Anda di halaman 1dari 13

ASPEK HUKUM PIDANA DALAM

KESEHATAN (Criminal Malpraktik)


1

Di susun oleh kelompok 9:

2 1. Nopi Puspitasari 210605277


2. Nunung Nurfikah 210605278
3. Nur Aliyah 210605279
4. Nur Firli Afikah 210605280
5. Nurlina Handarini 210605281
6. Nurul Ramadhani 210605282
7. Prima Susilowati 210605283
3
8. Ranni Amelia 210605284
Enter your title
A. LATAR BELAKANG
1

Profesi tenaga medis mengandung risiko tinggi karena bentuk, sifat dan
tujuan tindakan yang dilakukan oleh seorang tenaga medis dapat berpotensi
menimbulkan bahaya bagi seseorang. Seorang tenaga medis dinyatakan
2
melakukan kesalahan profesional apabila melakukan tindakan yang
menyimpang atau lebih dikenal sebagai malpraktik. Undang-undang
memberikan kewenangan secara mandiri kepada tenaga medis untuk
melakukan dan bertanggung jawab dalam melaksanakan ilmu medis menurut
3
sebagian atau seluruh ruang lingkupnya serta memanfaatkan kewenangan
tersebut secara nyata.
A. Tinjauan Tentang Aspek Hukum Pidana Kesehatan
Aspek Hukum dalam Pelayanan Kesehatan Latar Belakang Timbulnya Malpraktik
1
Nakes + pasien transaksi terapeutik
Hukum kesehatan mencakup segala
nakes membantu meningkakan
peraturan dan
kesehatan pasien pasien meneima
aturan yang secara langsung berkaitan
2 pelayanan adakalanya hasil yang
dengan pemeliharaan dan perawatan
diharapkan tidak tecapai, bahkan ada
kesehatan yang terancam atau kesehatan
kalanya pasien mengalami kecacatan.
yang rusak. Hukum kesehatan mencakup
Dalam hal terjadi peristiwa yang
penerapan hukum perdata dan hukum
3 demikian, dokter seringkali dituduh
pidana yang berkaitan dengan hubungan
melakukan kelalaian yang pada
hukum dalam pelayanan kesehatan
umumnya dianggap sebagai malpraktik
Enter your title
Pengertian Malpraktik
1 Malpraktik atau malpraktek adalah sebuah tindakan atas dasar kelalaian atau kesalahan
seorang tenaga kesehatan dalam menjalankan profesi, praktek, pengetahuan dan
ketrampilannya yang biasa digunakan dalam mengobati pasien sehingga menyebabkan
kerusakan atau kerugian bagi kesehatan atau kehidupan pasien karena tidak sesuai
dengan standar profesi medik serta menggunakan keahlian untuk kepentingan pribadi.

2
Malpraktik Pidana (Criminal Malpractice)
Malpraktik pidana terjadi apabila pasien meninggal dunia atau
mengalami cacat akibat dokter atau tenaga kesehatan lainnya kurang
3 hati-hati atau kurang cermat dalam melakukan upaya penyembuhan
terhadap pasien yang meninggal dunia atau cacat tersebut.
Malpraktik pidana

Malpraktik pidana Malpraktik pidana Malpraktik pidana


karena kesengajaan karena kecerobohan karena kealpaan
(intensional) (recklessness), (negligence)

kasus-kasus melakukan aborsi terjadi cacat atau


melakukan tindakan yang tidak
tanpa indikasi medis, kematian pada pasien
membocorkan rahasia lege artis atau tidak sesuai sebagai akibat tindakan
kedokteran, tidak melakukan dokter yang kurang hati-
dengan standar profesi serta
pertolongan pada kasus gawat hati atau alpa dengan
padahal diketahui bahwa tidak melakukan tindakan tanpa tertinggalnya alat
ada orang lain yang bisa operasi di dalam rongga
disertai persetujuan tindakan
menolong, serta memberikan tubuh pasien.
surat keterangan dokter yang medis;
tidak benar;
Malpraktek medis bisa bisa masuk lapangan hukum pidana apabila memenuhi
syarat-syarat tertentu dalam 3 aspek, yaitu :

a) Syarat dalam sikap batin (ada tidaknya unsur kesengajaan)


b) Syarat dalam perlakuan medis yang menyimpang (tidak sesuai SOP)
c) Syarat mengenai hal akibat (syarat mengenai timbulnya kerugian bagi kesehatan
atau nyawa pasien.)
ASPEK HUKUM PIDANA DALAM KESEHATAN
(Criminal Malpraktik)

Ketentuan Malpraktik dalam Hukum Indonesia

Ketentuan mengenai malpraktik medis dalam hukum di Indonesia dapat dilihat dari
KUHP, Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dan Undang-undang No.
29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Adapun penjelasan ketiganya adalah
sebagai berikut:
1. KUHP
Pengaturan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dapat dilihat
dari ketentuan Pasal 53 KUHP yaitu terkait dengan percobaan melakukan kejahatan
pasal ini hanya menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar seorang pelaku
dapat dihukum karena bersalah telah melakukan suatu percobaan.
Pasal 267 KUHP mengenai Pemalsuan Surat, Pasal 345, 347, 348, 349 KUHP yang
berkaitan dengan upaya abortus criminalis (pengguguran kandungan) karena di
dalamnya terdapat unsur adanya upaya menggugurkan kandungan tanpa adanya
indikasi medis. Pasal 351 KUHP tentang Penganiayaan sebagaimana penjelasan
Menteri Kehakiman bahwa setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk
memberikan penderitaan badan kepada orang lain atau dengan sengaja untuk
merugikan kesehatan badan orang lain.
Terkait dengan kealpaan yang menyebabkan mati atau luka-luka dapat dilihat dari
ketentuan Pasal 359 KUHP.
Pasal 359 KUHP ini juga dapat memberikan perlindungan hukum bagi pasien
sebagai upaya preventif mencegah dan menanggulangi terjadinya tindak pidana
malpraktik kedokteran namun perlu juga solusi untuk menghindarkan dokter dari
rasa takut yang berlebihan dengan adanya pasal ini.
Pasal 360 KUHP menyebutkan tentang cacat, luka-luka berat maupun kematian
yang merupakan bentuk akibat dari perbuatan petindak sehingga dari sudut pandang
subjektif sikap batin petindak disini termasuk dalam hubungannya dengan akibat
perbuatannya. Pasal 361 KUHP yang merupakan pasal pemberatan pidana bagi
pelaku dalam menjalankan suatu jabatan atau pencaharian dalam hal ini jabatan
profesi sebagai dokter, bidan dan juga ahli obat-obatan yang harus berhati-hati
dalam melakukan pekerjaannya karena apabila mereka lalai sehingga
mengakibatkan kematian bagi orang lain atau orang tersebut menderita cacat maka
hukumannya dapat diperberat 1/3 dari Pasal 359 dan Pasal 360 KUHP.
b. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
kebijakan formulasi hukum pidana terkait dengan penanggulangan tindak pidana
malpraktik medis dapat dilihat dari ketentuan Pasal 29 UU Kesehatan
Berkaitan dengan perlindungan pasien dapat dilihat dari ketentuan Pasal 56, Pasal
57, Pasal 58 UU Kesehatan.
Terkait dengan transplantasi organ dapat dilihat dari ketentuan Pasal 64, Pasal 65,
Pasal 66
Ketentuan mengenai aborsi sebagaimana diatur dalam Pasal 75, Pasal 76, Pasal 77
UU Kesehatan
c. Undang-Undang No.29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran Adapun ketentuan yang berkaitan dengan penanggulangan tindak
pidana malpraktik kedokteran pada UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran dapat dilihat dalam Pasal 51 UU Praktik Kedokteran mengenai
kewajiban dari dokter dan dokter gigi, Pasal 75, Pasal 77 UU Praktik Kedokteran
yang berlaku bagi orang yang bukan dokter yang dengan sengaja menggunakan
identitas berupa gelar atau bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat
seolah-olah dokter yang telah memiliki SIP atau STR (Surat izin praktik atau Surat
Tanda Registrasi), Pasal 78, Pasal 79, Pasal 80 UU Praktik Kedokteran.
A. Kesimpulan
1. Kaidah hukum diperlukan dalam mengatur hubungan antar manusia, sehingga
tidak mengherankan jika dewasa ini aspek hukum juga terkait dengan bidang
kesehatan.

2. Dalam melaksanakan profesi seorang tenaga kesehatan harus mentaati etik


tenaga kesehatan supaya terhindar dari jeratan hokum kedokteran yang
merupakan bagian dari hukum kesehatan.

3. pemerintah telah mengatur aturan yuridis Ketentuan mengenai malpraktik


medis dalam hukum di Indonesia dapat dilihat dari KUHP, Undang-undang No.
36 Tahun 2009 tentang kesehatan dan Undang-undang No. 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran.

4. Namun, dewasa ini malpraktek masih sering terjadi, meskipun peraturan-


peraturan yang mengatur tentang hal tersebut telah ada.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai