Anda di halaman 1dari 15

PEMANASAN GLOBAL (GLOBAL WARMING)

2.1.Pengertian Pemanasan Global (Global warming)


Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu
rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi
telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Model
iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global
akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda
mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas
iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga
2100, pemanasan dan kenaikan muka air lautdiperkirakan akan terus berlanjut selama
lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini
mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

2.2.Penyebab Pemanasan Global (Global warming)


1. Efek Rumah Kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian
besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek. Ketika energi ini tiba
permukaan Bumi, ia berubah menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan
Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari
panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun
sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas
rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang
menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan
kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan
tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga
mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di
bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata
sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya
semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan
menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut
telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.

1
2. Efek Umpan Balik
Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik
yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan
akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan
menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri
merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap
air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah
kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri.
Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia
yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini.
Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke
permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari
atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke
angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya
menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail
tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya
(albedo) oleh es. Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair
dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut,
daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki
kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan
akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah
pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus
yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah
beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan.
Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan
balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia
menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunnya tingkat nutrien pada zona
mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang
merupakan penyerap karbon yang rendah.
3. Variasi Matahari

2
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan
kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam
pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek
rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer
sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer.
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari
mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari Duke University
memperkirakan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50%
peningkatan suhu rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara
tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang
dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas rumah
kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa
efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh.
Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa dengan meningkatkan sensitivitas
iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi
pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuwan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss
menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat “keterangan”
dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi
peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat “keterangannya” selama 30 tahun
terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah
penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara
pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari
output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.

2.3 Mengukur pemanasan global


Data terkini dari Badan Urusan Kelautan dan Atmosfir Amerika Serikat (NOAA),
mengatakan bahwa April 2010 dianggap sebagai yang terpanas dibanding bulan yang
sama di tahun-tahun sebelumnya. Ya, menurut NOAA sebagaimana dilansir Associated
Press dan dikutip Viva, sepanjang abad ke-20 hingga tahun lalu, suhu rata-rata
permukaan Bumi di bulan April adalah 13,7 derajat Celcius. Namun, pada April 2010,
suhu mencapai 14,5 derajat celcius. Ini terbukti usai NOAA meneliti suhu rata-rata
permukaan Bumi berdasarkan kombinasi suhu permukaan darat dan laut. Pusat Data

3
Iklim Nasional NOAA, Senin 17 Mei 2010, juga menyebutkan suhu rata-rata Bumi
mencapai rekor paling tinggi selama periode Januari-April 2010.
Selama periode tersebut, suhu rata-rata adalah 13,3 derajat Celcius. Mongolia,
Rusia bagian timur, sebagian besar wilayah China, Amerika Serikat bagian barat, dan
sebagian Amerika Selatan pada bulan lalu lebih dingin dibanding biasanya, tetapi
sebagian besar wilayah lain di dunia mencapai rekor suhu lebih tinggi dibanding rata-
rata. Wilayah yang memiliki suhu di atas rata-rata antara lain Kanada, Alaska, Amerika
Serikat bagian timur, Australia, Asia Selatan, Afrika bagian utara, dan Rusia bagian
utara.Menurut pakar iklim, pemanasan El Nino di Samudera Pasifik melemah pada
April karena anomali suhu permukaan air laut berkurang. Dan, laporan yang dirilis
Senin kemarin juga menyebutkan bahwa volume es di Kutub Utara selama April lalu
kembali menyusut. Ini merupakan penurunan berturut-turut dalam 11 bulan terakhir.
Saat ini luas dataran es di Kutub Utara tinggal sekitar 14,7 juta kilometer persegi.
Sedangkan wilayah es di Kutub Selatan pada April lalu 0,3 persen di bawah rata-rata
menurut pengukuran selama periode 1979-2000. Laporan ini dirilis karena para
ilmuwan sedang berusaha mengangkat kembali isu pemanasan global.
Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil
akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata
global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada
program penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel
atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai.
Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon
dioksida di atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat.
Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan
konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Para ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat,
tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Temperatur terus
bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu
bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan
suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak
memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini hanya
sedikit dan tidak dapat dipercaya.
Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil
akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur rata-rata

4
global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada
program penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel
atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai.
Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon
dioksida di atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat.
Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan
konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Para ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat,
tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Temperatur terus
bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu
bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan
suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak
memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini hanya
sedikit dan tidak dapat dipercaya.

2.4.Dampak Pemanasan Global (Global warming)


Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan
sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut,
para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global
terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan
kesehatan manusia. Dampak-dampaknya diantaranya :
1. Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian
Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari
daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan
akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-
daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya
lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin
sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa
area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap
dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan
meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan
karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan

5
efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan
membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari
kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan
(lihat siklus air).
Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar
1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah
meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih
sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah
akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan
mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh
kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan
pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi.
Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
2. Peningkatan permukaan laut
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat,
sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan
juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih
memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat
10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi
peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah
pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda,
17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan
bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat
air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana
yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin
mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.Bahkan sedikit kenaikan
tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20
inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-
rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah
dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dariFlorida
Everglades.
Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga
pengukuran temperatur akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan

6
dan kendaraan dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak
1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari
perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat,
terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih
akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-
benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat
selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi
setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling panas.
Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat
0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan
tersebut terutama disebabkan oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah
kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan
meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer
tidak bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode
tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. karbon dioksida akan tetap
berada di atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya
kembali.
Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi
karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-
22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan
iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi
beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan
risiko populasi yang sangat besar.
3. Suhu global cenderung meningkat
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih
banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa
tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan
dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan
pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh.
Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh
dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai

7
reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman
pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4. Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan
global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru
karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia
akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau
selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati.
Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin
juga akan musnah.
5. Dampak sosial dan politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas
juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan danmalnutrisi.
Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya
es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan
bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya
bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat
pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi,defisiensi
mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui
air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne
diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang
(ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim
ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri,
plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adala
organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang
secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang
ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa
berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang
/ kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)

8
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga
berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula
dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan
berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi,
coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
6. Hilangnya Lautan Es
Menurut WWF, bahkan pemanasan global kurang dari 2°C dapat memicu
hilangnya lautan es kutub utara dan pencairan lapisan es di Greenland . Efek timbal
balik kekuatan yang tak terduga ini adalah penyebab terlampauinya titik-titik kritis
tersebut. Hal ini akan menyebabkan peningkatan permukaan laut beberapa meter secara
global yang akan mengancam puluhan juta manusia di dunia.
Kapasitas penyimpanan CO2 di lautan dan daratan – penyerapan alami bumi–
telah turun sekitar 5% selama lebih dari 50 tahun belakangan ini. Pada saat yang
bersamaan, emisi CO2 manusia yang berasal dari bahan bakar fosil terus meningkat –
empat kali lipat lebih cepat di dekade ini daripada dekade sebelumnya. WWF mendesak
para pemerintah tersebut memanfaatkan konferensi Poznan sebagai titik balik untuk
menghindari arah kehancuran yang sedang dituju oleh dunia saat ini.

2.5.Cara mencegah Pemanasan Global(Global warming)


1. Kurangi konsumsi daging. Berdasarkan penelitian, untuk menghasilkan 1 kg
daging, sumber daya yang dihabiskan setara dengan 15 kg gandum. Bayangkan
bagaimana kita bisa menyelamatkan bumi dari kekurangan pangan jika kita
mengurangi konsumsi daging. Peternakan juga penyumbang 18% jejak karbon
dunia, yang mana lebih besar dari sektor transportasi (mobil, motor, pesawat,
dll). Belum ditambah lagi dengan bahaya gas-gas rumah kaca tambahan yang
dihasilkan oleh aktivitas peternakan lainnya, seperti metana yang notabene 3
kali lebih berbahaya dari CO2 dan gas NO yang 300 kali lebih berbahaya dari
CO2. Dan yang pasti banyak manfaat kesehatan dan spiritual jika mengurangi
konsumsi daging.
2. Makan dan masaklah dari bahan yang masih segar. Menghindari makanan yang
sudah diolah atau dikemas akan menurunkan energi yang terbuang akibat proses
dan transportasi yang berulang-ulang. Makanan segar juga lebih sehat bagi
tubuh.

9
3. Beli produk lokal, hasil pertanian lokal lebih murah dan juga menghemat energi,
terutama jika menghitung energi dan biaya transportasinya. Makanan organik
lebih ramah lingkungan, tetapi periksa juga asalnya. Jika diimpor dari daerah
lain, kemungkinan emisi karbon yang dihasilkan akan lebih besar daripada
manfaatnya.
4. Daur ulang aluminium, plastik, dan kertas. Akan lebih baik lagi jika Anda bisa
menggunakannya berulang-ulang. Energi untuk membuat satu kaleng
aluminium setara dengan energi untuk menyalakan TV selama 3 jam.
5. Beli dalam kemasan besar. Akan jauh lebih murah, juga menghemat sumber
daya untuk kemasan. Jika terlalu banyak, ajaklah teman atau saudara Anda
untuk berbagi saat membelinya.
6. Matikan oven Anda beberapa menit sebelum waktunya. Jika tetap dibiarkan
tertutup, maka panas tersebut tidak akan hilang.
7. Hindari fast food. Fast food merupakan penghasil sampah terbesar di dunia.
Selain itu konsumsi fast food juga buruk untuk kesehatan.
8. Bawa tas yang bisa dipakai ulang. Bawalah sendiri tas belanja, dengan demikian
Anda mengurangi jumlah tas plastik/kresek yang diperlukan. Belakangan ini
beberapa pusat perbelanjaan besar di Indonesia sudah mulai mengedukasi
pelanggannya untuk menggunakan sistem seperti ini. Jadi sambutlah iktikad
baik mereka untuk menyelamatkan lingkungan.
9. Gunakan gelas yang bisa dicuci. Jika Anda terbiasa dengan cara modern yang
selalu menyajikan minum bagi tamu dengan air atau kopi dalam kemasan.
Beralihlah ke cara lama kita. Dengan menggunakan gelas kaca, keramik, atau
plastik food grade yang bisa dicuci dan dipakai ulang.
10. Berbelanjalah di lingkungan sekitar. Akan sangat menghemat biaya transportasi
dan BBM.
11. Tanam pohon setiap ada kesempatan. Baik di lingkungan ataupun berpartisipasi
dalam program penanaman pohon. Bisa dengan menyumbang bibit, dana, dan
lain-lain. Tergantung kesempatan dan kemampuan.

10
2.6. Bencana Besar Akibat Pemanasan Global(Global warming)
Apa saja bencana mematikan yang ditimbulkan oleh global warming ? Beberapa
diperkirakan bakal terjadi puluhan tahun ke depan, tapi sebagian lagi sudah terjadi sejak
beberapa tahun yang lalu. Silahkan simak bencana besar yang akan terjadi akibat global
warming di bawah ini. Hal ini bukan untuk menakut-nakuti , tapi mudah-mudahan bikin
kita semua tergerak untuk menjaga kelestarian alam yang hijau.
1. Gletser Menciut
Gletser adalah daratan yang terbuat dari es. Gletser bakal ikut meleleh dan menciut
seiring dengan bertambahnya suhu bumi. Suhu bumi meningkat karena tingginya emisi
gas rumah kaca di atmosfer. Selama tahun 1990- 2005 saja suhu bumi naik 0,15 – 0,3
derajat celcius. Gletser Himalaya yang memasok air ke sungai Gangga sekaligus
menyediakan irigasi dan suplai air minum untuk 500 juta penduduk,menyusut 37 meter
pertahun.Gletser di kutub semakin cepat mencair hingga membuat permukaan air laut di
bumi naik.
2. Pulau Tenggelam
Indonesia , Amerika Serikat, dan Bangladesh adalah beberapa negara yang paling
terancam tenggelam. Bahkan beberapa pulau di Indonesia sudah hilang tenggelam. Ini
disebabkan mencairnya permukaan gletser di kutub yang membuat volume air laut
meningkat drastis. Menyusutnya hutan bakau memperparah pasangnya air laut.
Sekarang saja pasang air laut Pantai Kuta telah membanjiri beberapa lobi hotel
disekitarnya. Pulau Jawa juga bernasib sama , sampai saat ini permukaan Teluk Jakarta
sudah naik 0,8 cm. Dan kalau suhu bumi terus naik , tahun 2050 derah-daerah Jakarta
dan Bekasi seperti Kosambi , Penjaringan , Cilincing , Muaragembong , dan
Tarumajaya akan terendam.
3. Badai
Badai memang bisa terjadi karena kehendak alam. Tapi suhu air yang menghangat
akibat global warming mendukung terjadinya badai yang jauh lebih kuat dan besar.
Beberapa tahun belakangan ini , negara-negara di Eropa, Amerika, dan Karibia telah
mengalami begitu banyak badai dibandingkan abad sebelumnya. Bahkan badai-badai
tersebut bukan cuma badai biasa, namun masuk kategori badai mematikan , seperti
badai katrina,badai ike, badai nargis, badai rita,dll.
4. Gelombang Panas
Tahun 2003 lalu, Eropa diserang gelombang panas alias heat wave , yang menewaskan
banyak orang. Mengejutkan ! Tapi bencana ini sudah diperkirakan ratusan tahun yang

11
lalu , tepatnya tahun 1900 oleh para ilmuwan di masa itu . Gelombang panas memang
pernah terjad beberapa kali di bumi , namun belakangan ini makin sering terjadi. Dan
diperkirakan 40 tahun lagi frekwensinya akan meningkat 100 kali lipat.
5. Kekeringan
Afrika, India, dan daerah-daerah kering lainnya bakal menderita kekeringan lebih parah
! Air akan makin sulit di dapat dan tanah tak bisa ditanami apa-apa lagi, hingga suplai
makanan berkurang drastis. Ilmuwan memperkirakan hasil tani negara-negara Afrika
akan menurun 50 % di tahun 2020 , dan tingkat kekeringan di dunia meningkat 66 % .
Tak terbayang kalau kekeringan ini sampai terjadi di bumi ini.
6. Perang dan Konflik
Negara yang kekurangan air dan bahan pangan kemungkinan besar akan mengalami
panik dan berubah jadi agresif. Lalu bukan tak mungkin mereka berusaha saling
merebut lahan yang belum rusak.
7. Penyakit Merajalela
Malaria, demam berdarah , ebola , dan banyak penyakit yang dulu cuma di anggap
sebagai penyakit negara tropis , bisa menyebar ke berbagai negara Eropa yang dikenal
dingin. Penyebabnya apalagi kalau bukan banjir atau kekeringan yang mengundang
banyak hewan pembawa penyakit bersarang disana!!!
8. Perekonomian Kacau
Ladang tani , perkebunan yang biasanya menghasilkan akan musnah ole banjir atau
kekeringan. Penduduk akan di buat makin menderita karena stok bahan pangan dan
kebutuhan pokok lainnya akan jauh berkurang dan harganya pasti akan melambung
naik. Pemerintah juga membutuhkan biaya yang banyak untuk membangun kembali
wilayah yang terkena bencana dan menanggulangi penyakit yang mewabah.
9. Ekosistem Hancur
Perubahan iklim yang terjadi akibat global warming akan menghancurkan ekosistem
yang ada. Setelah sebagian mahkluk hidup di bumi musnah akibat bencana kekeringan,
banjir , badai, atau ditenggelamkan air laut, mahkluk hidup yang tersisa bakal
mengalami kesulitan untuk bertahan hidup. Penyebabnya adalah berkurangnya sumber
air , udara bersih, bahan bakar , sumber energi , bahan makanan, obat-obatan yang
dibutuhkan untuk survive.
10. Mahkluk Hidup Punah
Sebanyak 30 % mahkluk hidup yang ada sekarang bakal musnah tahun 2050 kalau
temperatur bumi terus naik. Spesies yang punah ini kebanyakan yang habitatnya di

12
tempat dingin . Hewan-hewan laut diperkirakan banyak yang tak bisa bertahan setelah
suhu air laut jadi menghangat. Kalau tumbuhan dan hewan makin berkurang, jelas
manusia akhirnya terancam karena kekurangan bahan makanan.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pemanasan global telah menjadi permasalahan yang menjadi sorotan utama umat
manusia. Fenomena ini bukan lain diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri dan
dampaknya diderita oleh manusia itu juga. Untuk mengatasi pemanasan global
diperlukan usaha yang sangat keras karena hampir mustahil untuk diselesaikan saat ini.
Pemanasan global memang sulit diatasi, namun kita bisa mengurangi
efeknya.Penangguangan hal ini adalah kesadaran kita terhadap kehidupan bumi di masa
depan. Apabila kita telah menanamkan kecintaan terhadap bumi ini maka pmanasan
global hanyalah sejarah kelam yang pernah menimpa bumi ini.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemanasan global
adalah peningkatan suhu rata-rata dunia baik di daratan, lautan maupun di atmosfer
bumi. Pemanasan global disebabkan oleh efek rumah kaca dan efek umpan balik
karena efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di
bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Akan tetapi sebaliknya,
apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan
global. Dan menurut Laporan Perserikatan Bangsa Bangsa tentang peternakan dan
lingkungan yang diterbitkan pada tahun 2006 mengungkapkan bahwa, “industri
peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca yang terbesar (18%), jumlah ini
lebih banyak dari gabungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia
(13%). ” Hampir seperlima (20 persen) dari emisi karbon berasal dari peternakan.
Jumlah ini melampaui jumlah emisi gabungan yang berasal dari semua kendaraan di
dunia.

3.2 SARAN
Kehidupan ini berawal dari kehidupan di bumi jauh sebelum makhluk hidup ada.
Maka dari itu untuk menjaga dan melestarikan bumi ini harus beberapa dekadelah kita
memikirkannya. Sampai pada satu sisi dimana bumi ini telah tua dan memohon agar
kita menjaga serta melstarikannya. Marilah kita bergotong royong untuk
menyelematkan bumi yang telah memberikan kita kehidupan yang sempurna ini. Stop
global warming. Kami menerima saran dari pembaca untuk kami perbaiki dan kami
sempurnakan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Tukidi.2004.Meteorologi dan Klimatologi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.


Team SOS.2011.Pemanasan Global. Surabaya:Gramedia.

http://akyura-kun.blogspot.com/2010/10/makalah-global-warming.html.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global

15

Anda mungkin juga menyukai