Anda di halaman 1dari 4

NAMA : PARAMITHA AISYARAH

NPM : 2106200189
KELAS : III/D-1 PAGI
MATA KULIAH : HUKUM TATA NEGARA

1. Buatkan Bagan atau Struktur Sistem Ketatanegaraan Indonesia sebelum dan sesudah
amandemen Undang-Undang Dasar 1945.
Jawab :
BAGAN ATAU STRUKTUR SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA SEBELUM
AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR 1945

MPR
UUD 1945

DPR PRESIDEN BPK DPA MA

BAGAN ATAU STRUKTUR SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA SESUDAH


AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR 1945

MPR
UUD 1945

PRESIDEN DAN
KEKUASAAN
BPK MA WAKIL
KEHAKIMAN
PRESIDEN

DPD MK

DPR MA

KY
2. Sebutkan dan jelaskan Sumber-Sumber Hukum Tata Negara.
Jawab : Sumber- Sumber Hukum Tata Negara dibagi menjadi dua, yaitu Sumber Hukum
Tata Negara Materiil dan Sumber Hukum Tata Negara Formil.
- Sumber Hukum Tata Negara Materiil
Sumber Hukum Tata Negara Materiil adalah sumber yang menentukan isi kaidah hukum
tata negara. Sumber hukum tata negara materiil ini terdiri atas :
1. Dasar dan pandangan hidup bernegara.
2. Kekuatan-kekuatan politik pada saat kaidah-kaidah dirumuskan.

- Sumber Hukum Tata Negara Formil

1. Hukum Perundang-undangan Ketatanegaraan


Hukum Perundang-undangan Ketatanegaraan adalah peraturan tertulis yang berisi
norma-norma hukum yang mengikat untuk umum, ditetapkan oleh legislator dan
regulator atau lembaga pelaksana undang-undang yang memiliki kewenangan delegasi
dari undang-undang untuk menetapkan peraturan tertentu.
2. Hukum Adat Ketatanegaraan
Hukum Adat Ketatanegaraan adalah hukum asli bangsa Indonesia di bidang
ketatanegaraan adat. Contoh: ketentuan mengenai swapraja, persekutuan-persekutuan
hukum kenegaraan asli seperti desa, gampong, dan mengenai peradilan agama.
3. Hukum Kebiasaan (Konvensi) Ketatanegaraan
Hukum Kebiasaan (Konvensi) Ketatanegaraan adalah hukum yang tumbuh dalam praktik
penyelenggaraan negara untuk melengkapi, menyempurnakan, dan menghidupkan atau
mendinamisasi kaidah-kaidah hukum perundang-undangan atau hukum adat
ketatanegaraan.
4. Yurisprudensi Ketatanegaraan
Yurisprudensi adalah kumpulan putusan-putusan pengadilan mengenai persoalan
ketatanegaraan, yang setelah disusun secara teratur memberikan kesimpulan adanya
ketentuan hukum tertentu yang ditemukan atau dikembangkan oleh badan peradilan.
5. Perjanjian Internasional Ketatanegaraan
Perjanjian Internasional Ketatanegaraan terdiri dari traktat (treaty) yang telah
diratifikasi, perjanjian internasional yang diadakan pemerintah atau lembaga eksekutif
(executive agreement) dengan pemerintah lain yang tidak memerlukan ratifikasi, yang
menentukan segi hukum ketatanegaraan bagi masing-masing negara yang terikat di
dalamnya, dapat menjadi sumber hukum formal tata negara.
6. Doktrin Ketatanegaraan
Doktrin Ketatanegaraan adalah ajaran-ajaran tentang hukum tata negara yang ditemukan
dan dikembangkan dalam dunia ilmu pengetahuan sebagai hasil penyelidikan dan
pemikiran seksama berdasarkan logika formal yang berlaku.

3. Jelaskan Proses Pemberhentian Presiden dalam masa jabatannya


Jawab :Proses pemberhentian Presiden atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya yaitu
sebagai berikut:
1. Usul pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden dapat diajukan oleh DPR kepada
MPR hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah
Konstitusi (“MK”) untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan pendapat DPR bahwa
presiden dan/atau wakil presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa presiden dan/atau wakil presiden tidak lagi
memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden.
Pengajuan permintaan DPR kepada MK hanya dapat dilakukan dengan dukungan
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPR yang hadir dalam sidang paripurna
yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPR.
2. MK wajib memeriksa, mengadili, dan memutuskan dengan seadil-adilnya terhadap
pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan/atau wakil presiden
tersebut paling lama 90 hari setelah permintaan DPR itu diterima oleh MK.
3. Apabila MK memutuskan bahwa presiden dan/atau wakil presiden terbukti melakukan
pelanggaran hukum, DPR menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul
pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden kepada MPR.
4. MPR wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul DPR tersebut paling
lama 30 hari sejak MPR menerima usul tersebut.
5. Keputusan MPR atas usul pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden harus
diambil dalam rapat paripurna MPR yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 dari
jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang
hadir, setelah presiden dan/atau wakil presiden diberi kesempatan menyampaikan
penjelasan dalam rapat paripurna MPR.
Sehingga, dapat kita ketahui bahwa pemberhentian presiden dilakukan oleh MPR, namun
dalam prosesnya melibatkan juga peran DPR dan MK. Secara singkat, usul
pemberhentian presiden pertama-tama diajukan oleh DPR, yang kemudian usulan
tersebut diputus terlebih dahulu oleh MK. Jika MK memutuskan bahwa terjadi
pelanggaran hukum, barulah MPR menyelenggarakan sidang atas usul pemberhentian
presiden tersebut. Jadi, MPR dapat memberhentikan presiden dan wakil presiden sebelum
masa jabatannya dengan persetujuan MK yang diberikan dalam bentuk putusan bahwa
presiden dan wakil presiden telah terbukti melakukan pelanggaran hukum.
4. Sebutkan dan jelaskan Kewenangan atau Hak yang dimiliki Presiden dengan
melibatkan DPR.
Jawab :
1. Mengajukan Rancangan Undang-Undang
Presiden memiliki kewenangan untuk mengajukan rancangan undang-undang (RUU)
kepada badan legislatif, yakni Dewan Perwakilan Rakyat. Jika disetujui, maka RUU
tersebut akan menjadi undang-undang yang sah dan resmi (UUD 1945 pasal 5 ayat 1).
2. Menyatakan Perang
Presiden juga memiliki kewenangan untuk menyatakan perang terhadap negara atau
kelompok lain, jika memang hal itu diperlukan untuk menjaga kedaulatan negara. Tentu
kewenangan ini harus mendapat persetujuan dari DPR sebagai perwakilan rakyat (UUD
1945 pasal 11 ayat 1).
3. Membuat Kerjasama atau Perdamaian dengan Negara Lain
Presiden berwenang juga mewakili negara untuk membuat perjanjian, kerjasama atau
perdamaian dengan negara lain jika dirasa menguntungkan. Kewenangan ini juga harus
mendapat persetujuan dari DPR terlebih dahulu (UUD 1945 pasal 11 ayat 1).
4. Membuat Perjanjian Internasional
Wewenang presiden berikutnya adalah membuat perjanjian internasional yang
menimbulkan pengaruh yang luas dan mendasar pada kehidupan rakyat terkait dengan
keuangan negara yang mengharuskan adanya pembentukan atau perubahan undang-
undang. Kewenangan ini juga membutuhkan persetujuan DPR (UUD 1945 pasal 11 ayat
2).
5. Memberi Amnesti dan Abolisi
Presiden juga berwenang untuk memberikan amnesti dan abolisi. Amnesti adalah
peniadaan akibat hukum pidana kepada orang yang terlibat tindak pidana tersebut.
Sedangkan abolisi merupakan pemberhentian pemeriksaan dan tuntunan pidana kepada
seorang tersangka. Kewenangan ini harus mendapat persetujuan DPR (UUD 1945 pasal 14
ayat 2).

Anda mungkin juga menyukai