Anda di halaman 1dari 17

1

1. TUJUAN
Mahasiswa dapat memanipulasi bahan tanam tuang dengan cara yang tepat
dan dapat membedakan setting expansion bahan tanam tuang tersebut
dengan variasi w/p rasio.

2. ALAT DAN BAHAN
2.1 ALAT
a) Spatula Gypsum

Gambar 1. Spatula Gypsum
b) Mangkuk karet

Gambar 2. Mangkuk karet






2

c) Gelas Ukur

Gambar 3. Gelas ukur
d) Stopwatch

Gambar 4. Stopwatch
e) Timbangan

Gambar 5. Timbangan
f) Ekstensometer

Gambar 6. Ekstensometer
3

g) Dial indicator
h) Kaca penutup ekstensometer
i) Pisau Gypsum
j) Pisau model
k) Pisau Malam

Gambar 7. Pisau Malam
l) Sonde
m) Vibrator

2.2 BAHAN
a) Bahan tanam tuang Gypsum Bonded

Gambar 8. Bahan tanam tuang Gypsum Bonded







4

b) Air PDAM

Gambar 9. Air PDAM
c) Vaselin

Gambar 10. Vaselin














5

3. CARA KERJA

a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum
(gambar 11).

Gambar 11. Menyiapkan alat dan bahan

b. Mengolesi bagian dalam cetakan gypsum bonded pada alat
ekstensometer dengan vaselin secara merata (gambar 12).

Gambar 12. Mengolesi bagian dalam cetakan Gypsum Bonded pada
alat ekstensometer dengan vaselin
c. Menyiapkan alat uji ekstensometer, kemudian memasang dial
indicator pada posisi yang tepat dengan jarum indikator menunjuk
ke angka nol.
d. Menimbang bubuk bahan tanam tuang seberat 45 gr lalu menyiapkan
air sebanyak 15 ml untuk adonan yang kental, seberat 42 gr bubuk
bahan tanam tuang dan air 15 ml untuk adonan yang normal, dan
6

seberat 42 gr bubuk bahan tanam tuang dan air sebanyak 18 ml
untuk adonan yang encer.
e. Menuangkan air kedalam mangkuk karet (gambar 13), selanjutnya
memasukkan bubuk bahan tanam sedikit demi sedikit dan
membiarkan mengendap selama 30 detikagar terserap semua
(gambar 14).

Gambar 13. Menuangkan air kedalam mangkuk karet.



Gambar 14. Memasukkan bubuk bahan tanam sedikit demi sedikit.





7

f. Mengaduk adonan bahan tanam tuang dan air sampai homogen
selama 1 menit/120 putaran, bersamaan dengan itu memutar
mangkuk perlahan-lahan (gambar 15).

Gambar 15. Mengaduk adonan bahan tanam tuang dan air
g. Memasukkan adonan bahan tanam tuang ke dalam cetakan (tanpa
merubah posisi cetakan dan jarum dial indicator), kemudian
meratakan permukaannya dengan spatula gips/pisau malam (gambar
16).

Gambar 16. Memasukkan adonan bahan tanam tuang ke dalam
cetakan
h. Mengukur panjang awal bahan tanam tuang pada alat ekstensometer
dengan penggaris.
i. Mengamati dan mencatat terjadinya ekspansi bahan tanam pada dial
indicator pada menit ke 30 dan menit ke 60.
8

4. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 1. Hasil Perhitungan setting expansion Bahan Tanam Tuang
Gypsum Bonded
W/P
(ml/gr)
Jumlah
putaran/
menit
Panjang
awal
(mm)
Waktu (menit ke-) / pertambahan
panjang (mm)
Perubahan
(%)
10 20 30 40 50 60
15/45
kental
50 125 0,1 0,95 1,35 1,45 1,5 1,5 1,2
15/42
normal
121 127 0,1 0,21 0,3 0,33 0,34 0,34 0,27
18/42
encer
120 130 0 0,10 0,19 0,22 0,24 0,24 0,19

Perubahan = Besar setting expansion Menit ke-60 x 100%
Panjang Awal
Grafik 1. Grafik perbandingan setting expansion dengan variabel w/p ratio
Keterangan :
- Expansi bahan tanam tuang diukur dengan : angka yang ditunjukkan
pada jarum indikator x 0,01. Hasil yang didapat merupakan
pertambahan panjang dalam mm.
10
20
30
40
50
60
0 0.1
0.19
0.22
0.24
0.24
0.1
0.21
0.3
0.33
0.34
0.34
0.1
0.95
1.35 1.45
1.5 1.5
Menit ke
18/42 Encer
15/42 Normal
15/45 Kental
9

- Pengukuran panjang awal dan akhir pada cetakan dengan
menggunakan penggaris.

5. PEMBAHASAN
Bahan tanam tuang (casting investment) adalah bahan yang bersifat
tahan panas, digunakan untuk menanam model malam dan menghasilkan
mould yang sesuai untuk dilakukan proses casting (penuangan) (Bhat, 2006).
Bahan tanam tuang ini digunakan untuk membuat gold alloy inlay,
crown, bridges dan restorasi lainnya. Sifat yang dibutuhkan dari bahan tanam
yakni mudah dimanipulasi, cukup kuat dalam temperatur ruang, stabil pada
temperatur yang tinggi, kemampuan ekspansi yang cukup, porositas sebagai
jalan agar udara atau gas-gas lainnya dapat mudah keluar dari mould selama
proses casting, permukaan yang halus dan murah (Sakaguchi & Powers,
2012).
Proses penuangan (casting) meliputi :
1. Mempersiapkan gigi geligi
2. Membuat cetakan
3. Menuangkan model
4. Membentuk malam sesuai dengan keiginan
5. Menanam malam yang telah dibentuk
6. Burnout dan memanaskannya
7. Mencairkan dan menuangkan logam campur
8. Finishing dan polishing
9. Heat treatments (van Noort, 2007).
Komposisi dari bahan tanam terdiri dari tiga tipe material, yakni
refractory material, binder material dan bahan kimia lainnya. Refractory
material merupakan bahan tahan panas yang selalu ada di setiap bahan tanam,
yakni dalam bentuk silicon dioxide seperti quartz, tridymite atau cristobalite.
Binder material merupakan bahan yang bekerja bersama refractory material
untuk membentuk massa padat, contohnya -calcium sulfate hemihydrate.
10

Bahan kimia lainnya juga dibutuhkan untuk memperbaiki sifat fisik dari
bahan tanam, contohnya sodium chloride, boric acid, potassium sulfate,
graphite, copper powder atau magnesium oxide (Sakaguchi & Powers, 2012).
Berdasarkan titik leleh dari logam campur, tipe bahan tanam dibagi
menjadi 3, yakni gypsum bonded , phosphate bonded dan silica bonded.
Gypsum bonded merupakan bahan tanam yang tersedia dalam bentuk bubuk,
lalu dicampur dengan air sehingga menjadi bahan yang dapat digunakan
untuk menanam model malam. Gypsum bonded mengandung bahan silica
yang ditambahkan ke dalam dental stone. Penambahan bahan silica berfungsi
untuk meningkatkan ketahanan bahan tanam terhadap panas dan
meningkatkan ekspansi thermal dari mould. Ekspansi thermal dari mould
sangat dibutuhkan untuk mengkompensasi penyusutan logam saat logam
mendingin setelah casting (Stewart & Bagby, 2013). Bahan tanam tuang
gypsum bonded digunakan untuk penuangan logam campur dengan titik leleh
di bawah 1200C, contohnya sebagai pembuatan inlays, onlays, crowns, dan
frame dari fixed partial dentures (Anusavice, 2003). Keuntungan dari bahan
tanam tuang gypsum bonded yakni :
1. Cukup kuat
2. Porositas yang cukup
3. Setting dan thermal expansion dapat dikontrol
4. Proses manipulasi dan casting cukup sederhana
5. Tidak mahal
Sedangkan kerugian dari bahan tanam tuang gypsum bonded yakni :
1. Kekuatan casting yang terlalu tinggi dan metode burnout pada model
malam yang tidak hati-hati dapat menghasilkan retakan di dalam bahan
tanam.
2. Bubuk bahan tanam tuang gypsum bonded bersifat higroskopik yakni
dapat menyerap air, oleh karena itu tidak seharusnya dibeli dalam jumlah
yang besar dan sebaiknya disimpan di wadah yang kedap udara.
3. Tidak bisa digunakan untuk logam campur titanium (Bhat, 2006).
11

Phosphate bonded merupakan bahan tanam tuang yang digunakan
untuk penuangan logam campur dengan titik leleh yang tinggi, yakni di atas
1200 C, sebagai contoh pembuatan framework untuk metal ceramic
prostheses dan base metal alloy (Anusavice, 2003). Bahan tanam tuang ini
tersedia dalam bentuk sachet tertutup yang kemudian dicampur dengan air
suling (Bhat, 2006). Bahan tanam tuang phosphate bonded ini terdiri dari tiga
komponen yakni, komponen pertama mengandung ion fosfat yang larut
dalam air, komponen kedua bereaksi dengan ion fosfat pada temperatur ruang
dan komponen ketiga merupakan bahan refractory yakni bahan yang dapat
meningkatkan ketahanan bahan tanam terhadap panas, contohnya bahan silica
(Sakaguchi & Powers, 2012). Keuntungan dari bahan tanam tuang phosphate
bonded yakni :
1. Memiliki kemampuan untuk menahan temperatur yang tinggi dari
metal ceramic alloys.
2. Setting dan thermal expansion dapat dikontrol.
Sedangkan kerugian dari bahan tanam tuang phosphate bonded yakni :
1. Tidak cukupnya porositas menyebabkan terjebaknya udara di dalam
mould yang menghasilkan tekanan balik sehingga proses casting tidak
berjalan sempurna.
2. Memiliki adhesi yang kuat dengan logam campur.
3. Hasil akhir pada permukaan kurang baik jika dibandingkan dengan
bahan tanam tuang gypsum bonded (Bhat, 2006).
Silica bonded merupakan bahan tanam tuang yang digunakan untuk
penuangan logam campur dengan titik leleh di atas 1200 C, seperti contoh
pada pembuatan removable partial dentures dengan base metal alloy yaitu
cobalt-based atau nickel-based alloy (Anusavice, 2003). Bahan tanam tuang
ini mengandung bahan silica yang diikat oleh hidrolisis etil silikat di dalam
larutan HCl. Hidrolisis ini menghasilkan larutan koloid dari asam silikat dan
etil alkohol. Bahan tanam tuang silica bonded tersedia dalam bentuk dua
botol yang berisi cairan khusus dan bubuk quartz atau cristobalite.
Keuntungan dari bahan tanam tuang silica bonded yakni memiliki thermal
expansion yang cukup besar untuk mengkompensasi penyusutan logam
12

campur setelah casting. Sedangkan kerugian dari bahan tanam tuang ini
yakni:
1. Tidak porus
2. Proses manipulasi dan penanaman yang sukar
3. Uap alkohol yang mudah terbakar
4. Tidak bisa digunakan untuk logam campur titanium (Bhat, 2006).
Bahan tanam tuang gypsum bonded dapat mengalami setting
expansion. Setting expansion dapat dijelaskan berdasarkan mekanisme
kritalisasi. Proses kristalisasi digambarkan sebagai suatu pertumbuhan kristal-
kristal dihidrat dari nukleus, yang saling berikatan satu dengan yang lainnya.
Apabila proses ini terjadi pada ribuan kristal-kristal selama pertumbuhan,
suatu tekanan atau dorongan keluar dapat terjadi dan menghasilkan ekspansi
massa keseluruhan. Tumbukan atau gerakan dari kristal-kristal ini
menyebabkan terbentuknya mikroporus. Struktur gipsum yang telah
mengeras terdiri dari kristal-kristal yang saling terkait, mikroporus, dan porus
yang mengandung air berlebih. Air tersebut diperlukan ketika pengadukan.
Namun, ketika mengering, kelebihan air menghilang dan ruang kosong
meningkat (Stewart and Bagby, 2013).
Setting bahan tanam terdiri dari partikel halus silica yang menempel pada
suatu kumpulan yang lebih kecil yang saling berkaitan dengan kristal gypsum
acicular. Campuran dari silika dan gipsum menghasilkan setting expansion yang
lebih besar dari setting expansion produk gipsum yang digunakan sendiri. Ukuran
partikel kalsium sulfat hemihidrat mempunyai efek yang kecil pada hygroscopic
expansion, sedangkan ukuran partikel silika mempunyai efek yang signifikan.
Partikel silika yang semakin baik menyebabkan setting dan hygroscopic expansion
yang lebih tinggi. Partikel-partikel silika akan bercampur dengan kristal interlocking
dan intermeshing ketika mengalami pembentukan, sehingga selama pembentukan
terdapat tekanan pada kristal (Craig & Powers, 2002).
Mekanisme terjadinya hygroscopic expansion berhubungan dengan
normal setting expansion yang muncul ketika adonan bahan tanam tuang set
dan kontak dengan udara. Dasar dari mekanisme ini berada pada tegangan
permukaan dari air campuran. Setelah adonan bahan tanam tuang tercampur,
air mengelilingi komponen bahan tanam tuang setting. Sebagai reaksi dari
13

calcium sulfate binder, air di sekelilingnya berkurang dan menyebabkan
adanya kristal gipsum berbenturan pada permukaan dari sisa air yang oleh
tegangan permukaan pertumbuhan kristal dihambat. Ketika air yang
dibutuhkan untuk reaksi habis digunakan dan reaksinya selesai, pertumbuhan
kristal gipsum berhenti (Stewart and Bagby, 2013).
Normal setting expansion dapat meningkat 0.3 % hingga 0,5% dengan
mengurangi rasio dari water-powder, meningkatkan waktu pengadukan dan
memakai bubuk gipsum bonded yang stock baru. Sedangkan Hygroscopic
dapat meningkat 1.0 hingga 2.0%. Dengan mengurangi rasio air dan bubuk,
meningkatkan waktu pengadukan (Bhat, 2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi setting expansion adalah:
1. Ukuran partikel silika
Ukuran partikel silica mempunyai pengaruh yang signifikan. Silica
yang baik akan menghasilkan setting dan hygroscopic expansion yang
lebih tinggi.
2. Silica/Binder ratio
Silica/binder ratio juga berpengaruh terhadap setting expansion.
Apabila silica/stone ratio dinaikkan, hygroscopic expansion dari bahan
tanam tuang juga akan meningkat, tetapi kekuatannya akan menurun.
3. Water/Powder ratio
Water/Powder ratio juga berpengaruh dalam setting expansion.
Semakin banyak air pada adonan (semakin cair adonan atau W/P ratio
lebih tinggi), normal setting expansion dan hygroscopic setting
expansion berkurang. Thermal expansion berkurang apabila adonan
lebih encer. Menyebabkan tumbukan silica akan semakin sedikit dan
pembentukan kristal-kristal nuklei juga sedikit, sehingga ekspansinya
akan menjadi lebih kecil.
4. Spatulation
Semakin banyak jumlah spatulasi atau semakin lama waktu yang
digunakan untuk spatulasi, akan memperpendek setting time. Bubuk
dimasukkan ke dalam air, reaksi kimia dimulai dan beberapa kalsium
sulfat dihidrat terbentuk. Selama pengadukan, kalsium sulfat dihidrat
14

yang baru terbentuk pecah menjadi kristal yang lebih kecil dan
memulai nukleasi dimana kalsium sulfat dihidrat dapat mengendap.
Karena penambahan jumah spatulasi menyebabkan nuklei pusat
terbentuk, perubahan dari kalsium sulfat hemihidrat menjadi dihidrat
semakin cepat.
5. Usia dari bahan tanam tuang
Usia dari bahan tanam tuang juga berpengaruh dalam setting
expansion. Bahan tanam tuang yang sudah berusia dua atau tiga tahun
tidak akan memuai seperti bahan tanam tuang yang baru. Oleh sebab
itu, container tempat menyimpan bahan tanam tuang harus disimpan
tertutup serapat mungkin, terutama apabila bahan tanam tuang
disimpan di tempat yang lembab
6. water-bath temperature
7. Suhu
Penggunaan bahan tanam tuang gypsum bonded digunakan pada suhu
dibawah 1200
o
C, semakin tinggi suhu maka setting expansion akan
semakin cepat pula (Craig & Powers, 2002).
Pada praktikum bahan tanam gypsum bonded, dengan melakukan
percobaan pengukuran setting expansion dengan menggunakan ekstensometer
dengan perbandingan w/p rasio dengan tiga variasi yakni encer, normal, dan
kental. Dengan mengukur setting expansion selama 10 menit sekali selama 60
menit.
Percobaan pertama digunakan komposisi water dan powder (w/p
rasio) yang normal, yakni 15 ml : 42 gr. Dengan menggunakan variasi w/p
rasio ini, mengalami setting expansion sebesar 0.27%. Pada percobaan
pertama mengalami puncak setting expansion pada menit ke 50. Pada
percobaan ini, kami melakukan pengadukan sebanyak 121 putaran dalam 1
menit. Percobaan ini memperoleh hasil yang normal pada setting ekspansinya
hal ini dipengaruhi oleh pengadukan yang benar dan w/p rasio yang sesuai
dengan aturan. Diperoleh bahan tanam tuang gypsum bonded yang bertekstur
halus. Flow dan kepadatan yang didapat cukup, sehingga mudah saat dicetak
dan dilepaskan dari ekstensometer.
15

Pada percobaan kedua digunakan komposisi water dan powder (w/p
rasio) kental, yaitu 15 ml : 45 gr, powder bertindak sebagai accelerator. Pada
variasi w/p rasio ini mengalami ekspansi sebesar 1,2%. Pada percobaan kedua
ini juga mengalami puncak setting expansion pada menit ke 50. Pada
percobaan ini, kami melakukan pengadukan sebanyak 50 putaran per menit.
Semakin banyak powder, maka jumlah partikel silika pada adonan bahan
tanam tuang semakin banyak. Jumlah partikel silika yang banyak dapat
menyebabkan pembentukan dari nuklei kristal meningkat. Selanjutnya,
kristal-kristal ini akan berdesakan dan bergerak ke luar selama reaksi
pengerasan. Semakin banyak nuklei kristal yang bergerak keluar, ekspansi
yang dihasilkan akan semakin besar pula. Pada variasi w/p rasio ini dapat
memperoleh hasil ekspansi yang lebih besar jika jumlah pengadukan 120
putaran dalam 1 menit.
Pada percobaan ketiga dengan memakai komposisi water dan powder
(w/p rasio) 18 ml : 42 gr, dengan adonan gipsum yang encer. Pada variasi
water dan powder ini mengalami setting expansion sebesar 0.19% dan
mengalami puncak setting expansion pada menit ke 50. Pada percobaan ini,
kami melakukan pengadukan sesuai prosedur yaitu 120 putaran dalam 1
menit. Air pada percobaan ini bertindak sebagai retarder. Penambahan air
menghasilkan konsistensi adonan yang lebih encer dibandingkan konsistensi
adonan pada percobaan pertama. Jumlah partikel silika yang bertumbukan
pada adonan bahan tanam tuang menjadi semakin sedikit sehingga nuklei
kristal yang bergerak keluar semakin sedikit pula, dan ekspansi yang
dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan percobaan yang pertama dan
kedua.
Hasil praktikum kami menunjukan kesamaan dengan teori yakni w/p
ratio pada bahan tanam tuang dapat mempengaruhi setting expansion,
semakin rendah rasio w/p maka akan semakin besar ekspansinya, dan apabila
semakin tinggi w/p rasio yang digunakan makan akan semakin kecil
ekspansinya.


16

6. KESIMPULAN
Setting expansion bahan tanam tuang gypsum bonded dipengaruhi
oleh w:p ratio, cara pengadukan, lama pengadukan, banyaknya
pengadukan, suhu, dan kelembapan dari cara penyimpanan. W:P ratio
berbanding terbalik terhadap setting expansion, semakin rendah w:p ratio
maka akan semakin besar ekspansinya, begitu juga sebaliknya, semakin
tinggi w:p ratio maka akan smakin kecil pula ekspansinya.

























17

7. DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, KJ. 2003. Phillips Science of Dental Materials. 11
th
ed St
Louis. Saunders. p. 296.
Bhat, V Shama. 2006. Science of Dental Materials (Clinical Application).
New Delhi. CBS. pp.401, 403, 406, 408, 410-11.
Craig, RG & Powers, JM. 2002. Restorative Dental Materials. 11
th
ed.
Texas. Mosby. pp. 410-412.
Sakaguchi RL and Powers, JM. 2012. Craigs Restorative Dental
Materials. Philadelphia. Elsevier. pp. 309, 310, 314, 316.
Stewart, GM &Bagby, M. 2013. Clinical Aspects of Dental Materials :
Theory, Practice, and Cases. 4
th
ed. Philadelphia. Wolters Kluwer.
pp. 132, 144.
Van Noort, R. 2007. Introduction to Dental Materials. 3
th
ed. Edinburgh.
Mosby Elsevier Science Limited. p. 227.

Anda mungkin juga menyukai