Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II

Topik : GLASS IONOMER CEMENT (GIC)


Kelompok : A2
Tgl Praktikum : Senin, 21 Oktober 2019
Pembimbing : Prof. Dr. Anita Yuliati,drg.,M.Kes

Penyusun :

1. Rara Amorita Miranda 021811133007


2. Aisyah Novianti 021811133009
3. Arinda Sitania Mustamu 021811133010
4. Sheryn Marcha Ramaniasari 021811133011
5. Diina Sahar 021811133012

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
BARU

1. TUJUAN
Setelah praktikum mahasiswa mampu melakukan :
a. Mahasiswa mampu memanipulasi GIC untuk material restorasi menggunakan alat dengan
benar
b. Mahasiswa mampu membedakan setting time GIC berdasarkan variasi rasio bubuk/cairan
dengan benar

2. ALAT & BAHAN


2.1 Bahan yang digunakan :
a. Bubuk dan cairan GIC Posterior (GC Gold Label 9 EXTRA exp. 2018)
b. Bubuk dan cairan GIC Universal (GC Gold Label 2 Universal Restorative exp. 2018)

Gambar 1 : Bubuk dan cairan GIC (GC Gold Label)

2.2 Alat yang digunakan :


a. Glass lab
b. Pengaduk plastik
c. Cetakan Teflon ukuran diameter 5 mm, tebal 2 mm
d. Plastic filling instrument
e. Sonde
f. Pisau malam
g. Stopwatch

2
BARU

Gambar 2 : Alat- alat yang digunakan

3. Cara Kerja
a. Mempersiapkan material dan alat yang akan digunakan untuk praktikum.
b. Cetakan Teflon diletakkan di atas glass slab.
c. Botol bubuk GIC dikocok terlebih dahulu, kemudian mengambil 1sendok takar bubuk
GIC dengan memiringkan posisi botol bubuk GIC, diletakkan di atas paper pad dan
dibagi menjadi dua bagian.
d. Cairan GIC diteteskan sebanyak 1 tetes di atas paper pad dekat bubuk dengan cara:
botol dipegang secara vertikal 1 cm di atas paper pad ditekan sedikit sampai cairan
menetes.
e. Waktu awal pencampuran dicatat posisi stopwatch pada posisi 00:00. Bubuk GIC
yang telah dibagi dua, pada bagian pertama dicampur ke cairan dan diaduk selama 10
detik, kemudian ditambahkan bubuk bagian kedua diaduk kurang lebih selama 25-30
detik (maks. 60 detik) sampai homogen.
f. Hasil pengadukan GIC yang sudah homogen dimasukkan ke dalam cetakan Teflon
menggunakan plastic filling instrument kemudian permukaan diratakan (stopwatch
dalam keadaan hidup)
g. Setelah adonan GIC pada permukaan Teflon rata, mulai dilakukan pengukuran setting
time dengan cara : permukaan GIC pada cetakan Teflon ditusuk sonde dengan interval
5 detik untuk setiap kali tusukan. Setting time dinyatakan selesai apabila pada
permukaan sampel tidak ada bekas tusukan sonde. Waktu pengerasan GIC dicatat.
h. Setting time dicatat yang dihitung sejak awal pencampuran hingga semen mengeras.
i. Setelah GIC mengeras dilepas dari cetakan

3
BARU

4. Hasil Praktikum

Tabel 5.1 : Hasil Praktikum GIC Tipe II jenis GIC Universal Restorative dengan variasi
jumlah bubuk
GIC Universal Restorative
No.
Konsistensi L/P Ratio Setting Time Rata-Rata

1. 10 menit 30 detik
2. 9 menit 20 detik
3. 9 menit 20 detik
4. 10 menit
5. 9 menit 30 detik 9 menit 44 detik
Normal 1:1
6. 9 menit 20 detik
7. 9 menit 15 detik
8. 10 menit 25 detik
9. 9 menit 50 detik
10. 9 menit 45 detik
11. 10 menit 30 detik
12. 11 menit 25 detik
13. Encer 1 : 3/4 11 menit 40 detik 11 menit 54 detik

14. 11 menit 20 detik


15. 14 menit 35 detik
16. 8 menit 15 detik
17. 7 menit 40 detik
18. Kental 1 : 11/4 7 menit 10 detik 7 menit 53 detik

19. 7 menit 20 detik


20. 9 menit

4
BARU

Tabel 5.2 : Hasil Praktikum GIC Tipe II jenis GIC High Strength Posterior Extra dengan
variasi jumlah bubuk
GIC High Strength Posterior Extra
No.
Konsistensi L/P Ratio Setting Time Rata-Rata

1. 12 menit
2. 12 menit 20 detik 12 menit 11 detik
Normal 1:1
3. 12 menit
4. 12 menit 25 detik
5. 12 menit 25 detik
6. 12 menit 05 detik
7. Encer 1 : 3/4 12 menit 25 detik 12 menit 36 detik

8. 12 menit 40 detik
9. 13 menit 25 detik
10. 10 menit 45 detik
11. 9 menit
12. Kental 1 : 11/4 9 menit 15 detik 9 menit 29 detik

13. 9 menit 15 detik


14. 9 menit 10 detik

5
BARU

5. Pembahasan
Glass ionomer cement atau GIC adalah material kedokteran gigi yang dapat digunakan
segabai restorasi estetik GIC dikembangkan sejak tahun 1970-an untuk meningkatkan kinerja
semen dibandingkan dengan semen silika dan untuk mengurangi risiko kerusakan pada
pulpa.pada gigi anterior seperti klas III dan V, sebagai semen luting, fissure sealant, liner, dan
base. Terdapat tiga tipe GIC yaitu tipe pertama digunakan sebagai semen luting, tipe kedua
untuk restorasi, dan tipe ketiga untuk liner dan basis (Anusavice et al, 2013).

Glass ionomer cement posterior merupakan bahan material kedokteran gigi yang
dikombinasi dengan nanofilled coating material. lapisan resin nanofilled ini memberikan efek
hidrofilisitas tinggi dikombinasikan dengan viskositas yang sangat rendah, sehingga melapisi
dan melindungi permukaan GIC dengan sempurna. lapisan resin nanofilled dimaksudkan untuk
melindungi terhadap keausan abrasive yang terjadi di bulan-bulan pertama pemakaian sampai
GIC sepenuhnya matang dan mampu menahan tekanan intraoral pada gigi posterior yang cukup
besar.(lohbaurer, 2010)

GIC terdiri dari bubuk dan cairan yang akan bereaksi ketika dicampur untuk memulai
tahap manipuasi. Bubuk GIC mengandung Natrium aluminosilicate glass dengan sekitar 20%
CaF dan beberapa bahan tambahan lainnya yang bervariasi antar produsen, tetapi selalu
mengandung silika, kalsium, alumina, dan fluorida (Anusavice et al, 2013 & McCabe & Walls,
2008). Rasio alumina:silika menentukan reaktivitas bubuk dengan asam poliakrilat. Agar dapat
bereaksi dengan asam, massanya harus melebihi 1:2. Barium, strontium, atau oksida logam
dengan nomor atom yang lebih tinggi juga ditambahkan untuk meningkatkan sifat radiopacity.
Konsistensi GIC bervariasi antara merek satu dengan yang lain, mulai dari viskositas rendah
hingga tinggi yang dipengaruhi oleh ukuran partikel dan rasio P/L. Partikel yang lebih besar
(sekitar 50 µm) digunakan untuk indikasi restoratif, dan partikel kaca yang lebih halus (sekitar
15 µm) digunakan untuk penyemenan (Anusavice et al, 2013).

6
BARU

Cairan yang digunakan GIC adalah larutan dari asam poliakrilat dengan konsentrasi
kurang lebih 50%. Cairan ini cukup kental dan cenderung membentuk gel. Pada sebagian besar
semen, cairan asam poliakrilat berbentuk kopolimer dengan asam itikonik, maleic atau asam
trikararboksilat (Anusavice et al., 2013). Pada cairan GIC juga terdapat asam tartarat sebagai
zat pengontrol laju dalam cairan GIC yang dapat mengurangi viskositas, memperpanjang umur
penyimpanan, meningkatkan waktu kerja, dan mempersingkat setting time (Anusavice et al,
2013, p: 321).

Ketika bubuk dan cairan dicampur, asam mulai melarutkan kaca, melepaskan ion kalsium,
aluminium, natrium, dan fluor. Air berfungsi sebagai media reaksi. Rantai poliakrilat kemudian
dihubungkan oleh ion kalsium. Namun, untuk 24 jam kemudian, ion kalsium akan digantikan
oleh ion natrium. Ion natrium dan fluor dari kaca tidak berpartisipasi dalam cross-linked pada
semen. Beberapa ion natrium dapat menggantikan ion hidrogen dari gugus karboksilat dan ion
fluor akan didispersikan dalam cross-linked dari semen yang sudah setting. Bagian yang tidak
larut dari partikel kaca akan dilapisi dengan gel kaya silika yang terbentuk pada permukaan
partikel kaca. Jadi, semen yang telah setting terdiri dari partikel-partikel kaca yang tidak larut
dengan lapisan gel silika yang tertanam dalam suatu matriks amorf kalsium terhidrasi dan
polisatal alumunium yang mengandung fluoride (Anusavice, 2013. Hal 321)
Proses pengerasan GIC melalui tiga tahap yaitu dissolution, gelation, dan hardening. Pada
tahap dissolution, saat terjadi pencampuran bubuk dan cairan GIC, ion H+ pada polyacid akan
mendegradasi atau melarutkan permukaan luar partikel glass, ion aluminum, kalsium, natrium
dan fluoride (Al3+, Ca2+, Na+, and F−) hingga hanya tersisa gel silika (Sakaguci dan Powers,
2012, hal 340). Selanjutnya tahap gelation, akan terjadi initial set. Pada fase ini, ion kalsium
akan dilepaskan lebih cepat dan mudah bereaksi dengan rantai polyacid untuk membentuk
ikatan silang. Sedangkan ion aluminum dilepaskan lebih lambat dan berperan dalam proses final
set. Pada tahap ini, GIC terlihat kaku dan opaque. Selanjutnya pada tahap hardening, akan
terjadi final set. Matriks mulai mengalami maturasi ketika ion aluminum dilepaskan lebih
banyak untuk membentuk salt bridge. Struktur akhir GIC yang telah mengalami final set berupa
partikel glass yang dilapisi atau dikelilingi gel silika pada matriks silang polyacid
(Anusavice, 2013, hal. 322). Adanya tartaric acid akan membantu mendegradasi permukaan
partikel glass, melepaskan ion aluminum secara cepat dan membentuk kompleks ion logam.

7
BARU

Hal ini menyebabkan ion aluminum tidak dapat bereaksi dengan polyacid yang dapat
meningkatkan atau memperpanjang working time GIC (McCabe dan Walls, 2008 hal. 248).

Gambar: Ilustrasi proses setting GIC (McCabe dan Walls, 2008, hal. 248)

Gambar : Ilustrasi dari semen yang telah setting (Manappallil, J. (2016). Basic dental
materials. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers.)

Pada percobaan kali ini, digunakan dua jenis GIC yang berbeda, yaitu GIC Universal dan
GIC Posterior. Saat praktikum, semua alat yang digunakan harus bersih, terutama pada cetakan
teflon. Hal tersebut juga berlaku saat operator memanipulasi GIC pada pasien, permukaan gigi
yang telah dipreparasi harus dalam keadaan bersih . Hal tersebut berperan penting dalam sifat
adhesif atau perlekatan bahan GIC dengan permukaan gigi. Jika ada penghalang berupa kotoran,
maka perlekatan menjadi tidak sempurna sehingga restorasi mudah rusak. Manipulasi dapat
dilakukan di atas paper pad kering atau glass lab dingin yang suhunya tidak boleh melebihi titik
embun, karena dapat memengaruhi reaksi kimia GIC. Penggunaan glass lab dengan suhu dingin

8
BARU

dapat memperlambat reaksi dan memperpanjang working time. Pencampuran bubuk dan cairan
dapat menggunakan spatula kaku untuk aplikasi restorative dan spatula logam atau plastik
fleksibel untuk aplikasi luting. Pada umumnya, pencampuran dilakukan 2 tahap. Pertama,
mencampurkan ½ bagian bubuk terlebih dahulu dengan liquid selama 5 hingga 15 detik. Setelah
itu sisa bubuk ikut dicampurkan hingga homogen selama 45 detik. Liquid harus segera
dicampurkan dengan bubuk sesaat setelah diteteskan, karena akan mengalami evaporasi karena
udara bebas, Saat pengadukan, pemegangan spatula tidak boleh bersudut, karena luas area
kontak antara spatula dan paper pad akan mengecil sehingga sulit dan lebih lama untuk
mendapatkan kondisi adonan yang homogen. adonan semen yang homogen dan mengkilap
mengindikasikan adanya polyacid yang belum bereaksi, yang berperan penting dalam
perlekatan pada gigi. Sedangkan penampilan yang tidak mengkilap mengindikasikan bahwa
asam telah bereaksi berlebihan dengan partikel kaca (Anusavice et al., 2013, hal 322- 323 ).

Pada hasil praktikum, didapatkan hasil setting time GIC Universal dengan rasio P/L yang
berbeda-beda. Pada konsistensi normal yaitu dengan P/L 1:1 didapatkan setting time 9 menit 44
detik. Pada konsistensi encer yaitu dengan P/L ¾ : 1 didapatkan setting time 11 menit 54 detik
. Pada konsistensi kental yaitu dengan P/L 5/4 : 1 didapatkan setting time 7 menit 53 detik. Pada
GIC Posterior dengan konsistensi normal (P/L 1:1) didapatkan setting time 12 menit 11 detik.
Pada konsistensi encer yaitu dengan P/L ¾ : 1 didapatkan setting time 12 menit 36 detik. Pada
konsistensi kental yaitu dengan P/L 5/4 : 1 didapatkan setting time 9 menit 29 detik.
Setting time GIC dengan konsistensi encer berlangsung lebih lama dari konsistensi
normal. Hal ini disebabkan oleh jumlah bubuk yang lebih sedikit, sehingga jumlah ion kalsium
dan alumunium yang dilepaskan juga sedikit. Ikatan silang antara kation dengan polyacrilic
acid akan berlangsung lama karena pada tahap dissolution memberikan sisa reaksi yang lebih
banyak dari sisa cairan polyacrilic acid. Hal ini mengakibatkan pembentukan salt gel matrix
akan berjauhan karena banyaknya sisa reaksi yang berada di antara celah partikel sehingga
setting time semakin lama.
Sebaliknya, setting time dengan konsistensi kental berlangsung lebih cepat daripada
konsistensi normal. Hal ini disebabkan oleh jumlah bubuk yang lebih banyak, sehingga jumlah
ion kalsium dan alumunium yang dilepaskan juga lebih banyak dibandingkan jumlah
polyacrilic acid. Ikatan silang antara kation dengan polyacrilic acid akan berlangsung lebih
cepat, sehingga waktu hardening dan setting time semakin cepat.

9
BARU

6. Simpulan
1. GIC merupakan material kedokteran gigi yang dapat digunakan untuk restorasi
2. GIC dengan konsistensi yang lebih encer memiliki setting time yang lebih lama
dibanding GIC dengan konsistensi normal.
3. GIC dengan konsistensi yang lebih kental memiliki setting time yang lebih cepat
dibanding GIC dengan konsistensi normal.

10
BARU

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, K., Shen, C. and Rawls, H. 2013. Phillip's Science of Dental Materials. 12th Ed. St
Louis: Elsevier Saunders
McCabe JF, Walls AWG. 2015. Applied Dental Materials. 9th Ed. Oxford: Blackwell Publishing
Ltd.

11

Anda mungkin juga menyukai