Anda di halaman 1dari 12

BARU

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL II

Topik : SEMEN SENG FOSFAT


Kelompok : B10
Tgl. Praktikum : 12 November 2019
Pembimbing : Endanus Harijanto, drg., M.Kes

No. Nama NIM


1 JANICE HAMDANI 021311133103
2 SAPHIRA FIRDAUSI E 021311133104
3 SITI RAHMAWATI 021311133105
4 SALSABILA NURMALIA 021311133106

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
1. TUJUAN
1.1. Dapat memanipulasi semen seng fosfat yang digunakan untuk basis dan
luting dengan cara yang tepat.
1.2. Dapat mengamati perbedaan konsistensi antara semen seng fosfat sebagai
basis dan luting.
1.3. Dapat mengamati perbedaan setting time antara semen seng fosfat sebagai
basis dan luting.

2. CARA KERJA
2.1. Bahan

a. Bubuk dan cairan semen seng fosfat


b. Vaselin

a b

Gambar 2.1. Bahan-bahan yang diperlukan untuk praktikum. a. semen seng fosfat
b.vaselin

2.2 Alat :

a. Glass slab (kaca tebal)


b. Kaca tipis
c. Spatula semen
d. Stopwatch
e. Cetakan sampel
f. Celluloid strip
g. Plastik filling instrument
h. Kuas kecil
i. Timbangan digital

1
j. Jarum Gillmore
k. Pisau malam
j
e h
c

f
i
a
g
b d

Gambar 2.2. Alat – alat yang digunakan untuk praktikum. a. jarum Gillmore, b. kaca tebal,
c. timbangan digital, d. kaca tipis, e. cetakan, f. stopwatch, g. kuas, h.
plastic filling instrument¸i. pisau malam, j. spatula semen.

2.3 Cara kerja:

a. Alat dan bahan disiapkan.


b. Cetakan disiapkan dengan sisi dalam cetakan diolesi dengan vaselin
menggunakan kuas, dialasi dengan celluloid strip dan diletakkan di atas
kaca tipis.
c. Bubuk semen seng fosfat diambil dan ditimbang di atas timbangan digital,
dicatat sebagai berat awal bubuk. Bubuk semen diambil 1 sendok takar,
berat diukur kembali sebagai berat akhir bubuk. Berat akhir dan berat awal
bubuk diambil selisihnya sebagai berat bubuk yang digunakan.
d. Semen yang sudah ditakar, diletakkan di atas glass lab dan dibagi menjadi
3 bagian.
e. Botol cairan diambil dan di timbang di atas timbangan digital, dicatat
sebagai berat awal cairan. Cairan ditetesken secara vertikal di atas glass slab
tanpa tekanan. Botol cairan ditimbang kembali untuk mendapatkan berat
akhir cairan. Berat akhir dan berat awal cairan diambil selisihnya sebagai
berat cairan yang digunakan.
f. Jumlah cairan yang digunakan untuk semen seng fosfat sebagai luting
adalah sebanyak 3 tetes, sedangkan sbagai basis sebanyak 2 tetes.
g. Bubuk bagian pertama dicampur dengan cairan menggunakan spatula
selama 10 detik, waktu mulai pengadukan bubuk dan cairan dicatat. Semen
diaduk dengan dengan gerakan memutar dan menekan spatula pada

2
glass lab sambil dilakukan spreading. Bubuk bagian kedua ditambahkan
dan diaduk dengan cara yang sama, demikian seterusnya pada bagian ketiga
dilakukan pengadukan selama kurang lebih 40 detik hingga homogen
(bubuk dan cairan telah tercampur dengan sempurna).
h. Campuran bubuk dan cairan yang telah homogen dilakukan spreading
yang lebih pada glass lab.
i. Campuran antara bubuk dan cairan yang dikumpulkan menjadi satu.
j. Konsistensi semen seng fosfat yang telah diaduk dilakukan pengujian.
Konsistensi semen seng fosfat sebagai luting dapat diketahui dengan
spatula diletakkan miring 45o terhadap glass slab dan adonan semen
ditarik keatas dengan ketinggian kurang lebih 2 cm, ketika semen ikut
terangkat tanpa terputus maka konsistensi untuk luting sudah
didapatkan.
Konsistensi semen seng fosfat sebagai basis tercapai apabila adonan
dapat dibentuk menjadi bola / bulatan dan tidak melekat pada glass lab.
k. Adonan semen dimasukkan ke dalam cetakan sampel yang telah disiapkan
dengan bantuan plastic filling instrument hingga penuh.
l. Permukaan adonan semen seng fosfat dilapisi dengan celluloid strip dan
kaca tipis.
m. Cetakan sampel yang telah dilapisi oleh celluloid strip dan kaca tipis
ditekan dengan telunjuk.
n. Kaca tipis dilepaskan dari permukaan dan ditunggu hingga celluloid strip
sudah dapat dilepas.
o. Jika celluloid strip sudah dapat dilepas, jarum Gillmore ditekan pada
permukaan adonan semen seng fosfat dengan interval 5 detik ketika
mendekati setting time (ketika dilakukan penekanan awal bekas tekanan
sudah hampir hilang). Bekas tekanan jarum Gillmore tidak boleh ditempat
yang sama.
p. Uji setting time dilakukan hingga tidak ada bekas cekungan dari jarum
Gillmore.

3
3. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 3.1. Setting time semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai basis.

BUBUK CAIRAN
Berat Berat Berat Berat
Setting time
awal akhir Selisih awal akhir Selisih
(gram) (gram) (gram) (gram)
6 menit
73,65 73,33 0,32 23,86 23,75 0,11
50 detik
BASIS

6 menit
73,33 72,94 0,39 23,75 23,59 0,16
05 detik
6 menit
RATA-RATA 0,35
27 detik

Tabel 3.2. Setting time semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai luting.
BUBUK CAIRAN
Berat Berat Berat Berat Setting time
Selisih Selisih
awal akhir awal akhir (menit:detik)
(gram) (gram)
(gram) (gram) (gram) (gram)
LUTING

13 menit
72.95 72,65 0,30 23,61 23,47 0,14
40 detik
12 menit
72,65 72,24 0,41 23,47 23,30 0,17
37 detik
13 menit
RATA-RATA 0,35 0,15
08 detik

4
4. TUJUAN PUSTAKA

Semen seng fosfat merupakan semen luting tertua dan dijadikan sebagai standar
pembanding dalam penemuan bahan semen terbaru. Semen seng fosfat ini digunakan sebagai
luting dan basis. Penggunaan sebagai luting biasanya digunakan untuk restorasi yang
dikonstruksi di luar mulut pasien. Misalnya inlay, crown, dan bridge. Hal ini karena jika suatu
protesa ditempatkan pada gigi pasien, maka diperlukan adanya suatu mekanisme retensi antara
gigi dan protesa (McCabe, 2008 hal. 271)

Fungsi lain semen seng fosfat adalah sebagai basis. Tujuan penggunaan basis adalah
sebagai pelindung antara material tumpatan dengan pulpa untuk memberikan thermal,
chemical, dan electrical barrier. Penggunaan basis juga bertujuan sebagai isolator terhadap
perbedaan termal (thermal shock) pada restorasi logam, yang tergantung pada kedalaman
kavitas, sebab kedalaman kavitas mengindikasikan dentin yang tersisa (McCabe, 2008 hal.267)

4.1 Komposisi
Komposisi dari semen seng fosfat dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.1 Komposisi semen seng fosfat (McCabe, 2008, p.274)

Bentuk Komposisi Fungsi dan Jumlah

Zinc oxide Sekitar 90% sebagai bahan aktif utama


Bubuk
Oksida metal yang lain Sekitar 10%

Larutan asam fosfor Konsentrasi sekitar 50-60%

Cairan Al PO4
10% sebagai buffer
Zn3(PO4)2

5
Komponen reaktif utama dari bubuk ialah zinc oxide, kemudian sedikit oksida lainnya
seperti magnesium oksida juga bisa terdapat dalam bubuknya. Cairan dasarnya ialah larutan
asam fosfor yang bersifat buffer, dan terdapat sejumlah kecil zinc oxide atau aluminum oksida.
Senyawa ini membentuk fosfat yang berguna untuk menstabilkan pH asam dan mengurangi
reaktivitasnya (McCabe, 2008 Hal. 273). Cairan pada semen seng fosfat berfungsi untuk
mengontrol pH dan laju reaksi cairan-bubuk (asam-basa) (Anusavice 2013, p.316).

4.2 Reaksi Setting

Pada pencampuran bubuk dan cairan secara bersamaan maka akan terjadi suatu reaksi,
sehingga terbentuk seng fosfat yang relatif tidak larut sebagai berikut:

3ZnO + 2H3PO4 + H2O →Zn3(PO4)2 · 4H2O

Saat bubuk dan cairan semen seng fosfat dicampur, asam fosfat melarutkan partikel zinc
oxide untuk menghasilkan garam seng fosfat yang amorf dan terhidrasi dan menghasilkan suatu
reaksi asam basa yang relatif tidak terlarut (McCabe, 2008 hal.273).

Dalam literatur lain menyebutkan bahwa partikel zinc oxide yang tersisa atau tidak larut
dalam asam fosfat bereaksi dengan aluminium fosfat sehingga membentuk gel seng
aluminofosfat. Semen yang telah setting mengandung partikel zinc oxide yang tidak bereaksi
terbungkus di dalam matriks seng aluminofosfat (Anusavice,2012 hal. 316).

Pada basis, komposisi zinc oxide lebih banyak daripada fosfat, hal ini menyebabkan
semakin banyak pula ion Zn yang tidak bereaksi yang akan berikatan dengan matriks fosfat
sehingga ikatan ion Zn dan matriks fosfat juga semakin banyak. Banyaknya ikatan ini
menyebabkan inti banyak dan letaknya saling berdekatan dan matriksnya menjadi lebih sedikit.
Sedangkan pada luting, komposisi zinc oxide dan fosfat sama banyaknya, sehingga ikatan ion
Zn dengan matriks fosfatnya tidak terlalu banyak, letak inti jadi berjauhan dan matriks lebih
banyak. Hal ini dapat menyebabkan setting time semen seng fosfat sebagai basis jauh lebih
cepat daripada semen seng fosfat sebagai luting.

6
Reaksi eksotermis yang timbul setelah bubuk dan cairan semen seng fosfat dicampur
memberikan kerugian berupa working time yang singkat. Maka dari itu untuk mengatasi
kerugian tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Menggunakan glass slab yang tebal

Pada glass slab yang tebal , memungkinkan untuk menyerap panas lebih banyak
daripada glass slab yang tipis. Sehingga dapat memperpanjang working time dan
memperpendek waktu setting time.

2. Menggunakan glass slab yang dingin

Glass slab yang dingin akan memperlambat reaksi kimia antara bubuk dengan
cairan. Suhu slab harus di atas titik embun (dew point), karena jika tidak, air akan
terkondensasi, melarutkan cairan, dan mengurangi kekuatan tekan dan tarik dari semen
seng fosfat. Cara ini adalah cara yang sering dipakai untuk memperpanjang waktu kerja
semen seng fosfat karena dapat menghasilkan viskositas semen yang lebih rendah pada
akhir pencampuran yang ditandai dengan lebih rendahnya semen pada saat ditarik ke atas
dengan spatula. Viskositas yang lebih rendah mempermudah pelapisan beberapa unit
restorasi (Anusavice, 2012 hal.317-318).

3. Menggunakan teknik spreading

Teknik spreading ialah dengan memperluas bidang atau area pengadukan. Otomatis
panas yang diserap oleh glass slab akan jauh lebih banyak pada saat pengadukan dan
mengurangi reaksi eksotermisnya.

4. Membagi bubuk menjadi beberapa bagian

Pada saat sebelum melakukan pencampuran semen, bubuk semen dibagi menjadi
beberapa porsi kecil terhadap cairan. Dengan menggabungkan porsi kecil bubuk tersebut
akan larut dalam cairan, panas yang dilepaskan menjadi lebih sedikit. Jika
dibandingkan dengan langsung mencampur semua bubuk, maka panas yang dihasilkan
menjadi lebih banyak.

7
Pencampuran semen ini harus dimulai dengan memasukkan porsi terkecil dari bubuk
menggunakan spatula tipis. Sebagian besar permukaan glass slab yang digunakan untuk
manipulasi harus dapat mengusir panas. Aturan yang baik untuk diikuti adalah mencampurkan
setiap bagian bubuk selama 15 sampai 20 detik sebelum menambahkan bagian bubuk lain, dan
semua pencampuran harus diselesaikan dalam waktu 1,5 sampai 2 menit. Setelah bubuk benar-
benar dimasukkan dan campuran creamy telah terbuat, semen ditarik di seluruh glass slab dan
spatula perlahan-lahan ditarik ke atas. Jika sebuah string semen dapat diangkat 12 mm (1/2 inci)
ke 19 mm (~ 3/4 inch) sebelum terputus dari spatula, maka semen dianggap cukup untuk
penyemenan protesa. Jika string melebihi 19 mm, semen terlalu kental untuk penyemenan
protesa yang tepat. Setelah prostesis dilapisi dengan semen, maka semen harus ditekan sampai
semen mencapai setting time (Anusavice,2013 hal. 316)

4.3 Manipulasi

Pada manipulasi semen seng fosfat rasio bubuk dan cairan tergantung pada aplikasinya
dan kesesuaian dengan aturan pabrik. Jika digunakan untuk basis dibutuhkan putty like
consistency dengan rasio bubuk dan cairan sebesar 3.5 : 1. Untuk luting, menggunakan lebih
banyak cairan, dengan rasio bubuk atau cairan lebih rendah. Hal tersebut dibutuhkan untuk
memastikan flow dari semen tepat pada saat restorasi. Penting untuk diigingat bahwa rasio
bubuk atau cairan yang lebih rendah akan menghasilkan produk yang lebih lemah, lebih mudah
larut, dan mengandung lebih banyak bahan iritan (McCabe, 2008 hal. 273)

8
4.4 Sifat

Sebelum melakukan manipulasi, penakaran bubuk dan cairan harus diperhatikan.


Perbandingan rasio bubuk yang lebih besar membuat konsistensi semen kental dan kuat serta
memiliki kandungan asam sedikit. Sedangkan rasio bubuk yang kecil membuat konsistensi
semen menjadi lebih encer dan mudah mengiritasi. Selain itu, kandungan air yang berada dalam
botol cairan dapat mempengaruhi sifat. Oleh karena itu, sebaiknya cairan tidak dituang terlebih
dahulu sebelum bubuk disiapkan (McCabe, 2008, hal. 273-4). Menurut Anusavice (2012, hal.
316) dalam proses pengadukan air juga berpengaruh pada setting time. Kehilangan air saat
mengaduk dapat memperpanjang seeting time sedangkan ketambahan air dapat mempercepat
setting time.

5. PEMBAHASAN

Pada praktikum, kami melakukan percobaan mengukur setting time semen seng fosfat yang
dimanipulasi sebagai basis dan luting. Kami menemukan perbedaan setting time dari kedua
hasil manipulasi tersebut. Manipulasi sebagai luting memiliki setting time yang lebih lama yaitu
memiliki rata-rata waktu 13 menit 14 detik daripada basis yang memiliki rata-rata waktu 6 menit
27 detik. Berdasarkan hasil praktikum, rata-rata perbandingan bubuk dan cairan pada luting
adalah 0,35 gram : 0,15 gram sedangkan pada basis adalah 0,35 gram : 0,135 gram. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada manipulasi luting perbandingan cairan lebih besar daripada basis.

Besarnya perbandingan cairan pada manipulasi luting membuat konsistensi semen menjadi
lebih encer daripada manipulasi basis. Hal tersebut terjadi karena matriks fosfat yang berasal
dari cairan banyak melarutkan zinc oxide sehingga menyisakan sedikit zinc oxide yang dapat
bereaksi dengan aluminium fosfat yang membentuk zinc aluminophosphate. Dengan sedikitnya
sisa zinc oxide yang tidak larut tersebut membuat konsistensi menjadi encer sebab pada semen
yang setting mengandung sisa zinc oxide yang tidak bereaksi terbungkus dalam matriks zinc
aluminophosphate. Pada manipulasi basis, perbandingan cairan yang digunakan lebih sedikit
sehingga zinc oxide yang larut sedikit dan sisa zinc oxide yang tidak larut banyak terperangkap
pada matriks zinc aluminophosphate.

9
6. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa semen seng fosfat yang
diaplikasikan sebagai luting akan memiliki konsentrasi yang lebih cair dari pada pengaplikasian
sebagai basis. Ini menyebabkan setting time semen seng fosfat sebagai luting akan lebih lama dari
pada sebagai basis. Hal ini disebabkan karena partikel zinc oxide yang terkandung dalam reaksi
sebagai basis lebih banyak dari pada sebagai luting sehingga pada basis pembentukan matriks yang
menyelubungi partikel sisa zinc oxide semakin cepat.

10
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, K. J., Shen, C., & Rawls, H. R. 2013. Phillips’ Science of Dental Materials. 12th ed.
Missouri: Elsevier Saunders. pp. 316-8
McCabe, J. F. & Walls, A.W.G. 2008. Applied Dental Materials. 9th ed. Victoria: Blackwell
Publishing Ltd. pp. 267, 271, 273-4

11

Anda mungkin juga menyukai