Anda di halaman 1dari 8

ISSN 1978-1059

J. Gizi Pangan, Juli 2015, 10(2): 141-148

PEMANFAATAN PREBIOTIK XYLOOLIGOSAKARIDA (XOS) DALAM


PENGOLAHAN COOKIES FUNGSIONAL UNTUK KESEHATAN
SALURAN PENCERNAAN PENYANDANG AUTIS
(Utilization of Xylooligosakarida [XOS] prebiotic in production of functional cookies for
gastrointestinal health of person with autism)

Cahyuning Isnaini1*, Sri Anna Marliyati1


1
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680

ABSTRACT

This research was aimed to study the formulation of cookies enriched with prebiotics Xylooligosaccharides
(XOS) as functional food for the health of the autism digestive tract. This research used complete
randomized design. Selected formula was determined by the ability to grow lactic acid bacteria, fiber,
and organoleptic test results. The main materials used were kepok bananas, corn flour, and prebiotic
XOS which were safe for the gluten free casein free diet (GFCF). Selected cookies using the main
ingredient in the form of banana flour by 67 g and 33 g of corn flour with the addition of 5% XOS
prebiotic ingredients. Serving size of the selected prebiotic cookies was 50 g. Selected prebiotic cookies
were able to meet 15.4% of energy needs, 2.3% of protein needs, 19.1% of fat needs, and 36.5% of
carbohydrate needs. Selected prebiotic cookies could meet the claim of ‘contains fiber’.

Keywords: autism, cookies, GFCF diet, prebiotics

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mempelajari formulasi pengolahan cookies yang diperkaya dengan prebiotik
Xylooligosakarida (XOS) sebagai pangan fungsional untuk kesehatan saluran pencernaan penyandang
autis. Desain penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap. Formula terpilih ditentukan
berdasarkan kemampuan menumbuhkan bakteri asam laktat, kandungan serat, dan hasil uji organoleptik.
Bahan utama yang digunakan adalah pisang kepok, tepung jagung, dan tepung prebiotik XOS yang
aman untuk diet gluten free casein free (GFCF). Formula cookies prebiotik terpilih menggunakan bahan
utama berupa tepung pisang sebesar 67 g dan tepung jagung 33 g dengan penambahan prebiotik XOS
sebesar 5% adonan. Takaran saji cookies prebiotik terpilih adalah sebesar 50 g. Cookies prebiotik terpilih
per takaran sajinya mampu memenuhi sebesar 15,4% kebutuhan energi, 2,3% kebutuhan protein, 19,1%
kebutuhan lemak, dan 36,5% kebutuhan karbohidrat untuk anak usia 5-7 tahun. Cookies terpilih dapat
memenuhi klaim ‘mengandung serat’.

Kata kunci: autis, cookies, diet GFCF, prebiotik

PENDAHULUAN otak sehingga sangat mengganggu perkembangan


anak (Judarwanto 2005). Lucarelli et al. (1995),
Autis adalah gangguan perkembangan menemukan adanya alergi pada antigen dan antibodi
pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya penyandang autis terhadap kasein, laktalbumin atau
gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, betalaktoglobulin, protein ensefalitogenik dari susu
bahasa, perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial. sapi.
Penyandang autis di Indonesia sampai tahun Pisang (Musa paradisiaca) sebagai salah
2004 telah mencapai angka 7.000 orang (Depkes satu tanaman kelompok buah memiliki potensi
2004). Setiap tahunnya, jumlah tersebut diyakini besar diolah menjadi tepung untuk substitusi
mengalami pertumbuhan sebesar 5% (Depkes 2004). tepung terigu. Buah pisang cukup sesuai untuk
Umumnya autis disertai dengan alergi terhadap diproses menjadi tepung mengingat bahwa kom-
makanan dikarenakan fungsi pencernaannya yang ponen utama penyusunnya adalah karbohidrat
berbeda dari normal. Alergi bisa mengganggu fungsi (17,2-38%) (Abdillah 2010). Produksi tepung

*
Korespondensi: Telp: +6285777297070, Surel: isnaini2006@gmail.com

J. Gizi Pangan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2015 141


Isnaini & Marliyati

pisang nasional mencapai 5.359.126 ton (BPS torium Kulinari dan Laboratorium Organoleptik
2013). Produksi jagung mengalami peningkatan Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian
yang cukup tinggi meskipun agak berfluktuasi. Bogor, Laboratorium Analisis Zat Gizi Departe-
Pada tahun 2011, produksi jagung mencapai men Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor,
17,64 juta ton pipilan kering (BPS 2011). Ja- Laboratorium Pusat Antar Universitas, Institut
gung mengandung pati 54,1-71,7%, protein 11,1- Pertanian Bogor, dan Laboratorium Mikrobiolo-
26,6%, lemak 5,3-19,6%, serat 2,6-9,5%, dan abu gi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut
1,4-2,1%. Komposisi tersebut ditentukan oleh Pertanian Bogor.
faktor genetik, varietas, dan kondisi pertanaman.
Oleh karena itu, jagung merupakan bahan pangan Bahan dan alat
sumber energi, sumber gula atau karbohidrat, ser- Bahan penyusun cookies yang digunakan
ta mengandung protein dan lemak cukup tinggi terdiri atas bahan utama dan bahan pendukung.
(Deptan 2010). Bahan utama adalah pisang kepok, tepung jagung
Xylooligosakarida (XOS) merupakan salah (varietas jagung hibrida Pioneer 21) dan tepung
satu bentuk oligosakarida yang dapat digunakan XOS. Bahan pendukung yang digunakan adalah
sebagai sumber prebiotik oleh probiotik. Oligo- gula halus, kuning telur, dan baking powder. Pi-
sakarida dengan rantai sisi manosa dapat meng- sang kepok diperoleh dari Kecamatan Darmaga
halangi pelekatan mikroorganisme patogen pada dan tepung Jagung Pioneer diperoleh dari Seafast
dinding usus. Kelebihan XOS yaitu stabil dalam Pilot Plant. Bahan kimia yang digunakan untuk
rentang pH dan suhu yang luas, mampu mening- analisis adalah media MRSA, media MRSB,
katkan pertumbuhan Bifidobacterium, menurun- NaCl, selenium mix, H2SO4 pekat, aquades,
kan bakteri patogenik pada usus karena berubah NaOH, indikator MMMB, asam borat, HCl, buf-
menjadi asam lemak rantai pendek (Kumar et al. fer natrium fosfat pH 6.0, enzim thermamyl, pep-
2012) sin, larutan pankreatin, etanol, dan aseton.
Cookies merupakan produk pangan ke- Alat-alat yang digunakan dalam pembuat-
ring yang populer di masyarakat. Cookies dapat an tepung jagung dan tepung pisang adalah lo-
dijadikan sebagai makanan tambahan dengan yang, oven pengering, autoklaf, dan drum dryer.
penambahan zat prebiotik dan serat yang mem- Alat-alat yang digunakan dalam analisis adalah
bantu kesehatan saluran pencernaan penyandang autoklaf, cawan, oven, cawan porselin, tanur,
autis. Cookies tergolong makanan yang tidak mu- sentrifus, gelas ukur labu kjeldahl, inkubator,
dah rusak dan memiliki umur simpan yang rela- labu erlenmeyer, soxhlet, Steven-LFRA Texture
tif panjang. Berdasarkan permasalahan tersebut, Analyzer, glutomatic gluten index analyzer, dan
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang alat untuk pengujian organoleptik.
ditujukan untuk peningkatan kesehatan saluran
pencernaan penyandang autis dengan produk Tahapan penelitian
berupa cookies. Untuk membuat produk yang Penelitian ini dilaksanakan dalam bebera-
dapat mencapai hal tersebut, peneliti mengem- pa tahapan. Tahapan tersebut meliputi tahap per-
bangkan tepung komposit berbasis tepung pisang siapan bahan, tahap penentuan cookies terpilih,
dan tepung jagung dengan ditambahkan prebiotik dan tahap pengujian karakteristik cookies terpi-
XOS. lih. Tahapan persiapan bahan meliputi pembuat-
Penelitian ini bertujuan untuk mempela- an tepung pisang, uji kandungan gizi tepung pi-
jari pemberian prebiotik XOS dalam pengolahan sang dan tepung jagung dan uji kandungan gluten
cookies tepung komposit tepung pisang dan ja- tepung jagung dan tepung pisang.
gung sebagai pangan fungsional untuk kesehatan Tahapan penentuan cookies terpilih meli-
saluran pencernaan penyandang autis. puti formulasi cookies tepung komposit tepung
pisang dan tepung jagung dengan tujuh formula,
METODE uji organoleptik cookies tepung komposit dan uji
kekerasan cookies, pemilihan empat formula de-
Desain, tempat, dan waktu ngan kadar serat tertinggi, uji kemampuan empat
Desain yang digunakan dalam penelitian cookies tepung komposit menumbuhkan bakteri
ini adalah rancangan acak lengkap dengan dua asam laktat dengan kadar serat tertinggi, pemi-
kali ulangan. Penelitian dilakukan sejak bulan lihan formula cookies tepung komposit terbaik,
November 2013 sampai September 2014 di Pi- formulasi cookies prebiotik dengan tiga formula,
lot Plant South East Asia Food & Agricultural uji organoleptik, uji kandungan serat, dan uji ke-
Science & Technology (SEAFAST), Laborato- mampuan cookies prebiotik menumbuhkan bak-
rium Terpadu PT. Bogasari Flour Mills, Labora- teri asam laktat, serta penentuan cookies prebio-

142 J. Gizi Pangan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2015


Cookies fungsional untuk kesehatan saluran pencernaan penyandang autis

tik terpilih. Tahap pengujian karakteristik cookies Tabel 2. Formulasi cookies prebiotik
terpilih adalah uji kandungan gizi dan energi. F1 (1%) F2 (3%) F3 (5%)
Formulasi cookies. Formula cookies yang Bahan
(g) (g) (g)
digunakan sebagai dasar formulasi mengacu pada
Tepung pisang 67 67 67
formula cookies menurut Klappa (2011) dengan
modifikasi berdasarkan trial dan error. Cookies Tepung jagung 33 33 33
dibuat dengan dua tahap yaitu pembuatan cook- Prebiotik XOS 2.5 7.5 12.5
ies tepung komposit untuk menentukan taraf te- Baking powder 1 1 1
pung pisang dan tepung jagung sebagai tepung
Margarin 53 53 53
komposit, dan pembuatan cookies prebiotik un-
tuk menentukan taraf prebiotik yang digunakan Tepung gula 67 67 67
sehingga diperoleh produk terpilih sebagai cook- Kuning telur 20 20 20
ies prebiotik untuk selanjutnya dapat digunakan
untuk penyandang autis. Formulasi cookies te- mutu hedonik berupa warna, kecerahan, rasa
pung komposit dilakukan secara komposit antara manis, after taste, flavour langu, flavour pisang,
tepung pisang dan tepung jagung. Tepung kom- flavour jagung, tekstur kerenyahan menggunakan
posit adalah pencampuran tepung yang dibuat tangan, dan tekstur kerenyahan gigit. Uji organo-
dari beberapa tepung dalam pembuatan produk leptik dilakukan menggunakan 30 orang panelis
makanan (Ennie 1989). Formula dasar pembuat- semi terlatih untuk mendapatkan satu formula
an cookies tepung komposit disajikan pada Tabel terpilih dari formulasi yang dilakukan. Pengujian
1. formula meliputi uji hedonik dan mutu hedonik
Cookies tepung komposit yang telah dibuat (Vindras & Sinoir 2014).
kemudian diuji organoleptik dan diuji kemam- Analisis fisik. Analisis fisik yang dilaku-
puan dalam menumbuhkan bakteri asam laktat. kan adalah kekerasan cookies. Analisis fisik
Uji kemampuan menumbuhkan bakteri asam lak- menggunakan alat Stevens LFRA Texture Ana-
tat pada cookies tepung komposit hanya dilaku- lyzer.
kan pada empat formula dengan kandungan serat Analisis mikrobiologi. Analisis mikrobi-
tertinggi berdasarkan perhitungan. Menurut Soe- ologi dilakukan untuk menguji kandungan mi-
nardi (2009), serat dapat berperan sebagai prebi- kroba asam laktatyang tumbuh (Huebner et al.
otik sehingga dipilih empat formula dengan kan- 2007). Bakteri asam laktat yang digunakan adalah
dungan serat tertinggi untuk diuji kemampuan Lactobacillus plantarum BCC B2249.
menumbuhkan bakteri asam laktat. Formulasi Analisis kandungan gizi dan energi. Ana-
cookies prebiotik bertujuan untuk mendapatkan lisis kandungan gizi meliputi analisis proksimat
formula terpilih cookies prebiotik berdasarkan antara lain kadar protein (AOAC 1995), kadar air
kemampuan menumbuhkan bakteri asam laktat, (AOAC 1995), kadar lemak (AOAC 1995), kadar
kandungan serat, dan hasil uji organoleptik. Pada abu (AOAC 1995), kadar karbohidrat (Apriyan-
formulasi ini, cookies ditambah dengan prebiotik tono et al. 1989) serta analisis kandungan gluten
XOS dengan taraf 1%, 3%, dan 5%. Tabel 2 me- (Desrosier 2008).
nyajikan formulasi cookies prebiotik.
Pengujian organoleptik. Terdapat bebera- Pengolahan dan analisis data
pa atribut yang digunakan dalam pengujian or- Pengolahan data uji hedonik menggu-
ganoleptik di antaranya untuk uji hedonik berupa nakan uji Friedman. Jika hasil uji Friedman
warna, aroma, rasa, dan tekstur, dan untuk uji menyatakan bahwa sampel yang diujikan ber-

Tabel 1. Formula cookies tepung komposit


Berat bahan (g)
Komponen
F1 (1:1*) F2 (1:2*) F3 (1:3*) F4 (2:1*) F5 (2:3*) F6 (3:1*) F7 (3:2*)
Tepung pisang 50 33 25 67 40 75 60
Tepung jagung 50 67 75 33 60 25 40
Baking powder 1 1 1 1 1 1 1
Margarin 53 53 53 53 53 53 53
Tepung gula 67 67 67 67 67 67 67
Kuning telur 20 20 20 20 20 20 20
*Perbandingan antara tepung pisang dan tepung jagung yang digunakan

J. Gizi Pangan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2015 143


Isnaini & Marliyati

beda nyata terhadap skor kesukaan pada taraf Berdasarkan Suyatno (2012), apabila suatu pro-
kepercayaan 0,05 maka dilakukan uji lanjutan tein ditambahkan garam, daya larut protein akan
(post hoc). Uji lanjutan untuk skala hedonik berkurang, akibatnya protein terpisah sebagai
menggunakan uji Duncan. Pengolahan data uji endapan (salting out). Tepung pisang, jagung,
kandungan serat, kemampuan menumbuhkan dan XOS yang digunakan dalam penelitian ini
bakteri asam laktat, dan sifat fisik menggunakan mengandung 0% gluten sehingga aman untuk di-
Analysis of Variance (ANOVA). Jika hasil uji gunakan sebagai bahan dasar pembuatan cookies
ANOVA menunjukkan perbedaan maka dilaku- untuk penyandang autis.
kan uji lanjut Duncan. Pemilihan produk terpilih
dilakukan dengan Microsoft Excel 2013 yang Cookies tepung komposit
mempertimbangkan nilai tertinggi pada variabel Produk cookies pada penelitian ini meru-
yang ditentukan secara purposif. pakan makanan kategori gluten free-casein free
yang dikhususkan untuk penyandang autis usia
HASIL DAN PEMBAHASAN 5-7 tahun. Label gluten free berdasarkan FAO be-
rarti makanan tersebut mengandung tidak lebih
Tepung pisang dan tepung jagung dari 20 ppm gluten. Formulasi cookies tepung
Tepung pisang diperoleh dari bahan dasar komposit bertujuan untuk mendapatkan formula
pisang kepok yang berumur sekitar empat bulan cookies tepung pisang dan tepung jagung terbaik
dengan warna hijau agak kekuningan. Pada usia berdasarkan kemampuan menumbuhkan bakteri
ini, pisang dalam keadaan hampir matang namun asam laktat dan hasil uji organoleptik. Bobot
tekstur dagingnya masih agak keras (Prabawati et adonan (bahan utama dan bahan pendukung) se-
al. 2008). Keadaan tersebut dapat memudahkan banyak 245 g menghasilkan cookies sebanyak
dalam pembuatan tepung pisang. Sebanyak 6 kg 217 g atau rendemennya adalah 88,57%. Nilai
buah pisang tanpa kulit dapat menghasilkan 2,26 rendemen ini termasuk cukup baik, tidak terlalu
kg tepung pisang sehingga rendemen tepung pi- banyak kehilangan yang terjadi. Kehilangan ini
sang adalah sebesar 37,7%. disebabkan karena adanya adonan yang terting-
Tepung pisang dan tepung jagung diuji gal pada wadah selama proses pembuatan. Ber-
untuk mengetahui kandungan gizinya. Hasil uji dasarkan Soenardi (2009), serat dapat memiliki
dibandingkan dengan literatur pendukung se- peran sebagai prebiotik. Kandungan serat cookies
bagai pembanding seperti terlihat pada Tabel 3. tepung komposit dihitung berdasarkan jumlah se-
Terdapat perbedaan nilai kandungan gizi tepung rat tepung pisang dan tepung jagung yang digu-
pisang dan tepung jagung yang diteliti diban- nakan. Kandungan serat cookies tepung komposit
ding tepung pembanding. Hal ini terjadi karena disajikan pada Tabel 4.
perbedaan pisang dan jagung yang digunakan.
Berdasarkan Mustika (2009) walaupun memiliki Hasil uji organoleptik Cookies tepung kom-
varietas yang sama namun jika ditanam di tempat posit
berbeda maka akan terdapat perbedaan kandung- Berdasarkan uji Friedman, perbedaan jum-
an gizi. lah tepung pisang dan tepung jagung memberikan
pengaruh nyata terhadap atribut hedonik warna,
Kandungan gluten tepung dasar aroma, rasa, dan tekstur pada formula F1-F7.
Tepung bahan dasar utama yang diteliti Persentase penerimaan panelis terhadap produk
diuji kadar glutennya dengan memisahkan an- diketahui berdasarkan hasil uji hedonik. Ber-
tara tepung dengan gluten menggunakan NaCl. dasarkan sidik ragam, perbedaan jumlah tepung
Tabel 3. Kandungan gizi tepung pisang dan jagung
Tepung jagung Tepung pisang
Parameter Tepung jagung Tepung pisang
pembanding pembanding
Air (%) 12,84 13,10 a
8,68 11,23b
Abu (%) 0,46 1,35 c
2,55 2,08b
Lemak (%) 1,37 4,50a 0,28 0,50b
Protein (%) 10,53 8,70a 3,02 6,80b
Karbohidrat (%) 75,61 72,40a 85,47 79,39b
Serat pangan (%) 4,93 - 5,44 10,13b
Serat kasar (%) 0,79 4,24c 0,87 2,00d
Sumber: a) LIPI (2009), b) Histifarina et al.(2012), c) Pereira (2013), d) Sutuhu dan Supriyadi (1995)

144 J. Gizi Pangan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2015


Cookies fungsional untuk kesehatan saluran pencernaan penyandang autis

Tabel 4. Kandungan serat cookies tepung kom- tinggi berdasarkan perhitungan total jumlah se-
posit rat tepung pisang dan serat tepung jagung yang
Formula Kandungan serat (%) digunakan pada masing-masing formula cookies
tepung komposit. Hasil pengujian pertumbuhan
F1 (1:1) 5,19 bakteri asam laktat disajikan pada Tabel 5.
F2 (1:2) 5,09
Tabel 5. Jumlah bakteri asam laktat
F3 (1:3) 5,05
F4 (2:1) 5,27 Pertumbuhan jam Pertumbuhan jam
Formula
ke-0 (cfu/mL) ke-24 (cfu/mL)
F5 (2:3) 5,13
F1 (1:1) 2,60 x 10 1a
6,77 x 108a
F6 (3:1) 5,31
F4 (1:2) 8,64 x 104a 1,44 x 1010b
F7 (3:2) 5,23
F6 (1:3) 5,80 x 101a 2,01 x 108a
jagung dan tepung pisang tidak memberikan F7 (2: 3) 5,50 x 10 1a
3,29 x 109a
pengaruh nyata pada persen penerimaan atribut Keterangan: Huruf yang beda pada kolom yang sama
aroma, rasa, dan tekstur. Pada persen penerimaan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan (p<0,05).
atribut warna, hasil uji lanjut Duncan menun-
jukkan bahwa nilai tertinggi diperoleh pada F2 Berdasarkan pertumbuhan bakteri asam
dan F3 dan nilai persen penerimaan atribut war- laktat, jumlah bakteri paling banyak tumbuh pada
na pada formula F2 dan F3 tidak berbeda nyata waktu 24 jam adalah pada formula F4. Berdasar-
namun nilai persen penerimaan kedua formula kan Bornawell et al. (2012), serat dapat berfungsi
tersebut berbeda nyata dengan formula F4 dan sebagai prebiotik. Estimasi jumlah serat pada for-
F6. mula F4 adalah 6,12 g (tertinggi kedua setelah F6
sebesar 6,16 g) diduga dapat memberikan kontri-
Sifat fisik cookies tepung komposit busi terhadap pertumbuhan bakteri asam laktat.
Sifat fisik cookies diukur berdasarkan Berdasarkan hasil sidik ragam, perbedaan jumlah
tingkat kekerasan cookies menggunakan alat tex- tepung pisang dan tepung jagung tidak berpenga-
ture analyzer. Berdasarkan uji kekerasan, cook- ruh nyata pada pertumbuhan bakteri asam laktat
ies F3 (nilai kekerasan 346,17 g/mm) merupakan pada jam ke-0. Pada pertumbuhan jam ke-24, per-
cookies dengan tingkat kekerasan terendah dan bedaan jumlah tepung pisang dan tepung jagung
cookies F7 (nilai kekerasan 460,75 g/mm) meru- memberikan pengaruh nyata untuk pertumbuhan
pakan cookies dengan tingkat kekerasan ter- bakteri asam laktat cookies F4 dengan formula
tinggi. Berdasarkan sidik ragam, perlakuan per- lainnya berdasarkan uji lanjut Duncan.
bedaan jumlah tepung pisang dan tepung jagung
berpengaruh nyata terhadap kekerasan cookies. Pemilihan produk terbaik cookies tepung
Berdasarkan uji lanjut Duncan, nilai kekerasan komposit
formula F3 (nilai kekerasan terendah) berbeda Berdasarkan Soenardi (2009), penyandang
nyata dengan formula lainnya namun tidak ber- autis memiliki kecenderungan mengalami penu-
beda nyata dengan formula F4. Kekerasan cook- runan bakteri yang bersifat baik di dalam saluran
ies formula F1-F7 berbeda nyata dengan cookies pencernaannya. Keadaan tersebut memiliki efek
komersil. Nilai kekerasan cookies yang diteliti samping jamur Candida sp. tumbuh subur, me-
masih berada diatas cookies komersil, hal ini ningkatnya toksin, menurunnya sistem imun, dan
menunjukkan bahwa cookies yang diteliti memi- pada akhirnya menyebabkan infeksi pada bagian
liki tekstur yang lebih keras dibandingkan cook- tubuh yang paling rentan pada individu. Bakteri
ies komersil. asam laktat merupakan bakteri yang baik untuk
mendukung kesehatan saluran pencernaan manu-
Pertumbuhan bakteri asam laktat pada media sia. Mikroba pada saluran pencernaan memiliki
dengan penambahan cookies tepung komposit pengaruh langsung terhadap sistem imun, saraf,
Bakteri asam laktat merupakan bakteri dan perkembangan otak pada anak-anak. Bakteri
yang dapat tumbuh dan memberikan pengaruh patogen dapat menyebabkan penurunan fungsi
positif bagi saluran pencernaan manusia (Barret- saluran pencernaan dan mengakibatkan infeksi.
eau et al. 2006). Pertumbuhan bakteri asam lak- Keberadaan bakteri patogen dapat ditekan dengan
tat digunakan untuk mengetahui formula terbaik adanya bakteri asam laktat (Ansary et al. 2013).
berdasarkan kemampuan cookies menumbuhkan Produk F4 menjadi produk cookies tepung kom-
bakteri asam laktat tersebut. Pengujian dilakukan posit terpilih berdasarkan kemampuan menum-
pada empat formula dengan kandungan serat ter- buhkan bakteri asam laktat tertinggi, yaitu 1,44

J. Gizi Pangan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2015 145


Isnaini & Marliyati

x 1010cfu/mL pada jam ke-24. Walaupun nilai Tabel 6. Pertumbuhan bakteri asam laktat cook-
organoleptik F4 berada di urutan terakhir namun ies prebiotik
tidak menjadi fokus utama pemilihan produk. F4 Formula Jam ke-0 Jam ke-24
sebagai cookies tepung komposit terpilih memi-
liki karakteristik fisik tingkat kekerasan sebesar F1 (1%) 3,10 x 10 6a
1,94 x 1014a
390,25 g/mm. F2 (3%) 1,90 x 106a 2,03 x 1014a
F3 (5%) 3,10 x 10 6a
2,09 x 1014a
Cookies prebiotik Keterangan: Huruf yang beda pada kolom yang sama
Prebiotik yang digunakan dalam penelitian menunjukkan bahwa terdapat beda (p<0,05).
ini adalah XOS. XOS merupakan oligosakarida
yang tidak dapat dicerna yang bermanfaat un- nyata terhadap jumlah bakteri asam laktat pada
tuk kesehatan, memperbaiki mikroflora di dalam jam ke-0 dan jam ke-24. Jumlah bakteri asam
usus dan memiliki mekanisme di dalam saluran laktat tertinggi didapatkan pada formula F3. Hal
pencernaan seperti serat pangan (dietary fiber) ini berkaitan dengan meningkatnya jumlah pre-
sehingga dapat dijadikan sebagai sumber pre- biotik yang digunakan. Salminen et al. (2004)
biotik (Kumar et al. 2012). Jumlah XOS dalam mendefinisikan bahan pangan dikategorikan se-
formulasi didasarkan pada FAO (1999) tentang bagai prebiotik jika dapat memenuhi kriteria yang
penggunaan prebiotik XOS maksimal sebanyak diantaranya tidak dihidrolisis maupun diserap
5% adonan untuk menghindari efek samping (nondigestible) di saluran cerna bagian atas trak-
berupa flatulensi. tus gastrointestinal sehingga dapat mencapai usus
besar secara utuh. Jumlah koloni bakteri pada jam
Hasil uji organoleptik cookies prebiotik ke-24 serupa dengan Salminen et al. (2004) yang
Uji organoleptik cookies prebiotik dilaku- menyatakan bahwa saluran pencernaan manusia
kan untuk menentukan cookies terbaik dengan dihuni oleh bakteri dalam jumlah tinggi, yaitu
perbedaan pada jumlah prebiotiknya. Berdasar- sekitar 1012 per gram berat kering dari kandungan
kan uji Friedman, perbedaan jumlah prebio- mikroflora di saluran pencernaan.
tik XOS memberikan pengaruh nyata terhadap
atribut hedonik warna, rasa, dan tekstur namun Kandungan serat cookies prebiotik
tidak berbeda nyata pada atribut aroma. Peneri- Pada umumnya, anak autis mempunyai
maan panelis tergolong baik namun pada persen gangguan saluran cerna seperti diare dan atau
penerimaan tekstur formula F3 termasuk rendah sembelit, sakit perut, kembung, dan banyak gas
yaitu 48,33%. Berdasarkan sidik ragam, perbe- (Soenardi 2009). Berdasarkan Strickland (2009),
daan jumlah prebiotik XOS tidak berpengaruh kebutuhan serat untuk penyandang autis disa-
nyata terhadap persen penerimaan warna, aroma, rankan sebesar jumlah usia ditambah 5 g dalam
dan rasa namun berpengaruh nyata terhadap per- sehari (contoh: usia enam tahun, maka 6+5 = 11 g
sen penerimaan tekstur. serat per hari). Cookies yang dibuat dalam pene-
litian ini ditujukan untuk anak-anak usia 5-7 ta-
Pertumbuhan bakteri asam laktat pada media hun, oleh karena itu jumlah serat yang disarankan
dengan penambahan cookies prebiotik adalah sebesar 11 g per hari. Kandungan serat tiap
Cookies prebiotik telah ditambahkan de- formula cookies prebiotik disajikan pada Tabel 7.
ngan prebiotik XOS. Gibson dan Roberfroid Anak-anak penyandang autis memiliki
(1995) memberikan kriteria bahan pangan prebio- permasalahan di bagian saluran pencernaan-
tik yaitu bahan pangan yang tahan terhadap asam nya. Pemberian serat yang cukup dapat menjadi
lambung, tahan terhadap enzim dan penyerapan salah satu cara meningkatkan kesehatan saluran
di saluran pencernaan, oligomer dapat terfer- pencernaan dan meningkatkan aktivitas usus be-
mentasi oleh mikroflora saluran pencernaan, dan sar yang dapat membantu mereka mengeluarkan
dapat menstimulasi selektif pertumbuhan bakteri
Tabel 7. Kadar serat cookies prebiotik
saluran pencernaan yang dapat meningkatkan ke-
sehatan seperti Bifidobacteria dan Lactobacilli. Formula Kadar Serat (%)
Penambahan prebiotik ini diharapkan dapat lebih Kontrol 4,65b
meningkatkan pertumbuhan bakteri asam laktat.
F1 (1%) 7,81a
Pertumbuhan bakteri asam laktat dengan media
ditambahkan cookies prebiotik disajikan pada F2 (3%) 7,65a
Tabel 6. F3 (5%) 8,02a
Berdasarkan sidik ragam, perlakuan per- Keterangan: Huruf yang beda pada kolom yang sama
bedaan taraf prebiotik XOS tidak berpengaruh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan (p<0,05).

146 J. Gizi Pangan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2015


Cookies fungsional untuk kesehatan saluran pencernaan penyandang autis

racun lewat feses (Strickland 2009). Kadar serat Kandungan gizi dibandingkan dengan SNI
paling tinggi terdapat pada formula cookies F3 cookies, maka yang belum memenuhi adalah
dimana kandungan prebiotik pada F3 merupakan kandungan abu yang melebihi batas maksimal,
yang tertinggi dalam formulasi. Berdasarkan si- protein yang kurang dari batas minimal, dan kar-
dik ragam, perbedaan jumlah prebiotik XOS ti- bohidrat yang kurang dari batas minimal. Hal ini
dak berpengaruh nyata terhadap kandungan serat disebabkan karena pemilihan bahan yang berbe-
setiap formula (p>0,05). da dari yang digunakan oleh SNI cookies. Kan-
dungan serat cookies dapat memberikan kontri-
Cookies prebiotik terpilih busi sebesar 32% angka acuan label gizi (ALG)
Pemilihan cookies prebiotik terpilih ber- produk (ALG serat = 25 g) dalam 100 g cookies.
dasarkan jumlah pertumbuhan bakteri asam lak-
tat, kandungan serat tertinggi, dan hasil uji he- Kontribusi terhadap AKG anak Usia 5-7 ta-
donik. Cookies prebiotik harus dapat memiliki hun
kemampuan menstimulasi pertumbuhan bakteri Takaran saji ditentukan berdasarkan ke-
baik dalam saluran pencernaan. Bakteri asam cukupan energi untuk usia 5‒7 tahun untuk kon-
laktat dapat berperan untuk fermentasi makanan tribusi snack. Anak usia tersebut memiliki ke-
dan meningkatkan kesehatan saluran pencer- cukupan energi sebesar 1.600 kkal berdasarkan
naan. Fermentasi makanan dapat menyebabkan WNPG (2013) sehingga kebutuhan energi dari
penurunan pH, hal ini menyebabkan penurunan snack adalah 240 kkal untuk satu kali selingan.
kontaminasi patogen (Guarner et al. 2008). Se- Berat cookies untuk satu takaran saji adalah 50 g.
rat dalam jumlah yang cukup dapat memberikan Kandungan energi per saji adalah 247 kkal, pro-
pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit sa- tein 0,79 g, lemak 11,89 g, karbohidrat 34,09 g,
luran pencernaan. Konsumsi serat pada tiap indi- dan serat 4,01 g. Cookies prebiotik per takaran
vidu sebagian besar tidak mencukupi kebutuhan sajinya mampu memenuhi sebesar 15,4% kebu-
sehingga produk dengan kandungan serat yang tuhan energi harian anak usia 5-7 tahun. Protein
tertinggi yang dipilih (Muchtadi 2001). Berdasar- pada cookies hanya mampu memenuhi 2,3%
kan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka kebutuhan protein anak usia 5-7 tahun. Lemak
dipilih cookies prebiotik formula F3 sebagai pada cookies mampu memenuhi 19,1% kebutuh-
produk terpilih. an lemak anak usia 5-7 tahun, Kebutuhan kar-
bohidrat anak usia 5-7 tahun mampu dipenuhi
Kandungan gizi cookies terpilih sebanyak 36.5%. Klaim serat per sajian terha-
Kebutuhan gizi penyandang autis teruta- dap ALG adalah 16% sehingga dapat memenuhi
ma ditinjau dari perkembangan otak, dan proses klaim produk ‘mengandung serat’.
detoksifikasi racun. Vitamin, mineral, asam ami-
no, dan asam lemak esensial diperlukan untuk KESIMPULAN
produksi neurotransmitter (Strickland 2009).
Berdasarkan kandungan serat, kemampuan me- Kandungan gizi tepung pisang dan jagung
numbuhkan bakteri asam laktat, dan uji organo- sebagai bahan pembuat cookies penyandang au-
leptik maka dipilih cookies prebiotik formula F3 tis telah memenuhi syarat tidak adanya gluten
sebagai produk terpilih dengan nilai gizi seperti pada kedua bahan. Formula untuk cookies ter-
disajikan pada Tabel 8. pilih menggunakan bahan utama berupa tepung
pisang sebesar 67 g dan tepung jagung 33 g de-
Tabel 8. Kandungan gizi cookies prebiotik ter-
ngan penambahan prebiotik XOS sebesar 5%
pilih
bahan. Cookies prebiotik per takaran sajinya (50
SNI g) mampu memenuhi kebutuhan energi, protein,
Komponen Satuan Kadar lemak, dan karbohidrat anak usia 5-7 tahun se-
01-2973-1992
Air (%bb) 4,9 Max 5% cara berturut-turut sebesar 15,4%, 2,3%, 19,1%,
dan 36,5%. Cookies dapat memenuhi klaim ‘me-
Abu (%bb) 1,55 Max 1,5%
ngandung serat’.
Protein (%bb) 1,58 Min 9%
Lemak (%bk) 23,79 Min 9,5% UCAPAN TERIMA KASIH
Karbohidrat (%bb) 68,18 Min 70%
Ucapan terima kasih disampaikan kepada
Serat (%bk) 8,02
Program Indofood Riset Nugraha 2013/2014 yang
Energi 493 kkal Min 400 kkal telah mensponsori penelitian ini.

J. Gizi Pangan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2015 147


Isnaini & Marliyati

DAFTAR PUSTAKA troducing the concept of prebiotics. J Nutr


125:1401-1412.
Abdillah F. 2010. Modifikasi tepung pisang tan- Guarner F, Khan AG, Garisch J, Eliakim R, Gan-
duk (Musa paradisiacal Formatypica) me- gl A, Thomson A, Krabhuis J, Mair TL.
lalui proses fermentasi spontan dan pema- 2008. Prebiotic and Probiotic. Spanyol:
nasan autoklaf untuk meningkatkan kadar World Gastrointestinal Organization.
pati resisten. [Tesis]. Institut Pertanian Bo- Huebner J. Wehling RL, Hutkins RW. 2007.
gor: Sekolah Pascasarjana. Functional activity of commercial prebio-
Ansary E, Shaker GH, Rizk ZM. 2013. Role of tics. Intl Dairy J 17:770-775.
gut brain axis in the aetiology of neuro- Judarwanto W. 2005. Alergi Makanan Diet dan
developmental disorders with reference Autisme. Prosiding. Autism Update. Ja-
to autism. J Clinic Toxicology 8:6. doi. karta 9 September 2005.
org/10.4172/2161-0495.S6-005. Klappa G. 2011. We Energies Cookie Book. Wis-
[AOAC] Association of Official Analytical consin: We Energies.
Chemist. 1995. Official Method of Analy- Kumar GP, Pushpa A, Prabha H. 2012. A Review
sis of Association of Official Analytical on Xylooligosaccharides. IRJP 3(8):71-74.
Chemist. Airlington: AOAC Inc. Lucarelli S, Frediani T, Zingoni AM, Ferruzzi
Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL, Yasni F, Giardini O, Quintieri F, Barbato M,
S, Budijanto S. 1989. Petunjuk Laborato- D’Eufemia P, Cardi E. 1995. Food allergy
rium Analisis Pangan. Departemen Pendi- and infantile autism. J Panminerva Med
dikan dan Kebudayaan. Institut Pertanian 37(3):137-41.
Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan Muchtadi D. 2001. Sayuran sebagai sumber serat
dan Gizi. pangan untuk mencegah timbulnya penya-
Barreteau H, Delattre C, Michaud P. 2006. Oli- kit degeneratif (ulasan). J Teknol Industri
gosaccharides as food additives, food tech- Pangan 12(1).
nol. Biotechnol 44(3):323–333. Mustika N. 2009. Pangan dan Kesehatan. Jakarta:
Bornawell AM, Caers W, Gibson GR, Kend- UPT-Balai Informasi Teknologi Lembaga
all CW, Lewis KD, Ringel Y, Slavin JL. Ilmu Pengetahuan Indonesia.
2012. Prebiotics and the health benefits Pereira I. 2013. Proporsi Tepung Jagung (Zea
of fiber: current regulatory status, future Mays L.) dan Terigu dalam Pembuatan
research, and goal. J Nutr 142(5):962-74. Roti Tawar serta Analisa Finansialnya.
doi: 10.3945/jn.112.158147. Malang: Fakultas Pertanian Universitas
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Data Produksi Tribhuwana Tunggadewi.
Jagung. http://www.bps.go.id/index.php/ Prabawati S, Suyanti, Setyabudi DA. 2008.
publikasi/104. [15 Maret 2013]. Teknologi Pascapanen dan Teknologi
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Data Pengolahan Buah Pisang. Jakarta: Badan
Produksi Pisang. http://sirusa.bps.go.id/ Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
index.php?r=sd/view&kd=56&th=2013. Salminen S, Wright VA, Ouwehand A. 2004.
[15 Maret 2013]. Lactid acid bacteria microbiological and
[Depkes] Departemen Kesehatan. 2004. Penyan- functional aspects. Edisi ke-3. New York:
dang Autis. Jakarta: Depkes RI. Basel Marcel Dekker.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2010. Tepung Soenardi T. 2009. Terapi Makanan Anak dengan
jagung termodifikasi sebagai pengganti Gangguan Autisme. Jakarta: PT. Penerbi-
terigu. Warta Penelitian dan Pengemban- tan Sarana Bobo.
gan Pertanian 32(6). Strickland E. 2009. Eating for Autism. Cam-
Desrosier NW. 2008. Teknologi Pengawetan bridge: Da Capo Press.
Pangan. Jakarta: UI Press. Sutuhu S, Supriyadi A. 1995. Tepung Pisang dan
Ennie AB. 1989. Teknologi Pengolahan Sing- Pengolahannya. J. Teknol Pangan Agroin-
kong. Prosiding Seminar Nasional Pening- dustri 1(2).
katan Nilai Tambah Singkong. Bandung: Suyatno. 2012. Protein. Bagian Gizi Fakultas Ke-
Fakultas Pertanian UNPAD. sehatan Masyarakat. Semarang: Universi-
[FAO] Food and Agricultural Organization. 1999. tas Diponegoro.
Fermented Cereals- A Global Perspective. Vindras C, Sinoir N. 2014. Tasting Guide. Paris:
Rome: FAO. Institut Technique de L’Agriculture Bi-
Gibson GR, Roberfroid M. 1995. Dietary modu- ologique.
lation of the human colonic microbiota: in-

148 J. Gizi Pangan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2015

Anda mungkin juga menyukai