TINJAUAN PUSTAKA
LATAR BELAKANG Rizal M. dan Bendiyasa telah melakukan
Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan baja penelitian tentang efek inhibitor NaOH dan NaNO3
sebagai bahan konstruksi bangunan mengalami pada korosi mild steel dalam lingkungan garam NaCl
pergeseran. Penggunaan profil baja berukuran besar dengan suhu larutan 27 0C [1]. Hasil penelitian
dan tebal mulai digantikan dengan konstruksi baja menunjukkan inhibitor NaOH dan NaNO3 cukup baik
ringan. Dari sisi kekuatan bangunan baja ringan dalam menghambat laju korosi logam baja lunak
cukup dapat memenuhi persyaratan. Namun dari sisi dalam larutan NaCl terutama pada konsentrasi larutan
ketahanan material terhadap korosi, penggunaan baja NaCl 1%
Jurnal Material Teknologi Proses (ISSN: 2477 - 2135), Volume 1, Nomor 1, Tahun 2015 1
Möller melakukan penelitian tentang pengaruh terbentuk, pernyataan ini disebut dengan prinsip
komposisi kimia baja yang dapat mengakibatkan elektronetralitas. Reaksi elektrokimia pada proses
timbulnya lapisan pelindung korosi di air laut [2]. korosi melibatkan sistem anoda dan katoda, elektrolit
Hasil penelitian menunjukkan, komposisi kimia dari dan hubungan listrik.
baja akan membentuk lapisan oxy-hidroxide dalam Pada sisi anoda terjadi reaksi oksidasi yaitu
lingkungan air laut, yang menghambat terjadinya pelepasan elektron-elektron dari atom-atom logam
korosi. Adanya porous, crack pada lapisan akan netral untuk membentuk ion-ion yang bersangkutan.
mengakibatkan difusi oksigen pada permukaan baja Reaksi ini bisa saja menghalangi pelarutan logam
yang menyebabkan timbulnya korosi. Penambahan lebih lanjut sehingga korosi terhenti dan permukaan
unsur Cr dan Mo akan membentuk lapisan yang lebih logam mengalami pemasifan (passivated).
tahan korosi. Pada sisi katoda terjadi reaksi reduksi yaitu
Material logam akan mengalami karat atau reaksi yang harus mengkonsumsi elektron-elektron
korosi hampir di semua lingkungan atmosfer bila yang dihasilkan oleh proses anoda, sehingga reaksi
kelembaban melebihi 60 %, setelah pelapisan butir- pada anoda dan katoda ini terjadi secara bersamaan
butir air terbentuk pada permukaan maka akan terjadi dan tidak dapat berdiri-sendiri. Reaksi oksidasi yang
korosi [3]. Hal ini akan diperparah jika bahan terjadi pada anoda dapat dituliskan dengan rumus
tersebut berada di lingkungan air laut. Kandungan sebagai berikut:
NaCl yang terdapat dalam air laut akan mempercepat M → M z + + ze − (3)
proses korosi baja [1]. Sedangkan reaksi reduksi yang terjadi pada
Korosi diartikan sebagai perusakan bahan karena katoda dapat dituliskan dengan rumus sebagai
bereaksi dengan lingkungannya [4]. Korosi juga berikut:
dapat diartikan sebagai penurunan mutu logam
karena adanya reaksi elektrokimia dengan M z + + ze − → M (4)
lingkungannya [5]. Korosi galvanik adalah korosi yang
disebabkan karena adanya dua logam yang terhubung
(coupled) dalam elektrolit yang korosif. Perbedaan
DASAR TEORI potensial biasanya ada diantara dua logam tak sejenis
Faktor logam dan faktor lingkungan merupakan ketika tercelup dalam larutan korosif atau konduktif.
faktor utama penyebab terjadinya korosi. Faktor Jika logam ini dihubungkan secara elektronik,
logam disebut sebagai faktor dalam seperti perbedaan potensial ini menghasilkan aliran elektron
komponen-komponen penyusunnya atau cacat kristal. diantara dua logam tersebut.
Faktor lingkungan disebut faktor luar yang Logam yang kurang resisten terhadap korosi
disebabkan oleh konsentrasi oksigen dalam air atau bersifat anodik dan akan mengalami korosi,
dalam udara bebas, pH, temperatur, komposisi kimia sedangkan logam yang lebih resisten terhadap korosi
atau konsentrasi larutan. bersifat katodik dan terlindung dari korosi.
Reaksi elektrokimia penyebab terjadinya korosi Kecenderungan korosi suatu logam
dapat dijelaskan dengan menggunakan molekul dibandingkan logam lain ditunjukkan pada deret
natrium klorida, yaitu reaksi-reaksi yang galvanik logam atau paduan di bawah ini.
menggambarkan pembentukan garam dapur sebagai
berikut: Tabel 1. Deret galvanik dalam air laut [6].
+ −
Na → Na + e (1)
Cl + e − → Cl − (2)
Persamaan (1) menyatakan bahwa sebuah
atom natrium menyerahkan sebuah elektron untuk
membentuk ion natrium bermuatan positif,
persamaan (2) menyatakan bahwa sebuah atom klorin
menerima sebuah elektron untuk membentuk atom
klorida bermuatan negatif. Reaksi-reaksi seperti
persamaan (1) disebut reaksi oksidasi, sedangkan
pada persamaan (2) disebut reaksi reduksi. Apabila
suatu bahan ionik dilarutkan ke dalam air maka ion-
ionnya akan memisahkan diri dan menyebar secara
acak diantara molekul-molekul air. Setiap kali sebuah
ion positif terbentuk, sebuah ion negatif juga
Jurnal Material Teknologi Proses (ISSN: 2477 - 2135), Volume 1, Nomor 1, Tahun 2015 2
Proteksi Katodik ini kecil sekali sehingga dapat diabaikan. Elektroda
Proteksi katodik dilakukan sebagai salah satu acuan yang sering digunakan adalah elektroda
cara pencegahan korosi pada logam. Proteksi ini kalomel jenuh. Ketiga elektroda tersebut dicelupkan
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: di dalam larutan elektrolit pada tabung elektrokimia
a. Metode anoda tumbal (sacrificial anode dan terhubung dengan potensiostat atau galvanostat.
method) Proses korosi dimulai dengan pemberian
b. Metode arus terpasang (impressed current potensial pada elektroda kerja dari -2000 mV sampai
method) dengan 2000 mV dan di-scanning dengan kecepatan
Prinsip dasar dari perlindungan katodik ini tertentu kemudian diplot pada diagram kurva
adalah dengan menggandengkan logam yang akan potensial lawan logaritma intensitas arus. Proses yang
kita lindungi dengan logam lain yang bersifat lebih terjadi pada elektroda kerja adalah sebagai berikut :
tahan korosi, seperti seng dan aluminium. Bahan 1. Elektroda kerja diberi potensial negatif
anoda yang tepat dan didistribusikan merata pada (polarisasi katodik).
permukaan logam yang akan dilindungi akan Elektroda kerja mengalami reaksi reduksi yang
memungkinkan polarisasi katodiknya mencapai ditunjukkan dengan gradien negatif pada grafik
potensial lebih negatif. Cara ini disebut anoda-anoda sebelah kiri. Reaksi ini terjadi saat diberi potensial
tumbal (sacrificial anode). sebesar -2000 mV dan diperbesar sampai dengan arus
Bahan yang paling banyak digunakan sebagai reduksi mencapai nol pada potensial korosi (ekor)
anoda tumbal di lingkungan air laut adalah seng, tertentu. Proses reduksi berakhir ketika arus
tetapi seng murni yang terdapat di pasaran akan mencapai nilai nol.
terkorosi di air laut sambil membentuk selapis kulit 2. Elektroda kerja diberi potensial positip
kedap air yang membatasi keluaran arus. Dari (polarisasi anodik).
beberapa jenis bahan, besi paling menimbulkan efek Elektroda kerja mengalami reaksi oksidasi
merusak terhadap anoda karena kelarutannya dalam setelah reaksi reduksi berakhir, ditunjukkan dengan
seng yang rendah, sehingga jika berlebihan akan gradien positip pada grafik sebelah kanan. Reaksi ini
membentuk seng hidroksida atau seng karbonat yang terjadi saat diberi potensial dan arus yang semakin
tidak dapat larut dan mengakibatkan anoda tidak besar. Potensial yang biasanya diberikan sampai
efektif. Dalam hal ini penambahan aluminium dengan 2000 mV.
menguntungkan, karena mengakibatkan terbentuknya
antar logam aluminium atau besi yang lebih tidak
mulia, sehingga mengurangi efek sel korosi lokal.
Jurnal Material Teknologi Proses (ISSN: 2477 - 2135), Volume 1, Nomor 1, Tahun 2015 3
Rapat arus korosi (ikor) diperoleh dari hasil Keterangan:
ekstrapolasi kurva potensial lawan logaritma EW = berat equivalen
intensitas arus yaitu dengan cara menentukan titik
perpotongan garis tafel reaksi reduksi( β a ) dan garis N EQ = nilai equivalen total
tafel reaksi oksidasi (η a ) pada garis potensial korosi ωi = fraksi berat
(Ekor). Nilai β a dan η a ditentukan dengan persamaan ai = nomor massa atom
berikut [7] : ni = elektron valensi
i
η a = β a log a (5)
maka persamaan menjadi:
i0
i i ( EW )
η c = β c log c (6) r = 0,129
D
(10)
i0
Keterangan : Perilaku pelapisan dengan logam dipengaruhi
ηc = tafel reaksi reduksi banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain sifat
ηa = tafel reaksi oksidasi
elektrolit, konsentrasi oksigen, luas relatif anoda dan
katoda dan endapan permukaan pada lapisan. Pada
ic = arus pada reaksi katoda lapisan anoda tumbal konduktivitas dan kontinuitas
ia = arus pada reaksi anoda elektrolit akan menentukan ukuran cacat permukaan
yang masih diperbolehkan agar korosi tidak terjadi.
i0 = arus saat perubahan reaksi-reduksi menuju
Umur efektif lapisan bergantung pada ketebalan
reaksi oksidasi = ia = - ic = ikor dan lingkungannya. Pada pelapisan seng yang tipis,
βc = gradien tafel reaksi katoda
akan lebih memungkinkan tergoresnya lapisan,
sehingga mengakibatkan lapisan akan hilang dan
βa = gradien tafel reaksi anoda logam yang dilapisi akan terserang korosi.
Lapisan zincalume pada permukaan baja ringan
Penentuan harga rapat arus korosi secara tepat berfungsi sebagai tumbal saat terjadi korosi. Korosi
sangat diperlukan, karena rapat arus korosi sebanding akan terjadi terlebih dahulu pada lapisan tersebut,
dengan laju korosi suatu logam dalam. hingga lapisan tersebut habis, setelah itu barulah
medium/lingkungannya, hal ini sesuai dengan korosi menyerang baja. Faktor lingkungan air laut
persamaan laju korosi dalam mils (0,001 inchi) per dengan kandungan NaCl di dalamnya akan
year (mpy) seperti di bawah ini [7]: berpengaruh terhadap kecepatan korosi.
ai
r = 0,129 (7)
nD
Keterangan : TUJUAN PENELITIAN
Pada penelitian ini dilakukan pengujian
r = laju korosi (mpy)
a = berat atom eksperimental untuk mengetahui pengaruh
i = rapat arus korosi ( µA / cm2 ) kandungan air laut terhadap laju korosi berbagai jenis
baja ringan yang ada di pasaran. Air laut yang
n = valensi atom
D = berat jenis sampel ( gr / cm3 ) digunakan sebagai media korosi diambil dari tiga
tempat yang berbeda, yaitu Pantai Aceh Barat, Pantai
Perhitungan laju korosi untuk paduan, perlu Samas Yogyakarta, dan Pelabuhan Tanjung Mas
dihitung terlebih dahulu berat equivalennya Semarang dengan variasi pengenceran kandungan air
(equivalen weight) dengan persamaan [2]: laut 10x, 50x, dan 100x pengenceran. Pengaruh
tersebut hendak diwujudkan dalam bentuk grafik laju
−1
EW = N EQ (8) korosi atau ketahanan korosi material pada berbagai
persentase pengenceran air laut.
ω ω n Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari
N EQ = ∑ i = ∑ i i (9) pengaruh kandungan air laut terhadap laju korosi baja
ai / ni ai ringan dengan pelapis tahan korosi zincalume.
Jurnal Material Teknologi Proses (ISSN: 2477 - 2135), Volume 1, Nomor 1, Tahun 2015 4
CARA PENELITIAN Kandungan unsur yang hampir sama yaitu
Sarana prasarana yang digunakan dalam 0,95%C untuk ketiga material memberikan hasil uji
penelitian ini (baik perangkat keras maupun kekuatan tarik yang hampir sama sebesar 60 kg/mm2.
perangkat lunak) adalah:
Kekuatan tarik sebesar ini menyebabkan baja tersebut
1. Mesin Electric Discharge Machine.
2. Coating Thickness Gage. dapat menahan kekuatan lebih besar dibanding baja
3. Micrometer. konstruksi pada umumnya. Dengan demikian dapat
4. Spectrometer untuk pengujian komposisi kimia dibuat struktur rangka baja yang lebih tipis sehingga
bahan benda kerja. keseluruhan rangka baja menjadi lebih ringan.
5. Potensiostat untuk mengukur besaran arus korosi.
Tabel 2. Karakteristik Material Baja Ringan.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah: Tebal Kekuatan
Tebal Kandungan
1. Baja ringan berbagai merk (diambil tiga merk Merk Lapisan Tarik
(mm) Unsur (%)
yaitu A, B dan C). (µm) (kg/mm2)
2. Air laut dari berbagai pantai (tiga tempat)
A 1,06 21,58 59,7 0,93 C; 0,86 Si
Langkah – langkah penelitian yang dilakukan
B 1,04 13,13 56,7 0,95 C; 2,01 Si
adalah sebagai berikut:
1. Mula – mula dilakukan pengujian spectrometry C 1,02 12,83 61,7 0,95 C; 0,95 Si
untuk mengetahui komposisi kimia baja ringan
yang telah dilapisi. Pengujian dilakukan di
laboratorium PT. Karya Hidup Sentosa Kandungan unsur yang terdapat pada air laut
(Yogyakarta). yang diambil dari pantai Aceh, Tanjung Mas dan
2. Dilakukan pengukuran ketebalan material dengan Samas menunjukkan kandungan natrium khlorida
dial caliper dan pengukuran ketebalan lapis (NaCl) yang hampir sama yaitu sekitar 3% (Tabel 3).
lindung dengan coating thickness gage. Kandungan NaCl ini yang akan sangat
3. Dilakukan pengujian korosi dengan alat mempengaruhi laju korosi material dalam lingkungan
Potensiostat yang dilakukan di Badan Tenaga air laut. Meskipun pada kenyataannya masih ada
Atom Nasional (BATAN) Yogyakarta. Pengujian faktor lain yang akan berpengaruh pada saat baja
ini dilakukan dengan mengkorosi material baja ringan lapis zincalume dipasang seperti suhu udara,
ringan dari tiga merk yang berbeda dengan variasi kelembaban, angin, cuaca dan sebagainya.
media korosi dari tiga sumber air laut berbeda
yaitu pantai perairan Aceh Barat, Pantai Samas Tabel 3. Kandungan NaCl pada Air Laut.
Yogyakarta, dan Pelabuhan Tanjung Mas Pantai Kandungan NaCl
Semarang dengan variasi pengenceran kandungan
air laut 10x, 50x dan 100x. Aceh 3,00%
4. Terakhir dilakukan olah data dengan metode Tanjung Mas 2,98%
statistik untuk mendapatkan pengaruh ketebalan
lapis lindung Zincalume dari tiga merk baja Samas 3,09%
ringan terhadap ketahanan korosi di lingkungan
air laut. Hasil pengujian laju korosi material dapat dilihat
pada grafik tersebut di bawah ini:
0.8
SAMAS TL
kandungan unsur material dapat dilihat pada Tabel 2. 0.7
SAMAS L
0.6
Dari hasil pengukuran ketebalan material didapat 0.5
TANJUNG MAS TL
TANJUNG MAS L
bahwa baik material merk A, B maupun C 0.4
ACEH TL
0.3
mempunyai ketebalan yang sama yaitu 1,0 mm, 0.2 ACEH L
yang ketebalan lapisannya 13,13 µm dan 12,83 µm. Gambar 3. Grafik Laju Korosi Baja Ringan A
(TL: Tanpa Lapisan; L: Dengan Lapisan).
Jurnal Material Teknologi Proses (ISSN: 2477 - 2135), Volume 1, Nomor 1, Tahun 2015 5
LAJU KOROSI BAJA RINGAN B lapisan dan dengan lapisan menunjukkan bahwa
1 material dengan lapisan zincalume mempunyai
0.9
ketahanan korosi sedikit lebih tinggi. Hal ini
LAJU KOROSI (mm/Year)
0.8
0.7
SAMAS TL
SAMAS L
ditunjukkan pada laju korosi yang semakin rendah
0.6
0.5 TANJUNG MAS TL yaitu 0,29 mm/year untuk material merk B tanpa
0.4 TANJUNG MAS L lapisan dan 0,21 mm/year pada material dengan
0.3 ACEH TL
0.2 ACEH L
lapisan zincalume 13,13 µm. Ketahanan korosi
0.1
0
material merk A meningkat hingga 2 kali pada
10X 50X 100X pengujian dengan air laut pantai Tanjung Mas
PENGENCERAN AIR LAUT Semarang dan menungkat 2,7x pada pengujian
Gambar 4. Grafik Laju Korosi Baja Ringan B dengan air laut dari pantai Aceh.
(TL: Tanpa Lapisan; L: Dengan Lapisan). Demikian juga pengujian laju korosi pada
material merk C juga menunjukkan hasil pengujian
yang hampir sama dengan hasil pengujian pada
LAJU KOROSI BAJA RINGAN C
material merk A maupun merk B. Pengujian pada
1
0.9 material tanpa lapisan dan dengan lapisan
LAJU KOROSI (mm/Year)
0.8
0.7
SAMAS TL menunjukkan bahwa material merk C dengan lapisan
0.6
SAMAS L
mempunyai ketahanan korosi lebih tinggi. Hal ini
0.5 TANJUNG MAS TL
0.4 TANJUNG MAS L ditunjukkan pada Peningkatan ketahanan korosi yang
0.3 ACEH TL mencapai 1,5x pada pengujian dengan air laut pantai
0.2 ACEH L
0.1 Samas hingga 2,2x pada pengujian dengan air laut
0
10X 50X 100X
pantai Aceh. Pengujian dengan air laut yang berbeda
tidak menampakkan adanya perbedaan laju korosi
PENGENCERAN AIR LAUT
yang berarti.
Gambar 5. Grafik Laju Korosi Baja Ringan C Dari data dapat dilihat bahwa untuk ketiga
(TL: Tanpa Lapisan; L: Dengan Lapisan) tempat yang berbeda tidak terlihat adanya perbedaan
yang mencolok atas hasil pengukuran laju korosi.
Artinya di ketiga tempat tersebut air laut potensial
PEMBAHASAN meningkatkan laju korosi. Hal ini didukung dengan
Pengujian pada material tanpa lapisan dan data bahwa air laut dari ketiga tempat mengandung
dengan lapisan menunjukkan bahwa material dengan unsur yang hampir sama terutama chloride yang
lapisan zincalume mempunyai ketahanan korosi lebih bersifat korosif. Penelitian sebelumnya menunjukkan
tinggi. Hal ini ditunjukkan pada laju korosi yang bahwa laju korosi baja ringan di daerah pantai lebih
semakin rendah yaitu 0,02 mm/year untuk material tinggi dibandingan dengan laju korosi baja ringan di
merk A dengan lapisan pada pengenceran air laut dari dataran yang jaraknya lebih dari 5 km [8]. Perbedaan
pantai Samas 100x dan 0,08 mm/year pada material ketebalan lapisan zincalume pada material merk A
tanpa lapisan. Ketahanan korosi material merk A (20 µm) tidak menunjukkan perbedaan laju korosi
meningkat hingga 3,8 kali pada ketebalan lapisan yang berarti dibanding dengan material merk B dan
zincalume 21,58 µm. Makin besar konsentrasi air laut merk C yang mempunyai ketebalan 10 µm.
makin tinggi pula laju korosinya hingga mencapai
0,16 mm/year pada pengenceran air laut 10x.
Pengujian dengan air laut yang berbeda tidak KESIMPULAN
menampakkan adanya perbedaan laju korosi yang 1. Ketahanan korosi baja ringan dilapis zincalume
berarti. Untuk kondisi air laut dari pantai Tanjung dengan ketebalan lapisan 10–20 µm di
Mas Semarang menunjukkan laju korosi sebesar 0,15 lingkungan air laut dapat meningkat hingga 4,9
mm/year (dengan lapisan) dan 0,19 mm/year (tanpa kali lipat dibandingkan dengan material baja
lapisan) pada pengenceran air laut 10x. Sedangkan ringan tanpa lapisan.
Pengujian dengan pengencran air laut 10x dari pantai 2. Kondisi air laut dari Pantai Aceh, Pantai Tanjung
Aceh laju korosi 0,38 mm/year tanpa lapisan dan Mas Semarang dan Pantai Samas Yogyakarta
0,11 mm/year dengan lapisan. Peningkatan tidak menunjukan perbedaan hasil pengujian laju
Ketahanan Korosi (PKK) material merk A dengan air korosi baja ringan lapis zincalume yang berarti.
laut dari Aceh mencapai rata-rata 4,9x pada material 3. Perbedaan ketebalan lapisan zincalume tidak
dengan lapisan zincalume. menunjukkan perbedaan laju korosi baja ringan
Pada material merk B dihasilkan harga laju yang berarti yaitu berkisar 0,10 sampai dengan
korosi yang hampir sama dengan pengujian pada 0,16 mm/year pada pengenceran air laut 100x.
material merk A. Pengujian pada material tanpa
Jurnal Material Teknologi Proses (ISSN: 2477 - 2135), Volume 1, Nomor 1, Tahun 2015 6
REFERENSI
[1] Rizal, M. dan Bendiyasa, 2004, “Efek inhibitor
NaOH dan NaNO3 pada korosi Mild Steel
dalam lingkungan garam NaCL dengan suhu
larutan 270 C”, Forum Teknik.
[2] Möller, H., 2006, “The Corrosion Behaviour of
Steel in Sea Water”, The Shoutern African
Institute of Mining and Metallurgy 8th.,
International Corrosion Conference.
[3] Widharto, S., 2001, Karat dan Pencegahannya,
Pradnya Paramita, Jakarta.
[4] Fontana, M.G., 1987, Corrosion Engineering,
Third edition, McGraw-Hill Book Company,
New York.
[5] Keneth, R.T., Chamberlain, J., 1997, Korosi
untuk Mahasiswa Sains dan Rekayasa, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
[6] Trethewey, K.R. dan Chamberlain, J., 1991,
Korosi untuk Mahasiswa dan Rekayasawan, PT.
Gramedia Pustaka Pratama, Jakarta.
[7] Jones, D.A., 1991, Principles and Prevention of
Corrosion, McMillan Publishing Company,
New York.
[8] Surjaka, A., 2008, “Korosi Pada Bangunan
Kontruksi Baja di Daerah Bencana Aceh”,
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Tepat
Guna Penanganan Sarana Prasarana di
Indonesia L.1-10.
Jurnal Material Teknologi Proses (ISSN: 2477 - 2135), Volume 1, Nomor 1, Tahun 2015 7