Anda di halaman 1dari 12

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI RS FAKULTAS ILMU

KESEHATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL BEKASI HARAPAN INDAH

Mata Kuliah : ARS 304 (Hukum Kesehatan di RS)

Sesi :1

NIM : 20210309096

Nama Mahasiswa : dr. Asep Saepudin

- Bagaimana tanggapan sdr untuk membedakan etika, norma, disiplin, dan hokum dalam kehidupan
masyarakat dan dalam bidang pelayanan kesehatan di RS

- Buatkan paper anda tentang pelaksanaan etika, disiplin, dan hukum di RS anda bekerja

1
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id
ETIKA, NORMA, DISIPLIN DAN HUKUM
RUMAH SAKIT

Diajukan untuk memenuhi tugas ARS 304 sesi 1


ARS103 Manajemen Fasilitas dan Keselamatan KH101

Dosen Pengajar :
R Fresley Hutapea, SH, MH, MARS

Disusun oleh :
dr. Asep Saepudin
20210309096

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI RS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL BEKASI HARAPAN INDAH
2022

2
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id
A. Pendahuluan

Perkembangnya teknologi berbasis digital telah memungkinkan setiap orang untuk


mempelajari status kesehatannya sendiri, dan turut berperan aktif dalam gerakan terkait
kesehatan. Dengan berkembangnya pelayanan kesehatan dewasa ini, memahami etika
kesehatan merupakan tuntunan yang dipandang semakin perlu, karena etika kesehatan
membahas tentang tata susila dokter dalam menjalankan profesi, khususnya yang
berkaitan dengan pasien. Oleh karena itu tatanan kesehatan secara normatif
menumbuhkan pengembangan hukum kesehatan bersifat khusus yang mengandung
ketentuan penyimpangan/eksepsional jika dibandingkan dengan ketentuan hukum umum.

B. Etika, Norma, Disiplin, dan Hukum di Masyarakat

1. Etika

Etika berasal dari Bahasa Yunani kuno : ethos atau ethikos, yang artinya adalah tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan,
sikap, cara berpikir. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu tentang
apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).

Etika dalam hidup bermasyarakat memiliki peran dalam memberi arah kepada manusia
dalam menjalani hidupnya melalui serangkaian sikap dan perilaku sehari-harinya. Etika
juga mengatur manusia berinteraksi dengan sesamanya. Diharapkan manusia dapat
bertindak sesuai dengan kebiasaan yang berlaku di lingkungannya sehingga tidak
bertentangan dengan hokum dan dapat terwujud keharmonisan.

2. Norma

Norma menurut KBBI adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok
dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang
sesuai dan berterima: setiap warga masyarakat harus menaati -- yang berlaku. Norma juga
dapat berarti aturan, ukuran, atau kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur untuk menilai
atau membandingkan sesuatu.

Norma dalam kehidupan bermasyarakat dibagi dalam beberapa jenis, yaitu :

a. agama aturan yang menata tindakan manusia dalam pergaulan dengan sesamanya
yang bersumber pada ajaran agamanya

3
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id
b. sosial aturan yang menata tindakan manusia dalam pergaulan dengan sesamanya;

c. susila aturan yang menata tindakan manusia dalam pergaulan sosial sehari-hari,
seperti pergaulan antara pria dan wanita

Norma dapat berisi larangan atau perintah, norma diciptakan untuk dijadikan dasar,
arahan, tata tertib untuk seluruh anggota masyarakat dengan tujuan menciptakan
masyarakat yang teratur, selaras dan tentram agar tujuan bersama masyarakat dapat
tercapai dan anggota masyarakat yang melanggar norma dapat diberikan sanksi.

3. Disiplin

Disiplin dapat diartikan sebagai ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan
sebagainya). Disiplin diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, agar nilai dan norma
dilaksanakan dalam segala aspek aktifitas masyarakat dan seluruh masyarakat patuh
terhadapnya.

4. Hukum

Menurut Kamus (KBBI) hukum berarti peraturan atau adat yang secara resmi dianggap
mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah. Berbeda dengan pendapat
Wasis SP yang mendefinisikan hukum sebagai seperangkat peraturan tertulis maupun
tidak tertulis yang dibuat oleh pihak yang berwenang (pemerintah/negara) untuk
ditujukan pada perilaku manusia supaya kehidupan setiap orang menjadi terjamin
keamanan serta ketertibannya. Peraturan tersebut bersifat memaksa, mengatur dan
juga mengandung sanksi bagi siapa saja yang melanggarnya. Dari pengertian-pengertian
diatas, mengindikasikan bahwa setiap pergerakan yang dilakukan manusia, pasti ada
hukum yang mengikatnya.

Hukum dibentuk dengan tujuan menciptakan suatu tatanan nilai yang baru dan
mengubah atau memodifikasi tatanan nilai yang sudah ada dalam suatu kesatuan
masyarakat. Pembentukan hukum tersebut dilakukan oleh masyarakat itu sendiri atau
pihak yang dianggap oleh masyarakat memiliki kapasitas untuk mengadakan suatu
pengaturan terhadap masyarakat, yaitu pemerintah dan pemimpin-pemimpin kesatuan
masyarakat. Hasil pembentukan tersebut adalah hukum yang baru yang mendorong
lahirnya suatu kesadaran hukum yang baru yang ada dalam masyarakat, sehingga nilai
yang terkandung dalam peraturan tersebut menjadi melekat pada masyarakat dan
mengubah tatanan nilai yang sudah ada sebelumnya dalam masyarakat.

4
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id
C. Etika, Norma, Disiplin, dan Hukum di Rumah Sakit

a. Sejarah

Dahulu, Rumah Sakit menempati posisi sebagai suatu lembaga yang terlindungi oleh
doktrin Charitable Community, yaitu dimana dalam tuntutan hukum, Rumah Sakit tidak
akan mungkin menanggung ganti rugi yang harus dibayarkan karena putusan pengadilan
mengenai gugatan pasien. Rumah Sakit dianggap sebagai lembaga pelayanan kesehatan
masyarakat, sehingga haluan pengadilan untuk membatasi tanggung jawab Rumah Sakit
dilandaskan atas kepentingan umum.

Dalam perkembangannya, Rumah Sakit menjadi suatu organisasi yang merupakan pusat
pelayanan kesehatan yang padat karya, padat modal, padat tekhnologi, dan juga padat
perubahan dan penyesuaian, sehingga sumber daya manusia yang termasuk didalamnya
wajib untuk senantiasa mengutamakan mutu, etika, dan profesionalitas dalam
pelayanannya yang komprehensif dan paripurna dari promotif, kuratif, hingga
rehabilitative.

b. Hukum Kesehatan

Menurut Prof H.J.J.Leenen, hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang
berhubungan langsung pada pemberian pelayanan kesehatan dan penerapannya pada
hukum perdata, hukum administrasi, dan hukum pidana yang berarti mencakup juga
hukum internasional, hukum kebiasaan, hukum yurisprudensi, dll. Menurut Leenen,
masalah kesehatan dikelompokkan dalam 15 kelompok:

1) kesehatan keluarga

2) perbaikan gizi

3) pengamanan makanan dan minuman

4) kesehatan lingkungan

5) kesehatan kerja

6) kesehatan jiwa

7) pemberantasan penyakit

5
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id
8) penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan

9) penyuluhan kesehatan

10) pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan

11) pengamanan zat adiktif

12) kesehatan sekolah

13) kesehatan olah raga

14) pengobatan tradisional

15) kesehatan matra

Hukum kesehatan di Indonesia saat ini belum seluruhnya memenuhi ruang lingkup yang
ideal, sehingga diperlukan adanya pengelolaan yang tepat untuk masalah – masalah
kesehatan sehingga diharapkan dapat dilakukan pembentukan perundang-undangan
dengan benar. Hukum kesehatan di Indonesia dapat ditemukan dalam banyak
perundang-undangan yang mengatur tentang kesehatan manusia, atau bisa juga di
perundang-undangan lainnya yang memuat pasal / ketentuan mengenai kesehatan
manusia.

Menurut Konas PERHUKI (1993), hukum kesehatan di Indonesia dibagi menjadi


beberapa bagian, yaitu :

1. Hukum Kedokteran
Hukum kedokteran mengatur masalah bidang kedokteran, penerapannya pada
hukum administrasi, hokum perdata, dan hukum pidana yang tepat.
Contoh : Undang-Undang no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
2. Hukum Keperawatan
Mencakup praktik keperawatan, perizinan, ketentuan, dan standar asuhan
keperawatan. Diharapkan penerima layanan kesehatan dapat terjamin
pemeliharaan kesehatannya karena dilakukan oleh perawat yang kompeten di
bidangnya dan patuh pada regulasi.
Contoh : UU no 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
3. Hukum Farmasi

6
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id
Mencakup kegiatan-kegiatan kefarmasian, meliputi penemuan, pengembangan,
produksi, pengolahan, peracikan, dan distribusi obat, juga standar penggunaan
obat.
Contoh : UU no 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
4. Hukum Rumah Sakit
Mencakup segala ketentuan hukum yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan, hak dan kewajiban penerima maupun penyelenggara layanan
kesehatan. Hukum rumah sakit kemudian dijadikan pedoman bai penyelenggara
kesehatan untuk memberikan layanan kesehatan yang layak, bermutu, dan
sesuai kebutuhan.
Contoh : UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, PP no 47 tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan, PMK 269 tahun 2008
tentang Rekam Medik. PMK 290 tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran.
5. Hukum Kesehatan Publik,
Hukum kesehatan public berfokus pada pelayanan kesehatan masyarakat yang
dilakukan oleh para penyelenggara kesehatan, meliputi pedoman/acuan
sehingga dapat diketahui batasan-batasan dalam pemberian pelayanannya.
Diharapkan dengan adanya hukum kesehatan publik masyarakat dapat lebih
cerdas dan memahami serta berkontribusi aktif dalam pelayanan kesehatan
yang diterimanya.
6. Hukum Kesehatan Lingkungan
Mencakup seluruh aturan dengan semua hal yang ada di lingkungan yang saling
mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia dan
makhluk hidup lain, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya.
Contoh : UU no 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, PP no 66 tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan,
Permenkes no 7 tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
c. Etika Rumah Sakit
Etika Rumah Sakit di Indonesia disusun oleh Persatuan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI), yang mencakup :
1. Kewajiban umum Rumah Sakit
2. Kewajiban Rumah Sakit terhadap pasien
3. Kewajiban Rumah sakit terhadap masyarakat
4. Kewajiban Rumah Sakit terhadap tenaga Rumah Sakit

7
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id
5. Kewajiban Rumah Sakit terhadap Rumah Sakit lain
Masing-masing Rumah Sakit diperbolehkan untuk membentuk badan yang
menangani masalah-masalah etik di lingkungannya sendiri, yang disebut sebagai
PERS (Panitia Etik Rumah Sakit) atau Hospital Ethical Committee, yang anggotanya
terdiri dari staf medis, staf keperawatan, administrasi dan pihak-pihak yang lain yang
berkaitan dengan tugas RS. Keberadaan PERS diharapkan dapat memberi manfaat
antara lain :
- Sumber informasi yang relevan untuk menyelesaikan masalah etik di RS
- Mengidentifikasi masalah pelanggaran etik di RS untuk memberikan pendapat
untuk penyelesaian
- Memberikan nasihat kepada direksi RS untuk meneruskan atau tidak
pelanggaran etik ke MKEK
Etika Rumah Sakit terdiri dari 2 komponen yaitu :
1) etika administrative, contohnya :
• masalah kepemimpinan dan manajerial
• masalah kerahasiaaan
• masalah informed consent
• masalah keuangan
2) etika biomedis. Contohnya :
• rekayasa genetika
• masalah reproduksi
• masalah transplantasi organ, donasi, dll.
d. Hukum Rumah Sakit
Hukum rumah sakit adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung
dengan pemeliharaan dan pelayanan kesehatan serta penerapannya, juga hak dan
kewajiban seluruh anggota masyarakat sebagai penerima layanan kesehatan maupun
penyelenggara kesehatan dalam segala aspek organisasi, sarana, pedoman medik, dll.
a) Tanggung jawab hukum Rumah Sakit :
RS bertanggung jawab secara perdata terhadap semua kegiatan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan baik berupa wanprestasi maupun perbuatan melawan
hukum. Dalam memberikan pelayanan kepada pasien, RS memiliki hak dan
kewajiban yang di atur sesuai kode etik RS.
b) Hak Rumah Sakit
a. Berhak mensyaratkan pasien harus menaati semua peraturan RS
b. Berhak membuat peraturan yang berlaku di RS tersebut

8
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id
c. Berhak memilih tenaga dokter
d. Berhak menuntut pihak kedua yang melakukan wanprestasi (pasien,
pihak ketiga,dll)
e. Berhak mendapat perlindungan hukum
c) Kewajiban Rumah Sakit
a. Wajib mematuhi peraturan perundangan yang ditetapkan pemerintah
b. Wajib memberikan pelayanan sebaik-baiknya dan menjaga mutu
perawatan tanpa membeda-bedakan status atau kelas pasien
c. Wajib menyediakan sarana dan prasarana peralatan umum yang
diperlukan
d. Wajib menjaga peralatan kesehatan dalam keadaan siap pakai
e. Wajib merujuk pasien apabila diperlukan
f. Wajib mengusahakan sarana dan prasarana mengatasi kecelakaan dan
bencana
g. Wajib melindungi dokter dan memberikan bantuan administrasi dan
hukum bila ada gugatan
h. Wajib membuat perjanjian tertulis dengan dokter
i. Wajib membuat standar profesi medik

D. Pelaksanaan Etika, Norma, Disiplin, dan Hukum di Rumah Sakit X

Penulis saat ini bekerja di sebuah Rumah Sakit Swasta tipe C di Kabupaten Bekasi. Di
Rumah Sakit ini, tenaga kesehatan yang bekerja di dalamnya masing-masing telah memiliki
kode etik sesuai profesinya yang memuat kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien,
kewajiban terhadap teman sejawat, dan juga terhadap diri sendiri. Seluruhnya bertujuan
untuk memberikan pelayanan terbaik dan bermutu kepada masyarakat.

Jajaran managemen Rumah Sakit X juga disiplin terhadap setiap regulasi yang ditetapkan
terkait perumahsakitan, termasuk juga perizinan. RUmah Sakit ini memiliki izin yang
berlaku, setiap tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan juga diwajibkan
seluruhnya memiliki Surat Ijin Praktik (SIP). Selain itu Rumah Sakit juga selalu menjaga mutu
pelayanan dengan memastikan alat-alat kesehatan terkalibrasi secara rutin dan memiliki
ijin pemanfaatan, Terkait dengan kewajiban sebagai penyelenggara layanan kesehatan,
Rumah Sakit X telah berupaya untuk disiplin dalam pemenuhan kewajibannya, antara lain
:

9
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id
1. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada
masyarakat

2. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, tidak membeda-bedakan pasien,


bermutu, efektif dan efisien dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai
standar pelayanan. (UU no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 58 ayat 1)

3. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan


pelayanannya (UU no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 190 ayat 1-2).

4. Menyelenggarakan rekam medis (PMK 269 tahun 2008 tentang Rekam Medik)

5. Berperan aktif memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai dengan


kemampuan pelayanannya

6. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok

7. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin

8. Melindungi dan memberi bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam
melaksanakan tugas

9. Melaksanakan fungsi social, yaitu di antaranya memberikan pelayanan gawat


darurat tanpa uang muka, ambulans gratis, bakti social, dll

10. Menyusun dan melaksanakan Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital by laws)

11. Melaksanakan dan menjaga standar mutu pelayanan di Rumah Sakit

12. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien (PMK 290 tahun 2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran)

13. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik dan wajib memiliki surat ijin
praktik (UU no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, UU no 36 tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan)

14. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak seperti parkiran, sarana
ibadah, ruang tunggu, ruang menyusui, dll

15. Melaksanakan etika Rumah Sakit

10
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id
16. Memiliki system manajemen risiko dan penanggulangan bencana

17. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi, etika, dan
peraturan perundang-undangan

18. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai hak dan kewajiban
pasien

19. Melaksanakan system rujukan

20. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan. (UU no 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit, UU no 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja)

Menurut saya, yang menjadi potensi pelanggaran hukum yang mungkin terjadi di Rumah
Sakit ini adalah terkait pelayanan pasien yang menimbulkan banyak komplain terkait
pelayanan tersebut, misal terjadinya miss-diagnosis pasien x karena tidak terjalin
komunikasi efektif yang baik selama ini, Ini menjadi dilemma karena Rumah Sakit sudah
menerapkan sesuai SOP yang berlaku namun tidak menutup kemungkinan hal hal yang
menjadi fundamental rumah sakit masih sering diabaikan/keteledoran oleh oknum - oknum
tertentu. Namun pada kasus seperti ini, Rumah Sakit telah melakukan fungsi nya yaitu
berlandaskan hospital by law.

E. Penutup

Hukum kesehatan memegang peranan penting dalam seluruh proses kesehatan, yang
merupakan semua peraturan hukum yang berhubungan langsung pada pelayanan
kesehatan dan penerapannya pada hukum perdata, hukum administrasi, dan hukum
pidana. Rumah Sakit berpotensi melakukan pelanggaran hukum baik administrasi, perdata,
maupun pidana.

Oleh karena itu, Rumah Sakit sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan wajib
menunjukkan kedisiplinan terhadap etika, norma, dan hukum kesehatan yang berlaku,
serta diharuskan untuk menjaga kualitas pelayanan demi menjaga kepentingan
masyarakat.

F. Daftar Pustaka

1. Makalah Sistem dan Pelayanan Kesehatan di Indonesia. Available from :


www.ariabimantara.files.wordpress.com/2011. Filetype : doc

11
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id
2. Kuliah Hukum Kesehatan. Available from :
http://budi399.wordpress.com/2010/02/10/kuliah-hukum-kesehatan/
3. Upaya Kesehatan dan Hukum by Prof, DR. dr. Amri Amir, Sp. F (K), DFM, SH.
Available from : Repository USU. Filetype : PPT
4. Kamus Besar Bahasa Indonesia. https://kbbi.web.id. Diakses pada 13 Oktober 2022

12
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id

Anda mungkin juga menyukai