Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini kita telah mengetahui bahwa negara berkembang khususnya


Indonesia memiliki angka kehidupan yang cukup tinggi, dan juga memiliki
angka kebutuhan yang cukup besar pula. Sehingga memungkinkan sumber
daya alam menipis. Untuk menanggulangi hal tersebut, maka di butuhkan
suatu cara untuk dapat menanggulangi masalah tersebut. Pemerintah telah
menyediakan BBM, salah satunya minyak tanah sebagai bahan bakar untuk
menganti bahan bakar dari kayu yang lebih efisiensi.
Akan tetapi bahan bakar seperti minyak tanah merupakan bahan bakar
yang sulit untuk diperbaharui. karena bahan bakar ini berasal dari fosil-fosil
yang telah mati dan membutuhkan waktu yang cukup lama bahkan hingga
beratus-ratus tahun untuk dapat terurai. Melihat hal ini, pemerintah telah
berusaha mengeluarkan bahan bakar lain yaitu gas elpigi. Walaupun
pemerintah telah mengeluarkan gas elpigi untuk mensejaterakan rakyat,
namun gas elpigi juga ternyata memiliki kekurangan yang dapat menimbulkan
keresahan didalam masyarakat.
Melihat hal ini, kami berusaha untuk mencari jalan keluar dari masalah
tersebut. salah satunya dengan memanfaatkan Briket Sabut Kelapa. Karena
kita sendiri mengetahui bahwa tempurung Kelapa di masyarakt telah menjadi
sampah dan sebagian masyarakat tidak tahu mengetahui cara mengelolah
tempurung Kelapa menjadi suatu barang yang beguna. Sehingga masyarakat
hanya membuangnya begitu saja.
Tanaman yang banyak dibudidayakan oleh Masyarakat Pewunu secara
umum adalah pohon Kelapa, walaupun sebagian juga menanam jagung,

1
cengkeh, pinus, dan tanaman pertanian. Kondisi pertanian di wilayah ini
bersifat musiman. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, masyarakat
membudidayakan kelapa. Menurut filosofi masyarakat setempat pohon kelapa
kaya akan manfaat. Daun muda kelapa yang disebut janur dapat dimanfaatkan
ketika menjelang lebaran yaitu untuk membuat ketupat, daun yang kering
dapat digunakan sebagai pengganti kayu bakar dan tangkai anak daun yang
disebut lidi dimanfaatkan sebagai sapu. Buahnya yang masih muda dapat
digunakan sebagai obat ataupun minuman segar, sedangkan jika sudah tua,
diambil santannya. Tempurung buah kalapa dimanfaatkan sebagai arang.
Serabutnya digunakan untuk membuat sapu, matras, dan keset. Sedangkan
batang kelapanya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.
Karena banyaknya manfaat tersebut, masyarakat Pewunu memanfaatkan
nira kelapa untuk memproduksi gula merah. Sedangkan serabut kelapa
dimanfaatkan untuk membuat sapu oleh beberapa penduduk.
Sejalan dengan perkembangan IPTEK, maka serabut tersebut diolah
menjadi sebuah briket. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan nilai ekonomi
dari serabut kelapa. Selain itu, briket dari sabut kelapa merupakan terobosan
baru yang memiliki prospek yang lebih baik ditengah mahalnya gas dan
kelangkaan BBM saat ini. Oleh sebab itu penulis mengambil tema
optimalisasi sumber daya alam untuk mewujudkan generasi muda yang cerdas
dan kompetitif dengan judul Briket Sabut Kelapa Sebagai Bahan Bakar
Alternatif.

B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menemukan permasalahan
sebagai berikut :
1. Manfaat sabut kelapa sebagai bahan kerajinan rumahan atau home
industry.
2. Manfaat sabut kelapa sebagai bahan bakar.

2
3. Manfaat sabut kelapa sebagai media tanaman anggrek.
Berdasarkan masalah masalah di atas, penulis membatasi masalah pada
nomor dua yaitu manfaat sabut kelapa sebagai bahan bakar untuk
dikembangkan menjadi bahan bakar yang lebih praktis dan efektif yang
berupa briket.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Apakah sabut kelapa dapat dikembangkan menjadi bahan bakar yang lebih
praktis berupa briket ?
2. Bagaiman proses pembuatannya ?
3. Apakah hasil dari proses ini dapat digunakan sebagai bahan bakar
alternative ?

D. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui proses pembutan briket sabut kelapa sebagai salah satu
upaya pemanfaatan sabut kelapa yang banyak terdapat di kecamatan
Wanareja.
2. Untuk mengetahui apakah briket sabut kelapa dapat digunakan sebagai
bahan bakar alternatif bagi masyarakat.

E. Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai sarana untuk melatih kepekaan siswa dalam upaya memanfaatkan
sumber daya alam yang belum diberdayakan.
2. Sebagai jembatan untuk meningkatkan daya kreatifitas siswa, khususnya
dalam menuangkan gagasan, pendapat, pikiran, dan perasaannya dalam
bentuk karya ilmiah.

3
3. Sebagai upaya unutk menggali potensi dan kemampuan siswa agar
berkarya.
4. Sebagai sarana untuk memberdayakan masyarakat agar lebih dapat
memanfaatkan limbah disekitarnya dan peka terhadap kondisi lingkungan.
5. Meningkatkan kepedulian terhadap lingkukngan sekitar.
6. Mengurangi volume sampah masyarakat disekitar.
7. Membantu menjaga kelestarian lingkungan.
8. Dapat meringankan beban ekonomibagi masyarakat dalam konsumsi
energy.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Kelapa
Menurut Amin Tabin (2010) bahwa kelapa dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae (suku pinang-pinangan)
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera L.
Kemudian menurut Wikipedia klasifikasi dari kelapa ditinjau secara ilmiah
adalah :
Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Plantae

(tidak termasuk) Monocots

(tidak termasuk) Commelinids

Ordo: Arecales

Famili: Arecaceae

Upafamili: Arecoideae

5
Bangsa: Cocoeae

Genus: Cocos

Spesies: C. nucifera

Nama binomial
Cocos nucifera
L.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada


umumnya kelapa termasuk tumbuhan jenis pinang-pinangan atau palem yang
memiliki akar serabut, dan buah tunggal atau monokotil.

B. Deskripsi Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-
arenan atau Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam marga Cocos.
Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga
dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir.
Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini (Amin
Tabin : 2010)
Selain itu Amin Tabin menjelaskan pula bahwa pohon ini memiliki ciri -
ciri batang tunggal, beruas ruas, tebal, dan berkayu, berakar serabut yang
berkerumun membentuk bonggol, adaptif pada lahan berpasir pantai, daun
tersusun secara majemuk, menyirip sejajar tunggal, tersusun pada batang,
warna daun hijau kekuningan, bunga tersusun majemuk pada rangkaian yang
dilindungi oleh bractea, terdapat bunga jantan dan betina, berumah satu,
bunga betina terletak di pangkal karangan, sedangkan bunga jantan di bagian
yang jauh dari pangkal, buah besar dengan diameter 10 cm sampai 20 cm atau
bahkan lebih, berwarna kuning, hijau, atau cokelat, buah tersusun dari
mesokarp berupa serat yang berlignin, disebut sabut, melindungi bagian

6
endokarp yang keras (disebut batok) dan kedap air, endokarp melindungi biji
yang hanya dilindungi oleh membran yang melekat pada sisi dalam endokarp.
Endospermium berupa cairan yang mengandung banyak enzim, dan fasa
padatannya mengendap pada dinding endokarp ketika buah telah tua, embrio
kecil dan baru membesar ketika buah siap untuk berkecambah (disebut
kentos), dan pohonnya mencapai ketinggian 30 m.
Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah pantai maupun daerah beriklim
tropis. Kelapa dikatakan sebagai pohon yang serbaguna, karena hampir semua
bagiannya dapat dimanfaatkan, mulai dari ujung atas hingga akarnya. Akar
kelapa menginspirasi penemuan teknologi penyangga bangunan Cakar Ayam
(dipakai misalnya pada Bandar Udara Soekarno Hatta) oleh Sedyatmo,
batangnya, yang disebut glugu dipakai orang sebagai kayu dengan mutu
menengah, dan dapat dipakai sebagai papan untuk rumah. Daunnya dipakai
sebagai atap rumah setelah dikeringkan.
Daun muda kelapa, disebut janur, dipakai sebagai bahan anyaman dalam
pembuatan ketupat atau berbagai bentuk hiasan yang sangat menarik,
terutama oleh masyarakat Jawa dan Bali dalam berbagai upacara, dan menjadi
bentuk kerajinan tangan yang berdiri sendiri (seni merangkai janur). Tangkai
anak daun yang sudah dikeringkan, disebut lidi, dihimpun menjadi satu
menjadi sapu. Tandan bunganya, yang disebut mayang (sebetulnya nama ini
umum bagi semua bunga palma), dipakai orang untuk hiasan dalam upacara
perkawinan dengan simbol tertentu. Bunga betinanya, disebut bluluk (bahasa
Jawa), dapat dimakan. Cairan manis yang keluar dari tangkai bunga, disebut
(air) nira atau legn (bahas Jawa), dapat diminum sebagai penyegar atau
difermentasi menjadi tuak.
Buah kelapa adalah bagian paling bernilai ekonomi. Sabut, bagian
mesokarp yang berupa serat-serat kasar, diperdagangkan sebagai bahan bakar,
pengisi jok kursi, anyaman tali, keset, serta media tanam bagi anggrek.
Tempurung atau batok, yang sebetulnya adalah bagian endokarp, dipakai

7
sebagai bahan bakar, pengganti gayung, wadah minuman, dan bahan baku
berbagai bentuk kerajinan tangan.
Endosperma buah kelapa yang berupa cairan serta endapannya yang
melekat di dinding dalam batok (daging buah kelapa) adalah sumber penyegar
populer. Daging buah muda berwarna putih dan lunak serta biasa disajikan
sebagai es kelapa muda atau es degan. Cairan ini mengandung beraneka
enzim dan memilki khasiat penetral racun dan efek penyegar/penenang.
Beberapa kelapa bermutasi sehingga endapannya tidak melekat pada dinding
batok melainkan tercampur dengan cairan endosperma. Mutasi ini disebut
(kelapa) kopyor.
Daging buah tua kelapa berwarna putih dan mengeras. Sarinya diperas
dan cairannya dinamakan santan. Daging buah tua ini juga dapat diambil dan
dikeringkan serta menjadi komoditi perdagangan bernilai, disebut kopra.
Kopra adalah bahan baku pembuatan minyak kelapa dan turunannya. Cairan
buah tua kelapa biasanya tidak menjadi bahan minuman penyegar dan
merupakan limbah industri kopra. Namun demikian dapat dimanfaatkan lagi
untuk dibuat menjadi bahan semacam jelly yang disebut nata de coco dan
merupakan bahan campuran minuman penyegar. Daging kelapa juga dapat
dimanfaatkan sebagai penambah aroma pada daging serta dapat dimanfaatkan
sebagai obat rambut yang rontok dan mudah patah.

C. Bahan Bakar
Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang dapat diubah menjadi
energi. Biasanya bahan bakar mengandung energi panas yang dapat
dilepaskan dan dimanipulasi. Kebanyakan bahan bakar digunakan manusia
melalui proses pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan bakar tersebut akan
melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen di udara. Proses lain
untuk melepaskan energi dari bahan bakar adalah melalui reaksi eksotermal
dan reaksi nuklir (seperti Fisi nuklir atau Fusi nuklir). Hidrokarbon (termasuk

8
di dalamnya bensin dan solar) sejauh ini merupakan jenis bahan bakar yang
paling sering digunakan manusia. Bahan bakar lainnya yang dapat dipakai
adalah logam radioaktif.
Jenis-jenis bahan bakar berdasarkan materinya, yaitu :

a. Bahan bakar padat


Bahan bakar padat merupakan bahan bakar berbentuk padat yang
umumnya digunakan sebagai sumber energi panas, misalnya kayu dan
batubara. Energi panas yang dihasilkan dapat digunakan untuk memanaskan
air menjadi uap untuk menggerakkan peralatan dan menyediakan energi.

b. Bahan bakar cair


Bahan bakar yang berbentuk cair, paling populer adalah bahan bakar
minyak atau BBM. Selain dapat digunakan untuk memanaskan air menjadi
uap, bahan bakar cair biasa digunakan kendaraan bermotor. Karena bahan
bakar cair seperti bensin dapat dibakar dalam karburator dan menjalankan
mesin.

c. Bahan bakar gas


Bahan bakar gas ada dua jenis, yakni Compressed Natural Gas (CNG)
dan Liquid Petroleum Gas (LPG). CNG pada dasarnya terdiri dari metana,
sedangkan LPG adalah campuran dari propana, butane, dan bahan kimia
lainnya. LPG yang digunakan untuk kompor rumah tangga, sama dengan
bahan bakar gas yang biasa digunakan untuk sebagian kendaraan bermotor.
Namun sekarang ini bahan bakar padat, cair maupun gas sudah jarang
ditemukan, sehingga mulailah dikembangkan bahan bakar alternatif.

9
Energi alternatif adalah istilah yang merujuk kepada semua energi
yang dapat digunakan dan bertujuan untuk menggantikan bahan bakar
konvensional tanpa akibat yang tidak diharapkan dari hal tersebut. Umumnya,
istilah ini digunakan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar hidrokarbon
yang mengakibatkan kerusakan lingkungan akibat emisi karbon dioksida yang
tinggi, yang berkontribusi besar terhadap pemanasan global berdasarkan
Intergovernmental Panel on Climate Change. Selama beberapa tahun, apa
yang sebenarnya dimaksud sebagai energi alternatif telah berubah akibat
banyaknya pilihan energi yang dapat dipilih dengan tujuan yang berbeda
dalam penggunaannya. Istilah "alternatif" merujuk kepada suatu tekhnologi
selain tekhnologi yang digunakan pada bahan bakar fosil untuk menghasilkan
energi.
Tekhnologi alternatif yang digunakan untuk menghasilkan energi
dengan mengatasi masalah dan tidak menghasilkan masalah seperti
penggunaan bahan bakar fosil. Oxford Dictionary mendefinisikan energi
alternatif sebagai energi yang digunakan untuk menghentikan penggunaan
sumber daya alam atau perusakan lingkungan. Dalam sejarahnya, transisi
penggunaan energi alternatif berdasarkan faktor ekonomi, hadirnya suatu
sumber energi baru bertujuan untuk menggantikan sumber energi yang
semakin lama semakin langka, dan mahal ( tidak ekonomis ). Salah satu
energi alternatif adalah briket.
Briket adalah sumber energi alternatif pengganti minyak tanah dan
elpiji dari bahan-bahan bekas atau bahan yang sudah tidak terpakai. Dengan
penggunaan briket sebagai bahan bakar, maka kita dapat memanfaatkan
limbah produksi yang mudah didapat. Selain itu, penggunaan briket dapat
menghemat pengeluaran biaya untuk membeli minyak tanah atau gas elpiji.
Dengan memanfaatkan limbah produksi sebagai bahan pembuatan briket
maka akan meningkatkan pemanfaatan limbah hasil produksi sekaligus
mengurangi resiko pertumbuhan sarang penyakit, karena selama ini yang ada

10
hanya dibiarkan begitu saja. Briket yang dikenal sekarang ini adalah briket
batu bara, namun batu bara merupakan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui sehingga lama kelamaan akan habis. Sehingga sekarang ini
mulai dikembangkan briket dari bahan baku lain yang dapat diperbaharui
antara lain :
a. Briket dari batok kelapa.

b. Briket dari serbuk gergaji dan

c. Briket dari sampah organik berupa daun kering.

Seperti yang telah diuraikan diatas, briket dapat dibuat dari limbah
produksi, salah satu limbah produksi yang banyak terdapat di wilayah
Kecamatan Dolo Barat, khususnya Desa Pewunu adalah sabut kelapa.
Sabut (serabut) kelapa atau dalam bahasa jawa biasa disebut sepet
merupakan bagian yang cukup besar dari buah kelapa, yaitu 35 % dari berat
keseluruhan buah. Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus yang
menghubungkan satu serat dengan serat lainnya. Serat adalah bagian yang
berharga dari sabut. Setiap butir kelapa mengandung serat 525 gram (75 %
dari sabut), dan gabus 175 gram (25 % dari sabut). Sabut kelapa ini banyak
dimanfaatkan sebagai kerajinan tangan maupun sebagai media tanam, sabut
kelapa juga digunakan sebagai bahan bakar pengganti kayu oleh para
penduduk desa.
Namun pemanfaatannya sebagai bahan bakar, selain kompor minyak
maupun kompor gas. Disamping itu penggunaan sabut kelapa sabagai bahan
bakar masih kurang praktis jika masih dalam bentuk utuh. Biasanya yang
menggunakan sabut kelapa sebagai bahan bakar adalah industri pembuatan
batu bata atau kerajian keramik yang lain. Padahal jika sabut kelapa ini diubah
menjadi bentuk lain agar lebih praktis dalam penggunaannya sebagai bahan
bakar maka ini akan menjadi sebuah potensi yang sangat bagus, karena sabut
kelapa mudah dicari dan harganya pun dapat dikatakan murah. Bentuk lain

11
dari sabut kelapa agar lebih praktis dalam penggunaannya sebagai bahan
bakar adalah dengan mengolahnya lebih lanjut sebagai briket.

D. Pengertian Briket
Briket adalah sumber energi alternatif pengganti Minyak Tanah dan
Elpiji dari bahan-bahan bekas atau bahan yang sudah tidak terpakai.

E. Baku Mutu Briket


Kualitas briket arang umumnya ditentukan berdasarkan sifat fisik dan
kimianya, antara lain oleh kadar air, kadar abu, kadar zat mudah menguap,
kadar karbon terikat, kerapatan, keteguhan tekan (ASTM-1959), dan nilai
kalor (ASTM-1982). Kadar zat mudah menguap erat hubungannya dengan
kecepatan bakar, waktu pembakaran, dan kecenderungan mengeluarkan asap
dari briket tersebut. sedangkan kadar abu dan kelembaban mempengaruhi
nilai bakar (ASTM - 1959).
Menurut Millstein dan Morkved dalam Soekarno (1977) persyaratan
briket arang yang baik adalah sebagai berikut:
- Bersih, tidak berdebu, dan berbau

- Kadar abu serendah mungkin

- Memiliki kekerasan yang merata

- Nilai kalor setara dengan bahan bakar lain

- Menyala dengan baik dan memberikan panas secara merata

Sedangkan menurut Hendra dalam Pari (2002), briket dikatakan


memiliki mutu yang baik dan berkualitas apabila hasil pembakarannya
mempunyai ciri:
- Tidak berwarna hitam dan apabila dibakar api yang dihasilkannya

berwarna kebiru-biruan

12
- Briket terbakar tanpa berasap, tidak memercikkan api dan tidak berbau

- Tidak terlalu cepat terbakar

- Berdenting seperti logam ketika dipukul

Briket yang baik adalah briket yang memenuhi standar mutu agar
dapat digunakan sesuai dengan keperluannya. Sampai saat ini belum ada
standar mutu briket yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia (Standar
Nasional Indonesia),
Syafrian (2005) melakukan pembobotan terhadap keinginan
konsumen atas beberapa kualitas briket arang, diantaranya adalah mudah
dibakar, laju pembakaran rendah, nilai kalor briket tinggi, mudah disimpan
(tidak mudah pecah/retak/hancur) dan murah. Penentuan prioritas keinginan
konsumen dilakukan dengan cara membandingkan setiap keinginan dengan
semua keinginan satu persatu secara berpasangan. Dalam membandingkan
sepasang (dua buah) keinginan tersebut, maka keinginan yang lebih penting
diberi nilai 1 da keinginan yang kurang penting diberi nilai 0. Setelah setiap
keinginan dibandingkan dan diberi nilai, maka nilai yang diperoleh oleh setiap
keinginandijumlahkan. Keinginan yang memperoleh nilai terbesar adalah
keinginan dengan prioritas tertinggi dan seterusnya.
Dari hasil perbandingan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa urutan prioritas yang diinginkan oleh konsumen terhadap briket
sebagai sumber energy bahan bakar adalah murah, mudah dibakar, laju
pembakaran rendah, nilai kalor briket tinggi dan yang terakhir adalah mudah
disimpan (tidak mudah pecah/retak/hancur) (Syafrian, 2005).

13
F. Perekat
Perekat yang biasa digunakan dalam pembuatan briket yaitu perekat
yang berasap (tar, molase, dan pitch) dan perekat yang tidak berasap (pati dan
dekstrin tepung beras). Untuk briket yang digunakan di rumah tangga
sebaiknya memakai bahan perekat yang tidak berasap (Abdullah, 1991).
Sedangkan menurut Karch dan Boutette (1983) dalam Suryani (1986), ada
beberapa bahan yang dapat digunakan seagai perekat yaitu pati, clay, molase,
resin tumbuhan, pupuk hewan, dan ter.
Perekat yang digunakan sebaiknya mempunyai bau yang baik ketika
dibakar, kemampuan merekat yang baik harganya murah, dan mudah didapat.
Perekat yang digunakan pada pembuatan briket aren ini adalah perekat
tapioka karena perekat tapioka memiliki keuntungan dimana jumlah perekat
yang dibutuhkan untuk jenis ini jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan
bahan perekat hidrokarbon. Kelemahannya adalah briket yang dihasilkan
kurang tahan terhadap kelembaban. Hal ini disebabkan tapioka memiliki sifat
dapat menyerap air dari udara. Asap yang terjadi saat pembakaran disebabkan
karena adanya komponen mudah menguap seperti air, bahan organik, dan
lain-lain yang terkandung dalam perekat molase (Boedjang, 1973).
Tepung tapioka merupakan hasil ekstraksi pati ubikayu yang telah
mengalami proses pencucian secara sempurna serta dilanjutkan dengan
pengeringan. Tepung tapioka hampir seluruhnya terdiri dari pati. Ukuran
granula pati tapioka berkisar antara 5-35 mikron. Pati ubi kayu terdiri dari
molekul amilosa dan amilopektin yang jumlahnya berbeda-beda tergantung
jenis patinya. (Marif et al., 1984). Gaplek adalah umbi akar pohon terkupas
yang telah dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan dengan sinar mattahari
(penjemuran) atau pengeringan buatan. Kandungan air gaplek antara 14-15 %
akan tahan disimpan selama 3-6 bulan (Makfoeld, 1982). Tepung tapioka
yang digunakan dalam pembuatan briket aren ini sebanyak 3 % dari total

14
biomassa (kulit aren kering dan ampas yang sudah dikeringkan dan
dihaluskan).

15
BAB III
METODOLOGI

A. SEJARAH SINGKAT DESA PEWUNU


Desa Pewunu adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Dolo
Barat kabupaten Sigi. Dahulu sebelum tahun 1959 desa Pewunu terdiri dari dua
yaitu desa Sibonu, namun pada tahun 1959 desa Sibonu memisahkan diri dari
desa Pewunu sebagai desa pemekaran. Nama desa Pewunu sendiri diambil dari
kata Pevunu yang berasal dari bahasa Kaili yang berarti pemburu yang
membawa tombak. Desa Pewunu terdiri dari empat dusun, yakni dusun 1, dusun
2, dusun 3 dan dusun 4. Rata-rata penduduk desa Pewunu bersuku Kaili Ledo
serta tanaman pokok di desa Pewunu yaitu padi, kelapa, dan kakao.

B. KONDISI GEOGRAFIS
Secara keseluruhan, Desa Pewunu adalah salah satu desa yang terdapat di
Kecamatan Dolo Barat Kabupaten Sigi dengan luas desa 1380 Ha dan batas-
batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Sibonu

Sebelah Timur : Sungai Palu

Sebelah Selatan : Desa Kaleke

Sebelah Barat : Gunung

Jarak pemerintahan desa ke kecamatan yaitu 5 km, jarak ke ibu kota kabupaten
yaitu 13 km dan jarak ke ibu kota Propinsi 16 Km.

16
C. KONDISI DEMOGRAFIS
Data Kependudukan Desa Pewunu tahun 2011

2.1 Data Jumlah Penduduk


No. Jenis Kelamin Jumlah Ket.
1. Laki-Laki 1024
2. Perempuan 1049
Jumlah 2073
Sumber : Kantor Desa Pewunu

2.2 Data Menurut golongan Umur


No. Kelompok Umur Jumlah
1. 03 51
2. 35 35
3. 56 67
4. 6 12 310
5. 12 15 183
6. 15 18 185
7. 18 60 862
8. 60 tahun ke atas 437
Jumlah 2130
Sumber : Kantor Desa Pewunu

2.3 Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikanya


No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Belum Sekolah 456
2. Tidak Tamat SD 56
3. Tamat SD 303
4. Tamat SLTP 574
5. Tamat SLTA 518
6. Tamat Perguruan Tinggi 101
7. Tamat Akademi 122

17
Jumlah 2130
Sumber : Kantor Desa Pewunu

2.4 Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian


No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Petani 200
2. Wiraswasta 21
3. Buruh Tani 232
4. PNS 83
5. Jasa 13
6. TNI/Polisi 3
7. Swasta 6
8. Pertukangan 16
Jumlah 574
Sumber : Kantor Desa Pewun

2.5 Sarana Pendidikan


No. Pendidikan Jumlah Ket.
1. PAUD 2 Swasta
2. TK 2 Negeri/Swasta
3. SD 3 Negeri
4. SMP 1 Swasta
5. MARASAH Negeri
1
IBTIDAIYAH
6. ALIYAH 1 Swasta
7. MADRASAH Swasta
1
TSANAWIAH
Jumlah 11
Sumber :Kantor Desa Pewunu

18
2.6 Sarana Peribadatan
No. Jenis Sarana Peribadatan Jumlah Ket.
1. Musholah/Langgar 1
2. Masjid 3
3. Gereja -
4. Pura -
5. Sarana Lainnya -
Jumlah 4
Sumber :Kantor Desa Pewunu

2.7 Sarana Pemerintahan


No. Jenis Sarana Pemerintahan Jumlah Ket.
1. Kantor Desa 1
2. Sarana Lainnya -
Jumlah 1
Sumber :Kantor Desa Pewunu

D. KONDISI SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI

Pada prisipnya hubungan sosial yang berlangsung di desa Pewunu


diwarnai dengan keeratan emosional antara sesama warga masyarakat tanpa
melihat berbagai perbedaan diantara mereka baik perbedaan menurut usia dan
jenis kelamin. Kehidupan mereka selalu dipenuhi dengan rasa kebersamaan antara
warga masyarakat sikap yang saling menghormati antara satu dengan yang
lainnya masih sangat terlihat serta sikap keramah tamahan warga senantiasa
mereka tunjukan pada setiap warga yang datang dan berkunjung di desa Pewunu.
Dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat desa Pewunu senantiasa
melakukan gotong royong dalam berbagai kegiatan yang membutuhkan bantuan
orang lain, misalnya salah seorang warga yang akan mengadakan pesta acara
pernikahan, maka warga lainnya akan turut membantu membuat tenda yang akan

19
digunakan untuk keperluan pesta, kemudian seorang warga yang akan
membangun rumahnya, maka warga lainnya akan membantu dalam membangun
rumah tersebut. Demikian juga dengan kegiatan memasak, semua ibu-ibu dan
remaja putri yang ada di desa tersebut akan bersama-sama membantu orang yang
melaksanakan hajatan.
Masyarakat desa Pewunu juga mengenal hubungan kekerabatan didalam
kehidupan mereka, bagi masyarakat desa Pewunu keluaraga adalah suatu hal yang
paling penting yang harus dijaga keutuhannya, bagi mereka lebih baik mereka
tidak mempunyai harta benda daripada tidak mempunyai keluarga mereka
senantiasa membina hubungan yang baik pada siapa saja karena mereka,
hubungan kekeluargaan antar sesama manusia lebih penting jika dibandingkan
dengan harta benda yang mereka miliki.
Pada umumnya Masyarakat di Desa Pewunu telah memiliki Pola pikir
yang sudah sangat maju karena 90 % dari mereka telah mengenyam pendidikan
baik itu TPA, PAUD, TK, SD, SLTP, SLTA maupun PERGURUAN TINGGI.
Tingginya kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak, menggunakan
sarana dan prasarana dengan tepat, serta dapat menyelesaikan masalah dengan
cara musyawarah untuk mufakat mencerminkan kesiapan mereka untuk selangkah
lebih maju dari tahun-tahun sebelumnya.
Mata pencaharian penduduk Desa Pewunu 76,20% sebagai petani dan
selebihnya adalah (PNS, ABRI, Polisi, Swasta), wiraswasta/ pedagang,
Pertukangan, dan pensiunan.
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode
observasi, pencatatan data dan percobaan. Metode observasi untuk melakukan
pengamatan di lingkungan sekitar berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya
alam. Observasi ini dilakukan selama tiga hari, yaitu hari Juma, Sabtu, dan
minggu tanggal 24 s.d 26 Agustus 2021 di Desa Pewunu, Kecamatan Dolo Barat,
Kabupaten Sigi.

20
Selanjutnya metode pencatatan data, metode dokumentasi, dilaksanakan
bersamaan dengan metode percobaan atau eksperimen tentang pembuatan briket.
Metode pencatatan dilakukan untuk mencatat semua peristiwa selama percobaan
berlangsung, hasil dari percobaan, manfaat dari hasil percobaan tersebut. Adapun
metode percobaan yaitu proses pembuatan briket sabut kelapa.
Proses pembuatan briket dari sabut kelapa ini dilakukan dua tahap
percobaan. Percobaan pertama pada tanggal 29 s.d 31 Agustus 2012. dan
percobaan kedua pada tanggal 3 s.d 5 Agustus 2012.

21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Masyarakat Desa Pewunu menbutuhkan bahan bakar dalam kehidupan


sehari-hari. Untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyrakat, pemerintah berusaha untuk mencari jalan keluarnya. Salah satunya
dengan menyediakan gas elpigi sebagai penganti bahan bakar kayu dan
minyak tanah. Namun, dengan adanya gas elpigi teryata selain mendatangkan
dampak positif, juga mendatangkan dampak negative dalam kehidupan
masryakat sehingga meresahkan masyarakat. Melihat dari masalah-masalah
yang di hadapi masyarakat kami, telah melakukan sebuah penelitian debagai
penganti bahan bakar gas elpigi. Tentu manfaatnya tidak jauh beda dengan
bahan bakar gas elpigi. Melihat hal ini timbul pertanyaan-pertanyaan yaitu
apakah tempurung Kelapa dapat dimanfaatkan sebagai briket ?, bagaimana
cara pembuatan briket dari tempurung Kelapa ?, dan apakah briket dari
tempurung Kelapa dapat bermanfaat ?. Oleh karena itu, untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam benak kami, kami kemudian
merancang sebuah percobaan yaitu menbuat briket.
Adapun cara pembutan briket dari tempurung Kelapa adalah
membakar tempurung Kelapa tetapi tidak sampai hangus, kemudian, setelah
dibakar arang yang hangus ditumbuk hingga nyaris halus. Arang yang ada
dicampur dengan tanah liat dan tepung tapioka serta air secukupnya. Setelah
adonan tercampur, barulah dibentuk dalam mal kecil sehingga membentuk
gumpalan- gumpalan briket dan jemur hingga kering. Selanjutnya briket
tersebut siap digunakan. Bahan bahan yang digunakan . hanya berupa arang
Kelapa, tepung tapioka dan tanah liat. Komposisi membuat briket adalah

22
arang Kelapa yang sudah dihancurkan (nyaris halus) 90 persen, tepung
tapioka (sebagai pengerat) lima persen dan tanah liat lima persen.
Tempurung yang sudah diolah menjadi briket dapat dimanfaatkan
sebagai penganti bahan bakar kayu, minyak tanah dan gas elpigi. Harganya
pun terjangkau dan proses pembuatan dapat dilakukan sendiri oleh
masyarakat. Menggunakan bahan bakar briket Kelapa harus menggunakan
kompor khusus dengan bahan bakar ini. Kompor yang terbuat dari lapisan
besi dari bekas drum aspal ini sudah dipasarkan dengan harga kisaran 150
ribu. Untuk memasak menggunakan briket maka siapkan kompor, kemudian
masukan tiga hingga lima briket yang telah direndam dalam minyak tanah
selama lima menit.
Kemudian, briket lainnya dimasukan mengelilingi tiga hingga lima
briket tersebut dan mulainya menyalan api serta biarkan api menyala antar
lima hingga 15 menit atau menunggu api hingga sempurna dan mulainya
memasak. Untuk menyala tiga hingga lima jam, diperlukan 1,5 kg briket.
Hasil uji yang sudah dilakukannya mendapat hasil dimana
menggunakan briket kemiri jauh lebih hemat bila menggunakan bahan bakat
minyak tanah. dengan harga minyak tanah yang terus melambung khususnya
di daerah pedesaan maka menggunakan briket Kelapa ini akan sangat
membantu dan lebih hemat.
Menggunakan bahan bakar ini tidak menimbulkan resiko kompor
meledak, kualitas api lebih baik dan tidak membuat hitam alat memasak,
kompor juga tidak menimbulkan asap bahkan abu hasil pembakaran atau
residu bisa digunakan sebagai pupuk tanaman.
Penggunaan bahan bakar briket ini telah melahirkan sumber
pendapatan baru bagi masyarakat. Sebab, tempurung Kelapa yang tadina
dianggap tidak bernilai, kini bisa diolah menjadi bahan bakar yang bisa dijual.
Dan, dengan sendirinya pereknomian keluarga bisa meningkat. Di sisi lain,
pemanfaatan limba hasil Kelapa ini akan menciptakan lingkungan yang

23
semakin bersih karena kulit Kelapa yang sebelumnya dibuang, kini mulai
dimanfaatkan.
Cara Menggunakannya
Menggunakan bahan bakar briket Kelapa harus menggunakan kompor
khusus dengan bahan bakar ini. Kompor yang terbuat dari lapisan besi dari
bekas drum aspal ini sudah dipasarkan dengan harga kisaran 150 ribu. Untuk
memasak menggunakan briket maka siapkan kompor, kemudian masukan tiga
hingga lima briket yang telah direndam dalam minyak tanah selama lima
menit.
Kemudian, briket lainnya dimasukan mengelilingi tiga hingga lima
briket tersebut dan mulainya menyala api serta biarkan api menyala antar lima
hingga 15 menit atau menunggu api hingga sempurna dan mulainya memasak.
Untuk menyala tiga hingga lima jam, diperlukan 1,5 kg briket.
Keuntungan juga bisa dirasakan oleh masyarakat karena tidak
tergantung lagi dengan minyak tanah sebagai bahan bakar atau sumber energi
di dapur.

B. Hasil
Pada penulisan karya ilmiah ini, penulis melakukan percobaan sebanyak
dua tahap. Percobaan pertama dilakukan tanggal 29 s.d 31 Agustus 2012.
Sedangkan percobaan kedua dilakukan tanggal 3 s.d 5 Agustus 2012 .

1. Percobaan Pertama
Proses pembuatan briket sabut kelapa ini mengacu pada proses
pembuatan briket dari bahan lainnya, misalnya briket dari tempurung kelapa,
daun daun kering, dan lain lain. Adapun bahan dan alat yang
dipergunakan:

24
1. Bahan

Bahan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan briket sabut


kelapa adalah :

a. Sabut kelapa.
b. Tepung tapioka.
c. Air.
2. Alat

Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan briket sabut kelapa


adalah :

a. Kaleng bekas.
b. Paralon.
c. Korek api.
d. Ayakan.
e. Baskom.
f. Mutu
3. Tahap tahap pembuatan briket sabut kelapa

a. Tahap pertama yaitu pemisahan.


Tahap ini penulis melakukan pemisahan sabut dengan
tempurung kelapa. Selanjutnya kelapa dikupas hingga sabut terpisah
dengan tempurungnya untuk kemudian dibuat ke dalam ukuran
kecil.

25
b. Tahap kedua yaitu pembakaran
Tahap ini penulis melakukan pembakaran sabut kelapa yang
terpisah dengan tempurungnya dan menjadi ukuran yang lebih kecil.
Kemudian sabut kelapa dimasukkan ke dalam kaleng bekas dan
dibakar selama 50 menit lalu didiamkam selama 1 malam.

c. Tahap ketiga yaitu pencetakan


Tahap ini dilakukan setelah arang sabut kelapa didiamkan
selama 1 malam. Selanjutnya arang tersebut dihancurkan. Kemudian
diayak menggunakan ayakan. Masukkan arang yang telah diayak ke
dalam baskom lalu masukkan tepung tapioka aduk hingga rata,
kemudian masukkan air dan aduk hingga semua bahan menyatu.
Siapkan paralon sebagai pencetak, adonan yang telah tercampur
dimasukkan ke dalam paralon lalu ditekan hingga menjadi padat.

d. Tahap keempat yaitu penjemuran


Tahap ini dilaksanakan setelah adonan tadi dicetak
menggunakan peralon, dikeluarkan dari dalam paralon dan
diletakkan di atas papan. Kemudian hasil cetakan tadi dijemur di
bawah sinar matahari selama 1 hari.
Berdasarkan percobaan pertama, briket yang dihasilkan
kurang padat. Dengan kondisi itu, briket tersebut kurang keras
sehingga bara yang dihasilkan kurang maksimal atau tidak tahan
lama. Selain itu, briket tersebut juga mudah hancur. Dengan hasil
percobaan di atas, penulis melakukan percobaan untuk tahap kedua.
Percobaan tahap ini, penulis menyempurnakan kekurangan yang
ditemukan pada tahap pertama.

26
2. Percobaan kedua
Percobaan kedua ini dilakukan dengan mengoven sabut kelapa yang
telah kering dalam kaleng bekas yang sebelumnya telah diberi lubang
diatasnya, yang bertujuan agar asap dari dalam kaleng mengalami sirkulasi
udara. Adapun bahan dan alat yang dipergunakan :

1. Bahan
Bahan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan briket sabut
kelapa adalah :
a. Sabut kelapa kering.
b. Tepung tapioka.
c. Air .
d. Kayu bakar.

2. Alat
Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan briket sabut kelapa
adalah :
a. Kaleng bekas.
b. Bambu berbentuk pipa.
c. Bambu bulat.
d. Ayakan.
e. Baskom.
f. Korek.
g. Mutu.

27
3. Tahap tahap pembuatan briket
a. Tahap pertama yaitu Penyayatan
Tahap ini penulis melakukan penyayatan terhadap sabut kelapa
yang sudah kering menggunakan tangan menjadi ukuran yang lebih
kecil.

b. Tahap kedua yaitu pengovenan


Tahap ini penulis melakukan pengovenan sabut kelapa yang
telah berukuran kecil. Kemudian sabut kelapa dimasukkan ke dalam
kaleng bekas yang sebelumnya telah diberi lubang diatasnya dan
dipasang bambu berbentuk pipa, lalu diletakkan diatas api selama 1
jam dan didiamkan selama 1 malam.

c. Tahap ketiga yaitu pencetakan


Tahap ini dilakukan setelah arang sabut kelapa didiamkan selama
1 malam. Selanjutnya arang tersebut dihancurkan. Kemudian diayak
menggunakan ayakan. Masukkan arang yang telah diayak ke dalam
baskom lalu masukkan tepung tapioka aduk hingga rata, kemudian
masukkan air dan aduk hingga semua bahan menyatu. Siapkan bambu
berbentuk bulat sebagai pencetak, adonan yang telah tercampur
dimasukkan ke dalam bambu berbentuk bulat lalu ditekan hingga
menjadi padat.

d. Tahap keempat yaitu penjemuran


Tahap ini dilaksanakan setelah adonan tadi dicetak menggunakan
bambu berbentuk bulat, dikeluarkan dari dalam bambu dan diletakkan
di atas papan. Kemudian hasil cetakan tadi dijemur di bawah sinar
matahari selama 1 hari.

28
Setelah sabut kelapa dibuat menjadi briket, selanjutnya briket tersebut
dibakar untuk mengetahui bagaimana kualitas api yang dihasilkan dan seberapa
lama api itu dapat bertahan. Pada pengujian ini penulis menggunakan minyak
tanah untuk mempermudah penggunaannya. Briket ini dapat bertahan selama satu
setengah jam dengan api berwarna merah dan besar.

29
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Proses Pembuatan briket sabut kelapa ini mengacu pada proses pembuatan

briket dari bahan lainnya, misalnya briket dari tempurung Kelapa, daun-

daun kering, dan lain-lain. briket sabut kelapa dapat dijadikan sebagai

alternatif bahan bakar di jaman modern seperti sekarang ini, dengan

pemanfaatan sabut kelapa sebagai bahan baku pembuatan briket maka kita

dapat mengurangi limbah yang mencemari lingkungan.

2. Proses pembuatan briket sabut kelapa ini ada beberapa tahapan yaitu:

a. Tahapan pertama yaitu pemisahan.

b. Tahapan kedua yaitu pembakaran.

c. Tahapan keempat yaitu pencetakan.

d. Tahapan keempat yaitu penjemuran.

B. Saran
1. Perlu dilakukan percobaan dan penelitian lebih lanjut oleh pihak- pihak

terkait.

2. Perlu adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan

dan memanfaatkan sumber daya alam yang tidak terpakai.

30
3. Perlu diadakan sosialisasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan sabut

kelapa sebagai bahan bakar alternatif.

31

Anda mungkin juga menyukai