Disusun Oleh :
I. Hasil Survei
Pasar Induk Buah dan Sayur Gamping, pasar ini memasarkan berbagai produk hasil pertanian
terutama produk hortikultura yang terletak di Ambarketawang Kecamatan Gamping Kabupaten
Sleman, DIY. Banyak pedagang dan petani dari luar daerah memasarkan dagangannya dipasar
Induk Buah dan Sayur Gamping ini tak terkecuali mbo wido pedagang buah alpukat dan pak
udin yang menjual mentimun. Mentimun dan alpukat itu diambil langsung dari petani langsung
dari kebunnya. alpukat berasal dari petani temanggung dan mentimun dari magelang Komoditi
tersebut diangkut menggunakan pick up. Alpukat dan mentimun diangkut menggunakan mobil
pick up dengan ditaruh dalam wadah seperti keranjang saat perjalanan ke pasar. Setelah sampai
di pasar kerusakan pada komoditas tidak terlalu banyak, dikarenakan lokasi pengiriman yang
tidak terlalu jauh. Bagaimana cara yang harus dilakukan mbo wido dan pak udin untuk
mengatasi masalah hilangnya produk tersebut?.
II. Tinjauan Pustaka
Alpukat
1. Pengertian Alpukat
Alpukat telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini merupakan
salah satu komoditas buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup
tinggi. Buah alpukat mempunyai banyak kegunaan dan manfaat bagi kesehatan
sehingga banyak dicari konsumen. Alpukat berasal dari Amerika Tengah, yaitu
Mexico, Peru dan Venezuela, dan telah menyebar luas ke berbagai negara sampai ke
Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ada 3 kelompok besar species alpukat yaitu
kelompok Mexico, Indian Barat dan Guatemala. Ketiganya mempunyai perbedaan
dalam ukuran buah, tekstur kulit buah, rasa, kandungan lemak, ketahanan terhadap
penyakit dan penyimpanannya, serta daya adaptasinya terhadap lingkungan
(Sadwiyanti dkk, 2009).
Klasifikasi lengkap tanaman alpukat adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Ranales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
Spesies : Persea americana Mill
(Prihatman, 2000).
Buah alpukat segar mempunyai nilai gizi yang tinggi. Kandungan gizi buah
alpukat setiap 100 g daging buah yaitu kalori sekitar 136-150, protein 0,9 g, lemak
6,2 g, karbohidrat 10,5 g, kalsium 3,6-20,4 mg, fosfor 20,7-64,1 mg, serat 1,0-2,1 g,
besi 0,38-1,28 mg, abu 0,46-1,68 g, vitamin C 13 mg, vitamin B1 0,05 mg, vitamin
B2 0,06 mg, ascorbic acid 4,5-21,3 mg, Nitrogen 0,130-0,382 g, kadar air 65,7-87,7
g, dan vitamin A 70 RE. Jumlah vitamin A tergantung pada warna buahnya. Daging
buah dengan warna kuning lebih banyak vitamin A-nya daripada daging buah yang
berwarna pucat. Buah alpukat juga mengandung lemak tak jenuh, sekitar 78%,
termasuk asam oleik dan linoleik yang mudah dicerna dan berguna untuk
memfungsikan organ-organ tubuh secara baik. Mengkonsumsi buah alpukat juga
berfungsi sebagai obat penghalus kulit (Morton, 1987).
A. Syarat Tumbuh
Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran
tinggi, yaitu 5-1500 m di atas permukaan laut. Tanaman ini akan tumbuh subur dengan
hasil yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Curah hujan minimum untuk
pertumbuhan adalah 750-1000 mm/tahun. Untuk daerah dengan curah hujan kurang dari
kebutuhan minimal (2-6 bln kering), tanaman alpukat masih dapat tumbuh asal
kedalaman air tanah maksimal 2 m (Sadwiyanti dkk, 2009).
Suhu optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8-28,3 °C.
Mengingat tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai tinggi, tanaman
alpukat dapat mentolelir suhu udara antara 15-30 °C. Kebutuhan cahaya matahari untuk
pertumbuhan alpukat berkisar 40-80%. Angin diperlukan tanaman alpukat, terutama
untuk proses penyerbukan. Namun demikian angin dengan kecepatan 62,4-73,6 km/jam
dapat mematahkan ranting dan percabangan tanaman alpukat yang tergolong lunak, rapuh
dan mudah patah (Sadwiyanti dkk, 2009).
Tanaman alpukat untuk dapat tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak
mudah tergenang air, subur, 11 dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang
baik untuk pertumbuhan alpukat adalah jenis tanah lempung berpasir (sandy loam),
lempung liat (clay loam), dan lempung endapan (aluvial loam). Keasaman tanah (pH)
berkisar 5,6-6,4. Bila pH di bawah 5,5, maka tanaman akan menderita keracunan karena
unsur Al, Mg dan Fe larut dalam jumlah cukup banyak (Sadwiyanti dkk, 2009).
Mentimun
A. Pengertian Mentimun
Mentimun (Cucumis sativus L.) adalah salah satu sayuran buah yang banyak
dikonsumsi segar oleh masyarakat Indonesia. Sebagai bahan pangan, buah timun
mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap, yakni mengandung kalori, protein,
lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat gizi, vitamin B, vitamin C, niasin, karoten,
asetilkolin, serat, saponin. Dengan demikian buah timun sebagai bahan pangan sangat
baik untuk menjaga kesehatan tubuh, misalnya untuk kesehatan mata, jaringan epitel
(jaringan yang ada di permukaan kulit), kulit, gigi, tulang, jaringan tubuh,
meningkatkan energi, dan untuk mencegah berbagai macam penyakit (beri-beri,
sariawan, radang lidah, pelgra, dan lain-lain). Tanaman timun termasuk kedalam jenis
tanaman sayuran buah semusim (berumur pendek) seperti halnya terong, labu, tomat,
pare dan lain sebagainya. Tanaman timun tumbuh merambat (menjalar), berbentuk
semak atau perdu, dan tinggi atau panjang tanaman dapat mencapai 2 meter atau lebih
(Cahyono, 2003).
Klasifikasi tanaman mentimun :
Devisi : Spermatophyta (Tanaman berbiji)
Sub Devisi : Angiospermae (Biji berada di dalam buah)
Kelas : Dycotyledonae (Biji berkeping dua atau biji belah)
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativus L
(Cahyono, 2003).
B. Syarat Tumbuh
Mentimun dapat ditanam mulai dari datarn rendah sampai dataran tinggi ± 1.000
meter diatas permukaan laut (dpl). Namun untuk pertumbuhan optimum tanaman
mentimun membutuhkan iklim kering, sinar matahari cukup (tempat terbuka), dengan
temperatur berkisar antara 21,1o -26,7oC. Mentimun tumbuh sangat baik di lingkungan
dengan kisaran suhu udara 18-30oC dan kelembaban udara relatif 50-85%. Tanaman
mentimun kurang tahan terhadap hujan yang terus menerus, karena akan mengakibatkan
bunga-bunga yang terbentuk berguguran dan akan gagal membentuk buah, sehingga
perlu perawatan yang intensif, pada temperatur siang dan malam harinya sangat berbeda
sangat menyolok, akan memudahkan serangan penyakit tepung (Powdery Mildew)
maupun busuk daun (Downy Mildew) (Wijoyo, 2012).
Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk lahan pertanian cocok ditanami
mentimun, untuk mendapatkan produksi tinggi dan kualitas baik tanaman mentimun
membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, tidak tergenang
dan PH berkisar 6-7 pada PH tanah kurang dari 5,5 akan terjadi gangguan penyerapan zat
hara oleh akar sehingga pertumbuhan tanaman akan terganggu, sedangkan pada tanah
yang terlalu masam tanaman mentimun akan menderita klorosis (tidak normal). Tanah
yang kaya akan bahan organik sangat baik untuk pertumbuhan tanaman mentimun,
karena memiliki tingkat kesuburan tanah yang tinggi (Rukmana, 1994).
Tanaman mentimun membutuhkan kelembaban tanah yang memadai untuk
berproduksi dengan baik, pada musim hujan kelembaban tanah sudah cukup memadai
untuk penanaman mentimun. Pada prinsipnya, pertumbuhan tanaman akan lebih baik dan
hasil panen akan meningkat bila diberi air tambahan selama musim tumbuhnya. Di
daerah yang beriklim kering dibutuhkan sekitar 400 mm air, selama musim tanam timun
untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang baik (Zulkarnain, 2013).
C. Pemanenan
Buah mentimun dapat dipanen pada umur 34-46 HST, ciri-ciri buah yang dapat
dipanen, yaitu buah berukuran cukup besar, keras dan tidak terlalu tua.Interval panen
dilakukan setiap 2 kali sehari. Panen dilakukan dengan cara memotong tangkainya
dengan pisau atau gunting. Tangkai buah yang bekas dipotong sebaiknya dicelupkan
kedalam larutan lilin untuk mempertahankan laju penguapan dan kelajuan sehingga
kesegaran buah mentimun dapat terjaga relative lama (Sumpena, 2001).
III. Analisis Permasalahan dan Pembahasan
A. Analisis Permasalahan
Hasil dari survei komoditi buah alpukat dan mentimun, terdapat beberapa masalah yang
terjadi, yang akan mempengaruhi nilai jual harga pasar suatu komoditi tersebut, sebagai
berikut :
B. Pembahasan
a. Alpukat
Hasil dari survei pasar yang dilakukan pada komoditas buah Alpukat Mentega, penjual di
Pasar Induk Gamping membeli Alpukat dari petani di daerah Temanggung dapat diperkirakan
jarak dari daerah tersebut membutuhkan waktu 2-3 Jam perjalanan. Biasanya truk dari petani
datang pukul 23.00 – 02.00 malam. Pemasokannya seminggu sekali sebanyak 5 kwintal hingga 1
ton. Masalah yang terjadi pada komoditi alpukat yaitu, busuknya komoditi, dikarenakan buah
yang terlalu matang. Pengiriman menggunakan transportasi berupa mobil pick up. Pengemasan
buah alpukat menggunakan keranjang. Kehilangan komoditas saat proses pengiriman tidak
terlalu banyak.
Biasanya petani melakukan pemanenan pada saat komoditi masak fisiologis, yang
membuat komoditi sudah matang saat dalam perjalanan dan kondisi dari komoditi sendiri sudah
berubah. Terjadi kerusakan yang berasal dari petani sering sekali terjadi, karna petani tidak
memperhatikan perlakuan penanganan komoditi saat dipanen, seperti terdapat beberapa syarat
pada saat proses pemanenan. Sebaiknya pemetikan harus menggunakan sarung tangan yang
permukaannya tidak kasar, agar tidak melukai kulit buah alpukat.
Kondisi dari komoditi harus diperhatikan amati terlebih dahulu tingkat kematangan buah
dengan memperhatikan warna kulit dan ukuran buah, adanya sisa tangkai putik, mengeringnya
tepi daun tua, mudah tidaknya buah dilepas dari tangkai, serta perhitungan jumlah hari setelah
bunga mekar untuk dapat memperkirakan waktu kematangan buah sesuai jarak angkut jauh atau
yang memerlukan waktu lama untuk sampai ke pasar. Dilakukan pemisahan berdasarkan jenis
atau bentuknya, seperti lonjong dan bulat, karna bentuk fisik dari komoditi juga akan
mempenaruhi nilai jual produk.
b. Mentimun
Hasil survey pasar buah yang dilakukan pada komoditas Mentimun yaitu penjual
mentimun di Pasar Induk Gamping mendapatkan pasokan buah dari petani langsung. Pemasok
buah mentimun berasal dari Magelang. Pasokan buah mentimun biasanya memerlukan waktu
pengiriman sekitar 1,5 jam dan tiba di pasar pada pukul 03.00 malam. Sekali pemasokan
biasanya 5 sampai 8 kwintal menggunakan kemasan keranjang dan transportasi berupa mobil
pick up. Masalah yang sering terjadi pada mentimun yaitu, terdapat buah yang busuk atau terlalu
matang, cacat fisik, kulit buah menjadi kering. Cacat fisik yang terjadi ketika pendistribusian dan
penurunan pasokan dikarenakan tergeseknya buah satu dengan buah lainnya.
Terlihat kerusakan sering terjadi karena saat pengepakan dari mobil ke orang yang
bertugas tidak berhati-hati. Namun kehilangan pasca panen buah mentimun ini dirasakan oleh
tengkulak karena jenis mentimun sendiri yang mudah rusak. Peran teknologi pasca panen sangat
diperlukan untuk menjamin produk buah mentimun segar sampai ke tangan konsumen dalam
kondisi prima.
IV. Solusi Permasalahan
Alpukat
1. Pemanen pada Alpukat ini sebaiknya dilakukan pada saat sore hari, karena tidak terlalu
panas sehingga kemungkinan buah akan layu semakin sedikit
2. Tingkat kematangan buah disesuaikan dengan jarak angkut setelah panen, hal ini harus
dilakukan karena dengan mengetahui tingkat kematangan akan mempengaruhi kualitas
suatu komoditas saat dipasarkan. Buah alpukat pada mbo wido dipanen pada saat sudah
matang, sehingga tingkat kematangan pada saat di konsumen akan terlalu matang.
3. Pemetikan dilakukan secara langsung menggunakan pisau tajam dan sarung tangan, hal
ini untuk menghidari kemungkinan terjadinya penyok atau luka pada buah alpukat
karena akibat dari penyok/luka itu akan mempercepat resprasi sehingga tingkat
kematangan buah akan meningkat.
4. Buah dibungkus menggunakan kertas atau busa pembungkus, pembungkusan juga
diperlukan ketika ingin diangkut sehingga akan mengurangi atau meminimalisir
kemungkinan terjadinya luka dan penyok pada buah alpukat. Saat packaging pada buah
alpukat milik mbo Wido, pembungkusannya menggunakan kertas tidak terlalu rapih
sehingga sebagian buah mengalami luka.
5. Suhu tempat penyimpanan diatur, jika memungkinkan ada pendingin ruangan (AC)
karena suhu/temperatur ini merupakan faktor paling penting yang berpengaruh terhadap
komoditas setelah panen, menentukan kecepatan reaksi kimia termasuk respirasidan
kerusakan fisiologis. Namun buah alpukat dikirim pada malam hari sehingga tidak
membutuhkan alat pendingin, dan pengiriman buat tidak terlalu jauh dan langsung
dijual ke konsumen sehingga kerusakan buah akan berkurang.
Mentimun
1. Pemanenan pada mentimun sebaiknya dilakukan pada saat sore hari.
2. Pengangkutan komoditi harus di sesuaikan dengan tingkat kemasakan buah.
3. Komoditi seharusnya dibungkus menggunakan kertas, plastik atau keranjang yang
tertutup. Namun mentimun milik pak udin hanya menggunakan keranjang saja dan
ditumpuk oleh sayuran lain sehingga banyak yang mengalami luka dan rusak.
4. Varietas mentimun milik pak udin termasuk jenis yang tidak terlalu tahan akan
panas, sehingga mengalami banyak kerusakan
5. Pengiriman mentimun milik pak udin yaitu pada saat dini hari sehingga tidak
memerlukan alat pendingin.
V. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Proses kerusakan yang dialami komoditi alpukat dan mentimun di pasar gamping
diakibatkan oleh buah yang terlalu matang, kurangnya kehati hatian dalam proses
pemindahan komoditi ke mobil pick up.
2. Untuk mengatasi kerusakan fisik pada komoditas dapat dilakukan dengan cara memberikan
perlakuan pasca panen seperti pada saat pemanenan, pengangkutan dan penyimpanan.
DAFTAR PUSTAKA
Hofman. P.J.; S. Vuthapanich; A.W. Whiley; A. Klieber and D.H. Simons. 2001. Tree Yield and
Fruit Minerals Concentrations Influence ‘ Hass ‘ Avocado Fruit Quality. Scientia
Horticulturae Volume 92, Issue 2, 31 January 2002. p. 113-123.
Morton, J.F. 1987. Fruits of Warm Climates. Creative Resource Systems, Inc. Box 890,
Winterville, N.C. 28590. p 91- 102.
Sadwiyanti, L., D. Sudarso, T. Budiyanti. 2009. Budidaya Alpukat. Sumatera Barat : Balai
Penelitian Tanaman Buah Tropika.
Wijoyo, P.M. 2012. Budidaya Mentimun yang Lebih Menguntungkan. Jakarta: PT Pustaka Agro
Indonesia.
Gambar 1. Mentimun milik pak Udin Gambar 2. Alpukat milik Mbo Wido