambar 1 menunjukkan sebagai binder (pengikat). Dengan


hubungan antara perlakuan adanya komponen ini maka sifat emulsi
penambahan soy conentrate dengan adonan bisa lebih stabil. Lebih lanjut
jumlah lemak yang keluar saat dikatakan bahwa sifat ini bisa dilakukan
disentrifuse. Penambahan tepung oleh bahan makanan dengan kandungan
protein kedelai nyata meningkatkan protein yang tinggi seperti casein, soy
stabilitas emulsi pada taraf 20%. protein isolate, soy concentrate, atau
Hasil analisis ragam terhadap skimmilk. Dalam adonan sosis
stabilitas emulsi menunjukkan ada komponen non meat ini bisa bersifat
perbedaan yang nyata ( P<0,05) pada bipolar yakni hidropobik dan hidrofilik.
penambahan soy consentrate0-20%. Hasil Dua sisi yang dimiliki dengan satu sifat
uji lanjut duncan diperoleh ada memiliki kemampuan mengikat air, dan
perbedaan pada penambahan 20% soy disisi lain mampu mengikat lemak (fat)
concentrate dibanding 0% (kontrol). maka adonan sosis yang bersifat emulsi
Perbedaan stabiliats emulsi antara 0% lebih stabil. Harapan dengan
dan 20% kemungkinan disebabkan peningkatan stabilitas emulsi akan
karena kandungan protein dari soy menurunkan susut masak (cooking loss).
concentrate cukup tinggi yakni 62%
(Hasil analisa laboratorium, 2005). Susut Masak
Menurut Belitz and Grosch (1999),
emulsi adalah suatu sistem dispersi yang Susut masak merupakan bobot
terdiri dari fase kontinyu dan fase produk sosis yang dihasilkan
diskontinyu dan bersifat tidak stabil dibandingkan dengan bobot semua
sehingga memerlukan agen penstabil bahan yang digunakan untuk
emulsi. Penstabil emusi dapat pembuatan sosis. Susut masak yang
diperankan oleh protein. Hal ini diperoleh ini berkaitan dengan kondisi
sependapat dengan deMan (1989) bahwa daging/adonan, proses pemasakan,
protein kedelai dapat digunakan sebagai serta kehilangan zat-zat makanan yang
agen emulsi. ada dalam adonan akibat terjadinya
Aberle et. al. (2001) menyatakan reaksi, degradasi dan perombakan
bahwa dalam pengolahan daging ada menjadi komponen/zat yang lebih
komponen non meat yang bisa berperan sederhana selama proses pemasakan.

Penambahan Tepung Protein Kedelai sebagai Pengikat pada Sosis Sapi 5


Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XV No.1Mei 2012

Berdasarkan hasil analisis ragam Daftar Pustaka


menunjukkan bahwa dari berbagai
perlakuan diperoleh hasil yang tidak Aberle ED, JC Forrest, HB Hedrick, MD
berbeda (P>0,05) terhadap susu masak Judge, and RA Merkel. 2001.
sosis yang dihasilkan. Hal ini Principles of Meat Science.
menunjukkan bahwa perlakuan Freeman and Company. San
penambahan soy concentrate sampai 20% Fransisco.
dalam adonan sosis diperoleh susut Belitz, HD and W Grosch. 1999. Food
masak yang sama dengan tanpa Chemistry. MM Burghagen, D
penambahan soy concentrate. Masing- Hadziyev, P Hessel, S Jordan, C
masing susut masak produk sosis dari Sprinz, Pengalih bahasa.
berbagai perlakuan penambahan soy Springer. Berlin.
concentrateadalah P-0 : 5,41; P-5 : 13,34; P- Buckle KA, RA Edward, GH Plet, and
10 : 8,01; P-15 : 10,53; dan P-20 : 9,84%. Mooton. 1985. Ilmu Pangan.
Menurut Roman dan Ziegler (1979) Terjemahan dalam Bahasa
dalam Swatland (1984), terjdinya cooking Indonesia. Penerjemah H
loss selama dimasak bervariasi dari 1,5% Purnomo dan Adiono. Mutiara.
sampai 54,5%. Hasil penelitian dari Jakarta.
Widjaya (1988), menunjukkan bahwa Carpenter, JA and RL Saffle. 1964. A
rata-rata cooking loss sosis daging sapi Sample Method of Estimaty the
4,985%. Emulsifying Capacity of Various
Hasil pengamatan susut masak Sausage Meats. J. Food Science,
pada P-0 cenderung lebih rendah 29:774.
dibanding perlakuan yang lain, artinya deMan JM. 1989. Principles of Food
persentase kehilangan bobot akibat Chemistry. Van Nostrand
pemanasan lebih rendah dari perlakuan Reinhold, A Division of
lainnya. Hal ini diduga berhubungan Wadsworth, Inc. Terjemahan
dengan hasil pengamatan pada peubah dalan Bahasa Indonesia.
daya mengikat air (DMA) perlakuan. Penerjemah K Padmawinata.
DMA pada perlakuan P-0 cenderung 1997. Kimia Makanan. ITB.
lebih tinggi dari perlakuan yang lain. Bandung.
Sesuai pendapat Aberle et. al. (2001), Koswara S. 1995. Teknologi Pengolahan
bahwa susut masak dipengaruhi oleh Kedelai menjadi Makanan
daya mengikat air (DMA). Bermutu. Pustaka sinar Harapan.
Jakarta.
Lawrie RA. 1979. Meat Science. Edisi
Kesimpulan ketiga. Pergamon Press. Oxford-
London-Edinburk-New York-
Berdasarkan hasil dan Toronto-Sydney-Paris.
pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penggunaan soy concentrate sebagai Ockerman H. 1983. Chemistry of Meat
pengikat (binder) dalam sosis daging sapi Tissue. Edisi kesepuluh.
dapat digunakan hingga 20%, dengan Departement of Animal Science
pertimbangan pada level tersebut the Ohio State University and the
berpengaruh terhadap stabilitas emulsi Ohio Agricultural Researh and
yang lebih baik, tetapi tidak Development Center. Ohio.
berpengaruh terhadap nilai pH adonan, Perason, AM and RB Young. 1989.
daya mengikat air, dan susut masak. Muscle ang Meat Biochemistry.
Academic Press, California.

Penambahan Tepung Protein Kedelai sebagai Pengikat pada Sosis Sapi 6


Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. XV No.1Mei 2012

Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi


Daging. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Steel RGD and JH Torrie. 1993. Prinsip
dan Prosedur Statistika. Suatu
Pendekatan Biometrik. Edisi
kedua. Gramedia. Jakarta.
Swatland HJ. 1984. Structure and
Development of Meat Animal.
Prentice-Hall Inc. Englewood
Cliffs. New Jersey.
Widjaja, B.T. 1988. Pengaruh
Penggantian Level Natrium Nitrit
dengan Asam Askorbat terhadap
Kualitas Fisik Sosis Pada Awal
dan Akhir Masa Simpan. Tesis.
Fapet. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

Penambahan Tepung Protein Kedelai sebagai Pengikat pada Sosis Sapi 7

Anda mungkin juga menyukai