Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

IPA atau sains adalah upaya sistematis untuk menciptakan, membangun,


dan mengorganisasikan pengetahuan tentang gejala alam. Upaya ini berawal dari
sifat dasar manusia yang penuh dengan rasa keingintahuannya. Rasa
keingintahuannya ini kemudian ditindaklanjuti dengan penyelidikan dalam rangka
mencari penjelasan yang paling sederhana, namun konsisten untuk menjelaskan dan
memprediksi gejala-gejala alam. Penyelidikan ini meliputi kegiatan
mengobservasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang
eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis, dan akhimya menyimpulkan.
Hasil dari penyelidikan ini umumnya membawa ke pertanyaan lanjutan yang lebih
rinci, lebih rumit, dan memerlukan upaya yang lebih keras untuk menyelidikinya.
Kegiatan penyelidikan ini memerlukan teknologi yang sesuai, yang umumnya
berupa teknologi terkini yang ada. Di lain pihak, dari kegiatan penyelidikan pada
akhirnya akan dihasilkan teknologi yang lebih baru.
IPA pada hakikatnya belajar dengan pendekatan yang meliputi empat unsur
utama. Keempat unsur tersebut adalah sikap, proses, produk, dan aplikasi. (1)
Sikap, yaitu rasa ingin tahu mengenai alam yang diselidiki secara tekun, teliti, jujur,
skeptis, namun terbuka terhadap kemungkinan baru, dan bertanggung jawab. (2)
Proses, yaitu prosedur penyelidikan mencakup gejala alam. (3) Produk, yaitu fakta,
konsep, prinsip/hukum, dan teori yang menjelaskan dan/atau memprediksi gejala
alam. (4) Aplikasi, yaitu penerapan metode ilmiah dan pengetahuan IPA dalam
kehidupan sehari-hari. Keempat unsur utama IPA ini seharusnya muncul dalam
pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA seharusnya dapat menumbuhkembangkan
kompetensi siswa pada ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga ranah
kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda.
Sikap dapat diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan.”Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas
“mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi.”

1
Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba,
menalar, menyaji, dan mencipta.” Dalam pembelajaran IPA, lintasan “mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta” ini digunakan sebagai
penggerak untuk lintasan yang lain. Pendekatan yang digunakan untuk belajar IPA
disebut pendekatan ilmiah (scientific).
Selaras dengan tuntutan kompetensi yang harus dimiliki guru (kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesi),
pengembangan bahan ajar (materi pembelajaran) dan media merupakan salah satu
kewajiban yang diemban guru untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki,
pada gilirannya dapat meningkatkan eksistensinya sebagai guru yang profesional.
Perbedaan pemahaman akan berdampak pada penjabaran kemampuan-kemampuan
dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga berakibat makin lebarnya
variasi terhadap pemahaman dalam pengembangan bahan ajar dan media
pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku. Berdasarkan latar
belakang di atas kami menyusun makalah mengenai “Telaah Kurikulum Fisika
SMP Pada Materi Zat dan Karakteristiknya”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas kami menarik rumusan masalah yaitu
sebegai berikut.
1. Bagaimana keluasan materi atau cakupan materi pembelajaran fisika SMP pada
materi zat dan karakteristiknya?
2. Bagaimana kedalaman materi pada judul materi zat dan karakteristiknya di buku
maupun silabus?
3. Bagaimana representasi pengetahuan atau konsep-konsep yang terkait dengan
materi zat dan karakteristiknya?
4. Bagaimana urutan penyajian dalam penyampaian materi dikelas?
5. Mengapa perencanaan simulasi pembelajaran harus dilakukan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari disusunnya makalah ini yaitu sebagai berikut.

2
1. Mengetahui keluasan materi atau cakupan materi pembelajaran fisika SMP pada
materi zat dan karakteristiknya.
2. Mengetahui kedalaman materi pada judul materi zat dan karakteristiknya di buku
maupun silabus.
3. Mengetahui representasi pengetahuan atau konsep-konsep yang terkait dengan
materi zat dan karakteristiknya.
4. Mengetahui urutan penyajian dalam penyampaian materi dikelas.
5. Mengetahui alasan mengapa perencanaan simulasi pembelajaran harus
dilakukan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Menelaah Keluasan Materi/Cakupan Materi

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang mempelajarai


tentang femomena alam baik hidup maupun tak hidup yang meliputi tiga bidang
ilmu dasar, yaitu Biologi, Fisika dan Kimia. Pada hakikatnya IPA dibangun atas
dasar produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah. IPA hafalan, namun
merupakan kegiatan tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang
bersifat atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala yang
terjadi di alam. Hakikat mempelajari IPA (Fisika) adalah membahas, mengkaji dan
membuktikan adanya fakta dan asumsi tentang gejala-gejala IPA (Fisika). Mata
pelajaran IPA di SMP bertujuan agar peserta didik memiliki berbagai kemampuan,
diantaranya yaitu memperoleh keyakinan terhadap keteraturan ciptaan Tuhan,
mengembangkan rasa ingin tahu dan sikap positif tentang adanya hubungan saling
mempengaruhi antara salingtemas (sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat),
serta mengembangkan pemahaman konsep IPA dan keterampilan proses sains yang
dapat diterapkan dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari (Ridi, dkk.
2009:308-309).

Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari
tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (BSNP, 2006).
Selanjutnya dikatakan juga bahwa pendidikan sains di harapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-
hari. Hal ini pembelajaran sains tidak hanya menekankan pada dimensi konten saja,
tetapi juga harus menekankan pada dimensi proses dan konteks sains. Ruang
lingkup kategori literasi sains pada sebuah buku ajar sains merupakan salah satu hal
yang dapat menunjang proses pembelajaran seperti pada paparan tersebut. Hal ini

4
karena buku ajar telah menjadi bagian penting proses pembelajaran yang memiliki
hubungan langsung dengan peserta didik.

Secara teori, memang tidak ada ketentuan baku yang mengatur besar ruang
lingkup dari masing-masing kategori literasi sains pada sebuah buku ajar sains.
Namun, apabila komposisi penyajian kategori pengetahuan sains (konten sains)
terlalu besar, dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap sistem belajar siswa
ataupun pembelajaran di kelas. Pembelajaran sains akan lebih mengarahkan pada
penguasaan konten sains dari pada proses sains dengan membangun sendiri cara
berpikir dan penyelidikan sains dari siswa itu sendiri. Ketika proses sains yang
dimiliki siswa rendah, maka dimungkinkan siswa akan kesulitan dalam
menempatkan sains di kehidupan nyata, sehingga kemampuan dalam memahami
interaksi sains, teknologi, dan masyarakat tidak akan berkembang secara maksimal
(Fathurohman, dkk :6).

Pada dasarnya pengembangan mata pelajaran di sekolah selalu didasarkan


pada panduan yang telah dibuat oleh pemerintah yaitu berupa silabus. Silabus
merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema
tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Untuk setiap jenjang pendidikan di
Indonesia memiliki silabus untuk masing-masing tingkat pendidikan maupun mata
pelajaran. Silabus selanjutnya akan dikembangkan oleh guru mata pelajaran di
sekolah dalam bentuk RPP. Pembuatan RPP di sekolah tetap harus diawasi terutama
oleh wakil kurikulum.

Dalam pembelajaran fisika SMP sesuai dengan kurikulum 2013 adapun


materi tentang zat dan karakteristiknya yang dibahas sesuai dalam silabus yaitu :

1. Perubahan wujud benda yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya


air menjadi es, es menjadi air, air menjadi uap, kertas dibakar menjadi abu, besi
berkarat, dan makanan menjadi basi
2. Karakteristik zat (padat, cair, dan gas) serta materi mengenai unsur, senyawa,
dan campuran

5
3. Asam, basa, dan garam, teknik pemisahan campuran, misalnya melalui
penyulingan, kromatografi, atau penyubliman.

Dalam buku pegangan guru yang diterbitkan oleh Kemedikbud tahun 2017
peta konsep untuk materi zat dan karakteristiknya yaitu sebagai berikut.

Gambar 2.1 Peta konsep materi pelajaran zat dan karakteristiknya

Berdasarkan peta konsep di atas dapat kita lihat bahwa peta konsep di atas
memang dibuat berdasarkan silabus. Adapun secara umum materi yang dipelajari
yaitu melalui 3 jenis yaitu klasifikasi zat, jenis zat dan perubahan zat. Untuk
klasifikasi zat materi terdiri atas zat tunggal dan zat campuran dimana pada zat
tunggal terbagi menjadi unsur dan senyawa sedangkan untuk campuran terdiri atas
campuran homogen dan campuran heterogen.

Untuk materi sifat zat didalamnya mencakup sifat kimia dan sifat fisika.
Sifat fisika suatu zat dapat dilihat dari wujud zat tersebut. Wujud zat sendiri terbagi
menjadi tiga jenis yaitu zat padat, zat cair dan zat gas. Untuk perubahan zat terbagi
menjadi dua jenis yaitu perubahan secara fisika dan perubahan secara kimia.

Pada pelajaran IPA di SMP untuk materi karakteristik zat dan perubahannya
materi yang dibahas secara umum adalah pengertian atau konsep secara umum,
kaitan dalam kehidupan sehari-hari dan jikalaupun melakukan percobaan maka

6
percobaan yang dilakukan juga merupakan percobaan yang sederhana dan cukup
mudah untuk dimengerti oleh siswa. Misalnya untuk perubahan zat dapat diambil
praktikum pengamatan tentang perubahan air menjadi es ataupun sebaliknya.
Dengan pengamatan yang sederhana tersebut justru membuat siswa menjadi lebih
paham tentang konsep atau materi yang dijelaskan oleh guru.

Adapun indikator untuk materi pelajaran zat dan karakteristiknya menurut


buku pegangan guru yang diterbitkan oleh Kemendikbud yaitu :

1. Menggolongkan karakteristik materi.


2. Menjelaskan perbedaan unsur, senyawa, dan campuran.
3. Menjelaskan metode pemisahan campuran.
4. Menjelaskan sifat fisika dan sifat kimia.
5. Mendeskripsikan perubahan fisika dan perubahan kimia

Berikut ini adalah kompetensi dasar (KD), materi pokok dan kegiatan
pembelajaran untuk materi zat dan karakteristiknya sesuai silabus IPA SMP.

Untuk keluasan materi dapat dilihat pada materi yang dibahas yaitu berupa
: (a) zat padat, cair dan gas; (b) unsur, senyawa dan campuran; (c) sifat fisika dan
kimia; (d) perubahan fisika dan kimia. Sementara untuk KD, disini siswa diminta
untuk menjelaskan konsep dan juga menyajikan hasil penyelidikan atau karya.
Kompetensi dasar disini belum begitu rumit sehingga pada kegiatan pembelajaran

7
dapat dilihat untuk cakupan materinya sendiri pada materi ini masih belum begitu
luas dan mencakup materi yang tingkatannya sulit.

Untuk keluasan materi pada tingkat pendidikan SMP dan SMA tidak begitu
berbeda jauh secara signifikan. Namun ada beberapa konsep yang tidak dijelaskan
pada materi SMP dan akan dijelaskan pada materi SMA. Pada materi SMP
umumnya hanya membahas konsep, dan jikalaupun terdapat suatu rumus maka
rumus terssebut merupakan rumus yang bersifat umum dan tidak dijelaskan secara
lebih rinci.

2.2 Menelaah Kedalaman Materi

Kedalaman materi merupakan gambaran sejauh mana suatu konsep pada


materi tertentu itu dibahas dan dikembangkan. Biasanya tingkat kedalaman materi
untuk tingkatan pendidikan yang semakin tinggi maka akan semakin tinggi pula.
Pada siswa dengan tingkatan pendidikan yang masih rendah seperti SD, mereka
hanya diajarkan materi pokoknya dan dalam wujud yang konkrit atau nyata dlam
kehidupannya. Hal ini dikarenakan daya imajinasi siswa SD dan siswa SMA
ataupun perguruan tinggi tentulah sangat berbeda.

Kedalaman materi yang dibahas pada suatu mata pelajaran tercantum dalam
silabus yang diterbitkan atau dikeluarkan oleh Kemendikbud. Didalam silabus SMP
dan SMA meskipun untuk materi yang sama sekalipun pasti terdapat perbedaan dari
isi materi yang dijelaskan. Maksud perbedaan isi materi ini bukan kepada isi materi
yang salah dan benar namun lebih ke perbedaan dari segi pembahasan materi dan
ruang lingkup pembahasannya.

Untuk materi fisika di SMP cenderung disingkat dalam pembahasannya.


Hal ini dikarenakan di SMP materi pelajaran sains yaitu fisika, kimia dan biologi
masih dijadikan satu yaitu dalam suatu mata pelajaran yang disebut dengan IPA
terpadu. Dalam materi IPA tersebut membahas pokok-pokok pelajaran yang akan
dibahas di SMA nantinya. Materi IPA di SMP cenderung dianggap sebagai
pendahuluan untuk persiapan mengikuti pendidikan di SMA. Dengan adanya
penjelasan secara umum materi di SMP maka saat berada pada jenjang pendidikan

8
SMA siswa tidak begitu mengalami kesulitan dalam menerima dan memahami
mata pelajaran tersebut.

Saat di SMP materi fisika yang sebelumnya merupakan 1 bab pelajaran


maka saat di SMA bisa dipisahkan menjadi beberapa bab. Misalkan untuk materi
zat dan perubahannya pada saat di SMP hanya dibahas dalam 1 bab saja yaitu pada
saat SMP kelas X semester 1. Namun di SMA materi pelajaran tersebut ternyata
masuk ke dalam materi fisika sekaligus materi kimia. Untuk materi zat dan
perubahannya yang masuk ke dalam materi fisika yaitu masalah jenis-jenis zat dan
perubahannya serta didalamnya ditambah dengan konsep perhitungan yang lebih
luas seperti Azas Black. Sedangkan untuk materi seperti unsur dan pemisahan
campuran masuk ke dalam materi kimia kelas XI. Pemisahan campuran itupun
bukan sekedar hanya praktikum biasa pada saat di SMP namun juga ditambah
dengan konsep lain seperti konsep molaritas, mol ataupun konsep lain yang
berhubungan dengan perhitungan kimia yang lebih rumit.

Untuk kedalaman materi dapat dilihat pada silabus masing-masing mata


pelajaran. Untuk perbandingan materi yang dibahas dapat dilihat dibawah ini.

Gambar 2.2 Silabus SMP untuk materi zat dan karakteristiknya

9
Berikut ini adalah silabus mata pelajaran fisika dan kimia SMA yang
berkaitan dengan zat dan karakteristiknya.

Gambar 2.3 Silabus Fisika SMA yang berkaitan dengan zat dan karakteristinya

10
11
Gambar 2.4 Silabus kimia SMA yang berkaitan dengan zat dan karakteristiknya

Dari silabus SMP dan SMA di atas dapat dilihat secara langsung bagaimana
perluasan materi dari materi yang sedikit di SMP ternyata bisa menjadi sangat
banyak dan kompleks. Dapat dilihat juga ternyata seuatu materi dengan hanya 1
bab dapat dikembangkan secara luas menjadi banyak bab dan juga sangat luas jika
dilihat secara lebih mendalam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat secara langsung
pada buku pegangan siswa maupun guru untuk jenjang SMP dan SMA. Di sana
tertera dengan jelas perbedaan perluasan materi pelajaran yang disampaikan.

Untuk di jenjang SMP materi yang dibahas pada fisika umumnya memang
bercampur dengan materi fisika karena keduanya berkaitan cukup erat. Kimia dan
fisika lebih banyak kaitannya bila dibandingan dengan biologi meskipun di dalam
biologi juga terdapat konsep kimia dalam beberapa reaksi seperti reaksi fotosintesis.

Dilihat dari segi kompetensi dasar dan kegiatan pembelajarannya dapat


dilihat kedalaman materi untuk tingkat SMP pada materi zat dan karakteristiknya
yaitu hanya sebatas menjelaskan konsep dan juga melakukan penyeldidikan yang
sederhana dan tidak begitu rumit. Di SMA biasanya ada percobaan mengenai
kalorimeter namun di SMP mereka hanya melakukan pengamatan tentang
perubahan zat, karakteristik zat, indikator asam basa, pemisahan campuran dan juga
perubahan fisika dan kimia. Di SMP untuk kedalaman materi pada perubahan
wujud zat cukup pada pengamatan saja, tidak pada perhitungan secara matematis.

12
Perbedan antara keluasan/cakupan materi dapat dilihat dari silabus yang
didalammnya memuat KD, materi dan kegiatan pembelajaran. Untuk keluasan lebih
mengarah ke jenis materi yang dibahas atau materi secara umum namun untuk
kedalaman dilihat bagaiamana pembahasan untuk sebuah materi. Seberapa banyak
keluasan materi tau cakupan materi yang dibahas maka disitu akan dibahas satu per
satu cakupan materi itu pada keluasan materi yang diajarkan.

2.3 Menelaah Representasi Pengetahuan (Konsep-konsep yang Terkait)

Dalam satu bab pelajaran tidak hanya terdapat 1 konsep saja. Dalam 1 bab
pelajaran di dalamnya memuat sangat banyak konsep-konsep yang bisa dijabarkan
menjadi sangat luas. Biasanya dalam 1 bab akan dibagi menjadi beberapa kali
pertemuan, dimana setiap pertemuan akan membahas konsep yang berbeda dengan
konsep yang sebelumnya namun masih tetap berkaitan. kecuali jikalau sudah berada
dalam bab yang berbeda maka sebagian besar konsep yang ada didalamnya sudah
berbeda. Namun ada juga dalam beberapa bab yang meskipun dalam bab yang
berbeda tetap menggunakan konsep yang sudah dipakai sebelumnya.

Untuk melihat konsep-konsep yang terkait dalam satu bab pelajaran maka
dapat dilihat pada silabus maupun buku pegangan guru atau siswa. Dalam materi
bab ‘zat dan karakteristinya’ sendiri ada begitu banyak konsep yang dibahas
didalamnya. Menurut silabus IPA SMP, adapun konsep-konsep yang terkait dengan
bab ‘zat dan karakteristiknya’ yaitu sebagai berikut.

1. Konsep campuran dan zat tunggal (unsur dan senyawa), sifat fisika dan kimia,
perubahan fisika dan kimia dalam kehidupan sehari-hari .
2. Sifat larutan, perubahan fisika dan perubahan kimia, atau pemisahan campuran.

Dari konsep di dalam silabus di atas maka dikembangkan lagi di dalam buku
pelajaran. Adapun menurut buku yang dikeluarkan oleh Kemendikbud (2017:63)
pembelajaran dan penilaian topik ‘zat dan karakteristiknya’ memerlukan waktu 15
jam pelajaran atau 5 TM (tatap muka) dengan asumsi 5 JP/minggu diorganisasikan
menjadi dua kali TM, yakni masing-masing 3+2 JP JP. Pengorganisasian 5 TM
tersebut adalah sebagai berikut:

13
Gambar 2.5 Materi pada bab pembahasan zat dan karakteristiknya
Untuk pertemuan pertama materi yang dibahas yaitu karakteristik materi,
unsur, senyawa, dan campuran selama 3 jam pelajaran (3JP). Untuk konsep yang
tekait dengan pertemuan pertama yaitu :

1. Materi berdasarkan wujudnya (zat padat, cair dan gas).


2. Unsur logam dan lambangnya serta unsur bukan logam.
3. Pemberian lambang unsur berdasarkan Berzelius.
4. Perbedaan unsur logam dan nonlogam serta kegunaannya.
5. Perbedaan sifat unsur, senyawa dan campuran.

Untuk pertemuan kedua materi yang dibahas yitu campuran sifat dari
larutan asam, basa dan garam selama 2 jam pelajaran (2 JP). Untuk konsep yang
terkait dengan pertemuan kedua yaitu:

1. Campuran dan sifat larutan asam basa


2. Sifat dari larutan basa
3. Sifat dari garam
4. Indikator

Untuk pertemuan ketiga materi yang dibahas yaitu pemisahan campuran


selama 3 jam pelajaran (3 JP). UNruk konsep yng terkait dengan pertemuan ketiga
yaitu:

14
1. Filtrasi (penyaringan)
2. Sentrifugasi
3. Kromatografi

Untuk pertemuan ke empat materi yang dibahas yaitu masih tentang


pemisahan campuran selama 2 jam pelajaran (3JP). Untuk konsep yang terkait
dengan pertemuan ke empat yaitu:

1. Destilasi (penyulingan)
2. Sublimasi

Untuk pertemuan kelima materi yang dibahas yaitu tentang sifat fisika dan
sifat kimia serta perubahan fisika dan kimia selama 3 jam pelajaran (3 JP). Untuk
konsep yang terkait dengan pertemuan kelima yaitu :

1. Sifat fisika dan sifat kimia


2. Perubahan fisika dan perubahan kimia

Untuk penjelasan mengenai konsep-konsep yang terkait disini kami


mengambil satu sub judul untuk 1 kali pertemuan yaitu pada pertemuan pertama
untuk materi ‘zat dan karakteristiknya’. Adapun penjelasan secara singkat yaitu
sebagai berikut.

Materi adalah sesuatu yang mempunyai massa dan dapat menempati sebuah
ruang. Ketika mengumpulkan sekelompok benda berdasarkan sifatnya, maka
langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Mengamati karakteristik dari benda tersebut.


2) Mencatat persamaan dan perbedaan sifat benda masing-masing.
3) Mengklasifikasikan benda yang sesuai pada setiap kelompok benda tersebut.
4) Memberi nama yang sesuai pada setiap kelompok benda tersebut.

Materi berdasarkan wujudnya dapat dikelompokkan menjadi zat padat, cair


dan gas. Berikut ini perbedaannya.

Tabel 2.1 Perbedaan sifat zat padat, cair, dan gas

15
Unsur merupakan zat tunggal yang tidak dapat diubah lagi menjadi zat yang
lebih sederhana dengan cara kimia biasa. Bagian terkecil dari unsur adalah atom.

Tabel 2.2 Unsur Logam dan Lambangnya

Tabel 2.3 Unsur Bukan Logam

16
Cara pemberian lambang unsur berdasarkan Berzelius adalah sebagai
berikut.

1) Setiap unsur dilambangkan dengan satu huruf, yaitu huruf awal dari nama
latinnya.
2) Huruf awal ditulis dengan huruf kapital atau huruf besar.
3) Bagi unsur yang memiliki huruf awal sama, ditambahkan atau diberikan satu
huruf kecil dari nama unsur tersebut.

Gambar 2.6 Sistem Periodik Unsur

Unsur logam dan nonlogam memiliki perbedaan sifat, baik sifat fisika
maupun sifat kimia. Berikut perbedaan sifat unsur logam dan nonlogam.

Tabel 2.4 Perbedaan Unsur Logam dan Nonlogam

Tabel 2.5 Unsur Logam dan Nonlogam serta Kegunaannya

17
Senyawa merupakan zat tunggal yang dapat diuraikan menjadi dua jenis
atau lebih sederhana dengan cara kimia. Misalnya, air yang memiliki rumus H2O
dapat diuraikan menjadi unsur hidrogen (H2) dan oksigen (O2).

Tabel 2.6 Contoh tabel senyawa sederhana dan unsur penyusun

Campuran adalah suatu materi yang terdiri atas dua zat atau lebih dan masih
mempunyai sifat zat asalnya. Campuran terdiri atas campuran homogen dan
campuran heterogen

Tabel 2.7 Perbedaan Sifat Unsur, Senyawa dan campuran

18
2.4 Menelah Urutan Penyajian

Di dalam kegiatan belajar terdapat uraian atau penjelasan secara rinci


tentang isi pelajaran yang diikuti dengan contoh-contoh konkrit dan non contoh.
Sedapat mungkin uraian ini diikuti gambar, bagan atau grafik. Urutan penyajian
seperti ini yang dimulai dengan penjelasan kemudian diikuti dengan contoh. Urutan
penyajian dapat pula dimulai dengan contoh dan non contoh, atau kasus-kasus
kemudian diikuti dengan penjelasan tentang konsep yang dimaksud (Sungkono:9).

Urutan penyajian pembelajaran teori umumnya dapat dibagi menjadi 3


langkah, yaitu: (a) pendahuluan, (b) penyajian, dan (c) penutup. Pendahuluan
merupakan tahapan pembelajaran untuk membangkitkan kesiapan siswa untuk
menerima materi pelatihan, meliputi:

1. Membangkitkan minat (daya tarik) siswa


2. Memfokuskan perhatian siswa pada pembelajaran
3. Mengutarakan kompetensi dasar dan relevansi (pentingnya) kompetensi dasar
4. Menghubungkan materi ajar yang lalu dengan materi ajar yang akan
disampaikan
5. Mempersiapkan pikiran, perhatian dan psikologi siswa

Tahapan penyajian, Guru menyampaikan fakta, konsep, prinsip dan


prosedur kepada siswa. Pembagian proporsi waktu Guru mengajar dan siswa belajar
sangat ditentukan oleh model pembelajaran yang dipilih Guru. Pada tahapan ini
meliputi:

1. Guru menyampaikan pesan dan informasi secara menarik, logis, bertujuan


dengan cara yang bervariasi
2. Guru harus dapat membangkitkan/menumbuhkan siswa untuk belajar
3. Dorong siswa melakukan proses berpikir
4. Membangkitkan siswa agar memberikan informasi dari pengalamannya
5. Hindarkanlah setting klas yang pasif
6. Berikanlan pengalaman belajar yang mengaktifkan siswa
7. Buatlah situasi belajar yang memadai
8. Setiap langkah dalam pengembangan sebaiknya diikuti contoh /aplikasinya.

19
Tahapan penutup, Guru perlu mengecek kemajuan kompetensi siswa.
Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana siswa telah dapat menangkap subtansi
materi yang telah dikuliahkan, oleh karena itu Guru bisa melontarkan pertanyaan
lisan, tertulis, gambar-gambar, atau tugas yang relevan. Selain itu, Guru
memberikan kesimpulan atau butirbutir penting dari pembelajaran yang telah
disajikan. Kesimpulan bisa disampaikan secara verbal maupun visual. Kesimpulan
harus sederhana dan singkat, kadang-kadang kesimpulan bisa diganti dengan tanya
jawab. Yang terakhir perlu mengutarakan kaitannya dengan pembelajaran yang
akan datang (Soenarto. 2010:42-43).

Urutan penyajian (sequencing) materi pembelajaran sangat penting. Tanpa


urutan yang tepat, akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya, terutama untuk
materi yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam
mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian
jika materi penjumlahan belum dipelajari. Siswa akan mengalami kesulitan
membagi jika materi pengurangan belum dipelajari.

Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta


kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan
prosedural dan hierarkis.

a. Pendekatan prosedural

Urutan materi pembelajaran secara prosedural yang menggambarkan


langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu
tugas. Misalnya Misalnya langkah-langkah menelpon, langkah-langkah
mengoperasikan peralatan kamera video.

b. Pendekatan hierarkis

Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang


bersifat berjenjang dari mudah ke sulit, atau dari yang sederhana ke yang kompleks.
Contoh urutan hierarkis (berjenjang): Soal ceritera tentang perhitungan laba rugi
dalam jual beli Agar siswa mampu menghitung laba atau rugi dalam jual beli
(penerapan rumus/dalil), siswa terlebih dahulu harus mempelajari

20
konsep/pengertian laba, rugi, penjualan, pembelian, modal dasar (penguasaan
konsep). Setelah itu siswa perlu mempelajari rumus/dalil menghitung laba, dan rugi
(penguasaan dalil). Selanjutnya siswa menerapkan dalil atau prinsip jual beli
(penguasaan penerapan dalil) (Sutedjo:5-6).

Untuk materi yang dijelaskan pada buku pegangan siswa yang kami analisis
sudah sesuai urutan penyajiannya. Urutan penyajian didalam buku tersebut dimulai
dengan pendahuluan, kemudian dilanjutkan dengan materi yang mudah seperti pada
klasifikasi jenis-jenis zat. Selanjutnya baru ditingkatkan ke yang lebih sulit yaitu
pada materi sifat-sifat zat yang telh diklasifikasikan. Setelah itu barulah ke materi
perubahan dari zat tersebut. Selain itu dalam penjelasan juga diberikan tabel dan
contoh yang jelas, jadi memudahkan siswa untuk mempelajari materi yang
didampaikan.

Untuk lebih jelasnya urutan penyajian pada materi ‘zat dan karakteristiknya’
sesuai dengan tabel dibawah ini.

Tabel 2.8 Urutan penyajian materi

2.5 Merencanakan Simulasi Pembelajaran

Bagian kegiatan belajar merupakan “daging” atau inti dalam pemaparan


materi pelajaran. Bagian ini terbagi menjadi beberapa sub bagian yang disebut
Kegiatan Belajar. Bagian ini memuat materi pelajaran yang harus dikuasai siswa.

21
Materi tersebut disusun sedemikian rupa, sehingga dengan mempelajari materi
tersebu, tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. Agar materi pelajaran mudah
diterima siswa, maka perlu disusun secara sisternatis (Sungkono:9).

Adapun rencana simulasi pembelajaran untuk materi ‘zat dan


karakteristiknya’ pada pertemuan pertama yaitu tentang karakteristik materi, unsur,
senyawa dan campuran menurut buku pegangan guru yang diterbitkan oleh
Kemendikbud yaitu sebagai berikut.

22
Tabel 2.9 Rencana Simulasi Pembelajaran
Dalam pembelajaran mengenai karakteristik materi, unsur, senyawa dan
campuran ini kami memilih menggunakan metode campuran atau menggabungkan
beberapa jenis metode pembelajaran. Metode yang kami pakai adalah metode
ceramah, diskusi, demonstrasi dan praktikum. Dengan metode ceramah maka guru
dapat menjelaskan terlebih dahulu materi yang akan dibahas pada pertemuan
tersebut dan menjelaskan materi secara langsung pada siswa. Kemudian untuk
menambah pengetahuan siswa guru dapat mendemonstrasikan suatu kegiatan yang
berkaitan dengan materi yang disampaikan. Dalam kasus materi yang sekarang
kami ambil ini kegiatan demonstrasi yang kami lakukan adalah membakar kertas
dan melarutkan gula untuk melihat perubahan wujud zat. Selanjutnya agar siswa
dapat mempraktekannya secara langsung maka setelah demonstrasi siswa akan
melakukan praktikum sendiri. Setelah itu siswa dapat mendiskusikan hasil pratikum
bersama temannya untuk kemudian membandingkan hasilnya dengan teori yang
sudah dijelaskan oleh guru sebelumnya.

Model pembelajaran yang kami gunakan yaitu model PBL dan model
discovery. Dengan kedua model pembelajaran ini maka akan membuat siswa
cenderung aktif di kelas, tidak hanya sekedar mendengarkan guru yang ceramah
didepan kelas. PBL (problem based learning) adalah metode pengajaran yang
bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik
belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah dan memperoleh
pengetahuan. Sedangkan model discovery learning adalah memahami konsep, arti.
dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan
proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.

23
Media yang kami gunakan adalah media 3 dimensi dan media visual.
Dengan penggunaan media visual maka akan memudahkan dalam pembelajaran
jika dibandingkan dengan pembelajaran hanya ceramah saja dan dengan
menggunakan media 3 dimensi akan memberikan pengalaman langsung bagi siswa
sehingga ia akan mengingat pelajaran yang didapatkan menjadi lebih lama dan
bahkan tidak akan melupakannya atau dalam istilah pendidikan disebut dengan
belajar bermakna.

Gambar 2.7 Gula Larut dalam Air

24
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada dasarnya pengembangan mata pelajaran di sekolah selalu didasarkan


pada panduan yang telah dibuat oleh pemerintah yaitu berupa silabus. Silabus
merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema
tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.

Kedalaman materi merupakan gambaran sejauh mana suatu konsep pada


materi tertentu itu dibahas dan dikembangkan. Biasanya tingkat kedalaman materi
untuk tingkatan pendidikan yang semakin tinggi maka akan semakin tinggi pula.
Pada siswa dengan tingkatan pendidikan yang masih rendah seperti SD, mereka
hanya diajarkan materi pokoknya dan dalam wujud yang konkrit atau nyata dlam
kehidupannya. Hal ini dikarenakan daya imajinasi siswa SD dan siswa SMA
ataupun perguruan tinggi tentulah sangat berbeda.

Dalam satu bab pelajaran tidak hanya terdapat 1 konsep saja. Dalam 1 bab
pelajaran di dalamnya memuat sangat banyak konsep-konsep yang bisa dijabarkan
menjadi sangat luas. Biasanya dalam 1 bab akan dibagi menjadi beberapa kali
pertemuan, dimana setiap pertemuan akan membahas konsep yang berbeda dengan
konsep yang sebelumnya namun masih tetap berkaitan. kecuali jikalau sudah berada
dalam bab yang berbeda maka sebagian besar konsep yang ada didalamnya sudah
berbeda. Namun ada juga dalam beberapa bab yang meskipun dalam bab yang
berbeda tetap menggunakan konsep yang sudah dipakai sebelumnya.

3.2 Saran

25
Sebagai calon pendidik hendaknya kita mempelajari dengan sungguh-
sungguh tentang telaah kurikulum agar dapat menjelaskan materi di depan kelas
kepada anak didik kita nanti dengan baik dan benar.

26
DAFTAR PUSTAKA

Arviansyah, dkk. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry Disertai


LKS Audioisual Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa Di SMP.
Jurnal Pembelajaran Fisika. Vol.4 No.4, hal 308 – 314.
Fathurohman. Analisis Buku Siswa Mata Pelajaran IPA Kelas VIII SMP/MTs
Berdasarkan Kategori Literasi Sains. Jrnal Inovasi dan Pembelajaran
Fisika. ISSN: 2355 – 7109.

Ramlawati, dkk. 2017. Sumber Belajar Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajaran IPA
BAB IV Zat dan Karateristiknya.

Silabus Fisika SMA Kelas X.

Silabus Kimia SMA Kelas X.

Silabus Kimia SMA Kelas XI.

Soenarto, Sunaryo. 2010. Draft Buku Ajar Metodologi Pembelajaran.


Yogyakarta:Fakultas Teknik UNY.

Sungkono. Pengembangan Dan Pemanfaatan Bahan Ajar Modul Dalam Proses


Pembelajaran.

Sutedjo. Pemngembangan Bahan Ajar Media. Hal 1-55.

Wahodo. 2017. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VII.


Jakarta:Kemendikbud.

Wahyuni, Sri. 2015. Pengembangan Bahan Ajar IPA Untuk Meningkatkan


Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Prosiding Seminar Nasional Fisika
dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6. Vol. 6, No. 1, ISSN :2302-7827.

27

Anda mungkin juga menyukai