Anda di halaman 1dari 22

DOSEN

Dosen adalah pendidik profesional dan atau ilmuan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian keda masyarakat.

Status dosen dibedakan menjadi dua:


1. Dosen tetap universitas yang terdiri atas pegawa negeri sipil dan pegawai universitas
mengikuti peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
2. Dosen tidak tetap, yaitu dosen yang bekerja untuk dan terikat dalam hubungan kerja dengan
universitas untuk jangka waktu tertentu.
Dosen harus memenuhi persyaratan:
1. Memiliki kualifikasi akademik sesuai dengan UU Guru dan Dosen serta Peraturan dan
Perundang-undangan yang berlaku;
2. Memiliki kompetensi mengajar dan meneliti;
3. Memperoleh sertifikat pendidik yang pengaturannya ditetapkan oleh Rektor;
4. Memiliki jasmani dan rohani yang sehat untuk menjalankan tugas
Kewajiban Dosen:
1. Merancang proses pembelajaran, termasuk sarana dan prasarana serta evaluasi
pembelajaran;
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran, termasuk evaluasi hasil belajar, sesuai dengan
kalender akademik yang ditetapkan oleh Universitas, dan mengalokasikan waktu untuk
tatap muka dan bimbingan dengan peserta didik;
3. Menilai hasil pembelajaran sesuai dengan standar yang ditetapkan;
4. Senantiasa mempertahankan dan mengembangkan kemampuan profesionalnya sesuai
dengan tuntutan kemajuan;
5. Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif dalam hal agama, suku, ras, jenis kelamin,
golongan, warga negara, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosio-ekonomi terhadap
peserta didik dalam pembelajaran;
6. Berperilaku dan bersikap dapat diteladai oleh peserta didik dan komunitas di lingkungannya
serta masyarakat pada umumnya;
7. Taat melaksanakan nilai-nilai yang berlaku di universitas, etika, nilai-nilai moral, dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
8. Memelihara dan membina hubungan baik dengan sesama sivitas akademika dan anggota
masyarakat lainnya;
9. Memiliki kepekaan terhadap segala permasalahan di masyarakat;
10. Melakukan penelitian untuk kepentingan pengembangan ilmu dan terapannya serta
pengayaan materi pengajaran;
11. Memberikan layanan kepada masyarakat sesuai dengan profesinya;
12. Menghasilkan karya tulis yang bermanfaat bagi masyarakat;
Hak Dosen:
1. Memperoleh imbalan yang layak bagi kehidupan kemanusiaan sebagai dosen;
2. Mendapatkan kesempatan berkembang dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi
kerja;
3. Memperoleh kepastian akan tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
melaksanakan tugas;
4. Mendapatkan akses sumber belajar dan informasi;
5. Dosen berhak atas kebebasan akademik dan otonomi keilmuan;
6. Dosen berhak atas kebebasan dalam memberikan penilaian dan menentukan kelulusan
peserta didik;
7. Dosen berhak atas kebebasan berserikat dalam organisasi profesi/organisasi pofesi
keilmuan;

GURU
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengeva-luasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
Guru yang profesional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan pengabdian tugas-
tugas yang ditandai dengan keahlian, baik dalam materi maupun metode.
Di samping keahliannya, sosok guru profesional ditunjukkan melalui tang-gung
jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru profesio-nal hendaknya mampu
memikul dan melaksanakan tanggung jawabnya seba-gai guru kepada peserta didik, orang tua,
masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya.
Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam
kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan,
selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini menunjukkan bahwa betapa eksisnya peran guru
dalam dunia pendidikan.
Guru menjadi faktor yang menentukan mutu pendidikan karena guru berhadapan
langsung dengan para peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. Di tangan guru, mutu
dan kepribadian peserta didik dibentuk. Karena itu, perlu sosok guru kompeten, bertanggung
jawab, terampil, dan berdedikasi tinggi. Guru adalah kurikulum berjalan. Sebaik apa kurikulum
dan sistem pendidikan yang ada tanpa didukung oleh kemampuan guru, semuanya akan sia-
sia. Guru berkompeten dan bertanggung jawab, utamanya dalam menga-wal perkembangan
peserta didik sampai ke suatu titik maksimal. Tujuan akhir seluruh proses pendampingan guru
adalah tumbuhnya pribadi dewasa yang utuh.
Tugas dan tanggung jawab guru:
1. Wajib mengemukakan pembawaan yang ada pada anak dengan berbagai cara seperti
observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket dan sebagai-nya.
2. Berusaha menolong peserta didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menekankan
pembawaan yang buruk agar tidak berkembang;
3. Memperlihatkan kepada peserta didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan
berbagai keahlian, keterampilan agar mereka memilikinya dengan cepat.
4. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkemba-ngan peserta didik
berjalan dengan baik;
5. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala peserta didik melalui kesuli-tan dalam
mengembangkan potensinya.
Hak dan Kewajiban Guru
Di dalam UU R.I. No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal 14 ayat 1
disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:
1. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimun dan jaminan kesejahteraan
sosial;
2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
3. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual;
4. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;
5. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menjaga
kelancaran tugas keprofesionalan;
6. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan,
penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode
etik guru, dan peraturan perundang-undangan;
7. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas;
8. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;
9. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan;
10. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik
dan kompetensi; dan/atau
11. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
Kewajiban Guru
Di dalam pasal 20 UU R.I. No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa guru
dalam melaksanakan tugasnya mempunyai beberapa kewajiban, yaitu:
1. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta
menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
2. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama,
suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi
peserta didik dalam pembelajaran;
4. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan hukum, dan kode etik guru, serta nilai-
nilai agama dan etika; dan
5. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Kompetensi Guru
Kompetensi Pedagogis
Kompetensi pedagosis adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan (skill) yang berkaitan
dengan interaksi pembelajaran antara guru dan peserta didik dalam kelas. Kompetensi
pedagogis ini meliputi kemampuan guru dalam menjelaskan materi, melaksanakan metode
pembelajaran, memberikan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengelola kelas, dan melak-
sanakan evaluasi.
Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah seperangkat kemampuan dan karakteristik personal yang
memcerminkan realitas sikap dan perilaku guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya dalam
kehidupan sehari-hari. Kompeten-si kepribadian ini melahirkan ciri-ciri guru yaitu, sabar,
tenang, bertanggung jawab, demokratis, ikhlas, cerdas, menghormati orang lain, stabil, ramah,
tegas, berani, kreatif, inisiatif, dan lain-lain.
Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan yang terkait dengan
hubungan atau interaksi dengan orang lain. Artinya, guru harus dituntut memiliki keterampilan
berinteraksi dengan masyarakat, khusus-nya dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan
menyelesaikan problem masyarakat. Dalam realitas masyarakat, guru masih menjadi sosok elit
masyarakat yang dianggap memiliki otoritas moral cukup besar. Salah satu konsekuensi agar
peran itu tetap melekat dalam diri guru adalah guru harus memiliki kemampuan berhubungan
dan berkomunikasi dengan orang lain.
Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah seperangkat kemampuan dan keteram-pilan terhadap
penguasaan materi pelajaran secara mendalam, utuh, dan komprehensif. Guru yang memiliki
kompetensi profe-sional tidak cukup hanya memiliki penguasaan materi secara formal, tetapi
juga harus memiliki kemampuan terhadap materi ilmu lain yang memiliki keterkaitan dengan
pokok bahasan mata pelajaran tertentu.

KONSELOR
Para pakar yang berpandangan fenomenologis (Boy dan Pine,1968) merinci tugas-tugas
konselor sekolah dikaitkan dengan fungsi-fungsi spesialis bimbingan dan konseling
profesional dalam bidang pendidikan, yakni fungsi-fungsi: (a) non-profesional yang termasuk
di dalam tugas bimbingan; (b) bimbingan profesional; (c) bimbingan yang diintegrasikan di
dalam konseling; dan (d) fungsi-fungsi konseling.
Fungsi yang pertama, meliputi tugas-tugas administratif, seperti merancang,
merencanakan dan memandu karyawisata siswa dalam kaitannya dengan informasi
jabatan/karir, pembuatan laporan kepada orang tua siswa, dan sebagainya. Kemudian, tugas-
tugas pengajaran, tutorial, pengawasan dan pengajaran remedial; disiplin siswa; tugas-tugas
klerikal; mencek kehadiran siswa; dan merancang program akademik atau merancang jadwal
sekolah.
Fungsi yang kedua, mencakup: penyediaan informasi bagi siswa yang berkaitan dengan
kebutuhan mereka akan pendidikan, jabatan, dan data sosial-pribadi; bantuan dalam
penyelenggaraan layanan testing untuk mengungkap minat, kemampuan, prestasi belajar dan
penyesuaian diri siswa; bantuan penempatan dan pengelompokan siswa di dalam situasi belajar
yang menguntungkan secara maksimal; konsultasi sekolah serta penyelenggaraan layanan
kemasyarakatan bagi siswa; menyediakan program-program pelatihan dalam jabatan bagi para
guru, administrator, dan personal lain mengenai filsafat dan teknik-teknik bimbingan;
memperkenalkan siswa kepada layanan bimbingan sebagai program yang berkesinambungan;
dan memandu penelitian untuk mengukur keefektifan layanan bimbingan.
Fungsi yang ketiga, meliputi: penyediaan layanan informasional sebagai bagian dari
hubungan konseling manakala diminta oleh klien; penyediaan layanan testing sebagai bagian
hubungan konseling; mamandu penelitian yang dirancang untuk mengukur keefektifan
konseling; dan memandu suatu program pengenalan konseling yang berkesinambungan.
Fungsi yang keempat, konselor melakukan konseling yang profesional dengan individu
atau kelompok siswa, yang memiliki permasalahan kesulitan belajar; menyediakan atau
menciptakan suasana yang memungkinkan siswa dapat menanggulangi permasalahannya
secara terbuka dan efektif; dengan begitu kemampuan mereka berkembang ke arah
keberhasilan program pengajaran.
Johnson (Boy dan Pine, 1968: 190-193) memandang fungsi konselor sekolah dari dua
model pengembangan, yakni model konselor sekolah yang berkeahlian dalam bidang
bimbingan (guidance specialist) dan spesialis konseling (counselor). Dua model yang
dimaksud Johnson didasarkan atas asumsi, bahwa bimbingan dan konseling adalah dua hal
yang terpisah, akan tetapi saling bergantung di dalam wilayah pendidikan profesional.
Konselor sekolah yang berkeahlian khusus bimbingan, fungsi utamanya lebih
terfokuskan pada perencanaan, pelaksanaan, pengembangan dan penelitian layanan bimbingan
bagi para siswa. Konselor sekolah yang berkeahlian konseling, fungsi utamanya membantu
siswa melalui hubungan konseling. Berbagai aktivitas layanan dan konseling, sama-sama
menjadi kepedulian spesialis bimbingan maupun spesialis konseling (konselor); hanya
pemusatan seluruh tugas itulah yang membedakannya. Tugas-tugas spesialis bimbingan tertuju
pada layanan bimbingan; sedangkan konselor, seluruh tugasnya terpusat pada konseling.
Fungsi-fungsi spesialis bimbingan, antara lain sebagai berikut: (a) memandu
bimbingan kelompok kelas sesuai dengan minat dan kebutuhan informasional populasi siswa;
(b) membantu siswa dalam merencanakan dan mencapai tujuan pendidikan serta jabatan/karir;
(c) menyediakan informasi mengenai beasiswa, kelompok teman, dan bantuan-bantuan; (d)
mengadministrasikan, menskor dan menafsirkan tes standar inteligensi, bakat, minat, prestasi
belajar dan kepribadian bagi para siswa; (e) memimpin guru-guru di dalam rangka pengem-
bangan validitas dan reliabilitas tes mata pelajaran; (f) memandu perancangan penelitian untuk
mengukur efektivitas sejumlah program bimbingan; dan (g) memotivasi siswa untuk
menggunakan informasi dan layanan testing melalui program orientasi kreatif dan
berkesinam-bungan.
Fungsi-fungsi spesialis konseling, antara lain: (a) menyeleng- garakan konseling
profesional dengan menyertakan kelompok- kelompok kecil siswa yang bermasalah serupa,
baik berkaitan dengan diri dan atau lainnya; (b) menyelenggarakan konseling profesional
dengan individu siswa yang mengalami kesulitan; (c) memandu program layanan pemusatan
kelompok bersama guru- guru, administrator, dan orangtua siswa di dalam rangka orientasi
pertimbangan-pertimbangan filsafiah dan empiris yang mempengaruhi kerja konselor; (d)
memandu perancangan penelitian untuk mengukur efektivitas konseling kelompok dan
individual; dan (e) memotivasi siswa untuk mencoba konseling dengan kemauan sendiri,
melalui program yang kreatif dan berkesinambungan.
Brammer dan Shostrom (1982) mengklasifikasikan tiga tingkatan umum konselor
berikut fungsi-fungsinya yang berbeda, pada setiap tingkatan; namun sama-sama berada dalam
jalur pengabdian pendidikan. Ketiga tingkatan yang dimaksud diidentifikasikan atas dasar
perbedaan dalam: (a) pendidikan yang pernah ditempuhnya; (b) kompetensi; dan (c) waktu
konseling yang diselenggarakannya.
Tingkat pertama, adalah konselor kependidikan yang berakar profesional lebih luas
dalam bidang pengajaran dan mungkin bekerja sambilan dalam bidang konseling; atau lebih
banyak sebagai perencana pendidikan. Fungsi konselor tingkat ini, terutama memberikan
layanan informasi dan nasihat, sehingga mereka lebih sering disebut sebagai penasihat
(advisers).
Tingkat kedua, ialah konselor yang berafiliasi profesional terutama di dalam
pendidikan dan secara umum telah menyandang gelar master atau spesialis dalam konseling.
Fungsi konselor pada tingkat ini, adalah menangani permasalahan konseling sekolah secara
luas; terentang dari pemberian informasi sederhana tentang perguruan tinggi (kelanjutan studi),
perencanaan jabatan dan penyesuaian sosial, hingga menangani masalah-masalah yang lebih
menuntut keterlibatan emosional sekaitan dengan kematangan.
Konselor pada tingkat ketiga meliputi psikolog klinis, konselor sekolah atau perguruan
tinggi. Konselor pada tingkat ini, secara umum berpengalaman di dalam posisi-posisi
pendidikan; akan tetapi latar belakang pendidikan profesional mereka terutama bidang
psikologi, kerja sosial psikiatri, dan atau kedokteran.

PAMONG BELAJAR
Berdasrkan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 152 Tahun
2014
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI PAMONG BELAJAR.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Pamong Belajar adalah pendidik dengan tugas utama melakukan kegiatan belajar mengajar,
pengkajian program, dan pengembangan model Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI)
pada Unit Pelaksana Teknis (UPT)/Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan satuan PNFI.
2. Jabatan Fungsional Pamong Belajar adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas,
tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan kegiatan belajar mengajar, pengkajian
program, dan pengembangan model Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI) pada Unit
Pelaksana Teknis (UPT)/Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan satuan PNFI sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
Pasal 2
1 Standar kualifikasi akademik pamong belajar digunakan sebagai pedoman dalam
menentukan kelayakan penugasan pamong belajar.
2 Kualifikasi akademik pamong belajar minimum sarjana (S-1) pendidikan atau diploma
empat (D-IV) dan memiliki sertifikat pendidik dari perguruan tinggi yang terakreditasi.
3 Kelayakan penugasan pamong belajar selain dimaksud pada ayat (1) juga harus lulus
pendidikan dan pelatihan jabatan fungsional pamong belajar.
Pasal 3
1 Standar kompetensi pamong belajar digunakan sebagai pedoman penilaian kemampuan
pamong belajar sebagai agen pembelajaran.
2 Standar kompetensi pamong belajar dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogi,
kepribadian, sosial, dan professional.
3 Standar kompetensi pamong belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup rumusan
kompetensi dan sub kompetensi sebagaimana tercantum pada lampiran Peraturan Menteri ini.

WIDYAISWARA
Widyaiswara adalah PNS yang diangkat sebagai pejabat fungsional dengan tugas,
tanggung jawab, wewenang, hak untuk melakukan kegiatan Dikjartih PNS, Evaluasi dan
Pengembangan Diklat pada Lembaga Diklat Pemerintah.
1. Pejabat yang berwenang mengangkat
a. Presiden untuk pengangkatan Widyaiswara Utama;
b. Sekretaris Jenderal a.n. Menteri Kelautan dan Perikanan untuk pengangkatan Widyaiswara
Madya;
c. Kepala Biro Kepegawaian a.n. Menteri Kelautan dan Perikanan untuk pengangkatan
Widyaiswara Madya; dan
d. Kepala Bagian Jabatan Fungsional a.n. Menteri Kelautan dan Perikanan untuk pengangkatan
Widyaiswara Pertama.
2. Persyaratan
PNS yang diangkat pertama kali dalam jabatan Widyaiswara harus memenuhi
syaratsyarat sebagai berikut:
a. Berijazah paling rendah Magister (S2) dari perguruan tinggi yang terakreditasi;
b. Menduduki pangkat paling rendah Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b;
c. Berusia paling tinggi 50 (lima puluh) tahun pada saat SK pengangkatan sebagai Widyaiswara
ditetapkan;
d. Memiliki pengalaman di bidang Dikjartih selama paling kurang 2 (dua) tahun;
e. Telah mengikuti dan lulus Diklat Calon Widyaiswara;
f. Telah mendapat rekomendasi pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Widyaiswara dan
rekomendasi PAK Awal dari Instansi Pembina;
g. Penilaian prestasi kerja paling rendah bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir; dan
h. Tersedia formasi Jabatan Fungsional Widyaiswara.
Pembebasan Sementara, Pengankatan Kembali, Dan Pemberhentian
1. Pembebasan Sementara
Widyaiswara dibebaskan sementara dari jabatannya apabila:
a. Diberhentikan sementara sebagai PNS;
b. Ditugaskan secara penuh di luar jabatan Widyaiswara;
c. Menjalani cuti di luar tanggungan negara, kecuali untuk persalinan keempat dan seterusnya;
atau
d. Tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan.
2. Pengangkatan Kembali
a. Widyaiswara yang telah diangkat kembali menjadi PNS dapat diangkat kembali dalam
jabatan Widyaiswara;
b. Widyaiswara yang dibebaskan sementara karena ditugaskan secara penuh di luar Jabatan
Fungsional Widyaiswara dapat diangkat kembali apabila berusia paling tinggi 56 (lima puluh
enam) bagi Widyaiswara Ahli Muda dan Widyaiswara Ahli Pertama dan berusia 58 (lima puluh
delapan) tahun bagi Widyaiswara Ahli Madya dan Widyaiswara Ahli Utama;
c. Widyaiswara yang telah selasai menjalani cuti di luar tanggungan Negara dapat diangkat
kembali dalam jabatan Widyaiswara;
d. Widyaiswara yang telah selasai menjalani tuga belajar dapat diangkat kembali dalam
jabatan Widyaiswara;
e. Pengangkatan kembali dalam jabatan Widyaiswara dengan menggunakan angka kredit
terakhir yang dimiliki dan dapat ditambah angka kredit dari tugas pokok Widyaiswara yang
diperoleh selama pembebasan sementara.
3. Pemberhentian
Widyaiswara diberhentikan dari jabatan fungsionalnya apabila dijatuhi hukuman
disiplin tingkat dan telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, kecuali hukuman disiplin
berat berupa penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun dan pemindahan
dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah.

TUTOR
Tutorial merupakan bantuan belajar dalam upaya memicu dan memacu kemandirian,
disiplin, dan inisiatif diri siswa dalam belajar dengan minimalisasi intervensi dari pihak
pembelajar yang dikenal sebagai Tutor.
Tutor sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran orang dewasa. Tutor memasuki kelas
dengan bekal sejumlah pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan dan pengalaman ini
seharusnya melebihi dari yang dimiliki oleh peserta.
Tutor berfungsi untuk:
1. membangkitkan minat siswa terhadap materi yang sedang dibahas.
2. menguji pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
3. memancing siswa agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan tutorial.
4. mendiagnosis kelemahan-kelemahan siswa, dan
5. menuntun siswa untuk dapat menjawab masalah yang sedang dihadapi.
Tutor perlu menguasai secara terampil sejumlah keterampilan dasar tutorial, yakni:
1) membuka dan menutup tutorial
2) bertanya lanjut
3) memberi penguatan
4) mengadakan variasi
5) menjelaskan
6) memimpin diskusi kelompok kecil
7) mengelola kelas; dan
8) mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Tugas utama tutor adalah memberikan bantuan atau bimbingan belajar yang bersifat
akademik kepada siswa untuk kelancaran proses belajar mandiri mahasiswa secara
perorangan atau kelompok berkaitan dengan materi ajar.
Sedangkan peran utama tutor dalam tutorial adalah: (1) “pemicu” dan “pemacu”
kemandirian belajar siswa, berpikir dan berdiskusi; dan (2) “pembimbing, fasilitator, dan
mediator” siswa dalam membangun pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan akademik dan
profesional secara mandiri, dan/atau dalam menghadapi atau memecahkan masalah-masalah
dalam belajar mandirinya; memberikan bimbingan dan panduan agar siswa secara mandiri
memahami materi; memberikan umpan balik kepada siswa secara tatap muka atau melalui
alat komunikasi; memberikan dukungan dan bimbingan, termasuk memotivasi dan membantu
siswa mengembangkan keterampilan belajarnya.
Tutor sebagai pemegang peranan penting dalam kegiatan pembelajaran pendidikan
nonformal dituntut untuk memiliki kompetensi sebagai seorang pendidik. Profesionalisme
pendidik berkaitan dengan kompetensi-kompetensi yang dilaksanakan dalam melaksanakan
dan menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik. Sesuai dengan UU No.14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen dapat disebutkan bahwa ciri-ciri guru profesional yaitu memiliki
kompetensi pendagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesi, dan kompetensi sosial.
Selain itu, sebagai pendidik juga memiliki peran sebagai fasilitator, pendamping dan sumber
belajar peserta didiknya.
Tutor hendaknya membuat kesepakatan kegiatan pembelajaran bersama dengan peserta
didik sehingga kebutuhan peserta didik dapat tercapai. Siswanto (2013:117) menyatakan
bahwa peran guru, pelatih, instruktur, tutor adalah membimbing, menunjukkan cara atau jalan
demi tercapainya tujuan pembelajaran. Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa tidak
semua tutor mampu memberikan layanan pembelajaran yang baik. Tutor menurut Trianto
(2007:65) hanya menekankan penguasaan sejumlah konsep dalam kegiatan pembelajaran.
Tutor sebagai fasilitator berarti tutor membantu peserta didik mengakses semua sumber
belajar, bukan menjadi satu-satunya sumber belajar. Selain itu, sebagai fasilitator juga
memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar, misalnya saja dengan
menciptakan kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan peserta
didik, sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif. Hal ini akan
bergayut dengan semboyan “Tut Wuri Handayani”.
INSTRUKTUR
1. Instruktur adalah PNS yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang, dan hak secara penuh
oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan pelatihan dan pembelajaran kepada
peserta pelatihan di bidang atau kejuruan tertentu.
2. Instruktur Terampil, adalah Instruktur yang mempunyai kualifikasi teknis yang pelaksanaan
tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan teknis dan prosedur kerja di bidang pelatihan
dan pembelajaran kejuruan tertentu.
3. Instruktur Ahli, adalah Instruktur yang mempunyai kualifikasi profesional yang pelaksanaan
tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan ilmu pengetahuan.metodologi, dan teknik
analisis di bidang pelatihan dan pembelajaran kejuruan tertentu.
TUGAS POKOK, UNSUR DAN SUB UNSUR KEGIATAN
1. Tugas Pokok
Tugas pokok Instruktur adalah melaksanakan kegiatan pelatihan dan pembelajaran
serta pengembangan pelatihan.
2. Unsur dan Sub Unsur Kegiatan
a. Pendidikan, meliputi : 1) Pendidikan sekolah dan memperoleh ijazah/gelar; 2) Pendidikan
dan pelatihan fungsional Instruktur serta memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan
Pelatihan (STTPP).
b. Pelaksanaan pelatihan, meliputi : 1) Penyusunan rencana pelatihan; 2) Pembuatan perangkat
pelatihan; 3) Pengajaran dan pelatihan; 4) Pemberian pelayanan pelatihan; 5) Pelaksanaan
evaluasidan pelaporan pelaksanaan kegiatan pelatihan; 6) Perencanaan pelaksanaan uji
kompetensi kerja; 7) Pelaksanaan uji kompetensi kerja, dan; 8) Pelaksanaan kegiatan evaluasi
dan pelaporan pelaksanaan uji kompetensi kerja.
c. Pengembangan pelatihan, meliputi : 1) Pengembangan program pelatihan; 2) Pembinaan dan
pengembangan sistem pelatihan; 3) Pengembangan standar kompetensi kerja.
d. Pengembangan profesi, meliputi: 1) Pembuatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pelatihan
& pembelajaran; 2) Pengembangan sistem,strategi atau metoda pelatihan & pembelajaran; 3)
Penerjemahan/penyaduran buku atau karya ilmiah di bidang pelatihan dan pembelajaran
e. Pendukung kegiatan Instruktur.meliputi: 1) Mengajar/melatih di luar tugas pokok; 2)
Berperan serta dalam seminar/lokakarya/konferensi; 3) Menjadi anggota dalam organisasi
profesi; 4) Menjadi anggota dalam Tim Penilai Jabatan Fungsional Instruktur; 5) Memperoleh
piagam penghargaan/kehormatan; 6) Memperoleh gelar kesarjanaan lain.

Rincian kegiatan Instruktur terampil meliputi:


a. Instruktur Pelaksana, melakukan kegiatan:
1. menyusun satuan pokok bahasan pelatihan dalam 1 (satu) paket sesuai dengan
kewenangannya;
2. menyusun daftar kebutuhan fasilitas pelatihan dalam 1 (satu) paket untuk Tingkat dasar;
3. menyusun daftar kebutuhan bahan pelatihan dalam 1 (satu) paket untuk Tingkat dasar;
4. membuat jobsheet mata pelatihan sesuai dengan kewenangannya;
5. membuat media atau alat peraga pelatihan 2 (dua) dimensi;
6. Mengajar pada pelatihan Tingkat dasar dengan: a) peserta pencari kerja Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas ke bawah; b) peserta pekerja pada level pelaksana/ produksi; dan c) Peserta
Rehabilitasi.
7. Melatih pada pelatihan Tingkat dasar dengan: a) peserta pencari kerja Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas ke bawah; b) peserta pekerja pada level pelaksana/ produksi; dan c) Peserta
Rehabilitasi.
8. merawat peralatan pelatihan;
9. memperbaiki kerusakan ringan peralatan pelatihan;
10. mengevaluasi kemajuan peserta pelatihan sesuai dengan kewenangannya; dan
11. mempersiapkan bahan dan peralatan uji kompetensi kerja untuk bahan yang sudah siap
pakai.

b. Instruktur Pelaksana Lanjutan, melakukan kegiatan:


1. menyusun satuan pokok bahasan pelatihan dalam 1 (satu) paket sesuai dengan
kewenangannya;
2. menyusun daftar kebutuhan fasilitas pelatihan dalam 1 (satu) paket untuk Tingkat menengah;
3. menyusun daftar kebutuhan bahan pelatihan dalam 1 (satu) paket untuk Tingkat menengah;
4. membuat jobsheet mata pelatihan sesuai dengan kewenangannya;
5. membuat media atau alat peraga pelatihan 3 (tiga) dimensi;
6. Mengajar pada pelatihan Tingkat dasar dengan: a) peserta pekerja pada level teknisi/
penyelia; b) Instruktur pada level/Tingkat terampil; dan c) Peserta Rehabilitasi.
7. Mengajar pada pelatihan Tingkat menengah dengan: a) peserta pencari kerja Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas ke bawah; b) peserta pekerja pada level pelaksana/ produksi; dan c)
Peserta Rehabilitasi.
8. Melatih pada pelatihan Tingkat dasar dengan: a) peserta pencari kerja sarjana/diploma/
akademi; b) peserta pekerja pada level teknisi/ penyelia; c) Instruktur pada level/kategori
terampil; dan d) Peserta Rehabilitasi.
9. Melatih pada pelatihan Tingkat menengah dengan: a) peserta pencari kerja Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas ke bawah; b) peserta pekerja pada level pelaksana/ produksi; dan c) Peserta
Rehabilitasi.
10. mengevaluasi kemajuan peserta pelatihan sesuai dengan kewenangannya;
11. mempersiapkan bahan dan peralatan uji kompetensi kerja untuk bahan yang masih
memerlukan proses; dan
12. menyusun program pelatihan Tingkat dasar bagi pencari kerja.

c. Instruktur Penyelia melakukan kegiatan:


1. menyusun rencana pelatihan setiap mata pelatihan dalam 1 (satu) paket untuk Tingkat dasar;
2. menyusun satuan pokok bahasan pelatihan dalam 1 (satu) paket sesuai dengan
kewenangannya;
3. menyusun daftar kebutuhan fasilitas pelatihan dalam satu paket untuk Tingkat atas/lanjutan;
4. menyusun daftar kebutuhan bahan pelatihan dalam 1 (satu) paket untuk Tingkat
atas/lanjutan;
5. membuat jobsheet mata pelatihan sesuai dengan kewenangannya;
6. menyusun modul pelatihan untuk Tingkat dasar;
7. membuat media atau alat peraga pelatihan multi media (audio visual aid);
8. Mengajar pada pelatihan Tingkat dasar dengan peserta dari pekerja pada level manajemen;
9. Mengajar pada pelatihan Tingkat menengah dengan: a) peserta pekerja pada level teknisi/
penyelia; b) Instruktur pada level/kategori terampil; dan c) Peserta Rehabilitasi.
10. Mengajar pada pelatihan Tingkat atas/ lanjutan dengan peserta pekerja pada level
pelaksana/produksi;
11. Melatih pada pelatihan Tingkat dasar dengan peserta pekerja pada level manajemen;
12. Melatih pada pelatihan Tingkat menengah dengan: a) peserta pekerja pada level teknisi/
penyelia; b) Instruktur pada level/kategori terampil; dan c) Peserta Rehabilitasi.
13. Melatih pada pelatihan Tingkat atas/lanjutan dengan peserta pekerja pada level
pelaksana/produksi;
14. memberikan penyuluhan produktivitas dengan peserta dari unsur masyarakat;
15. mengevaluasi kemajuan peserta pelatihan sesuai dengan kewenangannya;
16. melakukan uji kompetensi kerja (assessment) bagi tenaga kerja Tingkat dasar: a) kejuruan
teknik; dan b) kejuruan nonteknik.
17. membuat laporan hasil pelaksanaan setiap uji kompetensi dasar;
18. menyusun program pelatihan Tingkat dasar bagi pekerja; dan
19. menyusun program pelatihan Tingkat menengah bagi pencari kerja.

Rincian kegiatan Jabatan Fungsional Instruktur Tingkat ahli:


a. Instruktur Pertama melakukan kegiatan:
1. menyusun rencana pelatihan setiap mata pelatihan dalam 1 (satu) paket untuk Tingkat
menengah;
2. menyusun satuan pokok bahasan pelatihan dalam 1 (satu) paket sesuai dengan
kewenangannya;
3. menyusun rencana penyuluhan;
4. membuat jobsheet mata pelatihan sesuai dengan kewenangannya;
5. menyusun modul pelatihan untuk pelatihan Tingkat menengah;
6. Mengajar pada pelatihan Tingkat dasar dengan: a) peserta pencari kerja sarjana/diploma/
akademi; b) Instruktur pada level/kategori ahli; dan c) Peserta Rehabilitasi.
7. Mengajar pada pelatihan Tingkat menengah dengan: a) peserta pencari kerja
sarjana/diploma/ akademi; b) peserta pekerja pada level manajemen; dan c) Peserta
Rehabilitasi.
8. Mengajar pada pelatihan Tingkat atas/lanjutan dengan: a) peserta pencari kerja Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas ke bawah; b) peserta pekerja pada level teknisi/ penyelia; dan c) Peserta
Rehabilitasi.
9. Melatih pada pelatihan Tingkat dasar dengan peserta Instruktur pada level/kategori ahli;
10. Melatih pada pelatihan Tingkat menengah dengan: a) peserta pencari kerja
sarjana/diploma/ akademi; b) peserta pekerja pada level manajemen; dan c) Peserta
Rehabilitasi.
11. Melatih pada pelatihan Tingkat atas/lanjutan dengan: a) peserta pencari kerja Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas ke bawah; b) peserta pekerja pada level teknisi/ penyelia; dan c) Peserta
Rehabilitasi.
12. memberikan penyuluhan produktivitas dengan peserta dari unsur perusahaan;
13. memberikan pelatihan produktivitas dengan peserta dari unsur masyarakat;
14. melakukan pengukuran produktivitas: a) Tingkat/lingkup sektoral; b) Tingkat perusahaan
pada perusahaan berskala kecil; dan c) Tingkat perorangan dengan focus sasaran tenaga
operator/pelaksana.
15. mengevaluasi kemajuan peserta sesuai dengan kewenangannya;
16. mengevaluasi laporan pelaksanaan pelatihan;
17. menyusun materi uji kompetensi Tingkat dasar;
18. melakukan uji kompetensi (assessment) bagi tenaga kerja Tingkat menengah: a) kejuruan
teknik; dan b) kejuruan nonteknik.
19. menyelia pelaksanaan uji kompetensi Tingkat dasar;
20. melakukan evaluasi terhadap setiap pelaksanaan uji kompetensi Tingkat dasar;
21. membuat laporan hasil pelaksanaan setiap uji kompetensi Tingkat menengah;
22. mengkaji pelaksanaan uji kompetensi kerja Tingkat dasar;
23. melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan;
24. menyusun program pelatihan Tingkat: a) dasar bagi instruktur; b) Tingkat menengah bagi
pekerja; dan c) Tingkat atas/lanjutan bagi pencari kerja.
25. mengembangkan standar kompetensi kerja untuk tenaga kerja Tingkat dasar.

b. Instruktur Muda melakukan kegiatan:


1. menyusun rencana pelatihan setiap mata pelatihan dalam 1 (satu) paket untuk Tingkat
atas/lanjutan;
2. menyusun satuan pokok bahasan pelatihan dalam 1 (satu) paket sesuai dengan
kewenangannya;
3. menyusun rencana pengukuran produktivitas;
4. menyusun rencana pelayanan dan konsultasi;
5. menyusun rencana uji kompetensi;
6. membuat jobsheet mata pelatihan sesuai dengan kewenangannya;
7. menyusun modul pelatihan untuk pelatihan Tingkat atas/lanjutan;
8. menyusun materi penyuluhan atau pengukuran produktivitas;
9. mengajar pada pelatihan Tingkat menengah dengan peserta Instruktur pada level/ kategori
ahli;
10. mengajar pada pelatihan Tingkat atas/lanjutan dengan: a) peserta pencari kerja sarjana/
diploma/akademi; b) peserta pekerja pada level manajemen; c) Instruktur pada level/kategori
terampil; dan d) Peserta Rehabilitasi.
11. melatih pada pelatihan Tingkat menengah dengan peserta Instruktur pada level/ kategori
ahli;
12. Melatih pada pelatihan Tingkat atas/lanjutan dengan: a) peserta pencari kerja sarjana/
diploma/akademi; b) peserta pekerja pada level manajemen; c) Instruktur pada level/kategori
terampil; dan d) Peserta Rehabilitasi.
13. memberikan pelatihan produktivitas dengan peserta dari unsur perusahaan;
14. memberikan konsultasi produktivitas dengan peserta dari unsur masyarakat;
15. melakukan pengukuran produktivitas: a) Tingkat/lingkup regional; b) Tingkat perusahaan
pada perusahaan berskala menengah; dan c) Tingkat perorangan dengan focus sasaran tenaga
teknisi/penyelia.
16. mengevaluasi kemajuan peserta sesuai dengan kewenangannya;
17. mengevaluasi pelaksanaan pelayanan teknis pelatihan produktivitas;
18. mengevaluasi pelaksanaan program pelatihan;
19. menyusun materi uji kompetensi Tingkat menengah;
20. melakukan uji kompetensi kerja (assessment) bagi: a) tenaga kerja Tingkat atas/lanjutan
kejuruan teknik; b) tenaga kerja Tingkat atas/lanjutan kejuruan nonteknik; c) Instruktur
kategori terampil kejuruan teknik; dan d) Instruktur kategori terampil kejuruan nonteknik.
21. menyelia pelaksanaan uji kompetensi kerja: a) Tingkat menengah; dan b) Instruktur
Tingkat terampil.
22. melakukan evaluasi terhadap setiap pelaksanaan uji kompetensi Tingkat menengah;
23. membuat laporan hasil pelaksanaan setiap uji kompetensi kerja Tingkat atas/lanjutan;
24. mengkaji pelaksanaan uji kompetensi kerja Tingkat menengah;
25. merumuskan kebutuhan pelatihan;
26. menyusun program pelatihan Tingkat atas/ lanjutan bagi Instruktur;
27. menyusun program pelatihan Tingkat atas/ lanjutan bagi pekerja;
28. menyusun program peningkatan produktivitas bagi masyarakat;
29. menyusun sistem informasi pelatihan yang bersifat penyempurnaan; dan
30. mengembangkan standar kompetensi kerja untuk tenaga kerja Tingkat menengah.

c. Instruktur Madya melakukan kegiatan:


1. menyusun satuan pokok bahasan pelatihan dalam 1 (satu) paket sesuai dengan
kewenangannya;
2. menyusun rencana pengembangan pelatihan;
3. membuat jobsheet mata pelatihan sesuai dengan kewenangannya;
4. mengajar pada pelatihan Tingkat atas/lanjutan dengan peserta Instruktur pada level/ kategori
ahli;
5. Melatih pada pelatihan Tingkat atas/lanjutan dengan peserta Instruktur pada level/ kategori
ahli;
6. memberikan konsultasi produktivitas dengan peserta dari unsur perusahaan;
7. melakukan pengukuran produktivitas Tingkat/lingkup nasional;
8. melakukan pengukuran produktivitas Tingkat perusahaan pada perusahaan berskala besar;
9. melakukan pengukuran produktivitas Tingkat perorangan dengan fokus sasaran manajer;
10. mengevaluasi kemajuan peserta sesuai dengan kewenangannya;
11. menganalisis dan mengkaji laporan pelaksanaan pelatihan;
12. menyusun materi uji kompetensi kerja Tingkat atas/lanjutan;
13. melakukan uji kompetensi kerja (assessment) bagi: a) Instruktur Ahli kejuruan teknik; dan
b) Instruktur Ahli kejuruan nonteknik.
14. menyelia pelaksanaan uji kompetensi kerja: a) Tingkat atas/lanjutan; dan b) Instruktur
Ahli.
15. melakukan evaluasi terhadap setiap pelaksanaan uji kompetensi Tingkat atas/ lanjutan;
16. mengkaji pelaksanaan uji kompetensi Tingkat atas/lanjutan;
17. menyusun program pelatihan Tingkat atas/ lanjutan bagi Instruktur;
18. menyusun program peningkatan produktivitas bagi perusahaan;
19. menelaah dan mengevaluasi sistem pelatihan yang berlaku;
20. menyusun sistem informasi pelatihan yang bersifat pembaharuan atau inovasi; dan
21. mengembangkan standar kompetensi kerja untuk tenaga kerja Tingkat atas/lanjutan. (3)
Dalam hal Instruktur Terampil dan Instruktur Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) melaksanakan kegiatan pengembangan profesi dan penunjang kegiatan Instruktur,
diberikan Angka Kredit. (4) Ketentuan mengenai Angka Kredit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.

FASILITATOR
Secara sederhana yang dimaksud dengan fasilitator adalah kemampuan guru secara
perorangan maupun kelompok (tim kerja/team work) yang membantu sekelompok orang
lainnya (siswa) memahami dan membantu untuk mencapai tujuan tertentu. Fasilitator lebih
mengarah pada makna untuk mempermudah dan sebgai orang yang menawarkan atau
menyediakan peluang pembelajaran (Agung, 2017: 109).

Pada kehidupan sehari-hari di tempat-tempat kerja fasilitator senantiasa mejadikan


sesuatu hal semakin mudah dengan cara menggunakan serangkaian teknik dan metode untuk
mendorong orang memberikan yang terbaik pada waktu mereka bekerja dan berinteraksi untuk
mencapai hasil. Secara umum, fasilitaor diminta membantu orang untuk mengambil keputusan
dan mencapai hasil pada suatu pertemuan, sesi pengembangan tim, pemecahan masalah secara
berkelompok, dan kegiatan pelatihan.
Fasilitasi dapat dijelaskan dengan banyak cara . Beberapa definisi yang sering dipakai
dadalah sebagai berikut:

1. Fasilitasi adalah memungkinkan atau menjadikan lebih mudah.

2. Fasilitasi adalah mendorong masyarakat membantu dirinya dengan cara hadir bersama
mereka , mendengarkan mereka, dan menanggapi kebutuhan mereka.

3. fasilitasi adalah mendukung individu, kelompok atau organisasi melalui proses-proses


partisipasi.

Bagaimana fasilitasi yang baik mendukung proses berbagi yang efektif dalam kelompok ?

Pada umumnya, gagasan dan pengalaman yang diungkapkan dalam pertemuan hanya
beberapa yang memperoleh perhatian. Sisanya akan terabaikan , Mengapa hal ini bisa terjadi ?
Prisipnya begini, sebuah gagasan yang dingkapkan secara sederhana dan menarik akan
ditanggapi secara lebih serius oleh lebih banyak orang. Sedangkan sebuah gagasan yang
dinyatakan dengan tidak jelas atau menyinggung perasaan beberapa pihak akan sulit ditangkap
atau diterima orang lain.

Dalam kebanyakan kelompok, orang biasanya ingin sekali menyampiakan pendapat,


menceritakan gagasan, mendengarkan pengalaman orang lain dan mencari gagasan-gagasan
baru yang menarik. Tetapi perbedaan kelas dan status sosial di dalam masyarakat akan
menyebabkan proses tersebut tidak berjalan mulus. Misalnya, masyarakat desa lebih
memperhatikan apa yang dikatakan kepala desa dari pada seorang perempuan muda dari kota.

Dengan teknik-teknik fasilitasi yang baik, seorang fasilitator dapat menjadi pendukung
yang kuat bagi kelompok-kelompok macam begini. Seorang fasilitator dapat :

1. Menyederhanakan apa yang dikatakan seseorang yang berbicara berulang-ulang sehingga


membentu orang berpikir lebih focus (paraphrase).

2. membantu mereka yang bicaranya terpatah-patah dengan cara mengajak mereka


megungkapkan secara perlahan atau probing (menggalai lebih dalam)

3. mengulang kembali gagasan yang dilontarkan peserta yang pemalu supaya mendapat
perhatian dari semua orang ( mirroring), dan
4. Menangani interupsi dengan tegas dan hormat, dengan meyakinkan orang yang interupsi
bahwa fasilitator akan mengangkat isu yang diangkat setelah selesai diskusi.

PERAN FASILITATOR

1. Kekuatan Seorang Fasilitator yang Baik

Karakter utama seorang fasilitator yang baik adalah ia bersikap netral pada substansi
(content neutral). Konten netral berarti ia tidak mengambil posisi pada isu yang sedang
dibicarakan dan ia tidak memiliki kepentingan pda hasil yang dicapai pada proses diskusi
tersebut

Peran utama seorang fasilitator adalah menjadi pemandu proses (process guide). Ia
selalu mencoba proses yang terbuka, inklusif, dan adil sehingga setiap individu berpartisipasi
secara seimbang dan membangun situasi dan kondisi yang nyaman dan aman supaya semua
pihak bisa secara sungguh-sungguh berpartisipasi.

2. Tujuan dan Tantangan menjadi Conten Neutral

Mengapa penting menjadi content neutral ? Jika anda memfasilitasi hendaknya tidak
memberikan nasehat khususnya jika tidak benar-benar diminta. Bahkan bila dimintapun , anda
jangan sering-sering membantu/ bahkan tidak diperkenankan membantu. Memberikan nasehat
berarti anda memberitahu kelompok apa yang menurut anda sebaiknya mereka lakukan (aatau
tidak). Ketika memberikan nasehat, anda dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi anda, dan ada
kesan bahwa apa yang anda sampaikan adalah lebih baik daripada pikiran kelompok. Dengan
memberikan nasehat bersrti anda mengabaikan keragaman pendapat dalam kelompok.
Keputusan yang diambil kelompok selalu berbeda-beda karena pengalaman anggota kelompok
selalu berbeda-beda.

Apa tantangan menjadi content neutral ? Apa yang anda lakukan saat anda diminta
memberikan nasehat sebagai seorang fasilitator ? Anda dapat menggunakan beberapa contoh
tanggapan atau pertanyaan tidak langsung yang dinarasikan berikut ini:

- Apa ada pilihan-pilihan lain atau alternative yang bisa anda pikirkan ?

- Apa keuntungan dan kelemahan pilihan-pilihan ini menurut pendapat anda ?

- Saya menyarankan anda mencoba menjawab pertanyaan itu sendiri ?


- Apakah ada anggota kelompok yang ingin memberikan usulan ?

- Apakah ada meminta opini saya ?

3. Tujuan dan Tantangan Menjadi Pemandu Proses ( Process Guide)

Mengapa peran sebagai pemandu proses penting ? Kebanyakan kelompok memiliki


kecenderungan focus pada substansi dan hasil, karena itu mereka mau berkumpul. Tetapi, jika
pertemuan yang diadakan tidak rutin, maka sering kali hasil yang diinginkan tidak tercapai.
Banyak kelompok tidak menyadari ataupun menyadari pentingnya proses. Mereka tidak tahu
bagaimana cara memandu proses atau mereka tidak berada pada posisi untuk melakukan itu.
Fasilitator, karena ia bersikap content neutral, memiliki posisi sebagai pengelola proses. Dalam
melakukan fasilitasi dibutuhkan juga seni memobilisasi kekuatan suatu kelompok untuk
mencapai tujuan bersama.

Apa tantangan menjadi pemandu proses ?

Terkadang kebanyakan kelompok yang anda fasilitasi memiliki pandangan berbeda


tentang peran atau pekerjaan sebagai fasilitator. Untuk itu pada saat diminta membatu
kelompok tersebut , anda perlu melakukan beberapa hal berikut:

- Memastikan adanya kejelasan harapan anggota kelompok atas peran anda.

- Menciptakan pemahaman bersama tentang peran seorang fasilitator.

- Memberi penjelasan tentang peran anda sebagai fasilitator.

Peran Penting Lainnya

Selain berperan sebagai pemandu proses, Fasilitator memiliki peran penting lainnya
sebagai Tool Giver atau pemberi alat Bantu. Untuk memudahkan sebuah proses mencapai
tujuannya, fasilitator bica menciptakan atau membuat alat-alat Bantu sederhana agar proses
dialaog atau diskusi menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Biasanya alat-alat Bantu itu berupa
pertanyaan-pertanyaan kunci yang sederhana dan bisa membantu peserta mulai saling
berdialog dan berdiskusi.

Selain sebagai pemberi alat bantu, peran fasilitator juga sebagai Process Educator. Pada
kehidupan sehari-hari orang senantiasa mengejar tuannya masing-masing. Pada gilirannya
seringkali para penyewa tenaga fasilitator lebih suka membicarakan hasil sebuah pertemuan
daripada membicarakan sebuah prosesnya. Untuk peran penting fasilitator adalah berdakwah
tentang proses. Mengapa ?, karena sistem pendidikan yang kita anut lebih cenderung
mengajarkan tentang hasil. Sebagi contoh, 4 X 4 = berapa ??, bukan bagaiman anda cara
menghitung untuk memperoleh angka 16. demikian pula pad proses pertemuan atau lokakarya,
yang penting adalah mendidik para penyewa tenaga fasilitator bagaimana cara mencapai hasil
yang diinginkan dalam suatu pertemuan.

Anda mungkin juga menyukai