Anda di halaman 1dari 17

Frida Kusumawati, SKM, M.

KES

KODE ETIK TENAGA


KESEHATAN

Etika dan Hukum Kesehatan


Kelompok 1
Disusun oleh,
Amiroh (211030590049)
Chandra Jonathan (211030590062)
Dila Hermawati (211030590061)
Esti Irianingsih (211030590052)
Fahmi Mauldi Fahera (211030590047)
Nadhira Farsya Rahma Hidayat (211030590045)
Riska Puspitasari (211030590078)
Ulan Dari (211030590064)
Daftar Isi
Pendahuluan
01 Latar Belakang Etika

Pembahasan
02 Pengertian dan Permasalahan Etika
Pelayanan Kesehatan

Penutup
03 Kesimpulan
Kode Etik
merupakan pedoman tingkah laku
atau aturan yang harus diikuti dan
ditaati oleh anggota- anggota suatu
tertentu
0 Pendahuluan

1
Latar Belakang
Etika adalah aturan bertindak atau berperilaku dalam suatu masyarakat
tertentu atau komunitas. Aturan bertindak ini ditentukan oleh setiap kelompok
masyarakat, dan biasanya bersifat turun-temurun dari generasi ke generasi, serta
tidak tertulis. Sedangkan hukum adalah aturan berperilaku masyarakat dalam
suatu masyarakat atau negara yang ditentukan atau dibuat oleh para pemegang
otoritas atau pemerintah negara, dan tertulis. Baik etika maupun hukum dalam
suatu masyarakat mempunyai tujuan yang sama, yakni terciptanya kehidupan
masyarakat yang tertib, aman, dan damai. Oleh sebab itu, semua anggota
masyarakat harus mematuhi etika dan hukum ini. Apabila tidak, maka bagi para
pelanggar kedua aturan perilaku ini memperoleh sanksi yang berbeda. Bagi
pelanggar etika sanksinya adalah “moral”, sedangkan bagi pelanggar hukum,
sanksinya adalah hukuman (pidana atau perdata).
Untuk itu dibutuhkan suatu pedoman yangg komprehensif dan integratif
tentang sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang petugas kesehatan,
pedoman tersebut adalah kode etik profesi.
Rumusan Masalah Tujuan Penelitian
Apa pengertian Kode Etik Untuk mengetahui pengertian
Tenaga Kesehatan? mengenai Kode Etik Pelayanan
Kesehatan
02
Pembahas
an
Pengertian dan Permasalahan
Etika Pelayanan Kesehatan
Pengertian Etika
Dalam arti yang sempit, pelayanan kesehatan adalah suatu tindakan
pemberian obat-obatan dan jasa kepada masyarakat oleh pemerintah dalam rangka
tanggung jawabnya kepada publik, baik diberikan secara langsung maupun melalui
kemitraan dengan swasta masyarakat, berdasarkan jenis dan intensitas kebutuhan
masyarakat, kemampuan masyarakat.
Tujuan pelayanan kesehatan adalah menyediakan obat-obatan dan pelayanan
jasa yang terbaik bagi masyarakat. Obat-obatan dan pelayanan jasa yang terbaik
adalah yang memenuhi apa yang dijanjikan atau apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Dengan demikian pelayanan kesehatan yang terbaik adalah yang
memberikan kepuasan terhadap masyarakat, kalau perlu melebihi harapan
masyarakat.
Dalam arti yang luas, konsep pelayanan kesehatan (health service) identik
dengan memberikan pelayanan jasa demi kepentingan masyarakat luas. Dalam
konteks ini pelayanan kesehatan lebih dititik beratkan kepada bagaimana elemen-
elemen pelayan kesehatan seperti para tim medis melakukan pelayanan, dimana
pelayanan Kesehatan identik dengan pengobatan yang merupakan bagian dari
manajemen ilmu Kesehatan.
Pentingnya Etika
Penilaian keberhasilan seorang administrator atau para tim medis dibidang pelayanan
kesehatan tidak semata didasarkan pada pencapaian kriteria efisiensi, ekonomi, dan prinsip-
prinsip administrasi lainnya, tetapi juga kriteria moralitas, khususnya terhadap kontribusinya
terhadap public interest atau kepentingan umum (Henry, 1995). Alasan mendasar mengapa
pelayanan kesehatan harus diberikan adalah adanya public interest atau kepentingan masyarakat
yang harus dipenuhi oleh pemerintah terutama dibidang pelayanan kesehatan, karena
pemerintahlah yang memiliki “tanggung jawab” atau responsibility. Dalam memberikan
pelayanan ini pemerintah diharapkan secara professional melaksanakannya, dan harus
mengambil keputusan politik secara tepat mengenai siapa mendapat apa, berapa banyak, dimana,
kapan, dsb.
Lanjutan
Bertens (2000) menggambarkan konsep etika dengan beberapa arti, salah satu diantaranya dan
biasa digunakan orang adalah kebiasaan, adat atau akhlak dan watak. Filsuf besar Aristoteles, kata
Bertens, telah menggunakan kata etika ini dalam menggambarkan filsafat moral, yaitu ilmu tentang
apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Bertens juga mengatakan bahwa di
dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, karangan Purwadarminta, etika dirumuskan sebagai ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral), sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), istilah etika disebut sebagai
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; dan
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Dengan memperhatikan beberapa sumber diatas, Bertens berkesimpulan bahwa ada tiga arti penting
etika, yaitu;
a) Etika sebagai nilai-nilai moral dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, atau disebut dengan “sistem nilai”.
b) Etika sebagai kumpulan asas atau nilai moral yang sering dikenal dengan “kode etik”.
c) Sebagai ilmu tentang yang baik atau buruk, yang acapkali disebut “filsafat moral”.
Permasalahan Etika
Kenyataan menunjukan bahwa pemerintah tidak memiliki tuntunan atau
pegangan kode etik atau moral secara memadai. Asumsi bahwa semua aparat
pemerintah adalah pihak yang telah teruji pasti selalu membela kepentingan
publik atau masyarakatnya, tidak selamanya benar. Banyak kasus membuktikan
bahwa kepentingan pribadi, keluarga, kelompok, partai dan bahkan struktur yang
lebih tinggi justru mendikte perilaku seorang birokrat atau aparat pemerintahan.
Birokrat dalam hal ini tidak memiliki “independensi”dalam bertindak etis, atau
dengan kata lain, tidak ada “otonomi dalam beretika”.
Lanjutan
Alasan lain lebih berkenaan dengan lingkungan di dalam birokrasi yang
memberikan pelayanan itu sendiri.
1. Berkenaan dengan karakteristik masyarakat umum yang terkadang begitu
variative sehingga membutuhkan perlakuan khusus.
2. Kebijakan mengutamakan “putera daerah” merupakan salah satu contoh Yang
populer saat ini.
3. Kompleksitas dan ke tidak menentuan ini mendorong pemberi pelayanan
Kesehatan mengambil langkah-langkah profesional yang didasarkan kepada
“keleluasaan bertindak” (discretion).
4. Pelanggaran moral dan etika ini telah diungkapkan sebagai salah satu penyebab
melemahnya pelayanan kesehatan di Indonesia.
5. Dibutuhkan Kode Etik dalam pelayanan kesehatan.
6. Kelemahan kita terletak pada ketiadaan atau terbatasnya kode etik. Demikian
pula kebebasan dalam menguji dan mempertanyakan norma-norma moralitas
yang berlaku dalam pelayanan kesehatan masih kurang maksimal, bahkan
sering kali kaku terhadap norma-norma moralitas yang sudah ada tanpa melihat
perubahan jaman.
Cara Mengatasi Permasalahan
1. LebihEtika
berkenaan dengan lingkungan di dalam birokrasi yang
memberikan pelayanan kesehatan itu sendiri.
2. Dalam konteks ini, yang lebih penting adalah bahwa kode etik itu
tidak hanya sekedar ada, tetapi juga dinilai tingkat implementasinya
dalam kenyataan.
3. Dalam praktek pelayanan kesehatan saat ini di Indonesia, seharusnya
kita selalu memberi perhatian terhadap berbagai dilema di atas. Atau
dengan kata lain, para pemberi pelayanan kesehatan harus
mempelajari norma-norma etika yang bersifat universal, karena dapat
digunakan sebagai penuntun tingkah lakunya.
03
Kesimpul
an
Kesimpulan
Etika pelayanan Kesehatan adalah suatu pemahaman akan asas
norma dan nilai yang berlaku di masyarakat dalam tindakan medis
pemberian obat-obatan dan jasa kepada masyarakat oleh pemerintah
dalam rangka tanggung jawabnya kepada publik, baik diberikan
secara langsung maupun melalui kemitraan dengan swasta
masyarakat, berdasarkan jenis dan intensitas kebutuhan masyarakat,
kemampuan masyarakat
Terimakasih!
CREDITS: This presentation template
was created by Slidesgo, including
icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai