Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH DENTISTRY UPDATE

PRINSIP DAN PROSEDUR RESTORASI ESTETIS DI BIDANG KEDOKTERAN


GIGI ANAK

Pembimbing: drg. Berlian Prihatiningrum, M.DSc., Sp.KGA

Disusun oleh: Kelompok 5 / E


Alvionika Nadyah Qotrunnada ( 181610101022 )

Hilmi Achmad Wildan ( 181610101023 )

Gardenisti Putri Maheswari ( 181610101024 )

Arini Tri Jayanti ( 181610101025 )

Ericha Dwi Kurniasari Sulaiman ( 181610101026 )

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah dentistry update ini tepat pada waktu.
Makalah ini membahas mengenai pembahasan jurnal tentang Prinsip dan Prosedur Restorasi
Estetis di Bidang Kedokteran Gigi Anak. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah
sebagai salah satu tugas kelompok dari mata kuliah Dentistry Update. Penulisan makalah ini
tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
terimakasih kepada:
1. drg. Berlian Prihatiningrum, M.DSc., Sp.KGA, selaku dosen dan fasilisator yang telah
memberikan bimbingan kepada kami hingga terselesainya penyusunan makalah ini.
2. Anggota kelompok 5/E yang telah berperan aktif dalam diskusi maupun pembuatan
makalah ini.
Dalam tugas yang diberikan, kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan dari pada yang diharapkan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk memperbaiki makalah kami. Akhir kata kami mengucapkan
terimakasih.

Jember, 12 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………………………………... i


Kata Pengantar …………………………………………………………………………….… ii
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………..… 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………..… 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………. 1
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………... 3
2.1 Definisi Restorasi Keramik ………………………………………………………... 3
2.2 Indikasi dan Kontraindikasi Restorasi All Ceramic ……………………………..… 4
2.3 Bahan Ceramic In Ceram …………………………………………………………. 4
2.4 Metode Slip Casting Konvensional ……………………………………………...... 6
2.5 Metode CAD/CAM ………………………………………………………………. 12
BAB III KESIMPULAN ……………………………………………………………….… 23
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu restorasi harus dapat memenuhi kebutuhan estetis dan fungsi, dimana
restorasi tersebut diharapkan dapat memenuhi kepuasan pasien. Mahkota gigi tiruan
merupakan salah satu jenis restorasi tetap yang menutupi permukaan koronal mahkota
klinis gigi asli, yang harus dapat memperbaiki morfologi, kontur, serta melindungi
jaringan gigi yang tersisa dari kerusakan lebih lanjut. Mahkota gigi tiruan atau crown ini
dapat terbuat dari beberapa bahan : logam, komposit, akrilik, porcelain maupun kombinasi
logam-porcelain.
Porcelain adalah bahan keramik putih yang bersifat rapuh, tetapi mempunyai
sifattranslusen, korosi yang rendah, dan mengkilat, dimana pembakarannya dengan
temperatureyang tinggi. Porselen adalah bahan yang terbuat dari jenis keramik yang
dibakar dengan suhutinggi dari bahan lempung murni yang tahan api. Terdiri dari senyawa
logam dan non logamyang diproses dengan pemanasan suhu tinggi. Penggunaan keramik
pada masa lampau sering digunakan untuk peralatan seharihari ataupun alatalat tertentu
lainnya. Seiring perkemangan zaman, keramik mulai digunakan untuk bidang lainnya yang
salah satunya adalah bidang kedokteran gigi.
Keramik digunakan untuk memenuhi kebutuhan restorasi. Restorasi yang terbuat
dari dental keramik memiliki beberapa kelebihan yang meliputi sifat translusen, warnanya
sesuai dengan warnanya sesuai dengan warna gigi asli, dapat dibentuk sesuai dengan
bentuk anatomis gigi, bikompatibilitas terhadap jaringan mulut baik serta memiliki nilai
koefisien termal ekspansi yang hampir sama dengan gigi. Kerusakan keramik yang sama
dengan email sangat diharapkan untuk meminimalkan keausan pada restorasi keramik dan
mengurangi kerusakan akibat keausan yang dapat terjadi pada emailkarena adanya
restorasi keramik. Tetapi restorasi yang terbuat dari dental keramik memiliki tensile
streght yang rendah, brittle, mudah fraktur dan memiliki akurasi yang buruk pada bagian
tepi restorasi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Apa definisi restorasi keramik?
2. Apa saja indikasi dan kontraindikasi restorasi all ceramic?

1
3. Bagaimana klasifikasi bahan ceramic in ceram?
4. Bagaimana teknik pembuatan restorasi menggunakan metode slip casting
konvensional?
5. Bagaimana teknik pembuatan restorasi menggunakan metode CAD/CAM?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui definisi restorasi keramik.
2. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi restorasi all ceramic.
3. Mengetahui klasifikasi bahan ceramic in ceram.
4. Mengetahui teknik pembuatan restorasi menggunakan metode slip casting
konvensional.
5. Mengetahui teknik pembuatan restorasi menggunakan metode CAD/CAM.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Restorasi Keramik


Kata Keramik berasal dari kata Yunani “keramos” yang secara harfiah berarti
“barang yang dibakar” tetapi memiliki arti yang lebih spesifik sebagai bahan yang
dihasilkan dengan cara dibakar atau dibakar. Dental ceramic adalah bahan yang dirancang
dengan tujuan untuk memproduksi protesa gigi yang digunakan untuk mengganti struktur
gigi yang hilang atau rusak. Dalam kedokteran gigi, keramik pertama kali diperkenalkan
sebagai bahan restoratif pada akhir tahun 1700-an, dengan keuntungannya dapat meniru
bentuk dan warna gigi asli. Sejak penggunaan pertama porselen untuk membuat gigi tiruan
lengkap oleh Alexis Duchateau pada tahun 1774, banyak komposisi porselen gigi telah
dikembangkan (Sundaram dan Varghese, 2020).
Restorasi menggunakan bahan keramik dibedakan menjadi dua yaitu restorasi
Porcelain Fused to Metal (PFM) dan restorasi all ceramic. Restorasi Porcelain Fused to
Metal merupakan restorasi tidak langsung dengan dukungan logam sebagai dasar restorasi
dan porselen sebagai lapisan luar. Dasar logam dibuat dari logam paduan yang
mengandung kobalt, krom, platinum, sedangkan lapisan luar dapat dibuat dari porselen
felspatik, alumina, atau zirkonia. Pembuatan dasar logam dilakukan hampir sama dengan
prosedur pembuatan logam cor. Kemudian, lapisan luar porselen dibentuk dari 3 lapisan
yaitu opaquer, body/dentin, dan enamel (Gunawan, dkk., 2017). Restorasi Porcelain
Fused to Metal (PFM) termasuk dalam restorasi yang kuat karena didukung dengan koping
logam tetapi mempunyai kekurangan karena estetikanya yang kurang optimal. Restorasi
ini dapat menimbulkan alergi pada sebagian pemakainya dan sering menimbulkan warna
atau garis kehitaman pada daerah servikal karena adanya pelepasan ion logam ke dalam
jaringan gingival. Selain itu timbulnya warna keabu-abuan yang diakibatkan karena
pelapisan opaque yang kurang sesuai (Hidyatin, dkk., 2019).
Restorasi all ceramic atau porselen penuh merupakan restorasi tidak langsung
dengan substruktur porselen sebagai dasar yang dilapisi oleh jenis porselen lainnya.
Substruktur dasar porselen menggunakan bahan yang lebih kuat dibandingkan bahan
pelapisnya, biasanya zirkonia digunakan sebagai dasar dan felspatik atau lithium disilikat
bisa digunakan sebagai pelapisnya (Gunawan, dkk., 2017). Restorasi all ceramic yaitu
mahkota penuh yang terdiri dari struktur kerangka pendukung bahan keramik yang kuat
dan keras serta dilapisi oleh lapisan keramik yang lebih lunak untuk mendapatkan estetik

3
yang baik dan ideal, tingkat opacity dan translusensi yang sesuai, warna yang tidak mudah
berubah, respon yang baik terhadap aktivitas biologi dalam mulut dan kompatibel dengan
jaringan lunak dalam mulut. Namun, restorasi all ceramic pada umumnya memiliki sifat
rapuh dan mudah patah pada saat menerima beban kunyah yang tinggi (Hidyatin, dkk.,
2019). Perkembangan bahan restorasi porselen penuh membuatnya menjadi pilihan
restorasi tidak langsung yang estetik. Penambahan bahan seperti alumina dan zirkonia
dapat meningkatkan sifat mekanisnya sehingga dapat juga dijadikan pilihan untuk restorasi
yang memerlukan tahanan terhadap gaya kunyah yang tinggi (Guanwan. dkk., 2017).

2.2 Indikasi dan Kontraindikasi Restorasi All Ceramic


Penggunaan all ceramic lebih dianjurkan, apabila estetik menjadi pertimbangan
utama, estetik porselen fusi logam tidak memungkinka atau ada sensitivitas terhadap
logam. Indikasi restorasi all ceramic yaitu (Gunawan, dkk., 2017).
a) Restorasi pada pasien yang mengutamakan estetis.
b) restorasi jaket
c) mahkota
d) veneer
e) inlay dan onlay
f) Cocok digunakan untuk pasien dengan tekanan kunyah normal
g) Dapat digunakan untuk diastema closure
h) Gigi anterior yang patah
i) Menutup stain
j) Menutup diskolorisasi
Sedangkan kontraindikasinya yaitu pada pasien dengan kebiasaan buruk seperti
bruxism, pemakaain ekstensif pada struktur gigi, kapabilitas berlebihan gaya kunyah, dan
kejadian fraktur inlay/mahkota porselen penuh sebelumnya (Gunawan, dkk., 2017).

2.3 Bahan All Ceramic In Ceram


Restorasi all ceramic yaitu mahkota penuh yang terdiri dari struktur kerangka
pendukung bahan keramik yang kuat dan keras serta dilapisi oleh lapisan keramik yang
lebih lunak untuk mendapatkan estetik yang baik dan ideal, tingkat opacity dan
translusensi yang sesuai, warna yang tidak mudah berubah, respon yang baik terhadap
aktivitas biologi dalam mulut dan kompatibel dengan jaringan lunak dalam mulut
(Hidayatin, dkk., 2019).

4
Berdasarkan mikrostrukturnya, terdapat bahan keramik crystalline dengan bahan
pengisi kaca, yang dipasarkan dengan nama in ceram. Pada tahun 1987, Tyszblat
menemukan sebuah metode glass infiltration untuk membuat restorasi all ceramic dengan
kekuatan yang tinggi dan kecenderungan shringkage yang rendah. Keramik itu diperkuat
oleh infiltrasi kaca ke dalam matriks alumina berpori. Keramik ini memiliki sifat mekanik
yang baik dan tingkat shringkage yang rendah umumnya diproses dengan metode in ceram
(Hidayatin, dkk., 2019).
In ceram spinell (MgAl2O4) merupakan bahan untuk pembuatan restorasi anterior,
memiliki estetik yang baik karena dapat meniru tampilan sama dengan gigi asli,
translusensinya tinggi namun mempunyai kekuatan flexural 350 Mpa dimana kekuatan ini
lebih rendah dibandingkan dengan kekuatan flexural in ceram zirconia 480-810 Mpa yang
digunakan untuk pembuatan retsorasi posterior. Kekuatan yang dimiliki in ceram spinell
sangat stabil jika di bandingkan dengan bahan untuk membuat koping anterior lainnya,
kekuatan spinell akan tetap stabil setelah proses pembakaran (Hidayatin, dkk., 2019).
Penggunaan in ceram spinell hanya direkomendasikan untuk inlay dan crown gigi anterior
(Sundaram dan Varghese, 2020).
Koping keramik dibuat dengan mencetak adonan in ceram pada die (model kerja).
Setelah mengering, dilakukan sintering (pembakaran) selama 10 jam dengan 1120°C. Pada
pembuatan restorasi dengan metode konvensional slip cast, koping yang dihasilkan in
ceram setelah pembakaran bersifat porus selanjutnya dilakukan proses glass infiltration
dengan mengaplikasikan lanthanum glass yang kemudian dibakar dengan suhu awal 500º
C hingga mencapai suhu 1120º C dengan dibakar selama 4-6 jam untuk mendapatkan hasil
restorasi yang kuat (Hidayatin, dkk., 2019).
Selain bahan in ceram spinell, terdapat pula jenis all ceramic yang lain yaitu in
ceram alumina dan in ceram zirconia. In ceram alumina memiliki flexure strength sekitar
500 MPa dengan translusensi yang buruk. Penggunaan jenis tersebut adalah untuk crown
gigi posterior dan bridge anterior. In ceram Zirconia adalah modifikasi dari in-ceram
alumina yang terdiri dari 67% aluminum oxide dan 33% partially stabilized zirconium
oxide. Sistem Zirkonia menggunakan campuran dari zirconium oksida dan aluminium
oksida untuk sebagai kerangka untuk meningkatkan flexure strength pada kerangka inti.
In ceram zirconia memiliki flexural strength yang lebih tinggi dibandingkan dengan In-
ceram alumina, dengan flexural strength 700 MPa. Namun, In cream zirconia memiliki
sifat translusensi yang sangat buruk. Penggunaannya direkomendasikan untuk crown dan
porterior three-unit bridges (Sundaram dan Varghese, 2020).

5
2.4 Metode Slip Casting Konvensional
2.4.1 Definisi
Secara umum, casting adalah proses pembuatan benda dari bahan logam
atau alloy (logam campuran) dengan cara mencairkan logam tersebut kemudian
menuangkannya atau mensentrifugasikannya ke dalam ruangan (mould chamber)
yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Dalam hal ini logam dicairkan dengan cara
pemanasan (peleburan) dan dengan tekanan, logam cair tersebut didorong masuk
ke dalam mould chamber. Maka terbentuklah benda dari logam yang berbentuk
sama dan sebangun dengan model malam sebelumnya. Pengertian mould chamber
adalah suatu ruangan yang terdapat dalam bahan pendam (investment materials)
yang merupakan ruangan bekas model malam yang sudah dicairkan atau diuapkan
keluar dari bahan pendam. Sedangkan, slip casting merupakan proses untuk
membuat keramik yang berlubang. Proses ini menggunakan cetakan dengan
dinding yang berlubang-lunagng kecil dan memanfaatkan daya kapilaritas air
(Yulika, dkk., 2014).
Teknik yang digunakan untuk pembuatan restorasi berbahan in ceram
adalah teknik slip casting, teknik ini dikenal sejak tahun 1990. Slip casting
merupakan teknik konvensional yang menggunakan beberapa bahan yaitu bubuk
dan liquid yang diaplikasikan pada die refraktori dengan menggunakan kuas
kemudian dibakar dengan suhu tinggi. Koping yang dihasilkan in ceram setelah
pembakaran bersifat porus, porus ini kemudian diinfiltrasikan dengan lanthanum
glass dengan proses kapilarisasi (Hidayatin, dkk., 2019).

Gambar. Vita in ceram untuk restorasi mahkota anterior (Vita, 2021).


Teknik pembuatan restorasi secara konvensional slip cast memerlukan
model duplikasi yang bertujuan untuk mencetak kontur dan dimensi preparasi
dengan akurat serta untuk proses pembakaran dalam furnice dengan suhu tinggi

6
sekitar 1140o C. Hal ini dilakukan dengan menuangkan plaster khusus untuk
mendapatkan die yang akurat dalam pembuatan restorasi (Hidayatin, dkk., 2019).
2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan Metode Slip Casting Konvensional
Pengolahan restorasi koping all ceramic umumnya menggunakan
teknik slip casting yang dilakukan pada model duplikasi, kemudian dipanaskan
pada furnice untuk menghasilkan partially sintered koping yang diinfiltrasi
dengan kaca pada suhu 1100º C dalam waktu 10 jam sehingga didapatkan hasil
koping yang kuat. Selain itu biaya yang dihabiskan dari penggunaan metode
ini cenderung lebih terjangkau jika dibandingkan dengan metode CAD/CAM
(Hidayatin, dkk., 2019).
b. Kekurangan Metode Slip Casting Konvensional
Akurasi marginal restorasi berbahan in ceram dengan teknik slip
casting konvensional kurang akurat dibanding teknik CAD/CAM, karena
keseluruhan prosedur in ceram spinell konvensional banyak dipengaruhi oleh
kemampuan teknisi dalam tahap aplikasi koping. Perkiraan untuk
pengaplikasian dan pembentukan koping serta kompensasi shringkage dari
bahan yang digunakan hanya dilakukan secara kira-kira. Selain itu pembuatan
restorasi menggunakan teknik slip casting memungkinkan adanya udara
terjebak dan menghasilkan porosity sehingga tingkat kepadatan koping yang
dihasilkan kurang optimal jika dibandingkan dengan teknik CAD/CAM.
Selain itu kelemahan teknik konvensional adalah menglami penyusutan dan
ekspansi yang terkait dengan model, dan terdapat juga penyusutan dan
porositas yang terkait dengan prosedur pengecoran (Hidayatin, dkk., 2019;
Jubhari dan Aenun, 2020).
2.4.3 Teknik Pembuatan Restorasi
Berikut merupakan tahapan-tahapan teknik pembuatan koping all ceramic
jenis spinell menggunakan metode slip casting konvensional, yaitu: (Hidayatin,
dkk., 2019)
a. Persiapan model kerja
- Melakukan block out pada die yang bertujuan untuk menghilangkan
daerah yang undercut.
- Melakukan coating dilakukan pada die dengan batas 1 mm diatas servikal.

7
- Diamkan selama 5 menit, hal ini bertujuan untuk memperkeras permukaan
die agar tidak mudah rusak atau patah selain itu juga untuk memberikan
tempat semen.
- Duplikasi die menggunakan bahan cetak elastomer dengan waktu setting
kurang lebih 3 menit atau sesuai dengan aturan pabrik.
- Menyemprotkan wetting agent ke dalam cetakan untuk mengurangi
tegangan pada cetakan agar model duplikasi dapat tercetak dengan
sempurna.
- Pengecoran menggunakan plaster khusus agar model kerja tidak rusak
saat proses pembakaran atau sintering dengan w/p ratio 20 g: 4,6 ml,
pengadukan menggunakan vacuum selama 20 detik.
- Tuangkan diatas vibrator untuk menghilangkan gelembung-gelembung
udara yang menyebabkan porus, setting time selama 2 jam.
- Dilakukan deflasking atau pembongkaran.
- Memberi tanda batas pada servikal die dengan pensil tinta yang berguna
untuk memberi batas restorasi pada saat pengaplikasian adonan in ceram
spinell.

Gambar. Persiapan model kerja (kiri). Black out pada die (kanan) (Vita,
2021).

Gambar. Proses coating (Vita, 2021).

8
b. Pembuatan koping spinell
- Siapkan Powder dan liquid dengan ukuran 13,5 g: 1 ampul sesuai gelas
ukur, komposisi antara powder dan liquid harus sesuai agar menghasilkan
adonan yang baik.
- Pengadukan dengan menggunakan spatula kecil secara perlahan diatas
vibrator untuk menghilangkan porusitas.
- Adonan diletakkan dalam Vitasonic II ultrasonic selama 4 menit, air di
dalam vitasonic harus didinginkan dengan es batu, air dingin membantu
menjaga suhu adonan spinell tetap terjaga saat berada dalam vitasonic.
- Adonan cetakan dituangkan ke dalam gelas plastik kemudian spinell di
aplikasikan pada die dengan menggunakan kuas, kelebihan bahan
dihilangkan menggunakan scalpel.
- Koping harus dibentuk sedemikian rupa sehingga di dapat ukuran yang
tepat yaitu untuk ketebalan minimal insisal 0,7 mm dan ketebalan minimal
sirkum ferensial 0,5 mm (Hidayatin, dkk., 2019).
c. Proses pembakaran
Pembakaran dilakukan pada suhu awal 500oC dalam waktu 10 jam
untuk mencapai suhu 1120oC, meningkatkan suhu secara bertahap bertujuan
agar koping tidak rapuh dan mudah pecah (Hidayatin, dkk., 2019).
d. Proses pendinginan
Pendinginan bahan koping setelah dilakukan pembakaran bertujuan
untuk mempermudah prosedur selanjutnya, yaitu proses fitting dan
penghalusan.
e. Proses fitting
- Periksa seluruh permukaan koping, daerah servikal dan marginal.
- Periksa ketebalan koping dengan menggunakan kaliper sesuai ukuran
yang dibutuhkan.
- Jika ukuran dirasa masih terlalu tebal permukaan logam di grinding
menggunakan diamond bur. Ketebalan koping akan menentukan mahkota
keramik yang akan dibuat.
- Letakkan kembali koping pada die.

9
Gambar. Periksa ketebalan koping (kiri). Dicobakan kembali pada
die (kanan) (Vita, 2021).
- Apabila daerah servikal atau marginal kurang akurat dapat di antisipasi
dengan penggunaan in ceram classic spinell optimizer.
• Mengaplikasikan in ceram classic spinell optimizer menggunakan
electronic wax knife, suhu spinell optimizer tidak boleh terlalu panas
yang dapat mengakibatkan kandungan wax yang ada dalam
optimizer menguap sehingga aplikasi spinell optimizer kurang
optimal.
• Dilakukan pembakaran dengan suhu 1120oC.
- Proses glass infiltration dengan mengaplikasikan lanthanum glass yang
kemudian dibakar dengan suhu awal 500o C hingga mencapai suhu 1120o
C untuk mendapatkan hasil restorasi yang kuat. Hal ini dilakukan karena
sifat bahan in ceramporus (Hidayatin, dkk., 2019).

Gambar. Proses glass infiltration (Vita, 2021).


f. Proses penghalusan dan finished
- Sisa glass spinell di sandblast dengan mesin sandblast menggunakan
Al2o3 (30-50 μm) dengan tekanan 2,5–3 bar agar koping tidak rusak dan
berlubang (Hidayatin, dkk., 2019).

10
Gambar. Proses penghalusan sisa glass yang kasar (Vita, 2021).

Gambar. Proses sandblast (Vita, 2021).


- Pada proses akhiran (finished), dilakukan veneer pada seluruh permukaan
koping agar tampak halus dan mengkilap (Vita, 2021).

Gambar. Proses veneering (Vita, 2021).

Gambar. Hasil koping yang telah disesuaikan dan difiksasi pada die (Vita,
2021).

11
Akurasi marginal restorasi berbahan in ceram dengan teknik slip casting
konvensional kurang akurat dibanding teknik CAD/CAM, karena keseluruhan
prosedur in ceram spinell konvensional banyak dipengaruhi oleh kemampuan
teknisi dalam tahap aplikasi koping. Perkiraan untuk pengaplikasian dan
pembentukan koping serta kompensasi shringkage dari bahan yang digunakan
hanya dilakukan secara kira-kira. Selain itu pembuatan restorasi menggunakan
teknik slip casting memungkinkan adanya udara terjebak dan menghasilkan
porosity sehingga tingkat kepadatan koping yang dihasilkan kurang optimal jika
dibandingkan dengan teknik CAD/CAM (Hidayatin, dkk., 2019).

2.5 Metode CAD/CAM


2.5.1 Definisi
Teknik pembuatan restorasi gigi dengan penggunaan CAD/CAM telah
digunakan sejak 1985, dan menjadi populer saat ini di bidang kedokteran gigi.
CAD (Computer Aided Design) adalah program komputer yang memungkinkan
seorang untuk mendesain gambar rekayasa (design engineering) dengan
mentransformasikan gambar geometris secara cepat. Sedangkan CAM (Computer
Aided Manufacturing) adalah sistem manufaktur yang mengoptimalkan
kemampuan program komputer untuk menterjemahkan disain rekayasa yang dibuat
oleh CAD. Teknologi CAD / CAM dasarnya memungkinkan untuk pembuatan
model dua dimensi dan model tiga dimensi oleh mesin yang dikendalikan numeric
(Susic, dkk., 2017).
Adapun sistem CAD/CAM dalam kedokteran gigi pada dasarnya terdiri
dari tiga komponen, yaitu (Susic, dkk., 2017);
1) Komponen pertama adalah alat yang merefleksikan preparasi gigi dan
jaringan pendukung lainnya dan bertanggung jawab atas digitalisasi data
spasial (CAI - Computer Aided Inspection).
2) Komponen kedua terdiri dari komputer yang merencanakan dan menghitung
bentuk anatomi restorasi, CAD-s.
3) Komponen ketiga merupakan mesin milling yang dikendalikan secara
numerik yang berasal dari dasar bentuk menghasilkan restorasi gigi, area
CAM yang sesuai.

12
2.5.2 Kelebihan dan Kekurangan
a. Kelebihan Metode CAD/CAM
Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan adanya teknik baru
untuk pengolahan all ceramic berbahan in ceram dengan metode CAD/CAM.
Teknik pembuatan baru berbasis komputer yang telah dikembangkan salah
satunya adalah teknik pembuatan dengan metode Computer Aided Design
Computer Aided Machining (CAD/CAM). Penggunaan metode Computer
Aided Design Computer Aided Machining (CAD/CAM) dalam pembuatan
restorasi all ceramic menggunakan blank atau ingot yang dapat menghasilkan
restorasi yang lebih baik dibandingkan metode konvensional. Teknik
CAD/CAM apabila proses scanning dan desain sesuai akan menghasilkan
restorasi dengan tingkat ketepatan yang tinggi. Keuntungan lain dari
penggunaan metode Computer Aided Design Computer Aided Machining
(CADCAM) akan lebih mempersingkat waktu dikarenakan beberapa proses
pada metode konvensional dapat dilakukan menjadi satu tahap (Hidayatin,
dkk., 2019).
CAD CAM memberikan keuntungan yaitu efektivitas waktu, tidak
membutuhkan banyak sumber daya manusia, dan menghasilkan restorasi
dengan kualitas yang baik, Ketika menggunakan metode ini, tahap pencetakan
pada pasien dapat dihindari. Pemilihan bahan dan warna yang akan digunakan,
pemilihan desain melalui data digital dari cetakan gigi pasien, pemilihan
restorasi gigi yang akan dibuat seperti mahkota posterior premolar 1,
pembuatan batas preparasi dan arah pasang yang sesuai, pemantauan ulang
data digital restorasi gigi agar mempunyai kontak yang baik dengan gigi-gigi
tetangga maupun gigi antagonis semuanya dapat dilakukan pada komputer
melalui materials menu dari aplikasi software yang telah tersedia di komputer
(Andriyani, dkk., 2017).
Selain itu teknologi CAD/CAM juga memberikan beberapa
keuntungan lain seperti menawarkan otomatisasi prosedur pembuatan dengan
peningkatan kualitas dalam waktu yang lebih singkat. Sistem CAD/CAM
dibidang kedokteran gigi dapat meminimalkan bahaya infeksi karena
kontaminasi karena proses fabrikasi multistage konvensional dari restorasi
secara tidak langsung. Selain itu dengan penggunaan block atau blank dapat
menghasilkan restorasi dengan hasil yang lebih baik dibandingkan metode

13
lain. Hal ini dikarenakan hasil desain yang sesuai akan menghasilkan restorasi
yang memiliki ketepatan yang baik dan pengurangan kegagalan yang
akibatkan karena kesalahan proses duplikasi serta aplikasi koping. Metode in
ceram CAD/CAM ini juga menghasilkan kekuatan dan keakuratan yang lebih
baik dibandingkan dengan metode slip cast konvensional. Ketepatan marginal
yang baik dapat diperoleh dari metode ini karena proses scanning, desain dan
milling yang berhasil, oleh karena itu teknisi harus handal dan teliti dalam
mengoperasikan CAD/CAM agar restorasi yang dihasilkan sesuai. Dalam
kasus klinis, dimana restorasi dibuat dengan prefabricated block jarang
ditemukan kegagalan. Secara signifikan disebutkan bahwa pengolahan dengan
metode milling menggunakan CAD/CAM meningkatkan sifat fisik dari
koping. Hal ini disebabkan karena bentuk ingot yang lebih homogen
(Hidayatin, dkk., 2019).
Beberapa keunggulan metode CAD/CAM dibanding dengan metode
slip cast konvensional adalah teknisi tidak perlu melakukan blockout die,
menduplikasi die, penyemprotan wetting agent, penggunaan vitasonic dan
ultrasonic, memberikan batas dengan pensil tinta untuk batas aplikasi,
mempersiapkan adonan spinell untuk aplikasi koping. Hal ini dapat dilakukan
hanya dengan melakukan proses scanning, desain dan milling dengan metode
CAD/CAM. Selain itu hasil koping yang dihasilkan dengan metode
CAD/CAM memiliki ketepatan yang baik karena penggunaan spinell block
yang komposisinya lebih homogen (Hidayatin, dkk., 2019).
Teknologi CAD/CAM dikembangkan untuk mengatasi beberapa
kelemahan teknik konvensional yang pertama untuk menghilangkan
penyusutan dan ekspansi yang terkait dengan model, yang kedua adalah untuk
menghilangkan penyusutan dan porositas yang terkait dengan prosedur
pengecoran, yang ketiga adalah membuat restorasi gigi lebih mudah, lebih
cepat, dan lebih akurat. Pada kebanyakan kasus, teknologi CAD/CAM dapat
menyelesaikan restorasi dalam hari yang sama (Jubhari dan Aenun, 2020).
Selain itu juga terdapat beberapa manfaat dari CAD/CAM, 1) bagi
pasien adalah pengurangan jumlah kunjungan pasien dapat bermanfaat bagi
pasien tua yang mengalami kesulitan bepergian bolak-balik ke klinik 2) bagi
dokter prosedurnya sederhana, mengurangi pemakaian bahan, meningkatkan
produktivitas, produksi menjadi lebih cepat, restorasi yang dihasilkan lebih

14
presisi, pengurangan waktu kunjungan klinik dapat mengurangi overhead
dokter dan meningkatkan profitabilitas, semua data dapat dikumpul dan
disimpan secara digital dan digunakan untuk pembuatan gigi tiruan berikutnya
jika gigi tiruan hilang, rusak, ataupun pasien telah melakukan bedah. 3) bagi
teknisi, tahap laboratorium memakan waktu singkat sehingga gigi tiruan dapat
diproduksi ulang, efisien, dan akurat 4) gigi tiruan, prepolymerized acrylic
resin (PAR) yang digunakan oleh beberapa pabrik untuk pembuatan basis gigi
tiruan seuai dan kuat bila dibandingkan dengan basis yang dibuat secara
konvensional. Menggunakan bahan PAR tidak mengalami penyusutan
polimerisasi, penelitian independen menunjukkan bahwa PAR mengandung
monomersisa yang lebih sedikit dan lebih hidrofobik dari pada resin akrilik
yang diproses secara konvensional, bahan PAR mengurangi potensi infeksi
karena lebih sedikit organisme mikro misalnya C. Albicans yang melekat pada
basis gigi tiruan (Jubhari dan Aenun, 2020).
b. Kekurangan Metode CAD/CAM
Pada tahapan teknik pembuatan koping all ceramic jenis spinell
menggunakan metode CAD/CAM proses scanning harus tepat. Melakukan
scanning pada seluruh permukaan model kerja dan bagian antagonis sehingga
didapatkan hasil yang akurat. Sehingga bisa menyebabkan beberapa kesalahan
yang dihasilkan karena scanning yaitu penempatan model yang tidak sesuai
pada meja scan sehingga mesin scan tidak dapat merekam secara akurat, selain
itu sistem scanning memiliki resolusi terbatas yang dapat mengakibatkan tepi
sedikit membulat. Selain itu, biaya modal untuk menggunakan sistem
CAD/CAM ini cukup tinggi, ini juga merupakan salah satu kekurangan dari
sistem CAD/CAM ini (Hidayatin, dkk., 2019).
Sistem dari CAD/CAM ini juga bisa menyebabkan kerugian pada gigi
tiruan seperti 1) tidak stabil, sehingga membutuhkan remounting klinis untuk
keseimbangan, 2) beberapa GTL CAD/CAM dibuat oleh dengan dokter gigi
yang tidak menguasai sistem pembuatan gigi tiruan digital, 3) mengurangi
kunjungan pasien sehingga dokter gigi jarang mengevaluasi estetik, fotografi,
dan membuat penyesuaian yang perlu. Untuk itu, gigi tiruan sementara perlu
direkomendasikan bagi pengguna baru (Jubhari dan Aenun, 2020).

15
2.5.3 Teknik Pembuatan Restorasi
Sistem CAD/CAM terdiri dari tiga proses yang utama yaitu scaning, design,
dan milling. Namun, teknik pembuatn CAD/CAM masih perlu dilakukan beberapa
tahapan selain yang disebutkan tadi. Sehingga tahapan teknik pembuatan restorasi
dengan metode CAD/CAM, yaitu;
1) Gambaran umum dan anamnesis
Sebelum melakukan restorasi dengan metode CAD/CAM praktisi gigi
harus mendiagnosis dan merekomedasikan beberapa opsi, menjelaskan
mengenai kekurangan dan kelebihan teknik ini terlebih dahulu (Susic, dkk.,
2017). Tergantung juga pada indikasinya. Selain itu, pemeriksaan klinis
rongga mulut pasien juga perlu dipertimbangkan sebelum melakukan restorasi.
Yang paling penting restorasi dengan metode CAD/CAM ialah permintaan
pasien harus dipertimbangkan (Pita, dkk., 2016).
2) Preparasi gigi
Sebelum dilakukan perhitungan dan membuat desain, gigi dipreparasi
terlebih dahulu, sesuai dengan indikasi gigi yang akan direstorasi (Susic, dkk.,
2017). Seperti melakukan preparasi pada gigi yang karies, atau menghilangkan
sisa restorasi sebelumnya.

Gambar. Preparasi gigi.


3) Pencetakan model
Setelah dilakukan preparasi, maka dilakukan pencetakan model studi.
Pecetakan ini dilakukan secara konvensional. Untuk lebih akurat bisa
menggunkan teknik double impression. Setelah itu, dilakukan pengecoran
dengan plester. Atau proses ini bisa dilakukan secara digital dengan intraoral
sacning. Sehingga tidak perlu mebuat model studi.

16
4) Scan 3D model
Pemindaian model 3D jika menggunakan model studi konvensional
maka, harus tepat. Proses ini dilakukan pada seluruh permukaan model, serta
melibatkan bagian antagonisnya. Proses scaning ini juga dapat menentukan
keberhasilan restorasi nantinya sehingga, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan saat proses scaning.
Semua segmen model harus diperhatikan untuk mencegah model
bergerak di dalam mesin scanner selama proses scanning. Model dan die harus
dipasang dengan stabil, yang diletakan pada tray yang terdapat pada scanner.
Penempatan model harus tepat pada bagian tengah piring scanner agar
ketepatan hasil scanner benar 100%. Bubuk Ceramill diaplikasikan pada die
atau model untuk mendapatkan pantulan (luster) dari model sehingga data dari
model akan mudah dan jelas terekam dalam scanner. Terdapat beberapa
kesalahan yang sering terjadi saat proses scaning. Seperti sistem scanning
memiliki resolusi terbatas yang dapat mengakibatkan tepi sedikit membulat.
Hasil scaning ini ialah berupa data digital dengan perbandingan 1:1 dengan
data penyimpanan awal. Perputaran piring scan yang teratur selama proses
scan akan merekam semua hal yang lebih lengkap tentang bentuk dan semua
daerah kritis pada model.
Selain itu, pemindaian otomatis dengan itra oral scaning dapat
dilakuka. Pemindaian dilakukan dengan kamera khusus yang dapat
menangkap gambaran 3D gigi secara langsung, setelah itu gambar akan
dipindahkan ke computer dan akan diproses dengen perangkat lunak (Susic,
dkk., 2017). Kamera intra oral ini memiliki tingkat akurasi tinggi dan efesien.

Gambar. Scaning dengan menggunakan model studi.

17
Gambar. Scan dengan intraoral scaning dan hasil scan.
5) Desain
Desain yang dibutuhkan untu restorasi yang diinginkan, perangkat
lunak CAD/CAM akan memodelkan gigi berdasarkan presyaratan yang
dimaksukan koping sesuai aturan. Misalnya untuk gigi insisiv yaitu ketebalan
minimal dinding insisal 0,7mm, ketebalan minimal dinding bagian bukal dan
lingual 0,5 dan ukuran koping di perbesar 20%-25% dari ukuran ideal yang
bertujuan untuk mengantisipasi adanya penyusutan saat proses pembakaran
(Hidayatin, dkk., 2019).

Gambar. Desain restorasi dengan perangkat lunak.

18
6) Pencetakan (milling)
Setelah mendesain sesuai, maka proses selanjutnya ialah milling.
Melakukan milling pada In-ceram spinell block dengan menggunakan mesin
milling. Mesin milling (CAM) digunakan untuk membuat restorasi. Data
konstruksi yang dihasilkan oleh software CAD diubah ke dalam data milling
untuk diproses oleh CAM dan akhirnya dimuat ke dalam perangkat milling.
Balok keramik terlebih dahulu dipasang pada alat. Setelah itu, proses
milling akan berdasarkan model 3D dari perangkat lunak CAD/CAM. Mesin
milling bekerja sesuai dengan intruksi computer. Blok keramik diproses
dengan memutar porosnya, cakram berlian berputar, bergerak ke atas dan ke
bawah di sekitar blok keramik dan memprosesnya. Pergerakan cakram berlian
diaktifkan melalui rel listrik.

Gambar. Pencetakan dengan mesin milling yang berbeda jenis.

Gambar. Hasil pencetakan dengan mesin milling.


7) Cleaning firing
Setelah proses milling, ketepatan marginal koping dilakukan yang
dihasilkan setelah proses milling pada die. Melakukan cleaning firing dengan
suhu 700º C yang bertujuan untuk memperkeras permukaan koping yang
dihasilkan setelah proses milling. Memeriksa kembali ketepatan koping
dengan menggunakan testing liquid, varnish, dan lipstick. Diukur ketebalan

19
koping dengan kaliper sesuai dengan aturan ideal koping. Kemudian
menggrinding permukaan koping jika diperlukan untuk mendapatkan ukuran
yang diinginkan (Hidayatin, dkk., 2019).

Gambar. Ceramic ditempatkan di mesin firing yang dilingkari biru. Hal


ini untuk memastikan bahwa koping yang dihasilkan sesuai dan untuk
memperkuat koping.
8) Sintering

Gambar. Pemberian lapisan in cream dilapisan terluar. Untuk gigi


anterior penambahan ketebalannya pada bagian insisal akan bertambah
0,7mm sedangkan sirkumferential 0,5mm.
Setelah proses firing, koping yang masih bergelombang akibat proses
grinding kemundian dilakukan sintering. Permukaan koping harus selalu
dalam keadaan basah. Proses sintering dengan suhu mencapai 1140º C tanpa
menggunakan vacum. Seleah itu, melakukan aplikasi in Ceram testing liquid
untuk memeriksa adanya keretakan mikro kemudian melakukan glass
infiltration dengan mencampurkan in ceram spinell glass powder dengan air
yang bertujuan untuk mengurangi porus dan meningkatkan kekerasan koping.
Kemudian di lakukan pembakaran glassinfiltration dengan suhu pre driying
600º C hingga mencapai suhu 1130º C dan harus dilakukan dibawah vakum

20
untuk memperoleh koping yang kuat, kemudian menghilangkan kelebihan
glass dengan diamond bur. Setelah itu sisa glass spinell di sandblast dengan
mesin sandblast menggunakan Al2o3 (30-50 μm) dengan tekanan 2,5 – 3 bar.
Ketepatan pembuatan koping sangat penting untuk menghasilkan restorasi
yang baik, oleh karena hal tersebut maka kemampuan teknisi akan sangat
mempengaruhi hasil dari pembuatan koping tersebut.

Gambar. Mengecek kebocoran mikro (kiri). memberi lapisan glass


(kanan).

Gambar. Pembakaran glass (kiri). Proses Sandblast (kanan).

Gambar. Hasil koping yang sudah jadi.


9) Sementasi
Setelah pencetakan restorasi dicoba dan kemudian ditandai dengan
pewarnaan dan pelapisan (Susic, dkk., 2017). Proses sementasi ini terdapat dua
tipe yaitu sementasi sementara dan penyemenan selamanya. Proses sementasi

21
ini dapat menggunakan jenis semen yang ada, misalnya dengan resin,
zincphospate, glass ionomer, dll. Misalnya, pengguunaan semen resin.
Sebelumnya, permukaan gigi perlu dietsa terebih dahulu, kemudian dibilas
selama 15 detik. Kemudian diberi bonding agent. Setelah gigi dibersihkan
semen diaplikasikan pada bagian dalam permukaan ceramic yang telah
dibentuk, lalu diaplikasikan pada gigi gigi yang akan direstorasi. Semen yang
berlebih dibuang, lalu dilakukan penyinaran dengan light cure selama 20 detik.
Oklusi pasien diperiksa dan dilakukan pemolesan (Pita, dkk., 2016).

Gambar. Hasil restorasi dengan tenik CAD/CAM pada gigi yang mengalami
amelogenesis imferfecta. Gambar kiri sebelum, gambar kanan hasil setelah
direstorasi.

22
BAB III
KESIMPULAN

Dental keramik pada kedokteran gigi adalah bahan kedokteran gigi yang terbentuk dari
bahan non metalik yang memiliki estetik yang tinggi dan bersifat brittle (rapuh). Bahan dental
keramik dapat digunakan sebagai bahan restorasi gigi seperti crown, inlay, bridges atau veneer
dan sebagai anasir gigi tiruan lepasan. Restorasi menggunakan bahan keramik dibedakan
menjadi dua yaitu restorasi Porcelain Fused to Metal (PFM) dan restorasi all ceramic.
Restorasi all ceramic yaitu mahkota penuh yang terdiri dari struktur kerangka pendukung
bahan keramik yang kuat dan keras serta dilapisi oleh lapisan keramik yang lebih lunak untuk
mendapatkan estetik yang baik dan ideal, tingkat opacity dan translusensi yang sesuai, warna
yang tidak mudah berubah, respon yang baik terhadap aktivitas biologi dalam mulut dan
kompatibel dengan jaringan lunak dalam mulut.
In ceram spinell (MgAl2O4) merupakan bahan untuk pembuatan restorasi anterior,
memiliki estetik yang baik karena dapat meniru tampilan sama dengan gigi asli. Selain bahan
in ceram spinell, terdapat pula jenis all ceramic yang lain yaitu in ceram alumina dan in ceram
zirconia.
Berdasarkan teknik pembuatan koping in ceram spinnel, akurasi marginal restorasi
berbahan in ceram dengan teknik slip casting konvensional kurang akurat dibanding teknik
CAD/CAM, karena keseluruhan prosedur in ceram spinell konvensional banyak dipengaruhi
oleh kemampuan teknisi dalam tahap aplikasi koping. Perkiraan untuk pengaplikasian dan
pembentukan koping serta kompensasi shringkage dari bahan yang digunakan hanya dilakukan
secara kira-kira. Selain itu pembuatan restorasi menggunakan teknik slip casting
memungkinkan adanya udara terjebak dan menghasilkan porosity sehingga tingkat kepadatan
koping yang dihasilkan kurang optimal jika dibandingkan dengan teknik CAD/CAM.

23
Daftar Pustaka

Andriyani M., Harwasih S., dan Inayati E. 2017. Fabrication Technique of Dental Restoration
Using Hybrid Ceramic With Cad Cam Method. Journal of Vocational Health
Studies; 1(1): 32-38
Gunawan J., V. Takarini, dan Z. Hasratiningsih. 2017. Performa porselen fusi logam dan
porselen penuh. Jurnal Kedokteran Gigi Unpad; 29(3): 209-212
Hidayatin I., S.R. Indiani, dan R. D. F. Ratwita. 2019. Teknik pembuatan koping all ceramic
jenis spinell slip cast menggunakan metode konvensional dan CAD/CAM. Journal of
Vocational Health Studies; 3: 32-36
Jubhari EH., dan Aenun N. 2020. Complete rehabilitation using a digital smile design
combined with conventional restorative materials and CAD/CAM in bruxism
patient. MDJ (Makassar Dental Journal); 9(3): 233-239
Pita A., Marinou G., Tsitrou E. 2016. Case Report: Ultraconservative CAD/CAM Ceramic
Restorations Treatment of Developmental. International Journal of Oral and Dental
Health; 2(4): 1-6
Sundaram RK., dan Bensy Varghese. 2020. All ceramic materials in dentistry: past, present
and future: a review. International Journal of Contemporary Medical Research; 7(2):
8-11
Susic I., Travar M., Susic M. 2017. The Aplication of CAD/CAM Technology in Dentistry.
Innovative Ideas in Sience; 200(1): 1-12
Vita. 2021. In Ceram for Cerec/ Cerec Inlab. www.cerec.co.il//downloads/vita_in_ceram.pdf.
Diakses 13 Maret 2021
Yulika D., Kusumandari., dan Suryana R. 2014. Pelapisan TiO2 di atas FTO dengan Teknik
Slip Casting dan Spin Coating untuk Aplikasi DSSC. Jurnal Fisika Indonesia; 53(18):
66-69

24

Anda mungkin juga menyukai