Anda di halaman 1dari 19

TUGAS EKONOMI PANGAN DAN GIZI

MAKALAH PERENCANAAN INTERVENSI


KONSUMSI PANGAN DAN GIZI
“KEK IBU HAMIL”

DISUSUN OLEH:
MAHASISWA D-IV A SEMESTER 5
NI MADE SINTIA ARIYUNI {NIM.P07131217001}
IDA AYU INTHAN PRADNYANI {NIM.P07131217011}

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PRODI GIZI DAN DIETETIKA
PROGRAM SARJANA TERAPAN
TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini penulis
susun dalam rangka memenuhi tugas semester V dalam Mata Kuliah Ekonomi Pangan
dan Gizi.

Kami banyak mendapat bantuan dan bimbingan serta semangat dari berbagai
pihak. Untuk itu rasa terima kasih kami sampaikan kepada yang terhormat:

1. Bapak A.A Gde Raka Kayanaya, SST.M. Kes selaku dosen dan pembimbing
kami di Mata Kuliah Ekonomi Pangan dan Gizi.
2. Seluruh pihak yang turut serta memberikan motivasi dan dukungan bagi
kami yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Di samping itu, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan di
dalam penulisan Laporan ini. Akhir kata, dengan selesainya laporan ini, semoga
bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Denpasar, 29 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................3
BAB II.........................................................................................................................................5
PERENCANAAN INTERVENSI KONSUMSI PANGAN DAN GIZI...................................5
A. Diagnosa Masalah Konsumsi Pangan dan Gizi............................................................5
B. Sasaran Spesifik..............................................................................................................6
C. Tujuan Intervensi Konsumsi Pangan dan Gizi.............................................................8
D. Program Implementasi.................................................................................................12
E. Evaluasi.........................................................................................................................13
BAB III......................................................................................................................................15
PENUTUP.................................................................................................................................15
A. Kesimpulan...................................................................................................................15
B. Saran.............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kekurangan gizi pada ibu dan bayi telah menyumbang setidaknya 3,5 juta
kematian setiap tahunnya dan menyumbang 11% dari penyakit global di dunia. Menurut
survei dari Ethiopian Demographic and Health Survey (EDHS) di negara berkembang
tahun 2014 untuk masalah kekurangan gizi di Kerala (India) berkisar 19%, Bangladesh
(Asia) sekitar 34%, dan di daerah kumuh Dhaka sekitar 34%. Penelitian EHDS
selanjutnya juga mengungkap perempuan yang menikah kurang dari 18 tahun lebih
memungkinkan untuk kekurangan gizi dibandingkan dengan lebih dari 18 tahun. Hal ini
disebabkan, pernikahan di usia dini sering kehilangan anak, tidak mempunyai rencana
menjadi ibu, dan sering aborsi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 369
tahun 2007 tentang standar profesi bidan mengenai intervensi ibu hamil dengan KEK,
dapat dilakukan dengan cara melakukan rujukan ke petugas tenaga gizi serta
berkolaborasi untuk membantu memonitoring serta mengevaluasi asupan pemberian
makanan dan kenaikan berat badan. Tetapi apabila tidak ada tenaga kesehatan gizi maka
bidan dapat melakukan edukasi pola makan, pemberian makanan tambahan, serta
melakukan monitoring dan evaluasi.
Kurang Energi Kronis (KEK) merupakan keadaan dimana ibu menderita
kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan
timbulnya gangguan kesehatan pada ibu sehingga kebutuhan ibu hamil akan zat gizi
yang semakin meningkat tidak terpenuhi (Depkes RI, 2002). Pada tahun 2013 jumlah
ibu hamil sebanyak 525 orang dengan persentase ibu hamil risiko tinggi sebesar 50,6%.
Tahun 2014 terdapat sebanyak 514 ibu hamil dengan persentase ibu hamil risiko tinggi
sebesar 52% dan tahun 2015 terdapat sebanyak 516 ibu hamil dengan persentase ibu
hamil risiko tinggi sebesar 52% (Dinkes Jember, 2016). Pada tahun 2016, jumlah ibu
hamil risiko tinggi sebanyak 312 orang dari 479 kehamilan (Sari dan Efendy, 2017).

1
Salah satu penyebab tingginya kehamilan berisiko tinggi di Kecamatan Jelbuk
diakibatkan oleh Kekurangan Energi Kronis (KEK) yang sampai dengan Agustus 2017,
terdapat 193 ibu hamil risiko tinggi yang 75 orang diantaranya KEK.
Penyebab terbesar kematian ibu selama tahun 2010 sampai 2013 adalah
pendarahan, hipertensi, infeksi, partus lama, dan abortus (Kemenkes RI, 2014b).
Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28%), anemia dan
Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya
pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu (Apriyanti, 2017).
Salah satu bentuk faktor risiko pada ibu hamil adalah Kurang Energi Kronis (KEK)
dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, atau penambahan berat badan < 9 kg
selama masa kehamilan (Kemenkes RI, 2015)
Pelayanan kesehatan adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah
dan atau masyarakat (Puskesmas Jelbuk, 2016). Puskesmas sebagai unit pelayanan
kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan, melakukan
upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi,
kebutuhan, tuntutan, kemampuan dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah
setempat. Salah satu contoh pelayanan kesehatan adalah pelayanan antenatal.
Pelayanan antenatal mempunyai pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan
janin atau lama waktu mengandung, baik dengan diagnosis maupun dengan perawatan
berkala terhadap adanya komplikasi kehamilan. Pertama kali ibu hamil melakukan
pelayanan antenatal merupakan saat yang sangat penting, karena berbagai faktor risiko
bisa diketahui seawal mungkin dan dapat segera dikurangi atau dihilangkan (Meikowati,
2014). Pelayanan gizi pada ibu hamil juga terintegrasi di dalam pelayanan antenatal
terpadu. Setiap ibu hamil mempunyai risiko mengalami masalah gizi terutama KEK, hal
tersebut yang mengharuskan semua ibu hamil menerima pelayanan antenatal yang
komprehensif dan terpadu. Tujuan pelayanan antenatal terpadu salah satunya adalah
pengobatan dan penanganan gizi yang tepat terhadap gangguan kesehatan ibu hamil
termasuk masalah gizi terutama KEK.

2
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian pelayanan
kesehatan oleh sesorang atau kelompok. Model sistem kesehatan (Health system model)
yang berupa model kepercayaan kesehatan. Model ini terdapat 3 kategori utama dalam
pemanfaatan pelayanan kesehatan, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan
faktor kebutuhan (Notoatmodjo, 2014). Pada penelitian ini faktor predisposisi terdiri
dari variabel umur, jarak kelahiran anak, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan ibu
tentang penyebab KEK, sikap ibu tentang kejadian KEK dan kepercayaan terhadap
pelayanan ANC, faktor pendukung (variabel akses ke pelayanan kesehatan dan
pelayanan petugas) dan faktor kebutuhan (variabel riwayat penyakit dan kondisi
kesehatan ibu).
Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan perencanaan intervensi
konsumsi pangan dan gizi mengenai KEK pada ibu hamil di Puskesmas II Denpasar
Timur.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, adapun rumasan masalah yang didapatkan dari
perencanaan intervensi konsumsi pangan dan gizi mengenai KEK pada ibu hamil di
Puskesmas II Denpasar Timur sebagai berikut.
1. Mengapa perencanaan intervensi konsumsi pangan dan gizi mengenai KEK pada ibu
hamil perlu dilakukan?
2. Bagaimana proses pelaksanaan program implementasi intervensi konsumsi pangan
dan gizi mengenai KEK pada ibu hamil?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan intervensi konsumsi pangan dan gizi mengenai KEK
pada ibu hamil di Puskesmas II Denpasar Timur, sebagai berikut.
1. Mengetahui diagnosa masalah intervensi konsumsi pangan dan gizi mengenai KEK
pada ibu hamil
2. Mengetahui sasaran spesifik dari intervensi konsumsi pangan dan gizi mengenai
KEK pada ibu hamil
3. Mengetahui tujuan intervensi pangan dan gizi mengenai KEK pada ibu hamil
4. Mengetahui program implementasi intervensi konsumsi pangan dan gizi mengenai
KEK pada ibu hamil

3
5. Mengetahui evaluasi program implementasi intervensi konsumsi pangan dan gizi
mengenai KEK pada ibu hamil

4
BAB II
PERENCANAAN INTERVENSI KONSUMSI PANGAN DAN GIZI

A. Diagnosa Masalah Konsumsi Pangan dan Gizi


Kurang Energi Kronik (KEK) adalah kurangnya asupan energi berlangsung lama.
Pada ibu hamil KEK merupakan keadaan ibu hamil menderita kekurangan energi yang
berlangsung menahun sehingga menimbulkan gangguan kesehatan.
Masalah KEK pada ibu hamil masih menjadi salah satu masalah gizi di Indonesia
yang belum terselesaikan. Jumlah ibu hamil yang mengalami KEK masih banyak di
Indonesia. Menurut Depkes RI tahun 2013, prevalensi ibu hamil KEK yaitu 24,2%.
Berdasarkan lokasi sasaran KEK pada ibu hamil di Puskesmas II Denpasar Timur
didapatkan hasil 22 ibu hamil yang terkena KEK dari356 ibu hamil (6,2%) pada tahun
2018. Kondisi ini sangat memprihatinkan mengingat target angka KEK pada ibu hamil
pada Puskesmas II Denpasar Timur seharusnya tidak boleh lebih dari 4,5%.
Penyebab atau determinasi kasus kejadian KEK pada ibu hamil dapat disebabkan
karena konsumsi makan yang tidak cukup mengandung energi dan protein serta
ketersediaan pangan keluarga yang kurang. Kehamilan menyebabkan meningkatnya
metabolisme energi, sehingga kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat. Selama
kehamilan, diperlukan tambahan energi ekstra sebesar 340-450 Kalori setiap hari pada
trimester II dan III. Kekurangan asupan energi selama kehamilan juga akan
mempengaruhi kebutuhan protein. Jika ibu kekurangan zat energi maka fungsi protein
untuk membentuk glukosa akan didahulukan. Pemecahan protein tubuh ini pada
akhirnya akan menyebabkan melemahnya otot-otot dan jika hal ini terjadi secara terus
menerus, akan terjadi deplesi masa otot karena salah satu fungsi dari protein adalah
untuk pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel.
Salah satu dampak yang dapat dialami ibu hamil jika asupan zat gizi kurang yaitu
akan mengalami KEK yang dilihat berdasarkan pengukuran lingkar lengan atas (LILA).
Pengukuran LILA merupakan salah satu pengukuran antropometri untuk mengetahui
ibu hamil tersebut menderita KEK atau tidak. Hasil LILA <23,5 cm menandakan telah
terjadi penurunan massa otot akibat kurangnya protein di dalam tubuh dan menandakan
bahwa telah terjadi kekurangan energi secara kronis.

5
Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan KEK pada ibu hamil yaitu tidak
tersedianya pangan secara musiman atau secara kronis di tingkat rumah tangga.
Ketersediaan pangan sangat bergantung dari daya beli keluarga. Jika daya beli keluarga
menurun, maka ketersedian pangan juga akan menurun, begitu juga sebaliknya. Jika
ketersediaan pangan di rumah tangga menurun, maka konsumsi makan dan asupan zat
gizi per anggota keluarga berkurang sehingga menyebabkan masalah gizi. Penyebab
lainnya adalah karena faktor karakteristik ibu hamil yang terdiri dari usia, tinggi badan
dan berat badan. Ibu hamil yang menikah pada usia remaja cenderung berisiko untuk
mengalami KEK. Menurut penelitian Mulyaningrum, menunjukkan bahwa ibu hamil
yang berumur kurang dari 20 tahun memiliki risiko KEK yang lebih tinggi, bahkan ibu
hamil yang umurnya terlalu muda dapat meningkatkan risiko KEK yang lebih tinggi.

B. Sasaran Spesifik
Perbaikan gizi pada kelompok masyarakat teruutama wanita usia subur dan ibu
hamil harus diperhatikan untk mencegah dan mengurangi angka kejadian KEK pada ibu
hamil di Indonesia. Sasaran perbaikan gizi terkait masalah KEK pada ibu hamil
mencangkup kelompok golongan rawan dan golongan masyarakat yang berisiko.
Golongan rawan masyarakat terhadap KEK pada ibu hamil tentu saja ibu-ibu hamil
yang berumur dibawah 20 tahun serta ibu hamil yang lingkar lengan <23,5. Selain itu
golongan masyarakat yang berisiko mengalami KEK pada masa kehamilan adalah
wanita usia subur. Untuk itu perlu dilakukan upaya perbaikan gizi terkait masalah KEK
pada ibu hamil.
Tujuan upaya perbaikan bahwa pelayanan gizi pada ibu hamil terus diperkuat dan di
tingkatkan melalui integrasi gizi dengan deteksi dini ibu hamil kurang energi kronis
(KEK). Upaya perbaikan gizi nasional yang spesifik yang mengarah langsung ke
intervensi gizi dalam rangka perbaikan gizi pada KEK ibu hamil yaitu dengan adanya
kebijakan gizi, pelayanan gizi dan program gizi terkait KEK yang disusun.
Penanggulangan KEK ibu hamil dilaksanakan melalui intervensi gizi spesifik secara
lintas program, terutama pada pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu,
penganggulangan KEK ibu hamil dilaksanakan melalui intervensi gizi sensitif
terintergrasi lintas sektor terkait.
Selain itu strategi perbaikan gizi KEK ibu hamil adalah :

6
1. Melaksanakan advokasi, sosialisasi, promosi dan koordinasi dengan lintas
sektor terkait dan masyarakat.
2. Melakukan penapisan KEK ibu hamil melalui pelayanan antenatal terpadu
dan melaksanakan rujukan bila diperlukan.
3. Melakukan pelayanan gizi ibu hamil KEK
4. Melakukan pemantauan dan evaluasi.

Pelayanan gizi pada iu hamil terintegrasi di dalam pelayanan Antenatal terpadu.


Pelayanan antenatal terpadu mencakup pelayanan preventif, promotif sekaligus kuratif
dan rehabilitatif yang meliputi pelayanan KIA, Gizi, Pengendalian Penyakit Menular,
Penyakit Tidak Menular, ibu hamil yang mengalami kekerasan selama kehamilan serta
program spesifik lainnya sesuai dengan kebutuhan.

Setiap ibu hamil mempunyai risiko masalah gizi terutama KEK, oleh karena itu
semua ibu hamil harus menerima pelayanan antenatal yang komprehensif dan terpadu.
Tujuan pelayanan antenatal terpadu meliputi: deteksi dini, pengobatan dan penanganan
gizi yang tepat terhadap gangguan kesehatan ibu hamil termasuk masalah gizi terutama
KEK, persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi komplikasi akibat masalah
kesehatan terutama masalah gizi pada ibu hamil KEK, pencegahan terhadap penyakit
dan komplikasinya akibat KEK melalui penyuluhan kesehatan dan konseling.

Upaya perbaikan gizi nasional yang spesifik yang mengarah langsung ke


intervensi gizi dalam rangka perbaikan gizi pada KEK ibu hamil yaitu mengacu pada 4
kategori yaitu penyediaan makanan, konseling/edukasi, kolaborasi dan koordinasi
dengan tenaga kesehatan dan tenaga lintas sektor terkait.

1. Penyediaan makana diawali dengan perhitungan kebutuhan, pemberian diet


(termasuk komposisi zat gizi, bentuk makanan dan frekuensi pemberian dalam
sehari).
2. Konseling/edukasi gizi dilakukan dengan tujuan membantu ibu hamil KEK
dalam memperbaiki status gizinya melalui penyediaan makanan yang optimal
agar tercapai berat badan standar.
3. Kolaborasi dan koordinas tenaga kesehatan dan lintas sektor terkait, jika dalam
pelaksanaan intervensi gizi ibu hamil KEK mengalami kendala untuk

7
melakukan praktek pemberian makannya, maka tenaga gizi dapat berkolaborasi
dengan masyarakat termasuk Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM).

Dengan adanya perbaikan gizi KEK ibu hamil melalui program gizi, dan
pelayanan gizi KEK ibu hamil diharapkan dapat mencapai tujuan perbaikan gizi
nasional yang mengarah langsung ke intervensi gizi untuk ibu hamil yang menderita
KEK. Tentunya tujuan perbaikan gizi KEK ibu hamil dapat di ukur secara kuantitatif.
Dengan adanya program gizi KEK ibu hamil melalui pelayanan antenatal dan
melaksanakan advokasi dan sosialisasi terkait KEK pada ibu hamil dapat menurunkan
angka kejadian KEK ibu hamil di Indonesia.

Dampak pangan dan gizi akan muncul dengan kurun waktu yang bertahap dan
memperlihatkan hasil yang optimal pada perubahan fisik ibu hamil yang mengalami
KEK. Apabila pangan dan gizi yang dikonsumsi oleh ibu hamil yang menderita KEK
memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan oleh ibu hamil dan memperhatikan jenis
pangan yang dikonsumsi maka akan memberikan dampak yang baik bagi ibu hamil dan
juga janin yang dikandungnya, walaupun waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki
gizi KEK ibu hamil tidak didapatkan secara instant tetapi secara bertahap dan
berangsur-angsur membaik.

Dengan adanya peningkatan berat badan dan lingkar lengan > 23,5 cm maka
upaya perbaikan gizi KEK pada ibu hamil sudah berhasil dengan waktu yang bertahap.
Jika ibu hamil menerapkan diet yang diberikan oleh dokter atau ahli gizi maka waktu
yang dibutuhkan tidaklah terlalu lama hingga persalinan.

C. Tujuan Intervensi Konsumsi Pangan dan Gizi


Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein
termasuk makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang –
kacangan atau susu sekurang – kurangnya sehari sekali. Minyak dari kelapa atau
mentega dapat ditambahkan pada makanan yang dapat meningkatkan pasokan kalori.
Kurang gizi juga dapat dicegah secara bertahap dengan mencegah cacingan, infeksi dan
muntaber melalui sanitasi yang baik dan perawatan kesehatan, terutama mencegah
cacingan. Pemberian makanan tambahan dan zat gizi pada ibu hamil yang menderita

8
KEK dan berasal dari Gakin dapat meningkatkan konsentrasi Hb walaupun besar
peningkatannya tidak sebanyak ibu hamil dengan status gizi baik. Pada ibu hamil yang
menderita KEKdan dari Gakin kemungkinan masi membutuhkan intervensi tambahan
agar dapat menurunkan prevalensi anemia sampai ketingkat yang paling rendah.
Kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh keragaman jenis
pangan yang dikonsumsi. Semakin beragam jenis pangan yang dikonsumsi semakin
mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi, semakin mudah tubuh memperoleh berbagai
zat yang bermanfaat bagi kesehatan. Selain menerapkan keanekaragaman makanan dan

minuman juga perlu memperhatikan keamanan pangan yang berarti makanan atau
minuman itu harus bebas dari cemaran yang membahayakan kehatan. Pada ibu hamil
yang mengidap KEK, konsumsi pangan dna gizi harus memiliki perhatian yang lebih
dibandingkan ibu hamil dengan status gizi normal. Status gizi ibu sebelum dan selama
hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Janin sangat
tergantung kepada ibunya untuk pernapasan, pertumbuhan dan untuk melindunginya
dari penyakit. Apabila masukan gizi pada ibu hamil tidak sesuai maka akan terjadi
gangguan dalam kehamilan baik terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya
(Almatsier, 2003). Maka dari itu dilakukan intervensi mengenai makanan yang akan
dikonsumsi. Hal ini perlu dilakukan mengingat dampak KEK pada ibu hamil akan
terbawa hingga ke janin yang dikandung. Berikut merupakan bagan intervensi gizi yang
harus ditaati oleh ibu hamil dengan KEK.

9
Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah tingkat
sosial ekonomi. Ekonomi seseorang mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang
akan dikonsumsi sehari – harinya. Seseorang dengan ekonomi yang tinggi kemudian
hamil maka kemungkinan besar sekali gizi yang dibutuhkan tercukupi ditambah lagi
dengan adanya pemeriksaan membuat ibu hamil semakin terpantau (Weni, 2010). Sosial
ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam masyarakat yang
ditentukan dengan variabel pendapatan, pendidikan dan pekerjaan. Berikut merupakan

faktor yang menyebabkan KEK pada ibu hamil di Puskesmass II Denpasar Timur.
1. Perilaku Konsumsi
Asupan makanan yang sehat tentu sangat penting selama masa kehamilan.
Nutrisi tidak hanya diperlukan oleh ibu hamil itu sendiri, namun dapat berdampak
pada pertumbuhan dan perkembangan janin selama 9 bulan di dalam kandungan.

10
Perlu diingat bahwa asupan makanan menjadi penentu status gizi ibu hamil. Saat
nutrisi tidak dipenuhi dengan baik sebagai kebutuhan energi, maka janin di dalam
kandungannya juga berpengaruh kekurangan gizi bahkan perkembangan bisa
terhambat. Berikut beberapa panduan praktis mengenai asupan nutrisi yang
dibutuhkan oleh tubuh selama masa kehamilan, seperti:
a. Karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi sebanyak 2250 kalori.
b. Protein sebanyak 60-75 gram per-hari.
c. Kebutuhan asam folat sebanyak 800 mikogram setiap harinya.
d. Zat besi untuk mencegah kurangnya darah atau anemia bisa sebanyak 30
miligram per-hari.
e. Kalsium sebanyak 1000 miligram per-hati agar pertumbuhan tulang dan
giginya tetap baik.
f. Kebutuhan mineral dan vitamin sangat penting untuk memperlancar proses
metabolisme tubuh dan menjaga organ tubuh berfungsi dengan baik.
2. Faktor Resiko
Usia ibu hamil juga memengaruhi status gizinya selama menjalani masa-masa
kehamilan. Apalagi jika tidak terlalu banyak paham mengenai informasi-informasi
kehamilan dan gizi untuk ibu hamil.
Ibu hamil yang masih tergolong muda yaitu kurang dari 18 tahun akan membuat
asupan gizi yang dikonsumsinya tidak akan sampai ke janin, bahkan hanya sedikit.
Ini dikarenakan kondisi usianya masih dalam pertumbuhan dan perkembangan,
sehingga penyerapan nutrisi dari makanan akan bersaing dengan tubuhnya sendiri
dan juga bayi di dalam kandungan.
Kehamilan di usia muda ini cukup rentan mengalami kekurangan energi kronis
karena tubuh sang Mama dan bayi yang dikandungnya sama-sama memerlukan
pertumbuhan.
Sementara itu, ibu hamil yang usianya terlalu tua juga memerlukan energi cukup
besar untuk menunjang semua fungsi organnya karena sudah semakin melemah.
Dalam hal ini, tubuhnya dan janin di dalam kandungan juga sama-sama bersaing
untuk mendapatkan asupan energi.

11
Demi meminimalisir kekurangan energi kronis, usia kehamilan yang sesuai yaitu
pada usia 20 tahun hingga 34 tahun. Ini semua agar janin di dalam kandungan bisa
berkembang dengan baik dan sehat.
3. Lingkungan
Lingkungan juga merupakan salah satu faktor penyebab KEK terjadi pada ibu
hamil. Lingkungan yang tidak memperhatikan makanan yang dikonsumsi,
lingkungan masyarakat menengah ke bawah akan lebih banyak menyumbangkan
masalah KEK pada ibu hamil.

4. Status Kesehatan
Masalah ibu hamil yang umum terjadi yaitu penularan infeksi terhadap virus
atau bakteri. Ibu hamil yang rentan terkena infeksi juga dapat mudah kehilangan
berbagai zat gizi di dalam tubuh.
Tanpa disadari penyakit infeksi yang dialami bisa menyebabkan tubuh
kekurangan energi kronis. Kondisi kek pada ibu hamil jika dibiarkan terus-menerus
dapat menyerap zat gizi, sehingga akan semakin menurun dan nafsu makan akan
hilang.
Padahal saat tubuh tidak memiliki asupan nutrisi yang baik dapat berdampak
buruk pada janin di dalam kandungan.
D. Program Implementasi
Masalah gizi merupakan salah satu masalah utama yang ada di sector kesehatan.
Tidak hanya di Indonesia, masalah gizi merupakan masalah yang sudah mendunia dan
harus diselesaikan secara global. Salah satu masalah gizi banyak dijumpai adalah KEK
pada ibu hamil. Ada banyak lembaga atau organisasi yang berwenang untuk
menyelesaikan atau mengurangi kejadian KEK pada ibu hamil seperti WHO (di tingkat
internasional), Kementerian Kesehatan (tingkat nasional), RSUD bagian Instalasi Gizi
(tingkat daerah), lembaga yang berkaitan dengan gizi seperti PERSAGI dan seluruh
tenaga ahli gizi yang ada.
Semua lembaga di atas berkaitan satu sama lain. Lembaga tersebut memiliki
tugasnya masing – masing untuk menyelesaikan masalah gizi KEK pada ibu hamil. Jika
diambil secara nasional, Kementerian Kesehatan bertugas untuk mendata seluruh

12
masalah KEK yang terjadi pada ibu hamil di Indonesia. Data tersebut didapatkan dari
masing – masing daerah. Jika terdapat masalah KEK pada ibu hamil dalam kuantitas
yang melebihi batas, maka segera dilakukan intervensi gizi di daerah tersebut.
Pada saat melakukan intervensi, tenaga kesehatan yang berwenang harus membuat
rancangan lokasi dan program yang akan diterapkan oleh pasien. Rancangan tersebut,
nantinya akan dikirimkan ke lembaga yang berwenang untuk memberikan biaya
perbaikan gizi yang dalam hal ini adalah KEK pada ibu hamil.
Masalah KEK pada ibu hamil ini sebenarnya dapat dicegah jika belum terjadi tetapi
sudah ada tanda – tanda bahwa lokasi kejadian berpotensi memiliki pasien KEK pada
ibu hamil. Intervensi yang paling baik dilakukan yaitu saat remaja. Remaja dengan
segalahasil diagnose menunjukkan bahwa remaja tersebut menderita KEK, harus segera
diberi intervensi gizi supaya tidak berlanjut hingga dia sudah bermah tangga.
E. Evaluasi
Intervensi gizi yang sudah dilaksanakan harus dilakukan evaluasi. Evaluasi ini
berguna untuk pelaksanaan kegiatan penanggulangan KEK pada ibu hamil selanjutnya.
Sampai saat ini, ibu hamil yang menderita KEK membutuhkan intervensi gizi yang
tepat. Selain itu dukungan dari keluarga dari segi pemenuhan nutrisi untuk pasien dan
kemauan dari diri sendiri untuk sembuh.
Suatu intervensi gizi KEK pada ibu hamil dikatakan berhasil, bila angka KEK pada
wilayah tersebut berkurang secara signifikan dalam jangka waktu yang ditetapkan. Jika
belum, maka perlu dilakukan evaluasi kembali mengenai program yang dijalankan. Ada
banyak faktor bila pemberian program intervensi gizi KEK pada ibu hamil tidak
berjalan dengan baik. Faktor eksternal yaitu seperti kurangnya pendidikan, susah atau
tidak mampu mencari bahan makanan yang dibutuhkan untuk melengkapi nutrisi dan
keadaan ekonomi keluarga. Faktor internal penghambat yaitu seperti kemauan untuk
memperbaiki status gizi yang kurang. Hal tersebutlah menjadi alasan program
terhambat.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurang Energi Kronis (KEK) merupakan keadaan dimana ibu menderita kekurangan
makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu sehingga kebutuhan ibu hamil akan zat gizi yang semakin meningkat
tidak terpenuhi. Dengan dilaksanakannya progam perencanaan intervensi gizi terkait
masalah konsumsi pangan dan gizi terhadap KEK pada ibu hamil diharapkan dapat
menurunkan angka kejadian KEK pada ibu hamil di Indonesia, khususnya di bali. Untuk
perencanaan intervensi konsumsi pangan dan gizi terkait KEK dilakukan bebrapa

14
tahapan mulai dari diagnosa masalah, sasaran spesifik, tujuan intervensi, program
implementasi dan evaluasi.
B. Saran
Semoga dengan disusunya makalah tentang perencanaan intervensi konsumsi
pangan dan gizi terkait KEK ibu hamil dapat memberikan wawasan kepada para
pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2019. Jurnal Gizi KEK pada Ibu Hamil.


Dalam: http://journal.unpad.ac.id/jsk_ikm/article/viewFile/12492/5688. Diakses
pada tanggal 29 Oktober 2019

Anonim. 2019. KEK pada Ibu Hamil

Dalam: https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/21111/13888/,
diakses pada tanggal 29 Oktober 2019

Anonim. 2019. Jurnal Gizi Tingkat Energi dan Ketersediaan Pangan Berhubungan
dengan Risiko Kekurangan Energi Kronik pada Ibu Hamil

15
https://www.researchgate.net/publication/307532634_Tingkat_asupan_energi_da
n_ketersediaan_pangan_berhubungan_dengan_risiko_kekurangan_energi_kroni
k_KEK_pada_ibu_hamil, diakses pada tangal 29 Oktober 2019

Depkes RI. 2013. Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Jakarta: LitbangDepartemen


Kesehatan.

Depkes RI. 2016. Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Jakarta: LitbangDepartemen


Kesehatan.

Fitriana, Dyah Ayu. 2019 Gizi Seimbang Ibu Hamil.


Dalam: http://gizi.fk.ub.ac.id/gizi-seimbang-ibu-hamil/. Diakses pada tanggal 29
Oktober 2019

Rahmah, Nur. 2015. Pencegahan KEK.


Dalam:https://www.academia.edu/11762949/Makalah_Pencegahan_KEK_Kekur
angan_Energi_Kronis_pada_ibu_hamil. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2019

Kemenkes. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI; 2015.

Lydiasilviana. 2017. Faktor Penyebab KEK pada Ibu Hamil.


Dalam: https://www.scribd.com/document/340498410/FAKTOR-FAKTOR-
YANG-MEMPENGARUHI-KURANG-ENERGI-KRONIS-KEK-PADA-IBU-
HAMIL-doc. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2019

16

Anda mungkin juga menyukai