Pembimbing Praktikum
2017
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya lah
maka penyusun dapat menyelesaikan makalah praktikum dental material yang
berjudul ”Semen Ionomer Kaca (Glass Ionomer Cement)” dengan pembimbing
praktikum drg. M.Y. IchromNahzi, Sp.KG.
Penyusun
ii
iii
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 2
1.3 Tujuan Praktikum ............................................................................... 2
1.4 Manfaat Praktikum ............................................................................. 3
1.5 Kompetensi Praktikum ....................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi GIC ...................................................................................... 4
2.2. Sifat GIC........................................................................................... 5
2.3 Kelebihan dan Kekurangan ................................................................ 5
2.4 Tipe GIC ............................................................................................ 5
2.5 Cara Manipulasi.................................................................................. 7
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Bahan ................................................................................................. 10
3.2 Alat..................................................................................................... 10
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Triturasi Secara Manual ............................................................ 12
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum.................................................................................. 14
4.2 Teori................................................................................................... 14
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 16
5.2 Saran ................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Pada saat gigi erupsi, proses mineralisasi email belum selesai dan akan
berlanjut sampai kira kira 2-3 tahun setelah erupsi. Selanjutnya proses
demineralisasi dan mineralisasi terjadi terus menerus sejak email selesai
terbentuk, sebagai proses maturasi. Mahkota gigi yang sudah tumbuh ke rongga
mulut dan maturasinya belum sempurna, akan sangat peka terhadap perubahan
mineral dalam rongga mulut. Bila pada tahap maturasi email terdapat fluor
didalam rongga mulut, maka ion fluor dengan cepat berikatan dengan kristal
hidroksiapatit membentuk fluoroapatit yang lebih tahan terhadap pelarutan asam.
Email bagian dalam, yang pertama larut, sedang bagian permukaan sukar larut
karena kandungan fluoridanya lebih tinggi. Reaksi ini sebagian menjelaskan peran
fluor dalam pencegahan karies saat proses karies diawali oleh demineralisasi
email. Reaksi remineralisasi sangat diperkuat oleh adanya keberadaan fluor. Ada
2 mekanisme pelepasan fluor, yaitu pelepasan reaksi jangka pendek dan jangka
panjang. Reaksi jangka pendek, berkaitan dengan reaksi awal karena proses
maturasi setelah setting, terjadi pelepasan fluor tertinggi pada 24-48 jam pertama
setelah terpapar fluor, kemudian menurun secara konstan setelah beberapa minggu
atau beberapa bulan. Pada reaksi jangka panjang, pelepasan fluor lebih rendah dan
stabil sesuai dengan keseimbangan proses difusi. Sedangkan dari penelitian
Freedman, pada hari ke 6 dan ke 7, tampak adanya peningkatan jumlah pelepasan
fluor daritumpatan SIK. (Yuliarti TR, 2008)
Kelebihan dari SIK, mampu mengisi kembali fluor melalui paparan
sumber fluor dari luar, kemudian melepaskan kembali ke lingkungan mulut. Pada
suatu penelitian secara in vivo menunjukkan bahwa unsur fluor dari tumpatan
SIK yang diserap email, efektif menghambat demineralisai email gigi dalam
larutan karies buatan dengan pH 4,8. SIK konvensional mengalami modifikasi
menjadi SIK dengan viskositas tinggi yang dirancang sebagai alternatif tumpatan
amalgam untuk restorasi preventif gigi posterior. Bahan ini berguna untuk tehnik
Atraumatic restorative Treatment (ART). SIK dengan viskositas tinggi telah
banyak beredar dipasaran, antara lain adalah Fuji IX dan Ketac Molar. Dengan
kemampuannya melepaskan fluor, dan aplikasinya yang mudah, SIK menjadi
bahan restorasi pilihan untuk merawat gigi anak, perawatan karies dini dan
penderita denganinsidens karies tinggi. (Yuliarti TR, 2008)
4
5
Kelebihan:
a. Ion fluor yang dilepaskan oleh glass ionomer cement lebih tinggi
dibandingkan resin komposit.
b. Sewarna dengan gigi
c. Tidak iritatif terhadap pulpa
d. Bersifat adhesive terhadap jaringan gigi
e. Daya larut rendah
f. Bersifat anti-bakteri
Kekurangan:
2.4.TIPE GIC
dimodifikasi resin, oksida seng eugenol, seng fosfat, dan ionomer kaca (Ireland,
2015).
- Tipe 4: Fissure sealant
Bahan yang diletakkan dengan cara bonding ke permukaan email gigi
untuk mencegah karies yang terjadi pada ceruk atau fisur. Bahan ini dapat
digunakan pada individu yang dinilai mempunyai risiko karies gigi yang tinggi.
Bahan yang digunakan sebagai penutup fisur adalah resin komposit atau ionomer
kaca (Ireland, 2015).
Ionomer kaca telah digunakan sebagai bahan alternatif dari resin komposit
karena kurang sensitif terhadap keberadaan cairan, melekat dengan baik ke email,
dan melepaskan fluoride, sehingga memberikan efek kariostatik potensial; namun,
baru-baru ini, dianggap masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk
mengevaluesi kesuksesan jangka panjangnya jika dibandingkan dengan resin
komposit (Ireland, 2015).
Indikasi fissure sealant adalah:
1. Semua gigi molar permanen pada anak-anak dengan risiko karies sedang
hingga tinggi,
2. Pada anak-anak dengan resiko karies rendah maka hanya fisur yang dalam
dan retentive yang perlu dilakukan fissure sealant,
3. Pada gigi posterior decidui pada anak-anak dengan resiko karies tinggi
(Bakar, 2015).
kompleks dan rumit. Semen dengan viskositas yang tinggi (kental), saat
pencampuran sulit menimbulkan busa sehingga kemungkinan porositas yang
terjadi lebih rendah saat pencampuran dengan auto-mixing. Kadar porositas
yang terperangkap di dalam semen yang kental adalah sama pada yang
dicampur secara hand-mixing maupun auto-mixing. Untuk semen dengan
viskositas yang rendah, pencampuran secara hand-mixing menghasilkan
porositas yang lebih rendah dibandingkan pencampuran auto-mixing
(McCabe, 2015).
masalah steric hindrance yang dapat terjadi jika suatu ion aluminium
mengusahakan suatu pembentukan garam dengan tiga gugus asam
karboksilat. Oleh sebab itu, banyak ikatan garam aluminium terdiri dari suatu
ion aluminium yang terikat kepada dua gugus karboksilat dan dari gugus
tartarat (McCabe, 2015).
Keluarnya ion-ion flourida (F-) dari partikel kaca mengakibatkan fasa
matriks dari material yang mengeras. Setelah setting, matriks mampu
melepaskan F- ke dalam lingkungan disekitarnya apabila konsentrasi F - tinggi.
Pengaruh terapeutik potensial F - yang terkonsentrasi di dalam fasa matriks
diperkirakan mengontribusi ke arah pengoptimalan karakteriksik setting
dengan cara menjaga kemampuan kerja untuk jangka waktu yang lebih lama
(Sindhu, 2016; McCabe, 2015).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Bahan
b. Vaseline
3.2 Alat
a. Pengaduk Plastik
b.Paper pad
c. Celluloid strip
d. Lempeng Kaca
g. Sonde
10
11
Gambar 7. Sonde
12
4.2. TEORI
REAKSI YANG TERJADI DALAM PROSES SETTING
Pada proses setting SIK, asam yang terkandung dalam cairan SIK bereaksi dengan
lapisan luar dari partikel gelas yang terkandung dalam bubuk SIK. Permukaan
luar partikel gelas tersebut akan melepaskan ion alumunium serta ion kalsium
yang nantinya akan membentuk polysalts dalam matriks asam poliakrilik, serta
silica gel yang nantinya akan berfungsi sebagai pelindung partikel gelas yang
tidak bereaksi. Silica gel juga biasa disebut dengan silica hydrogel karena selama
proses setting, air akan berikatan dengan silica gel karena sifat silica gel yang
hidrofilik
KENAPA DI VARNISH?
Selama proses initial setting SIK sebagai salah satu jenis water-based material,
sangat sensitif terhadap kontaminasi air dan udara. Kontaminasi dengan air
ataupun udara dapat menyebabkan SIK mengalami pelarutan dan daya adhesinya
dengan permukaan gigi akan menurun. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil
tumpatan SIK yang sempurna selama proses setting SIK perlu perlindungan agar
tidak terkontaminasi air dan udara, yaitu dengan cara menggunakan bahan isolasi
yang efektif dan kedap air. Salah satu bahan pelindung yang biasa digunakan
adalah varnish. Pemberian varnish pada permukaan tumpatan SIK sesudah insersi
dapat mencegah kontaminasi air dan udara, terutama pada silica hydrogel yang
terbentuk pada saat proses setting SIK. Silica hydrogel yang terbentuk disekitar
partikel gelas selama proses setting SIK merupakan bagian yang bersifat
14
15
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah praktikan lakukan dan berdasarkan literature
yang praktikan baca, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan setting time
antara rasio bubuk:cairan yang digunakan pada manipulasi GIC. GIC dengan lebih
sedikit bubuk cenderung lebih lama setting time nya dan sedangkan dengan
jumlah bubuk lebih banyak setting time GIC menjadi lebih cepat, selain itu
suhu juga berpengaruh pada setting time GIC. Kesimpulan ini tentunya sangat
berguna bagi praktikan dalam meningkatkan kemampuan memanipulasi bahan
kedokteran gigi Glass Ionomer Cement di dalam percobaan-percobaan
berikutnya.
5.2 Saran
Melalui penyusunan makalah ini diharapkan kita lebih mengetahui tentang
GIC kemudian setidaknya kita mampu menerapkan semua ilmu – ilmu yang telah
kita data dalam makalah ini dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga praktikan
lebih banyak melakukan percobaan manipulasi GIC. Sebaiknya setiap anggota
kelompok bisa melakukan percobaan memanipulasi GIC jadi praktikan memiliki
pengalaman dan kemampuan untuk memanipulasi dengan benar. Praktikan juga
mampu membedakan setting time GIC dengan rasio bubuk / cairan.
16
DAFTAR PUSTAKA
McCabe JF, Walls AW. BahanKedokteran Gigi Edisi 9. Jakarta: EGC; 2015.
Ningsih DS. Resin Modified Glass Ionomer Cement Sebagai Material Alternatif
Restorasi untuk Gigi Sulung. ODONTO Dental Journal. 2014 Desember; 1(2).
Septhiselya PF, Nahzi MYI, Dewi N. Kadar Kelarutan Flour Glass Ionomer
Cement setelah Perendaman Air Sungai dan Akuades. Majalah Kedokteran Gigi
Indonesia. Mei 2016; 2(2).
17