Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pendidikan
Pendidikan Asuhan Kebidanan Pada Kasus Kompleks Dan Perempuan Pada Kondisi
Rentan
Dosen Pembimbing :
Lili Farlikhatun, M. Keb
Disusun Oleh :
Afrianti (210605205 )
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, telah memberikan kesehatan dan
karunia-Nya utuk kita dan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini : Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Hamil Dengan Kek Dan HBsAg Positif Di Puskesmas Danau Indah Tahun 2022. Tidak
lupa penulis mengucapkan shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Penyelesaian tulisan ini tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak yang terkait secara langsung
maupun tidak langsung.
Makalah ini merupakan tugas materi kuliah Pendidikan Asuhan Kebidanan Pada Kasus
Kompleks Dan Perempuan Pada Kondisi Rentan , dalam penyusunan makalah ini penulis
banyak mendapatkan saran dari berbagai pihak, dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini,
sehingga penulis secara terbuka menerima saran dan kritik positif dari pembaca. Agar hasil
makalah yang didapat mencapai kesempurnaan dan bisa menjadi referensi yang baik bagi
pembaca.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
dapat menjadi referensi yang baik bagi pembaca khususnya mahasiswa yang hendak
melaksanakan mata kuliah Anti Korupsi baik di instansi yang sama ataupun instansi yang
berbeda dan juga untuk kalangan umum. Demikian saya sampaikan terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Kehamilan...........................................................................................................................3
2.2 KEK (Kekurangan Energi Kronik)....................................................................................4
2.2.1 Definisi KEK ( Kekurangan Energi Kronik)..............................................................4
2.2.2 Manifestasi Klinis KEK (Kekurangan Energi Kronik).............................................6
2.2.3 Penyebab KEK (Kekurangan Energi Kronik) ...........................................................7
2.2.4 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................................7
2.2.5 Dampak Kurang Energi Kronis Pada Ibu Hamil........................................................8
2.2.6 Angka Kejadian KEK (Kekurangan Energi Kronik) pada Ibu Hamil........................8
2.2.7 Komplikasi..................................................................................................................8
2.2.8 Pencegahan Kekurangan Energi Kronik (KEK).........................................................9
2.2.9 Penatalaksanaan Kekurangan Energi Kronik (KEK)……………………………… 10
2.3 Hepatitis B........................................................................................................................10
2.3.1 Definisi Hepatitis B..................................................................................................10
2.3.2 Tanda dan Gejala Hepatitis B...................................................................................11
2.3.3 Penularan Virus Hepatitis B.....................................................................................11
2.3.4 Diagnosis Hepatitis B...............................................................................................12
2.3.5 HBsAg......................................................................................................................12
2.3.6 Hepatitis B dan HbSAg pada Kehamilan.................................................................13
2.3.7 Penatalaksanaan........................................................................................................13
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................................14
BAB IV PENUTUP ...............................................................................................................15
1
2
3
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................15
3.2 Saran.................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia, kekurangan gizi
menurunkan produktivitas kerja dan menurunkan daya tahan tubuh yang berakibat
meningkatnya angka kesakitan dan kematian. Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap
individu, sejak janin yang masih di dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja,
dewasa, sampai usia lanjut. Ibu atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena
membutuhkan gizi yang cukup sehingga harus dijaga status gizi dan kesehatannya, agar
Wanita Usia Subur (WUS) dengan kelompok usia 20 sampai 35 tahun merupakan
kelompok yang memiliki risiko paling tinggi mengalami kurang energi kronis (KEK) pada
kehamilan (Kemenkes RI, 2015). Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada
masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat,
cukup bulan dengan berat badan normal, dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan
sangat bergantung keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil (Intan dkk, 2012)
Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan kondisi yang disebabkan karena adanya
ketidakseimbangan asupan gizi antara energi dan protein, 2 2 sehingga zat gizi yang
1
Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai resiko kematian ibu mendadak pada masa
perinatal atau resiko melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR). Berdasarkan
data Departemen Kesehatan RI tahun 2013, sekitar 146.000 bayi usia 0 – 1 tahun dan 86.000
bayi baru lahir (0 – 28 hari) meninggal setiap tahun di Indonesia. Angka Kematian Bayi
(AKB) adalah 32 per 1000 Kelahiran Hidup, lima puluh empat persen penyebab kematian
Selain itu Hepatitis merupakan satu diantara banyak penyebab kematian wanita di
dunia dan merupakan satu dari banyak kasus keganasan hepatoseluler di negara
berkembang. Pada wanita hamil penyakit ini dapat menyebabkan efek koagulasi, kegagalan
organ, dan peningkatan mortalitas maternal pada bayi baru lahir. Berdasarkan tingginya
menjadi 3 macam daerah endemis yaitu: tinggi (10-15%), sedang (8%), dan rendah (5%)
(Hou, et.al., 2019). Prevalensi infeksi virus Hepatitis B surface antigen (VHbSAg) berbeda-
beda di seluruh dunia. Indonesia sendiri masuk dalam kelompok prevalensi sedang sampai
tinggi. Dari data yang terkumpul, prevalensi infeksi virus Hepatitis B (VHB) di Indonesia
berkisar 8,5% sampai 36%. Pada tahun 2018 hasil penelitian dari pemeriksaan HBsAg
ditemukan 13% sampel yang positif Hepatitis B dan pemeriksaan Anti-HBs menemukan
15% sempel positif memiliki antibodi terhadap Hepatitis B. (Sinaga et al., 2018).
Penyakit Hepatitis B dapat menyerang semua umur, gender dan ras di seluruh dunia.
Hepatitis B dapat menyerang dengan atau tanpa gejala hepatitis. Ibu hamil termasuk salah
satu kelompok yang mudah terinfeksi hepatitis, ibu hamil khususnya di awal kehamilan
melakukan pemeriksaan ANC salah satunya pemeriksaan HBsAg dan Anti-HBs, agar
kesehatan kehamilan untuk calon ibu dan bayi dapat terkontrol agar dapat mempersiapkan
2
pada saat persalinan. (Sinaga, et al., 2018). Penderita Hepatitis B kronik di Indonesia
mencapai 13,5 juta orang, di bawah China yang berjumlah 123,7 juta orang dan India 30
hingga 50 juta penderita sehingga, Indonesia termasuk jumlah penderita Hepatitis B terbesar
ketiga di Asia (Hou, et, al, 2019). Menurut hasil Riskesdas tahun 2018 hasil pemeriksaan
Biomedis dari 10.391 sampel serum yang diperiksa, prevalensi Hepatitis B Surface antigen
(HBsAg) positif 8,4% yang berarti bahwa antara 9 penduduk di Indonesia terdapat seorang
Hepatitis B sebagian besar diturunkan dari ibu ke anaknya sehingga yang terkena
virus hepatitis sebagian besar adalah balita dan anak-anak. Efek negatif dari HBsAg akan
bisa diketahui pada bayi baru lahir pada saat proses persalinan, seperti terjadinya asfiksia
pada bayi selain itu, HBsAg pada Ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya berat badan lahir
rendah (BBLR) (Susanti et al.,2017). Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah
beresiko mengalami kematian 35 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi yang berat
badannya diatas 2500 gram (Departemen Kesehatan RI, 2010). Berat badan lahir rendah
(BBLR) juga berakibat jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak dimasa yang akan
datang. Dampak dari bayi yang mengalami BBLR adalah pertumbuhan yang lambat,
kecenderungan memiliki penampilan intelektual yang lebih rendah daripada bayi yang berat
lahirnya normal selain itu, bayi dengan berat badan lahir rendah dapat mengalami gangguan
mental dan fisik pada tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan
3
1.2 Rumusan Masalah
“Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ny. A Usia 28 Tahun G2P1A0 Usia Kehamilan 16
1.3 Tujuan
G2p1a0 Usia Kehamilan 16 Minggu Dengan Kek Dan HBsAg Positif Di Puskesmas
Danau Indah
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kasus pada Ny. A Usia 28 Tahun G2p1a0
Usia Kehamilan 16 Minggu Dengan Kek Dan HBsAg Positif Di Puskesmas Danau
Indah
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan kasus pada Ny. A Usia 28 Tahun G2p1a0 Usia
Kehamilan 16 Minggu Dengan Kek Dan HBsAg Positif Di Puskesmas Danau Indah
1.4
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
2.
2.1. Kehamilan
Kehamilan (pregnancy) adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Proses kehamilan sampai persalinan merupakan mata rantai satu kesatuan dari konsepsi,
menyongsong kelahiran bayi, dan persalinan dengan kesiapan pemeliharaan bayi. Pada
kehamilan terdapat adaptasi ibu dalam bentuk perubahan fisiologis dan psikologis dalam
Kehamilan normal biasanya berlangsung selama kirakira 10 bulan atau 9 bulan kalender,
atau 40 minggu atau 280 hari. Lama kehamilan akan dihitung dari hari pertama menstruasi
terakhir, akan tetapi konsepsi terjadi sekitar 2 minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir.
Umur janin pascakonsepsi ada selisihnya yaitu kira-kira 2 minggu atau 38 minggu. Usia
pascakonsepsi ini akan digunakan untuk mengetahui perkembangan janin (Putri et al., 2015).
Masa kehamilan memerlukan perhatian khusus karena merupakan periode penting pada
1.000 hari kehidupan. Pertumbuhan dan perkembangan janin sangat dipengaruhi oleh kesehatan
ibu. Oleh karena itu, bayi yang terlahir dari ibu yang sehat maka bayinya akan sehat pula.
Pertumbuhan hasil konsepsi dibedakan menjadi beberapa tahap penting, yaitu tingkat telur pada
umur 0-2 minggu, embrio antara umur 3-5 minggu dan janin yang sudah berbentuk manusia dan
berumur diatas 5 minggu. Tahapan pertumbuhan dan perkembangan janin diantaranya adalah :
5
1. Trimester I
Tahap ini merupakan tahap dimana embrio berlangsung dari hari ke-15 sampai sekitar 8
minggu setelah konsepsi. Masa ini merupakan masa yang paling kritis dalam perkembangan
sistem organ dan sangat rentan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya keguguran.
Berat janin pada tahap ini sekitar 15-30 gram dan panjangnya sekitar 5-9 mm.
Pada tahap ini ibu sudah dapat merasakan gerakan bayi. Pada akhir kehamilan 20 minggu
berat janin akan mencapai 340 gram dan panjang sekitar 16-17 cm. Sedangkan pada
kehamilan 28 minggu, berat janin akan menjadi sekitar 1 kilogram 5 dan panjang 23 cm.
Janin mempunyai periode tidur dan aktivitas merespon suara serta melakukan gerakan
pernapasan. Jika pada usia kehamilan 36-40 minggu dengan kondisi gizi ibu baik, maka
a. Tanda yang tidak pasti (probable signs) pada kehamilan yaitu amenorhea, mual dan muntah,
keluhan kencing, konstipasi, perubahan berat badan, perubahan tempratur suhu, perubahan
b. Tanda pasti kehamilan yaitu Denyut Jantung Janin (DJJ), dan pemeriksaan diagnostik
kehamilan seperti rontgenografi, ultrasonografi (USG), fetal Electrografi (FCG) dan tes
Kehamilan merupakan masa seorang wanita membawa embrio atau janin di dalam
tubuhnya. Dalam kehamilan, dapat terjadi berbagai hal, misalnya kasus bayi kembar, bayi cacat,
dan bayi lahir prematur. Pada trimester pertama dan ketiga, ibu hamil rawan terserang penyakit
6
jika imunitas tubuhnya tidak baik. Penyakit yang sangat berbahaya salah satunya adalah
Hepatitis B, karena penyakit tersebut dapat menularkan infeksinya pada janin yang
dikandungnya. Bayi yang lahir dari ibu positif Hepatitis B akan mengalami infeksi HBV dan
Selain itu, Ibu hamil juga termasuk salah satu kelompok yang rawan gizi. Asupan gizi ibu
hamil sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan janin. Asupan energi dan protein yang tidak
mencukupi pada ibu hamil dapat menyebabkan Kurang Energi Kronis (KEK).
keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun atau kronik yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relative atau absolut satu atau
lebih zat gizi. Seseorang dikatakan menderita resiko Kekurangan Energi Kronik apabila LiLA
Kekurangan energi kronis atau KEK pada ibu hamil merupakan kondisi ketika tubuh
memiliki berat badan dan penyimpanan energi yang rendah. Pengertian KEK pada ibu hamil
menurut WHO adalah kondisi seseorang yang memiliki nilai indeks massa tubuh (BMI) kurang
dari 18,5. WHO menentukan standar nilai BMI 18,5, 17,0, dan 16,0 sebagai kekurangan energi
Kekurangan energi kronis merupakan salah satu masalah malnutrisi yang sering terjadi di
masa kehamilan. Ibu hamil dengan KEK mengalami kekurangan kalori dan protein yang dapat
7
1.
2.
2.1.
2.2.
2.2.1.
Kekurangan energi kronis adalah manifestasi penting dari kurang gizi buruk dan juga masalah gizi
kedua di negara berkembang (Renstra 2013). Ibu KEK adalah ibu yang ukuran LILAnya < 23,5 cm dan
dengan salah satu atau beberapa kriteria seperti, Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg, Tinggi badan ibu
< 145 cm, Berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg, Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil
Selain itu, Kekurangan Energi Kronis (KEK) memberikan tanda dan gejala yang dapat
dilihat dan diukur. Tanda gejala KEK (Kekurangan Energi Kronis) tersebut diantaranya yaitu :
2. Wajah pucat
4. Mudah mengantuk.
5. Sering kesemutan
8. Penurunan kalori yang terbakar pada saat istirahat (resting metabolic rate/RMR)
8
Penyebab KEK pada ibu hamil terdiri atas beberapa faktor, faktor penyebab langsung
adalah asupan gizi yang kurang dan penyakit/infeksi. Adapun faktor lainnya yaitu umur, beban
kerja ibu hamil, paritas, pengetahuan ibu tentang gizi dan status ekonomi . Adapun penjelasannya
sebagai berikut :
Jumlah asupan makanan Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada
kebutuhan wanita yang tidak hamil. Upaya mencapai gizi masyarakat yang baik atau optimal
dimulai dengan penyedian pangan yang cukup. Penyediaan pangan dalam negeri yaitu:
upaya pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan
apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur gizi dan
2. Penyakit/Infeksi
Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan juga infeksi akan
a. Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan
b. Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual, muntah dan perdarahan
c. Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit atau parasit
3. Beban kerja/aktifitas
9
Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan gerak yang otomatis
memerlukan energi yang lebih besar dari pada mereka yang hanya duduk diam saja. Setiap
aktifitas memerlukan energi, maka apabila semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi
Semakin muda dan semakin tua umur seseorang ibu yang sedang hamil akan berpengaruh
terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak
karena selain digunakan pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri, juga harus berbagi
dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk umur tua perlu energi yang besar
juga karena fungsi organ yang melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal, maka
memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang
berlangsung. Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35
5. Paritas
Paritas didefinisikan yaitu banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang wanita. Ibu
yang memiliki paritas yang tinggi atau terlalu sering hamil dapat menghabiskan cadangan
zat gizi tubuh, serta jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat mengakibatkan ibu tidak
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap terhadap
makanan dan praktek/ perilaku pengetahuan tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan.
Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali mempunyai asosiasi yang positif
10
menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahuan nutrisi
dan praktek nutrisi bartambah baik. Usaha-usaha untuk memilih makanan yang bernilai
nutrisi semakin meningkat, ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan
memilih makanan yang lebih bergizi dari pada yang kurang bergizi.
7. Status ekonomi
Tingkat keadaan ekonomi merupakan faktor yang berperan dalam menentukan status
kesehatan seseorang, dalam hal ini yaitu daya beli keluarga. Keluarga yang memiliki
pendapatan kurang, berpengaruh terhadap daya beli keluarga tersebut. Pendapatan keluarga
juga akan berpengaruh terhadap kemampuan keluarga tersebut dalam membeli bahan
makanan maupun harga bahan makanan itu sendiri, dan pada tingkat pengelolaan sumber
daya lahan serta pekarangan (Stephanie dan Kartikasari, 2016). Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Stephanie dan Kartikasari (2016) menyatakan bahwa sebagian besar
responden yang memiliki pendapatan di atas UMR yaitu tidak mengalami KEK, hanya
ditemukan 2 responden dengan persentase 6,9% yang berpendapatan di atas UMR yang
memiliki KEK. Responden yang memiliki pendapatan di bawah UMR kedapatan sebanyak 5
orang atau (10,6%) yang mengalami KEK. Kesimpulan dari hasil penelitian di atas bahwa
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan atau memastikan diagnosa
a. Pemeriksaan Antropometri
Jenis antropometri yang digunakan untuk mengukur resiko KEK kronik pada wanita usia
11
1. Pengukuran LILA(Lingkar Lengan Atas) < 23,5 cm
Adapun cara menggunakan pita LILA untuk pengukuan Lingkar Lengan Atas,yaitu:
• Tetapkan posisi bahu dan siku dengan menukuk siku, untuk tangan yang digunakan
• Kemudian lingkarkan pita LiLA pada bagian titik tengah lengan tersebut.
3. Kenaikan berat badan ibu kurang dari 1 kg pada trimester pertama, kurang dari 3 kg pada
b. Pemeriksaan Klinis yaitu tampak lemah dan pucat, conjungtiva pucat, nadi lemah atau
c. Pemeriksaan Laboratorium yaitu serum albumin (gr/100ml) wanita hamil<3,0 (kurang), 3,0-
3,4 (criteria margin), 3,5+(cukup) dan serum protein (gr/100ml) wanita hamil 5,5 (kurang),
d. Pemeriksaan Dietetik digunakan food recall 24 jam. Metode ini dapat memberikan
gambaran asupan zat gizi yang lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar
tentang intake ibu hamil (individu). Hasil dibandingkan dengan AKG yakni 1900 kkal
ditambah 180 kkal pada trimester I, 300 pada trimester II dan III
1.
2.
2.1.
12
2.2.
2.2.1.
2.2.2.
2.2.3.
2.2.4.
2.2.5. Angka Kejadian KEK (Kekurangan Energi Kronik) pada Ibu Hamil
Gizi ibu hamil merupakan salah satu fokus perhatian kegiatan perbaikan gizi masyarakat
karena dampaknya yang signifikan terhadap kondisi janin yang dikandungnya. Masalah gizi
sering ditemui pada ibu hamil adalah masalah kurang energi kronik (KEK). Berdasarkan data
WHO Tahun 2018, Tingkat dari kurang gizi kronik dari 777 juta pada tahun 2015 mengalami
peningkatan menjadi 815 juta pada tahun 2018 dan diperkirakan sedaknya sekitar 120 juta dari
wanita (60%) tinggal di Asia Selatan dan tenggara mengalami KEK (World Health Organizaon,
2018).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan prevalensi risiko KEK pada
ibu hamil (15-49 tahun) masih cukup tinggi yaitu sebesar 17,3%. Persentase ibu hamil KEK
diharapkan dapat turun sebesar 1,5% setiap tahunnya. Berdasarkan sumber data laporan rutin
tahun 2020 yang terkumpul dari 34 provinsi menunjukkan dari 4.656.382 ibu hamil yang diukur
lingkar lengan atasnya (LiLA), diketahui sekitar 451.350 ibu hamil memiliki LilA < 23,5 cm
(mengalami risiko KEK). Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa persentase ibu
hamil dengan risiko KEK tahun 2020 adalah sebesar 9,7%, sementara target tahun 2020 adalah
16%.
13
Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai resiko kematian ibu mendadak pada masa
perinatal atau resiko melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR). Berdasarkan data
Departemen Kesehatan RI tahun 2013, sekitar 146.000 bayi usia 0 – 1 tahun dan 86.000 bayi
baru lahir (0 – 28 hari) meninggal setiap tahun di Indonesia. Angka kematian bayi adalah 32 per
1000 Kelahiran Hidup, lima puluh empat persen penyebab kematian bayi adalah latar belakang
Ibu hamil yang menderita kurang energi kronis mempunyai resiko kematian ibu mendadak
pada masa perinatal atau resiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Pada keadaan
ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan, sehingga akan meningkatkan angka kematian
2.2.7. Komplikasi
a. Terhadap ibu
Hal ini dapat menyebabkan risiko dan komplikasi antara lain : anemia, pendarahan, berat
b. Terhadap persalinan
Pada persalinan akan mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum
c. Terhadap janin
Hal ini akan mengakibatkan keguguran atau abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal,
cacat bawaan, anemia pada bayi, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
14
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan Kekurangan
Energi Kronik(KEK) :
a. Makan-makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein termasuki
makan makanan pokok seperti 30 nasi, ubi, dan kentang setiap hari dan makanan yang
mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacangkacangan atau susu sekurang-
b. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging,
ikan, ayam, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-
kacangan, tempe).
katuk, daun singkong,bayam, jambu, tomat, jeruk, dan nanas) sangat bermanfaat untuk
2. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum tablet penambah darah.
2.1.
2.2.
2.2.1.
2.2.2.
2.2.3.
2.2.4.
2.2.5.
2.2.6.
2.2.7.
15
2.2.8.
Penatalaksanaan Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil dapat dilakukan
1. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan harus meliputi
enam kelompok, yaitu makanan yang mengandung protein (hewani dan nabati), susu dan
olahannnya (lemak), roti dan biji-bijian (karbohidrat), buah dan sayur-sayuran (Proverawati
janin, plasenta, jaringan payudara dan cadangan lemak. Tambahan energi yang 31
diperlukan selama hamil yaitu 27.000 – 80.000 Kkal atau 100 Kkal/hari. Sedangkan energi
yang dibutuhkan oleh janin untuk tumbuh dan berkembang adalah 50-95 Kkal/hari.
sebanyak 9 porsi, sumber zat pembangun (protein) sebanyak 10 porsi dan sumber zat
pengatur sebanyak 6 porsi dalam sehari. Setelah menyusun menu seimbang perlu juga dibuat
16
3. Memberikan ibu makanan tambahan (PMT bagi ibu hamil)
PMT pemulihan bumil KEK adalah makanan bergizi yang diperuntukkan bagi ibu hamil
sebagai makanan tambvahan untuk pemulihan gizi, PMT Pemulihan bagi ibu hamil
PMT dilakukan berbasis bahan makanan lokal dengan menu khas daerah yang disesuaikan
anggaran untuk kegiatan PMT 32 pemulihan bagi balita kurang gizi dan ibu hamil KEK
melalui Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). PMT diberikan kepada ibu yang hamil
setiap hari selama 90 hari berturut-turut atau dikondisikan dengan keadaan geografis dan
sumber daya kader masyarakat yang membantu proses memasak PMT (Panduan
Penyelenggaraan PMT (Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang dan Ibu Hamil).
4. Peningkatan suplementasi tablet Fe pada ibu hamil dengan memperbaiki sistem distribusi
dan monitoring secara terintegrasi dengan program lainnya seperti pelayanan ibu hamil dan
lain-lain.
5. Ingatkan ibu hamil untuk rutin memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali selama hamil
6. Pemantauan berat badan dan pengukuran LILA Pengukuran dilakukan dengan pita LILA
dan ditandai dengan sentimeter, dengan batas ambang 23,5 cm (batas antara merah dan
putih). Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh.
karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah
2.3. Hepatitis B
17
Hepatitis B merupakan infeksi pada hati dengan risiko penularan 50-100 kali lebih menular
dari HIV dan 10 kali dari virus Hepatitis C (Anaedobe, Fowotade, Omoruyi, & Bakare, 2015).
Indonesia merupakan negara dengan endemisitas tinggi Hepatitis B dan terbesar kedua di negara
South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar (Pusat Data dan Informasi Kementrian
Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati, ”Hepa” berarti hati dan “itis”
berarti radang. Hepatitis dapat diartikan peradangan hati, peradangan hati ini bisa disebabkan
Sedangkan Hepatitis B adalah virus yang ditularkan melalui darah yang menyebabkan
inflamasi hepar. Penularan hepatitis ini dapat terjadi karena paparan darah terinfeksi seperti pada
Hepatitis B bisa kronis pada penderita yang mengalami penurunan daya tahan tubuh.
Seperti infeksi HIV, diperkirakan dalam setahun, jutaan manusia meninggal karena terinfeksi
virus Hepatitis B dan penderita baru terinfeksi virus Hepatitis B tetap terjadi 4 minggu juta orang
Infeksi hepatitis B kadang tidak disadari karena karena hanya menimbulkan demam ringan.
Hanya 30% penderita yang mengalami gejala tersebut. Tanda gejala yang mungkin muncul pada
18
1) Kuning pada kulit dan sklera mata, mual, muntah, demam, nyeri perut, lemas, kembung,
1. Fase Inkubasi
Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus. Fase inkubasi
Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus, mudah
lelah, sakit kepala, mual muntah, atritis (flu), nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap.
3. Fase ikterus Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan dengan
munculnya gejala. Banyak kasus pada fase ikterus tidak terdeteksi. Setelah timbul ikterus
jarang terjadi pernurukan gejala prodromal, tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis yang
nyata.
abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncu perasaan sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu
makan. Sekitar 5-10 % kasus perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya <1%
1.
2.
2.1.
2.2.
19
2.3.
2.3.1.
2.3.2.
Cara penularan VHB pada anak-anak, remaja dan orang dewasa dapat terjadi melalui
beberapa cara, yaitu kontak dengan darah atau komponen darah dan cairan tubuh yang
terkontaminasi melalui kulit yang terbuka seperti gigitan, sayatan, atau luka memar. Virus dapat
menetap diberbagai permukaan benda yang berkontak dengannya selama kurang lebih satu
minggu, tanpa mengurangi kemampuan infeksinya. Virus hepatitis B tidak dapat melewati kulit
atau barier membran mukosa, virus sebagian akan hancur ketika melewati barier. Kontak dengan
virus terjadi melalui benda-benda yang biasa kontak dengan darah atau cairan tubuh manusia,
misalnya sikat gigi, alat cukur, atau alat pemantau dan alat perawatan penyakit diabetes. Risiko
juga didapatkan pada orang yang melakukan hubungan seks tanpa pengaman dengan orang yang
tertular, berbagi jarum saat menyuntikkan obat, dan tertusuk jarum bekas. (WHO, 2002; Mustofa
Virus dapat diidentifikasi di dalam sebagian besar cairan tubuh seperti saliva, cairan
semen, ASI, dan cairan rongga serosa dimana cairan tersebut merupakan penyebab paling
penting misalnya ascites. Kebanyakan orang yang terinfeksi tampak sehat dan tanpa gejala,
Virus hepatitis B adalah virus yang berukuran besar dan tidak dapat melewati plasenta
sehingga tidak menginfeksi janin kecuali jika telah ada kerusakan atau kelainan pada barier
maternal-fetal seperti pada amniosintesis. Namun wanita hamil yang terinfeksi VHB tetap dapat
menularkan penyakit kepada bayinya saat proses kelahiran. Bila tidak divaksinasi saat lahir akan
20
banyak bayi yang seumur hidup terinfeksi VHB dan banyak yang berkembang menjadi
Hepatitis B adalah satu-satunya penyakit menular seksual yang dapat diproteksi dengan
vaksin. Darah bersifat inaktif saat beberapa minggu sebelum muncul gejala pertama dan selama
fase akut. Sifat inaktif pada setiap orang yang mengalami infeksi kronis bervariasi mulai dari
infeksius tinggi (HBeAg positif) sampai sedikit infeksius (anti-Hbe positif). Semua orang
berisiko terinfeksi. Hanya orang yang telah divaksinasi lengkap atau orang yang punya antibodi
anti-HBs atau telah terinfeksi VHB yang kebal terhadap infeksi VHB. Pasien yang banyak
mengalami infeksi menetap oleh VHB adalah orang dengan immunodefisiensi kongenital atau
dapat termasuk infeksi HIV, orang dengan immunosupresi, dan pasien yang menjalani terapi
obat immunosupresif seperti steroid serta orang yang menjalani perawatan hemodialisis. Infeksi
VHB kronis terjadi pada 90% janin yang terinfeksi saat kelahiran, 25-50% anak-anak usia 1-5
tahun, dan 1-5%pada anak usia lebih dari 5 tahun dan dewasa. (WHO, 2002)
Evaluasi awal pasien dengan VHB kronis harus mencakup riwayat menyeluruh dan
pemeriksaan fisik, dengan penekanan khusus pada faktor – faktor risiko untuk riwayat terinfeksi,
penggunaan alkohol, dan riwayat keluarga dari infeksi VHB dan kanker hati. (Anna et al., 2009).
Diagnosis infeksi hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi,
biokimiawi dan histologi. (Suharjo, 2006) Pemeriksaan laboratorium padaVHB terdiri dari:
1. Pemeriksaan Biokimia Stadium akut VHB ditandai dengan AST dan ALT meningkat > 10
kali nilai normal, serum bilirubin normal atau hanya meningkat sedikit, peningkatan Alkali
Fosfatase (ALP) > 3 kali nilai normal, dan kadar albumin serta kolesterol dapat mengalami
21
penurunan. Stadium kronik VHB ditandai dengan AST dan ALT kembali menurun hingga 2
– 10 kali nilai normal dan kadar albumin rendah tetapi kadar globulin meningkat.
(Hardjoeno, 2007)
2. Pemeriksaan Serologis
Indikator serologi awal dari VHB akut dan kunci diagnosis penanda infeksi VHB kronis
adalah HBsAg, dimana infeksi bertahan di serum > 6 bulan (EASL,2009). Pemeriksaan
menetap di dalam darah yang menandakan terjadinya hepatitis kronis atau carrier
(Hardjoeno, 2007).
4. Pemeriksaan Molekuler
Pemeriksaan molekuler menjadi standard pendekatan secara laboratorium untuk deteksi dan
pengukuran DNA VHB dalam serum atau plasma. Pengukuran kadar secara rutin bertujuan
substrat chemiluminescence.
sinyal yang dapat dideteksi hanya dari beberapa target molekul asam nukleat.
repository.unimus.ac.id
22
d. Amplifikasi target (metode Polymerase Chain Reaction/PCR) telah dikembangkan teknik
real-time PCR untuk pengukuran DNA VHB. Amplifikasi DNA dan kuantifikasi produk
PCR terjadi secara bersamaan dalam suatu alat pereaksi tertutup (Hardjoeno, 2007).
Pemeriksaan amplifikasi kuantitatif (PCR) dapat mendeteksi kadar VHB DNA sampai
dengan 102 kopi/mL, tetapi hasil dari pemeriksaan ini harus diinterpretasikan dengan hati –
hati karena ketidakpastian arti perbedaan klinis dari kadar VHB DNA yang rendah.
standar dengan batas deteksi 105-106 kopi/mL sudah cukup untuk evaluasi awal pasien
diperlukan standar batas deteksi kadar VHB DNA yang lebih rendah dan pada saat ini
adalah yang dapat mendeteksi virus sampai dengan < 104 kopi/mL (Setiawan et al, 2006).
2.3.5. HbSAg
HBsAg merupakan protein selubung terluar VHB, dan merupakan petanda bahwa individu
tersebut pernah terinfeksi VHB. HBsAg positif dapat ditemukan pada pengidap sehat (healthy
carrier), hepatitis B akut (simtomatik atau asimtomatik), Hepatitis B kronik, sirosis hati, maupun
kanker hati primer. Pemeriksaan dan HBsAg biasanya dilakukan untuk monitoring perjalanan
penyakit hepatitis B akut, skrining sebelum dilakukan vaksinasi, serta untuk skrining ibu hamil
pada program pencegahan infeksi VHB perinatal. Anti-HBs merupakan antibodi yang muncul
setelah vaksinasi atau setelah sembuh dari infeksi VHB. Pada Hepatitis B akut, antiHBs muncul
23
Penyakit yang sangat berbahaya salah satunya adalah Hepatitis B, karena penyakit tersebut
dapat menularkan infeksinya pada janin yang dikandungnya. Bayi yang lahir dari ibu positif
Hepatitis B akan mengalami infeksi HBV dan berisiko menjadi karier kronik(Alamudi dkk.,
2018).
pemeriksaan HBsAg di awal ANC (Ante Natal Care) yang bertujuan untuk mempromosikan dan
menjaga kesehatan ibu baik fisik maupun mental, mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi
komplikasi yang terjadi, dan membantu menyiapkan ibu untuk menjalani nifas, serta dapat
melakukan penanganan terhadap ibu yang mengidap HBsAg positif (Zulfian dkk., 2018).
Pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil dilakukan sebagai skrining terhadap penyakit
Hepatitis B, terutama sebagai penanganan terhadap ibu yang melahirkan, terhadap bayinya, dan
terhadap tenaga medis yang membantu proses persalinan. Sebelum melakukan persalinan,
pemeriksaan HBsAg dapat menginformasikan pada ibu hamil dan tenaga medis agar bersikap
aseptis pada saat melakukan persalinan. Beberapa faktor penyebab ibu hamil mengidap Hepatitis
B adalah tertular dari kontak seksual, menggunakan jarum suntik yang terkontaminasi virus
Hepatitis B, atau pernah mendapatkan transfusi darah yang tidak mendapatkan skrining Hepatitis
B secara ketat. Penularan virus Hepatitis B dari ibu kepada janinnya dapat terjadi pada saat
proses persalinan, yaitu melalui darah dan secret vagina. Proses persalinan secara caesar
dianjurkan untuk pasien HBsAg positif untuk mengurangi risiko penularan Hepatitis B, dan
melakukan terapi dengan menggunakan kombinasi dari antibodi pasif dan aktif melakukan
imunisasi dengan vaksin Hepatitis B pada bayi baru lahir (Kurniawati dkkl., 2015).
24
Transmisi infeksi dari ibu ke anak secara tradisional disebut sebagai infeksi perinatal.
Transmisi ini merupakan transmisi yang terpenting diantara transmisi vertikal lainnya dalam hal
yang dimulai dari usia kehamilan 28 minggu - 28 hari post-partum maka infeksi di luar masa
tersebut tidak termasuk dalam infeksi perinatal. Oleh karena itu, saat ini istilah tersebut telah
berubah menjadi transmisi ibu-anak yang mencakup keseluruhan infeksi yang terjadi sebelum,
saat dan sesudah kelahiran, termasuk infeksi yang terjadi pada usia dini.
partum, transmisi intrapartum, dan transmisi post-partum. Transmisi intrapartum dapat terjadi
lewat beberapa mekanisme seperti kerusakan sawar plasenta atau infeksi plasenta dan transmisi
plasenta. Transmisi intrapartum dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti akibat ruptur membran
plasenta yang terjadi, melalui cairan amnion, darah, maupun sekret yang terdapat di sepanjang
jalan lahir tertelan oleh bayi. Transmisi post-partum biasanya terjadi bukan karena menyusui,
namun akibat luka di sekitar puting susu yang mengeluarkan eksudat yang infeksius. Risiko
penularan dari ibu ke bayi juga berkaitan dengan tingkat viremia. Tingkat virus yang tinggi
berhubungan dengan peningkatan risiko penularan. Pada sebuah studi kasus kontrol yang
dilakukan di Taiwan pada 773 perempuan dengan Hbs-Ag positif menunjukkan hasil bahwa
tingginya kadar HBV DNA (>1,4 ng/mL atau kira-kira 3,8x10 8 kopi/mL) pada perempuan
dengan HbeAg yang positif berhubungan dengan rasio odds sebesar 147 untuk terjadinya infeksi
kronik pada bayi, jika dibandingkan dengan perempuan dengan HBV DNA < 0,005 ng/mL.
25
Wanita usia subur dengan infeksi hepatitis B disarankan untuk menggunakan kontrasepsi
selama pengobatan dan pasien harus diberikan informasi mengenai pengobatan hepatitis B dan
dampaknya terhadap kehamilan. Pada wanita hamil yang didiagnosis mengidap infeksi hepatitis
B kronik pada awal kehamilan keputusan untuk memulai terapi harus mempertimbangkan antara
risiko dan keutungan pengobatan. Pengobatan biasanya dimulai pada pasien dengan fibrosis
hepatik atau dengan risiko dekompensasi. Terapi hepatitis B pada wanita hamil biasanya ditunda
seperti lamivudin, entecavir, dan adefovir dikategorikan dalam profil keamanan kehamilan kelas
C. Telbivudin dan tenofovir dikategorikan dalam profil keamanan kehamilan kelas B. Tenovofir
lebih direkomendasikan sebagai terapi karena risiko resistensi yang rendah. Bila pasien menjadi
hamil pada saat menjalani terapi, maka pengobatan perlu dievaluasi. Pasien disarankan untuk
menghentikan pengobatan, kecuali pada pasien dengan sirosis dan fibrosis lanjut dimana
penghentian pengoabatan akan meningkatkan risiko dekompensasi. Wanita hamil yang terapinya
dihentikan berisiko untuk mengalami hepatitis flare dan disarankan untuk menjalani pemantauan
ketat. Alur pengobatan dapat dilihat pada bagan di bawah ini. Walaupun beberapa studi
menyebutkan bahwa terdapat perbaikan profil keamanan penggunaan obat-obatan antivirus pada
trimester pertama dan kedua, apabila terapi antivirus hanya diberikan dengan tujuan menurunkan
risiko transmisi, maka terapi hanya harus dimulai pada trimester ketiga untuk menurunkan risiko
Pencegahan transmisi perinatal dapat dilakukan dengan pemberian HBIg pada fetus dalam
12 jam setelah lahir yang dikombinasikan dengan vaksinasi hepatitis B. Pada wanita hamil
dengan muatan virus yang tinggi, risiko transmisi perinatal mencapai >10% walaupun dengan
26
kombinasi HBIg dan vaksinasi. Oleh karena itu, supresi muatan virus dengan analog
meningkatkan efektivitas HBIg dan vaksinasi pada fetus. Studi buta acak ganda membuktikan
efektivitas lamivudin pada trimester ketiga kehamilan untuk mencegah transmisi perinatal.
Pemberian ASI pada ibu dengan hepatitis B positif tidak dikontraindikasikan, kecuali pada ibu
dengan kelainan patologi pada payudara seperti luka lecet pada puting.
transmisi/penularan hepatitis B dari ibu ke anak pada mode persalinan per vaginam atau per
abdominam gagal untuk secara konklusif menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam hal
infeksi hepatitis B neonatus. Pendapat ahli menyebutkan bahwa masih kurangnya data untuk
data terbaru memang mendukung pertimbangan dilakukannya persalinan via seksio sesarea
elektif untuk mengurangi risiko penularan, seperti pada sebuah meta-analisis yang menunjukkan
bahwa seksio sesarea berkaitan dengan penurunan risiko absolut sebesar 17,5% jika
dibandingkan dengan terapi imunoprofilaksis saja. Pada sebuah studi di Beijing yang melibatkan
1.409 bayi yang lahir dari ibu HbsAg positif dari tahun 2007-2011 mengungkapkan hasil berupa
tidak terdapat perbedaan risiko transmisi berdasarkan cara persalinan pada bayi-bayi yang lahir
dari ibu dengan tingkat virus rendah (HBV DNA <1.000.000 kopi/mL). Namun, seksio sesarea
memiliki potensi peran yang signifikan dalam mengurangi risiko transmisi pada perempuan
mengurangi transmisi vertikal pada wanita dengan risiko tertinggi dikarenakan tingkat DNA
HBV yang tinggi, namun pemberian terapi interferon dikontraindikasikan pada kehamilan.
27
Meskipun antiviral lamivudine, analog nukleosida cytidine, telah ditemukan secara signifikan
menurunkan risiko infeksi HBV janin pada wanita dengan tingkat virus HBV tinggi tetapi data
terbaru menunjukkan bahwa lamivudine mungkin kurang efektif pada trimester ketiga. Selain
itu, terkait dengan perkembangan dari mutasi yang resisten sehingga tidak lagi direkomendasikan
sebagai agen lini pertama. Obat yang lebih baru termasuk analog adenosine nukleosida, tenofovir
dan analog thymidine, telbivudine. Keduanya memiliki resistensi yang lebih rendah daripada
lamivudine. Obat antivirus ini digolongkan aman pada kehamilan dan tidak terkait dengan
kemungkinan tingkat tinggi dari malformasi kongenital atau luaran obstetrik yang merugikan.
Tenofovir saat ini adalah pilihan lini pertama yang diberikan dikarenakan profil yang relatif lebih
aman, resistensi rendah, dan efektivitas. Namun, data jangka panjang lebih lanjut perlu
dikumpulkan pada efek klinis terhadap kepadatan mineral tulang. American College of
Gastroenterology (ACG) dan pedoman American Association for the Study of Liver Disease
(AASLD) sangat merekomendasikan inisiasi antivirus pada pasien dengan tingkat virus tinggi
pada usia kehamilan 28–32 minggu untuk mengurangi penularan ibu ke anak. Rekomendasi saat
ini oleh AASLD menyebutkan tingkat DNA HBV > 2 × 105 IU/mL sebagai indikasi untuk
memulai terapi karena risiko penularan HBV meningkat dengan tingkat viremia. HBIG yang
diberikan pada antepartum untuk wanita yang berisiko tinggi penularan juga merupakan pilihan
HBsAg, HBeAg dan HBV DNA diekskresikan dalam ASI ibu yang terinfeksi. Menurut
WHO, saat ini tidak ada risiko tambahan penularan HBV melalui menyusui, bahkan tanpa
adanya imunisasi. Namun, menyusui harus dihindari dengan adanya keadaan puting retak atau
berdarah karena akan menyebabkan pencampuran eksudat serosa dengan air susu dan berpotensi
28
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.
3.1. Pengkajian Pertama
1.
2.
3.
3.1.
Tanggal : 14/10/2022
A. DATA SUBJEKIF
1. IDENTITAS
Nama Ibu : Ny. A Nama Suami : Tn. R
29
Umur : 28 Tahun Umur : 31 Tahun
Suku/ Bangsa : Asmat / Indo Suku/ Bangsa : Asmat/Indo
Agama : Katolik Agama : Katolik
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : jln. Gg. Kana 05/04 setu-Cikarang barat
2. Ibu mengatakan ingin kontrol ulang kehamilannya
3. Ibu mengatakan tidak nafsu makan, merasakan kelelahan
4. Riwayat Menstruasi
Siklus Haid : Teratur
Lama Haid : 7 hari
HPHT : 23/04/2022
TP : 30/ 01/ 2023
5. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
30
Selama hamil : BAB : + 1 x / hari, tidak ada keluhan
BAK : +5 – 6 x/hari atau lebih sering dari biasanya
c. Pola Istirahat
Sebelum hamil : Siang: ibu istirahat tidur siang
Malam : + 8-9 jam /hari dan biasanya dari jam 21.00 WIB – 06.00 WIB
Selama hamil : ibu jarang tidur siang
Malam : + 8-9 jam / hari dan biasanya dari jam 21.30 – 05.30 WIB
d. Pola Aktivitas
Sebelum hamil : Ibu melakukan pekerjaan rumah sendiri seperti menyapu, mencuci,
memasak, dll.
Selama hamil : Ibu melakukan pekerjaan rumah dibantu oleh suami seperti menyapu,
mencuci, memasak, dll.
e. Pola personal hygine
Sebelum hamil : Mandi 2x/hari, keramas 3x/minggu, ganti pakaian luar dan
dalam 2x/hari
Selama hamil : Mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/ hari, keramas 3x/minggu, ganti pakaian
luar dan dalam 3x/hari
f. Pola seksual
Sebelum hamil : + 2 x / minggu dan kadang-kadang tidak tentu
Selama hamil : + 1 x / mingggu dan kadang-kadang tidak tentu
g. Perilaku Kesehatan
Positif : Ibu mengatakan, ibu dan keluarga selalu berobat ketenaga medis
apabila sakit
Negatif : Ibu mengatakan tidak pernah merokok, meminum alkohol dan tidak
mengkonsumsi jamu
h. Keadaan psikososial
Ibu dan keluarga mengatakan merasa senang dengan kehamilan yang direncanakan ini
dan ibu akan menerima/bersyukur apapun jenis kelamin anak nantinya, Ibu mengatakan
hubungan dengan suami, keluarga dan masyarakat serta tenaga kesehatan baik.
9. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan maupun sistemik seperti asma,
DM, hipertensi, dan lainnya serta tidak memiliki alergi terhadap obat ataupun makanan
10. Persiapan Persalinan
31
Penolong : Bidan
Tempat : Puskesmas Danau Indah
Pendonor : Saudara
Transportasi : Motor
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Keadaan Emosional : Stabil
4. Pemeriksaan Antropometri
BB: 49 kg
TB : 160 cm
Lila : 22
5. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
TD : 110/80 mmHg
N : 78 x/menit
Rr : 20 x/menit
S : 36,4˚C
6. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bersih, tidak ada ketombe, tidak ada nyeri tekan
Wajah : Tidak pucat, tidak ada nyeri saat ditekan
Mata : Konjungtiva tidak pucat/ merah muda, sklera tidak ikterik
Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada pengeluaran sekret
Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada karies gigi
Leher : Tidak ada sakit saat menelan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar
getah bening
Payudara : Bersih, areola menghitam, puting susu kanan dan kiri menonjol, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pengeluaran cairan
Abdomen : Tidak terdapat luka bekas operasi, terdapat striae gravidarum
32
TFU : 19 cm
Palpasi Leopold
Leopold I : Teraba bulat, keras, tidak melenting (bokong)
Leopold II : Bagian kanan teraba keras, memanjang seperti papan dan bagian
kiri teraba bagian terkecil janin
Leopold III : Teraba bulat, keras, dan melenting (Kepala)
Leopold IV :-
DJJ : 148 x/menit
Ekstremitas : Tidak terdapat odema dan varises, reflek patella +/+
Genetalia : Vulva vagina tidak ada kelainan, tidak terdapat keputihan
Anus : Tidak terdapat haemoroid
7. Pemeriksaan Penunjang
USG : Baik sesuai usia kandungan
HbsAg : Reaktif
HIV : Non Reaktif
Sifilis : Non Reaktif
C. ANALISA
Ny. A usia 28 Tahun G2P0A0 Hamil 24 minggu dengan Kekurangan Energi Kronik Susf
HbsAg +
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ukuran lengan lila ibu kurang dari angka
normal yaitu 22 cm. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
2. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan USG dan pemeriksaan triple eliminasi bahwa
kondisi Janin ibu baik sesuai dengan usia kandungan, serta hasil HbsAg positif. Ibu
mengerti
3. Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti sayuran hijau, daging,
telur, ikan, tahu, tempe, buah-buahan dan susu. Ibu mengerti
4. Menganjurkan ibu untuk selalu mengkonsumsi tablet Fe setiap malam 1x1 30 menit
sebelum tidur. Ibu mengerti
33
5. Memberitahu ibu bahaya dari kekurangan energi kronis seperti keguguran, bayi berat
lahir rendah, prematur, kematian bayi dan anemia. Ibu mengerti
6. Memberitahu ibu untuk meningkatkan asupan makanan dengan gizi yang seimbang agar
ukuran lila ibu bertambah. Ibu mengerti
7. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu mengerti
8. Memberitahu ibu untuk mengurangi pekerjaan yang membuat ibu cepat Lelah. Ibu
mengerti
9. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan laboratorium. Ibu mengerti dan akan
segera melakukan pemeriksaan laboratorium
10. Menganjurkan ibu untuk selalu membaca pengetahuan mengenai ibu hamil di buku KIA
sehingga dapat menambah pengetahuan ibu dan suami. ibu mengerti dan akan membaca
11. Memberikan ibu terapi kalsium 1x1, kalk 1x1, dan vitamin C dilanjutkan. Ibu mengerti
dan akan meminumnya setiap hari
12. Menjadwalkan ibu untuk pemeriksaan darah ulang 2 mgg pada tanggal 29/5/2022. Ibu
mengerti
13. Melakukan pendokumentasian. Sudah dilakukan
Tanggal : 14/10/2022
A. DATA SUBJEKIF
34
Ibu mengeluh merasa kelelahan saat beraktifitas
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Keadaan Emosional : Stabil
4. Pemeriksaan Antropometri
BB: 49 kg
TB : 160 cm
Lila : 22
5. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
TD : 100/80 mmHg
N : 78 x/menit
Rr : 20 x/menit
S : 36,4˚C
6. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bersih, tidak ada ketombe, tidak ada nyeri tekan
Wajah : Tidak pucat, tidak ada nyeri saat ditekan
Mata : Konjungtiva tidak pucat/ merah muda, sklera tidak ikterik
Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada pengeluaran sekret
Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada karies gigi
Leher : Tidak ada sakit saat menelan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
kelenjar getah bening
Payudara : Bersih, areola menghitam, puting susu kanan dan kiri menonjol, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pengeluaran cairan
Abdomen : Tidak terdapat luka bekas operasi, terdapat striae gravidarum
TFU : 22 cm
Palpasi Leopold
Leopold I : Teraba bulat, keras, tidak melenting (bokong)
Leopold II : Bagian kanan teraba keras, memanjang seperti papan dan bagian
kiri teraba bagian terkecil janin
Leopold III : Teraba bulat, keras, dan melenting (Kepala)
35
Leopold IV :-
DJJ : 148 x/menit
Ekstremitas : Tidak terdapat odema dan varises, reflek patella +/+
Genetalia : Vulva vagina tidak ada kelainan, tidak terdapat keputihan
Anus : Tidak terdapat haemoroid
7. Pemeriksaan Penunjang
USG : Baik sesuai usia kandungan
HbsAg : Reaktif
HIV : Non Reaktif
Sifilis : Non Reaktif
C. ANALISA
Ny. A usia 28 Tahun G2P0A0 Hamil 26 minggu dengan Kekurangan Energi Kronik
dan HbsAg +
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan ibu dan Suami hasil pemeriksaan triple eliminasi ulang bahwa hasil
HbsAg positif. Ibu mengerti
2. Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti sayuran hijau, daging,
telur, ikan, tahu, tempe, buah-buahan dan susu. Ibu mengerti
3. Menganjurkan ibu untuk selalu mengkonsumsi tablet Fe setiap malam 1x1 30 menit
sebelum tidur. Ibu mengerti
4. Memberitahu ibu bahaya dari kekurangan energi kronis seperti keguguran, bayi berat
lahir rendah, prematur, kematian bayi dan anemia. Ibu mengerti
5. Memberitahu ibu untuk meningkatkan asupan makanan dengan gizi yang seimbang agar
ukuran lila ibu bertambah. Ibu mengerti
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu mengerti
7. Memberitahu ibu untuk mengurangi pekerjaan yang membuat ibu cepat Lelah. Ibu
mengerti
8. Menganjurkan ibu untuk selalu membaca pengetahuan mengenai ibu hamil di buku KIA
sehingga dapat menambah pengetahuan ibu dan suami. ibu mengerti dan akan membaca
9. Memberikan ibu terapi kalsium 1x1, kalk 1x1, dan vitamin C dilanjutkan. Ibu mengerti
dan akan meminumnya setiap hari
36
10. Memberitahukan ibu dan suami bahwa dengan kondisi HbsAg + proses persalinannya
dilakukan di fasilitas kesehataan yang menunjang dengan keadaan/kondisi ibu saat ini.
Ibu dan suami mengerti
11. Menganjurkan ibu dan suami untuk membuat administrasi kelengkapan data di tempat
tinggal dan membuat kartu bpjs . ibu dan suami mengerti
12. Menberitahukan ibu untuk memeriksakan kehamilannya di posyandu JT I setiap
bulannya. Ibu mengerti
13. Menjadwalkan ibu untuk pemeriksaan kembali pada tanggal 13/6/2022. Ibu mengerti
14. Melakukan pendokumentasian. Sudah dilakukan
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kekurangan energi kronis atau KEK pada ibu hamil merupakan kondisi ketika tubuh
memiliki berat badan dan penyimpanan energi yang rendah. Kekurangan energi kronis atau
KEK pada ibu hamil merupakan kondisi ketika tubuh memiliki berat badan dan
penyimpanan energi yang rendah. Adapun factor penyebab terjadinya KEK yaitu Asupan
Gizi yang Kurang, Penyakit/Infeksi, Beban kerja/Aktifitas, Usia ibu hamil, Paritas,
Pengetahuan ibu tentang Gizi dan Status ekonomi. Dampak ibu hamil yang menderita KEK
mempunyai resiko kematian, resiko melahirkan bayi dengan berat badan bayi rendah.
37
Pencegahan KEK dengan cara meningkatkan konsumsi makanan bergizi, dan menambah
pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum penambah darah. Hal tersebut sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi
yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 1438) Untuk memenuhi kecukupan gizi bagi bayi, balita, anak usia sekolah, wanita
usia subur, ibu hamil, dan ibu nifas, diberikan suplementasi gizi. Suplementasi gizi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penambahan makanan atau zat gizi yang
diberikan dalam bentuk:
a. makanan tambahan;
b. tablet tambah darah;
c. kapsul vitamin A; dan
d. bubuk tabur gizi
HBsAg merupakan protein selubung terluar VHB, dan merupakan petanda bahwa
individu tersebut pernah terinfeksi VHB.Pemeriksaan HbsAg pada ibu hamil dilakukan
sebagai skrining terhadap penyakit Hepatitis B, terutama sebagai penanganan terhadap ibu
yang melahirkan, terhadap bayinya, dan terhadap tenaga medis yang membantu proses
persalinan. Faktor penyebab ibu hamil mengidap Hepatitis B adalah tertular dari kontak
seksual, menggunakan jarum suntik yang terkontaminasi virus Hepatitis B, atau pernah
mendapatkan transfusi darah yang tidak mendapatkan skrining Hepatitis B secara ketat.
Penularan virus Hepatitis B dari ibu kepada janinnya dapat terjadi pada saat proses
persalinan, yaitu melalui darah dan secret vagina. Sebagaimaba dimuat dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2017 Tentang Eliminasi Penularan
4.2 SARAN
38
Disarankan kepada petugas Kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan tentang gizi
seimbang bagi ibu hamil untuk meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung sumber
hepatitis B untuk mencegah kemungkinan buruk yang akan terjadi dengan cara dilakukan
pemeriksaan HBsAg di awal ANC (Ante Natal Care) yang bertujuan untuk mempromosikan
39