Anda di halaman 1dari 8

Sumber Dan Karakteristik Limbah

Sumber Limbah Kelapa

Produksi buah kelapa Indonesia rata-rata 15,5 milyar butir/tahun atau setara dengan
3,02 juta ton kopra, 3,75 juta ton air, 0,75 juta ton arang tempurung, 1,8 juta ton serat sabut,
dan 3,3 juta ton debu sabut. Industri pengolahan buah kelapa umumnya masih terfokus
kepada pengolahan hasil daging buah sebagai hasil utama, sedangkan industri yang mengolah
hasil samping buah (by-product) seperti; air , sabut, dan tempurung kelapa masih secara
tradisional dan bersekala kecil, padahal potensi ketersediaan bahan baku untuk membangun
industri pengolahannya masih sangat besar. Tidak hanya dari segi jumlah, dari segi jenis
produk hilirpun, pengolahan hasil buah kelapa juga masih mempunyai peluang cukup besar.
Daging buah kelapa yang selama ini hanya diolah menjadi kopra, crude coconut oil (CCO),
dan minyak goreng, mempunyai peluang dikembangkan menjadi industri oleochemical,
oleofood, desicated coconut, dan lain-lain produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Demikian juga halnya dengan hasil samping buah, sabut menjadi industri serat sabut,
cocopeat, tempurung menjadi tepung tempurung, karbon aktif, dan air kelapa menjadi nata de
coco.

Namun pada Perkebunan kelapa dan indutri kopra pastinya akan menghasilkan limbah
baik limbah padat, cair dan gas yang akan mencemari lingkungan seperti yand kita ketahui
limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang yang telah mengalami
suatu proses produksi sebagai hasil dari aktivitas manusia, maupun proses alam yang tidak
atau belum mempunyai nilai ekonomi.

a. Sabut
Sabut kelapa merupakan bagian terluar buah kelapa yang membungkus
tempurung kelapa. Ketebalan sabut kelapa berkisar 5-6 cm yang terdiri atas lapisan
terluar (exocarpium) dan lapisan dalam (endocarpium). Endocarpium mengandung
serat-serat halus yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat tali, karung, pulp,
karpet, sikat, keset, isolator panas dan suara, filter, bahan pengisi jok kursi/mobil dan
papan hardboard. Satu butir buah kelapa menghasilkan 0,4 kg sabut yang
mengandung 30% serat. Komposisi kimia sabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin,
pyroligneous acid, gas, arang, ter, tannin, dan potassium. India dan Sri Langka adalah
produsen terbesar produk-produk dari sabut dengan volume ekspor tahun 2000
masing-masing 55.352 ton dan 127.296 ton dan masing-masing terdiri atas 6 dan 7
macam produk seperti terlihat pada Gambar 2. Pada saat yang sama, Indonesia hanya
mengekspor satu jenis produk (berupa serat mentah) dengan volume 102 ton. Angka
ini menurun tajam dibandingkan ekspor tertinggi pada tahun 1996 yang mencapai 866
ton.

b. Tempurung
Berat dan tebal tempurung sangat ditentukan oleh jenis tanaman kelapa.
Kelapa Dalam mempunyai tempurung yang lebih berat dan tebal daripada kelapa
Hibrida dan kelapa Genjah. Tempurung beratnya sekitar 15-19% bobot buah kelapa
dengan ketebalan 3-5 mm. Komposisi kimia tempurung terdiri atas :

Kandungan Komposisi (%)


Selulosa 26,60
Pentosa 27,70
Lignin 29,40
Abu 0,60
Solvent Ekstraktif 4,20
Uronat Anhidrat 3,50
Nitrogen 0,11
Air 8

Tempurung kelapa yang dulu hanya digunakan sebagai bahan bakar, sekarang
sudah merupakan bahan baku industri cukup penting. Produk yang dihasilkan dari
pengolahan tempurung adalah arang, arang aktif, tepung tempurung dan barang
kerajinan. Arang aktif dari tempurung kelapa memiliki daya saing yang kuat karena
mutunya tinggi dan tergolong sumber daya yang terbarukan. Selain digunakan dalam
industri farmasi, pertambangan, dan penjernihan, arang aktif juga digunakan untuk
penyaring atau penjernih ruangan untuk menyerap polusi dan bau tidak sedap dalam
ruangan. Berdasarkan data ekspor tahun 2003, Indonesia ternyata lebih banyak
mengekspor dalam bentuk arang tempurung (56%), sedangkan negara lain dalam
bentuk arang aktif. Peningkatan ekspor arang tempurung dan arang aktif dalam kurun
waktu 10 tahun terakhir masing-masing 13,86% untuk arang tempurung dan 6,1%
untuk arang aktif. Jumlah ekspor saat ini untuk arang tempurung dan arang aktif
masing-masing 29.493 ton dan 11.553 ton.

Sumber limbah Kopra

Kopra adalah daging buah kelapa yang dikeringkan. Kopra merupakan salah satu
produk turunan kelapa yang sangat penting, karena merupakan bahan baku pembuatan 
minyak kelapa dan turunannya. Untuk membuat kopra yang baik diperlukan kelapa yang
telah berumur sekitar 300 hari dan memiliki berat sekitar 3-4 kg. Setelah kopra selesai
diekstrak minyaknya, yang tersisa adalah produk samping yang mengandung protein tinggi
(18-25%) namun memiliki serat yang sangat tinggi sehingga tidak bisa dimakan oleh
manusia. Teknik pengolahan kopra ada empat macam, yaitu pengeringan dengan sinar
matahari (sun drying), pengeringan dengan pengarangan atau pengasapan di atas api (smoke
curing or drying), dan pengeringan dengan pemanasan tidak langsung (indirect drying).

Bungkil kopra masih mengandung protein, karbohidrat, mineral, dan sisa-sisa minyak
yang masih tertinggal Karena kandungan protein yang cukup tinggi (18-25%), dengan
demikian pemanfaatan bungkil kopra dapat berperan dalam pakan hewan salah satunya pakan
pembesaran ikan. Kopra diikat dalam jaring kecil dan dibiarkan direndam dalam tangki air.
Ikan kadang-kadang memakan makanan yang direndam ini. Bungkil kopra juga memiliki
kandungan serat kasar yang cukup tinggi. Sehingga Pemberian pakan hewan dari bungkil
kopra akan memberikan pertumbuhan yang cukup bagus lalu pemanfaatan dapat digunakan
sebesar 43% dalam pakan pembesaran ikan. Namun sebelum dijadikan sebagai pakan seperti
yang diketahui bungkil kopra yang diperoleh dari pabrik minyak kelapa teksturnya masih
kasar atau berbentuk gumpalan-gumpalan, sehingga perlu pengolahan terlebih dahulu, seperti
penepungan.

Selain itu Keuntungan penggunaan tepung kopra sebagai pakan ternak adalah lebih
murah, kandungan protein kopra tinggi dan digunakan sebagai produk primer. Pakan Ini
meningkatkan tekstur pada hewan, kondisi tubuh dan meningkatkan bulu berkilau pada kulit
hewan. Pakan dari bungkil kopra Ini juga digunakan pada babi, dan pakan unggas untuk
meningkatkan tingkat pertumbuhan. Tepung kopra juga baik untuk pakan sapi untuk
meningkatkan produksi susu dan sebagai sumber energi serta menjadi suplemen bagi sapi.

Karakteristik Limbah Kelapa

a. Sabut Kelapa
Sabut kelapa merupakan bagian yang cukup besar dari buah kelapa, yaitu
35 % dari berat keseluruhan buah. Sabut kelapa terdiri dari serat dan gabus yang
menghubungkan satuserat dengan serat lainnya. Serat adalah bagian yang
berharga dari sabut. Setiap butir kelapa mengandung serat 525gram (75 % dari
sabut), dan gabus 175 gram (25 % dari sabut). Serat sabut kelapa digolonglan menjadi
2 yaitu :
1. Serat sikat yaitu serat yang berasal dari buah kelapa yang sudah masak.
Setelah serat dipisahkan dari batok atau dari buahnya, kemudian serat tersebut
direndam dalam air, lalu serat dapat diproses lebih lanjut.
2. Serat pintal yaitu serat yang berasal dari buah kelapa yang kemudian
dibusukkan di dalam air laut selama selama 3-10 hari. Setelah itu dijemur dan
dipukul-pukul dengan kayu. Serat yang diperoleh kemudian dipintal.

Serat sabut kelapa (mattress fibre atau coirfibre) yang dihasilkan


dari pengolahan sabut kelapa dapat digunakan untuk:
1. Bahan peredam dan penahan panas pada industri pesawat terbang.
2. Bahan pengisi jok atau bantalan kursi pada industri mobil mewah di eropa.
3. Bahan geotekstil untuk perbaikan tanah pada bendungan, saluran air, dll.
4. Bahan cocosheet sebagai pengganti busa pada industri spring bed.
5. Bahan untuk membuat tali, sapu, sikat, keset dan alat rumah tangga lain

Di beberapa negara produsen hasil olahan sabut kelapa telah digunakan


sebagai benang (coir yarn), tikar (coir mattings), keset (coir mats),
karpet (rugs and carpets), coco sheetatau ruberized coir, tambang (coir
rope), pintalan (coir twine), twist fibre,bristledan mattress fibre.

b. Tempurung Kelapa
Tempurung kelapa memiliki karakteristik yang berpotensi untuk dijadikan
material produk antara lain kekuatan, keawetan, sifat tahan air, serta ciri khas visual.
Tempurung kelapa muda berpeluang untuk dikembangkan sebagai struktur produk
untuk benda-benda seukuran tangan, bukan sebatas ornamen seperti pada teknik
pemanfaatan yang biasa dilakukan. Karakteristik khas material tempurung kelapa
muda. Beberapa karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bersifat keras dan tidak fleksibel
Tempurung kelapa memiliki sifat dasar yang keras karena tidak memiliki serat
pada strukturnya. Hal ini juga mengakibatkan tempurung agak sulit untuk
dipotong secara manual tanpa menggunakan bantuan alat masinal. Pada
tempurung kelapa muda, perendaman dengan larutan NaOH dan perebusan
berhasil melunakkan kulit tempurung sehingga saat masih basah dapat dilakukan
pembentukkan. Namun setelah kering, tempurung kelapa muda akan kembali
mengeras. Dalam pembentukan tempurung kelapa muda yang telah dilunakkan,
tetap tidak dapat mencapai bentuk-bentuk yang signifikan. Hal ini dikarenakan
bentuk asli buah kelapa yang membulat, sehingga pada pembentukan akan tetap
mempertahankan sifat lengkungnya.
2. Ketebalan permukaan yang tidak merata
Tempurung kelapa memiliki ketebalan permukaan yang tidak merata sehingga
dalam proses pembentukan, akan sangat mempengaruhi bentuk yang dihasilkan.
3. Motif permukaan yang khas
Tempurung kelapa memiliki motif pada permukaannya yang dibentuk dari
garis urat serabut. Motif yang khas ini dapat memberikan nilai estetika tersendiri
bagi produk dengan material tempurung kelapa.
4. Kuat
Tempurung kelapa memiliki kekuatan yang sangat baik sehingga tidak mudah
pecah apabila terjatuh.
5. Tahan air
Tempurung kelapa memiliki pori-pori dengan tingkat kerapatan yang tinggi.
Sifat ini mengakibatkan tempurung kelapa dapat menahan/ menampung air.
6. Ukuran Material
Limbah Ukuran material tempurung kelapa muda berupa limbah hasil
pemanfaatan langsung pada umumnya tersedia dalam bentuk potongan setengah
lingkaran buah kelapa.

Karakteristik Limbah Kopra

Kopra yang seperti kita ketahui dapat dijadikan sebagai pakan untuk hewan yaitu ikan, babi,
sapi serta ungags. Kopra memiliki komposisi kandungan sebagai berikut :

Kandungan Komposisi (%)


Oil Content 9,02
Moisture 10
Protein 17,1
Fat Content 8,8
Ash Content 17
Fiber 17,09
Iodine Value 9,22
FFA 4,88
DAFTAR PUSTAKA

Agustian, A., S. Friyatno, Supadi dan A. Askin. 2003. Analisis pengembangan agroindustri
komoditas perkebunan rakyat (kopi dan kelapa) dalam mendukung peningkatan daya saing
sektor pertanian. Makalah Seminar Hasil Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sosial Ekonomi Pertanian Bogor. T.A. 2003. 38 hal.

Anonim. 2000. Hasil pengkajian sabut kelapa sebagai hasil samping. Bank Indonesia Jakarta.
15 hal.

Grimwood, BE; Ashman, F; Dendy, DAV; Jarman, CG; Little, ECS; Timmins, WH
(1975). Coconut Palm Products – Their processing in developing countries. Rome: FAO.
hlm. 193. ISBN 978-92-5-100853-9.

Istina. I.N., Kardiyono, Umar, dan A. Aris. 2003. Pemanfaatan limbah sabut kelapa dalam
usahatani padi pasang surut. Kelembagaan Perkelapaan di Era Otanomi Daerah. Prosiding
Konferensi Nasional Kelapa V. Tembilahan 22 – 24 Oktoner 2002. Pp.160 – 165.

Poespo, Goet. 2005. Pemilihan Bahan Tekstil. Yogyakarta : Kanisius

Soedijanto & Sianipar R.R.M. 1985.Kelapa. Jakarta: Yasaguna.

Anda mungkin juga menyukai