Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah dentistry update ini tepat pada waktu.
Makalah ini membahas mengenai pembahasan jurnal tentang Prinsip dan Prosedur Restorasi
Estetis di Bidang Kedokteran Gigi Anak. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah
sebagai salah satu tugas kelompok dari mata kuliah Dentistry Update. Penulisan makalah ini
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
terimakasih kepada:
1. drg. Berlian Prihatiningrum, M.DSc., Sp.KGA, selaku dosen dan fasilisator yang telah
memberikan bimbingan kepada kami hingga terselesainya penyusunan makalah ini.
2. Anggota kelompok 5/E yang telah berperan aktif dalam diskusi maupun pembuatan
makalah ini.
Dalam tugas yang diberikan, kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan dari pada yang diharapkan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk memperbaiki makalah kami. Akhir kata kami mengucapkan
terimakasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana klasifikasi bahan ceramic in ceram?
4. Bagaimana teknik pembuatan restorasi menggunakan metode slip casting
konvensional?
5. Bagaimana teknik pembuatan restorasi menggunakan metode CAD/CAM?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui definisi restorasi keramik.
2. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi restorasi all ceramic.
3. Mengetahui klasifikasi bahan ceramic in ceram.
4. Mengetahui teknik pembuatan restorasi menggunakan metode slip casting
konvensional.
5. Mengetahui teknik pembuatan restorasi menggunakan metode CAD/CAM.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
yang baik dan ideal, tingkat opacity dan translusensi yang sesuai, warna yang tidak mudah
berubah, respon yang baik terhadap aktivitas biologi dalam mulut dan kompatibel dengan
jaringan lunak dalam mulut. Namun, restorasi all ceramic pada umumnya memiliki sifat
rapuh dan mudah patah pada saat menerima beban kunyah yang tinggi (Hidyatin, dkk.,
2019). Perkembangan bahan restorasi porselen penuh membuatnya menjadi pilihan
restorasi tidak langsung yang estetik. Penambahan bahan seperti alumina dan zirkonia
dapat meningkatkan sifat mekanisnya sehingga dapat juga dijadikan pilihan untuk restorasi
yang memerlukan tahanan terhadap gaya kunyah yang tinggi (Guanwan. dkk., 2017).
4
Berdasarkan mikrostrukturnya, terdapat bahan keramik crystalline dengan bahan
pengisi kaca, yang dipasarkan dengan nama in ceram. Pada tahun 1987, Tyszblat
menemukan sebuah metode glass infiltration untuk membuat restorasi all ceramic dengan
kekuatan yang tinggi dan kecenderungan shringkage yang rendah. Keramik itu diperkuat
oleh infiltrasi kaca ke dalam matriks alumina berpori. Keramik ini memiliki sifat mekanik
yang baik dan tingkat shringkage yang rendah umumnya diproses dengan metode in ceram
(Hidayatin, dkk., 2019).
In ceram spinell (MgAl2O4) merupakan bahan untuk pembuatan restorasi anterior,
memiliki estetik yang baik karena dapat meniru tampilan sama dengan gigi asli,
translusensinya tinggi namun mempunyai kekuatan flexural 350 Mpa dimana kekuatan ini
lebih rendah dibandingkan dengan kekuatan flexural in ceram zirconia 480-810 Mpa yang
digunakan untuk pembuatan retsorasi posterior. Kekuatan yang dimiliki in ceram spinell
sangat stabil jika di bandingkan dengan bahan untuk membuat koping anterior lainnya,
kekuatan spinell akan tetap stabil setelah proses pembakaran (Hidayatin, dkk., 2019).
Penggunaan in ceram spinell hanya direkomendasikan untuk inlay dan crown gigi anterior
(Sundaram dan Varghese, 2020).
Koping keramik dibuat dengan mencetak adonan in ceram pada die (model kerja).
Setelah mengering, dilakukan sintering (pembakaran) selama 10 jam dengan 1120°C. Pada
pembuatan restorasi dengan metode konvensional slip cast, koping yang dihasilkan in
ceram setelah pembakaran bersifat porus selanjutnya dilakukan proses glass infiltration
dengan mengaplikasikan lanthanum glass yang kemudian dibakar dengan suhu awal 500º
C hingga mencapai suhu 1120º C dengan dibakar selama 4-6 jam untuk mendapatkan hasil
restorasi yang kuat (Hidayatin, dkk., 2019).
Selain bahan in ceram spinell, terdapat pula jenis all ceramic yang lain yaitu in
ceram alumina dan in ceram zirconia. In ceram alumina memiliki flexure strength sekitar
500 MPa dengan translusensi yang buruk. Penggunaan jenis tersebut adalah untuk crown
gigi posterior dan bridge anterior. In ceram Zirconia adalah modifikasi dari in-ceram
alumina yang terdiri dari 67% aluminum oxide dan 33% partially stabilized zirconium
oxide. Sistem Zirkonia menggunakan campuran dari zirconium oksida dan aluminium
oksida untuk sebagai kerangka untuk meningkatkan flexure strength pada kerangka inti.
In ceram zirconia memiliki flexural strength yang lebih tinggi dibandingkan dengan In-
ceram alumina, dengan flexural strength 700 MPa. Namun, In cream zirconia memiliki
sifat translusensi yang sangat buruk. Penggunaannya direkomendasikan untuk crown dan
porterior three-unit bridges (Sundaram dan Varghese, 2020).
5
2.4 Metode Slip Casting Konvensional
2.4.1 Definisi
Secara umum, casting adalah proses pembuatan benda dari bahan logam
atau alloy (logam campuran) dengan cara mencairkan logam tersebut kemudian
menuangkannya atau mensentrifugasikannya ke dalam ruangan (mould chamber)
yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Dalam hal ini logam dicairkan dengan cara
pemanasan (peleburan) dan dengan tekanan, logam cair tersebut didorong masuk
ke dalam mould chamber. Maka terbentuklah benda dari logam yang berbentuk
sama dan sebangun dengan model malam sebelumnya. Pengertian mould chamber
adalah suatu ruangan yang terdapat dalam bahan pendam (investment materials)
yang merupakan ruangan bekas model malam yang sudah dicairkan atau diuapkan
keluar dari bahan pendam. Sedangkan, slip casting merupakan proses untuk
membuat keramik yang berlubang. Proses ini menggunakan cetakan dengan
dinding yang berlubang-lunagng kecil dan memanfaatkan daya kapilaritas air
(Yulika, dkk., 2014).
Teknik yang digunakan untuk pembuatan restorasi berbahan in ceram
adalah teknik slip casting, teknik ini dikenal sejak tahun 1990. Slip casting
merupakan teknik konvensional yang menggunakan beberapa bahan yaitu bubuk
dan liquid yang diaplikasikan pada die refraktori dengan menggunakan kuas
kemudian dibakar dengan suhu tinggi. Koping yang dihasilkan in ceram setelah
pembakaran bersifat porus, porus ini kemudian diinfiltrasikan dengan lanthanum
glass dengan proses kapilarisasi (Hidayatin, dkk., 2019).
6
sekitar 1140o C. Hal ini dilakukan dengan menuangkan plaster khusus untuk
mendapatkan die yang akurat dalam pembuatan restorasi (Hidayatin, dkk., 2019).
2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan Metode Slip Casting Konvensional
Pengolahan restorasi koping all ceramic umumnya menggunakan
teknik slip casting yang dilakukan pada model duplikasi, kemudian dipanaskan
pada furnice untuk menghasilkan partially sintered koping yang diinfiltrasi
dengan kaca pada suhu 1100º C dalam waktu 10 jam sehingga didapatkan hasil
koping yang kuat. Selain itu biaya yang dihabiskan dari penggunaan metode
ini cenderung lebih terjangkau jika dibandingkan dengan metode CAD/CAM
(Hidayatin, dkk., 2019).
b. Kekurangan Metode Slip Casting Konvensional
Akurasi marginal restorasi berbahan in ceram dengan teknik slip
casting konvensional kurang akurat dibanding teknik CAD/CAM, karena
keseluruhan prosedur in ceram spinell konvensional banyak dipengaruhi oleh
kemampuan teknisi dalam tahap aplikasi koping. Perkiraan untuk
pengaplikasian dan pembentukan koping serta kompensasi shringkage dari
bahan yang digunakan hanya dilakukan secara kira-kira. Selain itu pembuatan
restorasi menggunakan teknik slip casting memungkinkan adanya udara
terjebak dan menghasilkan porosity sehingga tingkat kepadatan koping yang
dihasilkan kurang optimal jika dibandingkan dengan teknik CAD/CAM.
Selain itu kelemahan teknik konvensional adalah menglami penyusutan dan
ekspansi yang terkait dengan model, dan terdapat juga penyusutan dan
porositas yang terkait dengan prosedur pengecoran (Hidayatin, dkk., 2019;
Jubhari dan Aenun, 2020).
2.4.3 Teknik Pembuatan Restorasi
Berikut merupakan tahapan-tahapan teknik pembuatan koping all ceramic
jenis spinell menggunakan metode slip casting konvensional, yaitu: (Hidayatin,
dkk., 2019)
a. Persiapan model kerja
- Melakukan block out pada die yang bertujuan untuk menghilangkan
daerah yang undercut.
- Melakukan coating dilakukan pada die dengan batas 1 mm diatas servikal.
7
- Diamkan selama 5 menit, hal ini bertujuan untuk memperkeras permukaan
die agar tidak mudah rusak atau patah selain itu juga untuk memberikan
tempat semen.
- Duplikasi die menggunakan bahan cetak elastomer dengan waktu setting
kurang lebih 3 menit atau sesuai dengan aturan pabrik.
- Menyemprotkan wetting agent ke dalam cetakan untuk mengurangi
tegangan pada cetakan agar model duplikasi dapat tercetak dengan
sempurna.
- Pengecoran menggunakan plaster khusus agar model kerja tidak rusak
saat proses pembakaran atau sintering dengan w/p ratio 20 g: 4,6 ml,
pengadukan menggunakan vacuum selama 20 detik.
- Tuangkan diatas vibrator untuk menghilangkan gelembung-gelembung
udara yang menyebabkan porus, setting time selama 2 jam.
- Dilakukan deflasking atau pembongkaran.
- Memberi tanda batas pada servikal die dengan pensil tinta yang berguna
untuk memberi batas restorasi pada saat pengaplikasian adonan in ceram
spinell.
Gambar. Persiapan model kerja (kiri). Black out pada die (kanan) (Vita,
2021).
8
b. Pembuatan koping spinell
- Siapkan Powder dan liquid dengan ukuran 13,5 g: 1 ampul sesuai gelas
ukur, komposisi antara powder dan liquid harus sesuai agar menghasilkan
adonan yang baik.
- Pengadukan dengan menggunakan spatula kecil secara perlahan diatas
vibrator untuk menghilangkan porusitas.
- Adonan diletakkan dalam Vitasonic II ultrasonic selama 4 menit, air di
dalam vitasonic harus didinginkan dengan es batu, air dingin membantu
menjaga suhu adonan spinell tetap terjaga saat berada dalam vitasonic.
- Adonan cetakan dituangkan ke dalam gelas plastik kemudian spinell di
aplikasikan pada die dengan menggunakan kuas, kelebihan bahan
dihilangkan menggunakan scalpel.
- Koping harus dibentuk sedemikian rupa sehingga di dapat ukuran yang
tepat yaitu untuk ketebalan minimal insisal 0,7 mm dan ketebalan minimal
sirkum ferensial 0,5 mm (Hidayatin, dkk., 2019).
c. Proses pembakaran
Pembakaran dilakukan pada suhu awal 500oC dalam waktu 10 jam
untuk mencapai suhu 1120oC, meningkatkan suhu secara bertahap bertujuan
agar koping tidak rapuh dan mudah pecah (Hidayatin, dkk., 2019).
d. Proses pendinginan
Pendinginan bahan koping setelah dilakukan pembakaran bertujuan
untuk mempermudah prosedur selanjutnya, yaitu proses fitting dan
penghalusan.
e. Proses fitting
- Periksa seluruh permukaan koping, daerah servikal dan marginal.
- Periksa ketebalan koping dengan menggunakan kaliper sesuai ukuran
yang dibutuhkan.
- Jika ukuran dirasa masih terlalu tebal permukaan logam di grinding
menggunakan diamond bur. Ketebalan koping akan menentukan mahkota
keramik yang akan dibuat.
- Letakkan kembali koping pada die.
9
Gambar. Periksa ketebalan koping (kiri). Dicobakan kembali pada
die (kanan) (Vita, 2021).
- Apabila daerah servikal atau marginal kurang akurat dapat di antisipasi
dengan penggunaan in ceram classic spinell optimizer.
• Mengaplikasikan in ceram classic spinell optimizer menggunakan
electronic wax knife, suhu spinell optimizer tidak boleh terlalu panas
yang dapat mengakibatkan kandungan wax yang ada dalam
optimizer menguap sehingga aplikasi spinell optimizer kurang
optimal.
• Dilakukan pembakaran dengan suhu 1120oC.
- Proses glass infiltration dengan mengaplikasikan lanthanum glass yang
kemudian dibakar dengan suhu awal 500o C hingga mencapai suhu 1120o
C untuk mendapatkan hasil restorasi yang kuat. Hal ini dilakukan karena
sifat bahan in ceramporus (Hidayatin, dkk., 2019).
10
Gambar. Proses penghalusan sisa glass yang kasar (Vita, 2021).
Gambar. Hasil koping yang telah disesuaikan dan difiksasi pada die (Vita,
2021).
11
Akurasi marginal restorasi berbahan in ceram dengan teknik slip casting
konvensional kurang akurat dibanding teknik CAD/CAM, karena keseluruhan
prosedur in ceram spinell konvensional banyak dipengaruhi oleh kemampuan
teknisi dalam tahap aplikasi koping. Perkiraan untuk pengaplikasian dan
pembentukan koping serta kompensasi shringkage dari bahan yang digunakan
hanya dilakukan secara kira-kira. Selain itu pembuatan restorasi menggunakan
teknik slip casting memungkinkan adanya udara terjebak dan menghasilkan
porosity sehingga tingkat kepadatan koping yang dihasilkan kurang optimal jika
dibandingkan dengan teknik CAD/CAM (Hidayatin, dkk., 2019).
12
2.5.2 Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan Metode CAD/CAM
Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan adanya teknik baru
untuk pengolahan all ceramic berbahan in ceram dengan metode CAD/CAM.
Teknik pembuatan baru berbasis komputer yang telah dikembangkan salah
satunya adalah teknik pembuatan dengan metode Computer Aided Design
Computer Aided Machining (CAD/CAM). Penggunaan metode Computer
Aided Design Computer Aided Machining (CAD/CAM) dalam pembuatan
restorasi all ceramic menggunakan blank atau ingot yang dapat menghasilkan
restorasi yang lebih baik dibandingkan metode konvensional. Teknik
CAD/CAM apabila proses scanning dan desain sesuai akan menghasilkan
restorasi dengan tingkat ketepatan yang tinggi. Keuntungan lain dari
penggunaan metode Computer Aided Design Computer Aided Machining
(CADCAM) akan lebih mempersingkat waktu dikarenakan beberapa proses
pada metode konvensional dapat dilakukan menjadi satu tahap (Hidayatin,
dkk., 2019).
CAD CAM memberikan keuntungan yaitu efektivitas waktu, tidak
membutuhkan banyak sumber daya manusia, dan menghasilkan restorasi
dengan kualitas yang baik, Ketika menggunakan metode ini, tahap pencetakan
pada pasien dapat dihindari. Pemilihan bahan dan warna yang akan digunakan,
pemilihan desain melalui data digital dari cetakan gigi pasien, pemilihan
restorasi gigi yang akan dibuat seperti mahkota posterior premolar 1,
pembuatan batas preparasi dan arah pasang yang sesuai, pemantauan ulang
data digital restorasi gigi agar mempunyai kontak yang baik dengan gigi-gigi
tetangga maupun gigi antagonis semuanya dapat dilakukan pada komputer
melalui materials menu dari aplikasi software yang telah tersedia di komputer
(Andriyani, dkk., 2017).
Selain itu teknologi CAD/CAM juga memberikan beberapa
keuntungan lain seperti menawarkan otomatisasi prosedur pembuatan dengan
peningkatan kualitas dalam waktu yang lebih singkat. Sistem CAD/CAM
dibidang kedokteran gigi dapat meminimalkan bahaya infeksi karena
kontaminasi karena proses fabrikasi multistage konvensional dari restorasi
secara tidak langsung. Selain itu dengan penggunaan block atau blank dapat
menghasilkan restorasi dengan hasil yang lebih baik dibandingkan metode
13
lain. Hal ini dikarenakan hasil desain yang sesuai akan menghasilkan restorasi
yang memiliki ketepatan yang baik dan pengurangan kegagalan yang
akibatkan karena kesalahan proses duplikasi serta aplikasi koping. Metode in
ceram CAD/CAM ini juga menghasilkan kekuatan dan keakuratan yang lebih
baik dibandingkan dengan metode slip cast konvensional. Ketepatan marginal
yang baik dapat diperoleh dari metode ini karena proses scanning, desain dan
milling yang berhasil, oleh karena itu teknisi harus handal dan teliti dalam
mengoperasikan CAD/CAM agar restorasi yang dihasilkan sesuai. Dalam
kasus klinis, dimana restorasi dibuat dengan prefabricated block jarang
ditemukan kegagalan. Secara signifikan disebutkan bahwa pengolahan dengan
metode milling menggunakan CAD/CAM meningkatkan sifat fisik dari
koping. Hal ini disebabkan karena bentuk ingot yang lebih homogen
(Hidayatin, dkk., 2019).
Beberapa keunggulan metode CAD/CAM dibanding dengan metode
slip cast konvensional adalah teknisi tidak perlu melakukan blockout die,
menduplikasi die, penyemprotan wetting agent, penggunaan vitasonic dan
ultrasonic, memberikan batas dengan pensil tinta untuk batas aplikasi,
mempersiapkan adonan spinell untuk aplikasi koping. Hal ini dapat dilakukan
hanya dengan melakukan proses scanning, desain dan milling dengan metode
CAD/CAM. Selain itu hasil koping yang dihasilkan dengan metode
CAD/CAM memiliki ketepatan yang baik karena penggunaan spinell block
yang komposisinya lebih homogen (Hidayatin, dkk., 2019).
Teknologi CAD/CAM dikembangkan untuk mengatasi beberapa
kelemahan teknik konvensional yang pertama untuk menghilangkan
penyusutan dan ekspansi yang terkait dengan model, yang kedua adalah untuk
menghilangkan penyusutan dan porositas yang terkait dengan prosedur
pengecoran, yang ketiga adalah membuat restorasi gigi lebih mudah, lebih
cepat, dan lebih akurat. Pada kebanyakan kasus, teknologi CAD/CAM dapat
menyelesaikan restorasi dalam hari yang sama (Jubhari dan Aenun, 2020).
Selain itu juga terdapat beberapa manfaat dari CAD/CAM, 1) bagi
pasien adalah pengurangan jumlah kunjungan pasien dapat bermanfaat bagi
pasien tua yang mengalami kesulitan bepergian bolak-balik ke klinik 2) bagi
dokter prosedurnya sederhana, mengurangi pemakaian bahan, meningkatkan
produktivitas, produksi menjadi lebih cepat, restorasi yang dihasilkan lebih
14
presisi, pengurangan waktu kunjungan klinik dapat mengurangi overhead
dokter dan meningkatkan profitabilitas, semua data dapat dikumpul dan
disimpan secara digital dan digunakan untuk pembuatan gigi tiruan berikutnya
jika gigi tiruan hilang, rusak, ataupun pasien telah melakukan bedah. 3) bagi
teknisi, tahap laboratorium memakan waktu singkat sehingga gigi tiruan dapat
diproduksi ulang, efisien, dan akurat 4) gigi tiruan, prepolymerized acrylic
resin (PAR) yang digunakan oleh beberapa pabrik untuk pembuatan basis gigi
tiruan seuai dan kuat bila dibandingkan dengan basis yang dibuat secara
konvensional. Menggunakan bahan PAR tidak mengalami penyusutan
polimerisasi, penelitian independen menunjukkan bahwa PAR mengandung
monomersisa yang lebih sedikit dan lebih hidrofobik dari pada resin akrilik
yang diproses secara konvensional, bahan PAR mengurangi potensi infeksi
karena lebih sedikit organisme mikro misalnya C. Albicans yang melekat pada
basis gigi tiruan (Jubhari dan Aenun, 2020).
b. Kekurangan Metode CAD/CAM
Pada tahapan teknik pembuatan koping all ceramic jenis spinell
menggunakan metode CAD/CAM proses scanning harus tepat. Melakukan
scanning pada seluruh permukaan model kerja dan bagian antagonis sehingga
didapatkan hasil yang akurat. Sehingga bisa menyebabkan beberapa kesalahan
yang dihasilkan karena scanning yaitu penempatan model yang tidak sesuai
pada meja scan sehingga mesin scan tidak dapat merekam secara akurat, selain
itu sistem scanning memiliki resolusi terbatas yang dapat mengakibatkan tepi
sedikit membulat. Selain itu, biaya modal untuk menggunakan sistem
CAD/CAM ini cukup tinggi, ini juga merupakan salah satu kekurangan dari
sistem CAD/CAM ini (Hidayatin, dkk., 2019).
Sistem dari CAD/CAM ini juga bisa menyebabkan kerugian pada gigi
tiruan seperti 1) tidak stabil, sehingga membutuhkan remounting klinis untuk
keseimbangan, 2) beberapa GTL CAD/CAM dibuat oleh dengan dokter gigi
yang tidak menguasai sistem pembuatan gigi tiruan digital, 3) mengurangi
kunjungan pasien sehingga dokter gigi jarang mengevaluasi estetik, fotografi,
dan membuat penyesuaian yang perlu. Untuk itu, gigi tiruan sementara perlu
direkomendasikan bagi pengguna baru (Jubhari dan Aenun, 2020).
15
2.5.3 Teknik Pembuatan Restorasi
Sistem CAD/CAM terdiri dari tiga proses yang utama yaitu scaning, design,
dan milling. Namun, teknik pembuatn CAD/CAM masih perlu dilakukan beberapa
tahapan selain yang disebutkan tadi. Sehingga tahapan teknik pembuatan restorasi
dengan metode CAD/CAM, yaitu;
1) Gambaran umum dan anamnesis
Sebelum melakukan restorasi dengan metode CAD/CAM praktisi gigi
harus mendiagnosis dan merekomedasikan beberapa opsi, menjelaskan
mengenai kekurangan dan kelebihan teknik ini terlebih dahulu (Susic, dkk.,
2017). Tergantung juga pada indikasinya. Selain itu, pemeriksaan klinis
rongga mulut pasien juga perlu dipertimbangkan sebelum melakukan restorasi.
Yang paling penting restorasi dengan metode CAD/CAM ialah permintaan
pasien harus dipertimbangkan (Pita, dkk., 2016).
2) Preparasi gigi
Sebelum dilakukan perhitungan dan membuat desain, gigi dipreparasi
terlebih dahulu, sesuai dengan indikasi gigi yang akan direstorasi (Susic, dkk.,
2017). Seperti melakukan preparasi pada gigi yang karies, atau menghilangkan
sisa restorasi sebelumnya.
16
4) Scan 3D model
Pemindaian model 3D jika menggunakan model studi konvensional
maka, harus tepat. Proses ini dilakukan pada seluruh permukaan model, serta
melibatkan bagian antagonisnya. Proses scaning ini juga dapat menentukan
keberhasilan restorasi nantinya sehingga, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan saat proses scaning.
Semua segmen model harus diperhatikan untuk mencegah model
bergerak di dalam mesin scanner selama proses scanning. Model dan die harus
dipasang dengan stabil, yang diletakan pada tray yang terdapat pada scanner.
Penempatan model harus tepat pada bagian tengah piring scanner agar
ketepatan hasil scanner benar 100%. Bubuk Ceramill diaplikasikan pada die
atau model untuk mendapatkan pantulan (luster) dari model sehingga data dari
model akan mudah dan jelas terekam dalam scanner. Terdapat beberapa
kesalahan yang sering terjadi saat proses scaning. Seperti sistem scanning
memiliki resolusi terbatas yang dapat mengakibatkan tepi sedikit membulat.
Hasil scaning ini ialah berupa data digital dengan perbandingan 1:1 dengan
data penyimpanan awal. Perputaran piring scan yang teratur selama proses
scan akan merekam semua hal yang lebih lengkap tentang bentuk dan semua
daerah kritis pada model.
Selain itu, pemindaian otomatis dengan itra oral scaning dapat
dilakuka. Pemindaian dilakukan dengan kamera khusus yang dapat
menangkap gambaran 3D gigi secara langsung, setelah itu gambar akan
dipindahkan ke computer dan akan diproses dengen perangkat lunak (Susic,
dkk., 2017). Kamera intra oral ini memiliki tingkat akurasi tinggi dan efesien.
17
Gambar. Scan dengan intraoral scaning dan hasil scan.
5) Desain
Desain yang dibutuhkan untu restorasi yang diinginkan, perangkat
lunak CAD/CAM akan memodelkan gigi berdasarkan presyaratan yang
dimaksukan koping sesuai aturan. Misalnya untuk gigi insisiv yaitu ketebalan
minimal dinding insisal 0,7mm, ketebalan minimal dinding bagian bukal dan
lingual 0,5 dan ukuran koping di perbesar 20%-25% dari ukuran ideal yang
bertujuan untuk mengantisipasi adanya penyusutan saat proses pembakaran
(Hidayatin, dkk., 2019).
18
6) Pencetakan (milling)
Setelah mendesain sesuai, maka proses selanjutnya ialah milling.
Melakukan milling pada In-ceram spinell block dengan menggunakan mesin
milling. Mesin milling (CAM) digunakan untuk membuat restorasi. Data
konstruksi yang dihasilkan oleh software CAD diubah ke dalam data milling
untuk diproses oleh CAM dan akhirnya dimuat ke dalam perangkat milling.
Balok keramik terlebih dahulu dipasang pada alat. Setelah itu, proses
milling akan berdasarkan model 3D dari perangkat lunak CAD/CAM. Mesin
milling bekerja sesuai dengan intruksi computer. Blok keramik diproses
dengan memutar porosnya, cakram berlian berputar, bergerak ke atas dan ke
bawah di sekitar blok keramik dan memprosesnya. Pergerakan cakram berlian
diaktifkan melalui rel listrik.
19
koping dengan kaliper sesuai dengan aturan ideal koping. Kemudian
menggrinding permukaan koping jika diperlukan untuk mendapatkan ukuran
yang diinginkan (Hidayatin, dkk., 2019).
20
untuk memperoleh koping yang kuat, kemudian menghilangkan kelebihan
glass dengan diamond bur. Setelah itu sisa glass spinell di sandblast dengan
mesin sandblast menggunakan Al2o3 (30-50 μm) dengan tekanan 2,5 – 3 bar.
Ketepatan pembuatan koping sangat penting untuk menghasilkan restorasi
yang baik, oleh karena hal tersebut maka kemampuan teknisi akan sangat
mempengaruhi hasil dari pembuatan koping tersebut.
21
ini dapat menggunakan jenis semen yang ada, misalnya dengan resin,
zincphospate, glass ionomer, dll. Misalnya, pengguunaan semen resin.
Sebelumnya, permukaan gigi perlu dietsa terebih dahulu, kemudian dibilas
selama 15 detik. Kemudian diberi bonding agent. Setelah gigi dibersihkan
semen diaplikasikan pada bagian dalam permukaan ceramic yang telah
dibentuk, lalu diaplikasikan pada gigi gigi yang akan direstorasi. Semen yang
berlebih dibuang, lalu dilakukan penyinaran dengan light cure selama 20 detik.
Oklusi pasien diperiksa dan dilakukan pemolesan (Pita, dkk., 2016).
Gambar. Hasil restorasi dengan tenik CAD/CAM pada gigi yang mengalami
amelogenesis imferfecta. Gambar kiri sebelum, gambar kanan hasil setelah
direstorasi.
22
BAB III
KESIMPULAN
Dental keramik pada kedokteran gigi adalah bahan kedokteran gigi yang terbentuk dari
bahan non metalik yang memiliki estetik yang tinggi dan bersifat brittle (rapuh). Bahan dental
keramik dapat digunakan sebagai bahan restorasi gigi seperti crown, inlay, bridges atau veneer
dan sebagai anasir gigi tiruan lepasan. Restorasi menggunakan bahan keramik dibedakan
menjadi dua yaitu restorasi Porcelain Fused to Metal (PFM) dan restorasi all ceramic.
Restorasi all ceramic yaitu mahkota penuh yang terdiri dari struktur kerangka pendukung
bahan keramik yang kuat dan keras serta dilapisi oleh lapisan keramik yang lebih lunak untuk
mendapatkan estetik yang baik dan ideal, tingkat opacity dan translusensi yang sesuai, warna
yang tidak mudah berubah, respon yang baik terhadap aktivitas biologi dalam mulut dan
kompatibel dengan jaringan lunak dalam mulut.
In ceram spinell (MgAl2O4) merupakan bahan untuk pembuatan restorasi anterior,
memiliki estetik yang baik karena dapat meniru tampilan sama dengan gigi asli. Selain bahan
in ceram spinell, terdapat pula jenis all ceramic yang lain yaitu in ceram alumina dan in ceram
zirconia.
Berdasarkan teknik pembuatan koping in ceram spinnel, akurasi marginal restorasi
berbahan in ceram dengan teknik slip casting konvensional kurang akurat dibanding teknik
CAD/CAM, karena keseluruhan prosedur in ceram spinell konvensional banyak dipengaruhi
oleh kemampuan teknisi dalam tahap aplikasi koping. Perkiraan untuk pengaplikasian dan
pembentukan koping serta kompensasi shringkage dari bahan yang digunakan hanya dilakukan
secara kira-kira. Selain itu pembuatan restorasi menggunakan teknik slip casting
memungkinkan adanya udara terjebak dan menghasilkan porosity sehingga tingkat kepadatan
koping yang dihasilkan kurang optimal jika dibandingkan dengan teknik CAD/CAM.
23
Daftar Pustaka
Andriyani M., Harwasih S., dan Inayati E. 2017. Fabrication Technique of Dental Restoration
Using Hybrid Ceramic With Cad Cam Method. Journal of Vocational Health
Studies; 1(1): 32-38
Gunawan J., V. Takarini, dan Z. Hasratiningsih. 2017. Performa porselen fusi logam dan
porselen penuh. Jurnal Kedokteran Gigi Unpad; 29(3): 209-212
Hidayatin I., S.R. Indiani, dan R. D. F. Ratwita. 2019. Teknik pembuatan koping all ceramic
jenis spinell slip cast menggunakan metode konvensional dan CAD/CAM. Journal of
Vocational Health Studies; 3: 32-36
Jubhari EH., dan Aenun N. 2020. Complete rehabilitation using a digital smile design
combined with conventional restorative materials and CAD/CAM in bruxism
patient. MDJ (Makassar Dental Journal); 9(3): 233-239
Pita A., Marinou G., Tsitrou E. 2016. Case Report: Ultraconservative CAD/CAM Ceramic
Restorations Treatment of Developmental. International Journal of Oral and Dental
Health; 2(4): 1-6
Sundaram RK., dan Bensy Varghese. 2020. All ceramic materials in dentistry: past, present
and future: a review. International Journal of Contemporary Medical Research; 7(2):
8-11
Susic I., Travar M., Susic M. 2017. The Aplication of CAD/CAM Technology in Dentistry.
Innovative Ideas in Sience; 200(1): 1-12
Vita. 2021. In Ceram for Cerec/ Cerec Inlab. www.cerec.co.il//downloads/vita_in_ceram.pdf.
Diakses 13 Maret 2021
Yulika D., Kusumandari., dan Suryana R. 2014. Pelapisan TiO2 di atas FTO dengan Teknik
Slip Casting dan Spin Coating untuk Aplikasi DSSC. Jurnal Fisika Indonesia; 53(18):
66-69
24