Anda di halaman 1dari 12

Teori dan Kajian Etika,Hukum

dan Konvensi Etika


Nama Anggota Kelompok 2
- Dita Rachmawati (F202001061)
- Eviyani (F202001070)
- Nur Aisyah
- Ima Nur Rahmadani (F202001105)
- Nindi (F202001107)
- Fadhil Nur Syifa (F202001075)
- Wd Ifan Mustikawati (F202001096)
01 Teori dan Kajian Etika

 Etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah tingkah laku atau perilaku mengenai mana
yang dinilai baik dan tidak baik.

 Etik (Ethics) berasal dari kata Latin yaitu berkaitan dengan kata mores dan ethos, yang berarti
akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan, sikap yang baik, dan yang layak. Umumnya kedua kata
ini dalam rangkaian mores of community (kesopanan masyarakat) dan etos of the people (akhlak
manusia).

 Etika kesehatan adalah suatu tatanan moral berdasarkan sistem nilai yang berlaku secara universal
dalam eksistensi mencegah perkembangan risiko pada individu, kelompok dan masyarakat yang
mengakibatkan penderitaan sakit dan kecacatan, serta meningkatkan keberdayaan masyarakat
untuk hidup sehat dan sejahtera
Dalam menjalankan tugas dan pelayanan prinsip-prinsip moral yang harus diterapkan
kesehatan, setiap petugas medis dan para medis oleh tenaga Kesehatan apabila menghadapi
perlu untuk memahami dan mengaplikasi asas dilema etik terbagi menjadi 8 pendekatan
etika medis, diantaranya : dalam penyelesaian masalah, antara lain :
1. Asas Otonomi 1. Autonomy (otonomi)
2. Asas Keadilan (Justice) 2. beneficience (berbuat baik)
3. Asas Kejujuran (Veracity) 3. Non Malafici ence (Tidak merugikan)
4. Asas legalitas 4. Confidentialy (kerahasiaan)
5. Asas Tidak Merugikan (Non-Maleficence) 5. Fidelity (menepati janji)
6. Asas Berbuat Baik (Beneficence) 6. Fiduciarity (kepercayaan)
7. Asas Kerahasiaan (Confidentiality) 7. Justice (keadilan)
8. Asas Ketaatan (Fidelity) 8. Veracity (kejujuran)
Prinsip Etika Profesi
Dibawah ini ada 3 prinsip-prinsip etika profesi, yaitu sebagai berikut:
1. Tanggung jawab. Setiap orang yang mempunyai profesi diharapkan selalu
bertanggungjawab dalam dua arah:
a) Dalam pelaksanaan pekerjaannya tersebut dan dalam pelaksanaan
hasilnya dimaksudkan supaya kaum profesional diharapkan dapat
bekerja sebaik mungkin dengan standar diatas rata-rata, dengan hasil
yang sangat baik.
b) Setiap profesional diharapkan bertanggungjawab atas dampak dari
tugasnya terhadap profesinya, tempat bekerja, sejawat dan
keluarganya. Professional berkewajiban melakukan hal yang tidak
merugikan kepentingan orang lain
2. Keadilan, prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa
yang menjadi haknya
3. Otonomi, prinsip ini menuntut agar kaum profesional memiliki dan diberi
kebebasan dalam menjalankan profesinya.
Peran Etika Dalam Profesi
Peran etika dalam profesi tercermin dari:

01 Nilai etika dimiliki oleh kelompok, bukan dimiliki oleh satu atau dua orang,
bahkan segolongan orang saja, atau bahkan kelompok terkecil, misalnya
keluarga, daerah bahkan suatu negara.

02 Etika tercermin dari landasan dalam pergaulan kelompok, baik hubungan


internal sesama anggota kelompok itu sendiri maupun dengan pihak eksternal
atau masyarakat.

03 Kode etik profesi mencermin nilai-nilai pergaulan yang telah


disepakati bersama.
02 Hukum Kesehatan

01 02
Sumber Hukum dibagi menjadi :
Menurut C.S.T. Kansil,SH Hukum Kesehatan
a) Sumber hukum material
adalah “Hukum Kesehatan ialah rangkaian
b) Sumber hukum foem
peraturan perundang-undangan dalam
bidang kesehatan yang mengatur pelayanan
medik dan sarana medik.
03
Fungsi hukum kesehatan yaitu untuk melindungi, Dalam pengertian melindungi,
menjaga ketertiban dan ketenteraman itulah tersimpul fungsi hukum. Dalam fungsinya
sebagai alat ‘social engineering’ (pengontrol apakah hukum sudah ditepati sesuai
dengan tujuannya), maka hukum dalam kaitannya dengan penyelesaian masalah-
masalah di bidang kedokteran/ kesehatan, diperlukan. Karena fungsi hukum tersebut
berlaku secara umum maka hal tersebut berlaku pula dalam bidang Hukum Kesehatan
dan Hukum Kedokteran.
Terimakasih

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo and includes icons by Flaticon,
infographics & images by Freepik and content by Sandra Medina

Please keep this slide for attribution


Hasil Diskusi

1) Penanya : Husni Tri Rahayu (Kel.1)


Penjawab : Nindi
.Apa saja sanksi dan bentuk pelanggaran bagi apoteker yang tidak bekerja sesuai dengan kode etik?
Jawab:
Sanksi pelanggaran kode etik apoteker Pelanggaran kode etik apoteker dapat dikatakan sebagai malpraktik yang akan
berujung pada pemberian sanksi. Sanksi yang diberikan tergantung dari bentuk pelanggaran yang dilakukan dan
penyebabnya, seperti berikut ini:
1.Ketidaktahuan. Sanksinya berupa kewajiban mengikuti pendidikan lanjutan.
2.Kelalaian. Sanksi bisa berupa teguran lisan, peringatan, pembinaan khusus, penundaan sementara rekomendasi izin
praktik, hingga usul pencabutan izin praktik.
3.Kurang perhatian. Sanksi pelanggaran kode etik apoteker ini mirip dengan poin kelalaian.
4.Kurang terampil. Sanksinya mirip dengan poin ketidaktahuan.
5.Kesengajaan. Ini adalah bentuk pelanggaran berat sehingga sanksinya bisa berupa pembinaan khusus, penundaan
sementara rekomendasi izin praktik, usul pencabutan izin praktik, bahkan dikeluarkan dari keanggotan organisasi profesi
untuk sementara waktu maupun selamanya.
2) Penanya : Rica Dewi Yani (Kel.3)
Penjawab : Ima Nur Rahmadani
Jelaskan bagaimana UUD kesehatan mempengaruhi praktik etika hukum apoteker?
Jawab :
Undang-Undang Dasar Kesehatan (UUD Kesehatan) merupakan landasan hukum yang mengatur praktek
kesehatan di Indonesia, termasuk praktek kerja apoteker. Dalam konteks ini, UUD Kesehatan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap praktik etika hukum apoteker. Berikut adalah beberapa cara bagaimana
UUD Kesehatan mempengaruhi praktik etika hukum apoteker:
1. Menetapkan standar etika: Standar etika tersebut meliputi beberapa aspek seperti privasi dan kerahasiaan
pasien, kepatuhan pada regulasi yang berlaku, integritas, dan profesionalisme.
2. Mengatur praktek kerja: Hal ini termasuk persyaratan lisensi, standar kualitas obat, dan tata cara kerja
yang benar. Sebagai apoteker, harus memahami dan mematuhi regulasi ini agar dapat memberikan
pelayanan yang aman dan berkualitas bagi pasien.
3. Menetapkan kewajiban hukum: Kewajiban ini meliputi aspek-aspek seperti melaporkan kasus-kasus
penyakit menular, mengikuti pedoman pengobatan yang ditetapkan, dan melindungi hak pasien.
3) Penanya : Enjelin Nur Fathika Sjahrul (kel.1)
Penjawab : Dita Rachmawati
Bagaimana perlindungan hukum bagi pasien apabila terjadi kelalaian yang dilakukan
apoteker?
Jawaban:
Jadi bagi pasien yang telah dirugikan atas kelalaian apoteker yang bersangkutan, pasien
dapat melaporkan apoteker yang bersangkutan kepada pihak berwajib untuk diproses atau
melakukan gugatan kepada Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), Yang mana
BPSK ini yakni badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku
usaha dan konsumen.

Anda mungkin juga menyukai