Anda di halaman 1dari 8

PREPARASI KAVITAS GIGI SULUNG

Black telah menggariskan suatu cara melakukan preparasi kavitas dan menentukan
beberapa prinsip yang harus ditaati dalam praktek sehari-hari. Pada gigi sulungpun dapat
diterapkan prinsip tersebut. Dianjurkan bahwa selama melakukan preparasi kavitas,
hendaknya mengikuti langkah-langkah berikut ini yaitu mendapatkan jalan masuk ke kavitas,
membuat bentuk ragangan kavitas, menghilangkan karies, membuat bentuk resistensi dan
retensi, menghaluskan serta membersihkan kavitas. Semua kavitas sedapat mungkin dibuat
dengan membuang jaringan sehat sesedikit mungkin agar sisa gigi yang sehat masih cukup
banyak untuk menahan daya kunyah.
Restorasi pada gigi sulung berbeda dengan restorasi gigi permanen, karena perbedaan
morfologi masing-masing gigi. Diameter mesio-distal mahkota gigi sulung lebih besar
daripada dimensi serviko oklusal. Permukaan bukal dan lingual konvergen terhadap oklusal.
Ketebalan enamel lebih tipis dan lebih konsisten. Enamel rods di daerah servikal memiliki
kemiringan ke arah oklusal.
Yang harus diperhatikan pada prosedur restorasi adalah ruang pulpa pada gigi sulung
lebih besar dan lebih dekat dengan oklusal dibandingkan dengan gigi permanen. Kontak
proksimal gigi sulung juga lebih lebar dan datar bila dibanding dengan gigi permanen yang
berkontak poin sirkular.
RESTORASI KLAS III
Preparasi modifikasi klas III gigi sulung :
1. Membuat retensi berupa lock di fasial. Bahan tumpat sewarna RIC/SIK
2. Untuk preparasi klas III distal gigi kaninus sulung, dibuat boks proksimal ke arah
gingiva, retensi dovetail dapat labial atau fasial, bahan tumpat yang digunakan
amalgam atau resin komposit.
Teknik preparasi klas III gigi sulung :
1. Melakukan anestesi dan memasang isolasi.
2. Membuang jaringan karies dengan bur no. 330 atau bur bulat no. 2 pada highspeed
handpiece melalui bagian fasial dan membebaskan titik kontak dengan gigi tetangga.
3. Membuat dovetail atau lock di labial, dengan perluasan lock kurang darisetengah
labial dan terletak horizontal pada sepertiga tengah.

4. Membuat bevel pendek (0,5 mm) di seluruh tepi kavitas dengan tapered diamond
yang halus atau bur penyelesaian komposit yang berbentuk flame.
5. Membersihkan kavitas dengan semprotan air dan mengeringkan kavitas dengan kapas
dan hembusan udara, bila diperlukan memberi basis Ca(OH)2 atau semen ionomer
kaca.
6. Mengetsa seluruh tepi kavitas selebar 0,5-1 mm yakni dengan mengoleskan asam etsa
selama 15-60 detik kemudian mencuci dengan air mengalir selama 30-60 detik dan
mengeringkan dengan hembusan udara, hingga tampak permukaan yang dietsa
menjadi putih buram.
7. Mengoleskan bonding ke permukaan yang dietsa kemudian disinar selama 20 detik.
8. Memasang band matriks dan wooden wedge di interdental.
9. Menumpat dengan resin komposit, mengisi bagian proksimal mengatur posisi band
matriks dengan tepat kemudian melakukan penyinaran selama 20 detik dilakukan
secara bertahap sampai seluruh kavitas terisi bahan tumpat.
10. Bila terdapat kelebihan bahan tumpat dirapikan dan polis dengan stone putih
kemudian diperiksa titik kontak dengan gigi tetangga.
11. Isolasi dilepaskan dan diperiksa kembali titik kontak resin komposit dengan dental
floss dan oklusi gigi antagonis.
RESTORASI KELAS IV
Restorasi dengan bahan resin komposit yang dilakukan pada kavitas kelas IV yaitu yang
melibatkan permukaan prokimal dan permukaan insisal dapat dilakukan dengan bantuan
celluloid form. Celluloid form merupakan mahkota transparan lepasan yang digunakan
sebagai matriks untuk restorasi resin komposit. Celluloid form diindikasikan untuk gigi
sulung anterior yang memiliki karies yang parah, fraktur, malformasi gigi termasuk enamel
hypoplasia, dan diskolorisasi. Celluloid form juga merupakan indikasi perawatan terakhir
setelah perawatan pulpectomy atau pulpotomy. Namun, penggunaan celluloid form
dikontraindikasikan untuk gigi dengan karies parah dengan struktur yang inadekuat untuk
retensi, gigi dengan karies yang meluas sampai tidak tersisa struktur enamel yang utuh,
overbite yang dalam, dan adanya penyakit periodontal.
Awalnya gigi dibersihkan secara menyeluruh dengan pasta profilaksis non-flouride.
Permukaan enamel dipreparasi untuk prosedur acid-etch bonding. Rubber dam dapat
digunakan untuk mengisolasi gigi. Retensi yang diperoleh tergantung pada ikatan asam
terhadap enamel, dan gingival undercut yang menyebabkan suatu mechanical lock. Oleh

karena itu, preparasi harus konservatif dengan mempertahankan struktur enamel sebanyak
mungkin.
Prosedur Restorasi dengan bantuan Celluloid Crown :
1. Administrasi anestesi lokal bila diperlukan.
2. Mengisolasi gigi dengan menggunakan rubber dam.
3. Pilih bentuk mahkota yang tepat agar sesuai dengan lebar mesio-distal gigi aslinya,
untuk mempertahankan ruang dan kontak dengan gigi tetangga.
4. Mengurangi permukaan proksimal mesial dan distal minimal dengan menggunakan
fine tappered diamond. Pengurangan harus ke arah margin gingiva hanya untuk
menghilangkan struktur gigi yang diperlukan untuk pemasangan celluloid crown
lepasan.
5. Mengurangi tepi insisal sekitar 1 mm.
6. Buang semua karies dengan ekskavator atau dengan bur bulat no.4.
7. Buat sedikit undercut pada bagian labial margin gingiva dengan 33-1/3 inverted cone
atau dengan bur bulat kecil. Perluas undercut sampai ke bagian palatal margin
gingiva. Hindari mengurangi enamel secara berlebih pada permukaan labial dan
palatal.
8. Letakkan bahan pulp liner pada seluruh permukaan dentin yang terbuka dalam
keadaan kering sebelum etching.
9. Lapisi semua permukaan enamel dengan phosporic acid etching solution. Biarkan
selama minimal 2 menit, kemudian cuci dan keringkan. Permukaan enamel sekarang
bertekstur putih berkapur.
10. Potong bentuk mahkota yang dipilih dengan gunting 1mm di bawah margin gingiva.
Pastikan bahwa tinggi insisal pada ketinggian yang diinginkan.
11. Tempatkan sebuah lubang kecil pada permukaan lingual dari mahkota menggunakan
bur bulat kecil, untuk mencegah adanya gelembung udara yang terperangkap dalam
bahan komposit.
12. Aplikasikan bonding sealant pada seluruh permukaan gigi yang kering.
13. Campur resin komposit, kemudian isi resin komposit pada mahkota celluloid tersebut,
lakukan secara hati-hati untuk menghindari terperangkapnya udara.
14. Letakkan mahkota yang telah diisi resin komposti secara hati-hati 1 mm dibawah
margin gingiva, pastikan untuk melakukan ini dalam keadaan oklusi yang baik.
Sementara masih lunak, mahkota disesuaikan dengan oklusi dan estetika. Buang
kelebihan resin komposit pada daerah margin dengan menggunakan explorer.
15. Biarkan resin komposit sampai mengeras sebelum mahkota dilepaskan.
16. Gunakan Disk batu hijau kecil untuk mengurangi bagian lungal dari celluloid crown
form. Kemudian explorer atau sealer dapat digunakan untuk melepaskan celluloid
shell dari resin komposit yang telah mengeras.

Finishing
Jika celluloid crown form di bentuk dan diletakkan dengan tepat, maka tidak perlu
dilakukan finishing pada permukaan labial. Resin komposit yang pada saat berpolimerisasi
berkontak dengan bahan plastik akan menghasilkan hasil yang terhalus (tidak ada prosedur
tambahan yang dapat meningkatkan kekilauan permukaannya. Selain itu, dengan
meninggalkan permukaan labial secara utuh (tanpa prosedur polishing dan finishing) maka
kemungkinan staining dapat diperkecil.
Prosedur Restorasi Resin Komposit dengan bantuan Celluloid Crown
PEMBAHASAN
Bahan resin komposit menunjukkan kekuatan terbaik, ketahanan terhadap aus,
estestis, dan warna yang sesuai dengan warna gigi. Oleh karena itu, bahan ini sering dijadikan
pilihan utama oleh banyak dokter dalam merestorasi gigi anterior. Namun, bahan ini
memerlukan teknik yang paling sensitif, memerlukan penggunaan etsa asam dan bonding
agent, dan tidak toleran terhadap kelembaban dan atau perdarahan sehingga untuk pasienpasien yang tidak dapat dilakukan prosedur isolasi, bahan ini bukanlah pilihan bahan yang
tepat.
Pengguanaan bahan restorasi resin komposit dalam merestorasi gigi anak sebenarnya
merupakan pilihan restorasi yang memiliki resiko yang tinggi. Walaupun penggunaan bahan
resin komposit memperkenankan praktisi untuk lebih konservatif dalam preparasi gigi atau
yang sering disebut dengan minimal intervention yaitu dengan membuang sebanyak mungkin
jaringan yang terkena karies, dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin jaringan
sehat, namun resin komposit memiliki waktu yang lebih lama untuk diaplikasikan sehingga
perlu teknik yang baik. Teknik aplikasi yang baik dapat memperkecil kumungkinan
kegagalan dari restorasi tersebut.
Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam merestorasi kavitas kelas IV pada
gigi sulung khusunya dengan bahan Resin Komposit. Salah satu tekniknya adalah dengan
menggunakan bantuan Celluloid form atau disebut dengan teknik Direct Resin Crown.
Teknik ini menggunakan crown lepasan yang digunakan sebagai matriks yang kemudian diisi
dengan bahan resin komposit dan diposisikan pada permukaan gigi yang akan direstorasi.
Hasil yang diperoleh dari teknik ini menunjukkan kualitas estetika yang sangat baik, halus,
dan berkemungkinan kecil untuk terjadi stain. Selain itu, teknik ini murah dan mudah untuk

dikerjakan sehingga dapat meminimalisasikan waktu kerja. Dengan teknik direct resin crown
ini, kita dapat memperkecil kemungkinan kegagalan restorasi yang disebabkan oleh teknik
aplikasi yang kurang baik.

RESTORASI KLAS V
Lesi yang terdapat di daerah sepertiga servikal gigi anterior atau posterior. Pada anak sering
dijumpai pada gigi sulung akibat minum susu botol atau asi saat menjelang tidur sampai
tertidur. Disebut sebagai nursing bottle caries atau nursing caries. Preparasi kavitas klas V
gigi sulung dibuat melengkung sesuai garis servikal dengan kedalaman 1-2 mm. Retensi
berupa undercut sepanjang tepi kavitas. Preparasi memerlukan ketelitian terutama di daerah
tepi gingiva agar tidak melukai jaringan gingiva. Bila jaringan karies lunak, pembersihan
dilakukan dengan ekskavator tajam. Bahan tumpat yang digunakan semen ionomer kaca
mengingat keunggulan bahan tersebut yakni mampu berikatan dengan jaringan gigi tanpa
pengetsaan, sehingga preparasi seminimal mungkin dan melepaskan fluor mencegah
terjadinya sekunder karies.
Teknik restorasi klas V gigi sulung :
1. Membuka daerah karies dengan bur no. 330 sedalam 1-2 mm.
2. Membentuk kavitas sejajar dengan garis servikal, dasar kavitas atau dinding pulpa
konveks sesuai kontur gigi, sudut kavitas membulat.
3. Retensi mekanik berupa undercut dibuat dengan bur inverted cone pada sekeliling
4.
5.
6.
7.

garis tepi kavitas.


Membuat bevel pendek disekeliling tepi kavitas.
Kavitas dibersihkan dan dikeringkan.
Menumpat kavitas dengan semen ionomer kaca.
Setelah polimerisasi selesai bila diperlukan dilakukan pemolesan.

Resin Komposit
Resin komposit adalah bahan rstorasi gigi yang terdiri dari matriks resin (BIS-GMA)
serta filler yang berkaitan satu sama lain secara antar atom atau molekul. Kunci keberhasilan
penumpatan resin komposit adalah menjaga daerah kerja tetap dalam keadaan kering selama
proses penumpatan berlangsung. Resin komposit sendiri tidak berikatan dengan enamel.
Untuk memperoleh ikatan, diciptakan ikatan fisik antara resin dan jaringan gigi yaitu dengan
pengetsaan enamel dengan asam fosfat 30-50%, membentuk pori pori yang akan dialiri
unfilled resin (bonding agent) dan berpolimerisasi di dalamnya membentuk retensi mekanis

(tag resin). Dengan etsa memberi keuntungan yaitu kebocoran tepi tambalan dan diskolorasi
tambalan dapat dihindarkan.
Resin komposit merupakan bahan yang dapat mengiritasi pulpa jika pulpa tidak
dilindungi bahan pelapis kalsium-hidroksid. Restorasi resin komposit dapat dipakai untuk
restorasi gigi molar sulung Klas I dan II dengan memuaskan. Salah satu modifikasi preparasi
kavitas untuk resin komposit, yaitu dengan membuat bevel pada tepi enamel kavitas amalgam
konvensional sekitar 45 pada batas cavo surface untuk menambah retensi dan mengurangi
kebocoran tepi tambalan. Ada dua cara polimerisasi resin komposit yaitu Chemical Cure
(C.C) dan light cure (L.C) dengan sinar visible light. Resin komposit jenis C.C akan
berpolimerisasi dalam waktu 5 menit, sehingga waktu manipulasinya terbatas.
Resin komposit jenis L.C memberikan beberapa keuntungan, yaitu :

Waktu kerja yang cukup untuk membentuk anatomi yang baik.


Waktu polimerisasi yang singkat hasil restorasi porositasnya sedikit.

Penyinaran dilakukan 30 detik dan dapat mencapai kedalaman 3 mm.

DAFTAR PUSTAKA
Baum, Philips, Lund. Buku ajar ilmu konservasi gigi. Alih Bahasa. Rasinta Tarigan 1st ed.
Jakarta: EGC, 1997: 49-51; 253-263.
Craig RG, Powers JM. Restorative dental materials. 11th ed. Missiouri: Mosby, 2002: 232237; 245-246
Garcia AH, Lozano MAM, Vila JC, Escribano AB, Galve PF. Composite resins a review of
the materials and clinical indication. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2006; 11:E215-E220.
American Academy of Pediatric Dentistry. Guideline on pediatric restorative dentistry.
2008. (14 September 2011)
Brauer JC. Dentistry for children. 4th ed. Pennsylvania: McGraw-Hill Book Company, 1959:
76-79.
Pradopo S, Saskianti T. Mengatasi kegagalan restorasi kelas II pada gigi sulung. Dentika
Dental Journal 2007; 12(1): 75-80.
Webber DL, Epstein NB, Wong JW, Tsamtsouris A. A method of restoring primary anterior
teeth with the aid of a celluloid crown form and composite resin. Pediatric Dentistry 1979;
1(4):244-246.

McDonald RE. Dentistry for the child and adolescent. 8th ed. Missouri: Mosby, 2004: 74-77.
Lee JK. Restoration of primary anterior teeth: review of the literature. (14 September 2011).
Waggoner WF. Restoring primary anterior teeth. Pediatric Dentistry 2002; 24:511-516.

Anda mungkin juga menyukai