Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PRA NIKAH PADA CALON


PENGANTIN DENGAN PERENCANAAN KEHAMILAN DI

PUSKESMAS BANDUNG

SERANG - BANTEN
TAHUN 2022

OLEH :
ELIS
NIM : 220705226

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA
JAKARTA
2022

1
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PRA NIKAH PADA CALON
PENGATIN DENGAN PERENCANAAN KEHAMILAN

PUSKESMAS BANDUNG

SERANG - BANTEN

TAHUN 2022

Telah disetujui, diperiksa, dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji

Pembimbing

( NOFA ANGGRAINI. S.ST, M.Kes )


NIDN : 0306118305

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang
berjudul “ Asuhan Kebidanan Pranikah Pada Calon Pengantin dengan
perencaraan kehamilan Di PUSKESMAS BANDUNG SERANG – BANTEN
Tahun 2022”
Dalam penyusunan Laporan ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Khairil Walid, SKM, MPd Ketua Yayasan Abadi Nusantara Jakarta.
2. Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi
Nusantara Jakarta.
3. Bidan Nani Sri Indriyani, S.ST Sebagai Bidan Kordinator Puskesmas Bandung yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk pengambilan data.
4. Ibu Nofa Anggraini, SST, M.Kes Pembimbing yang telah banyak memberikan
masukan, pengarahan, dan bantuan kepada penulis dalam melakukan perbaikan-
perbaikan untuk ke sempurnaan laporan penulis.
5. Ibu Penguji yang telah banyak memberikan masukan, pengarahan, dan bantuan kepada
penulis dalam melakukan perbaikan-perbaikan untuk kesempurnaan laporan penulis.
6. Suami, Anak dan Kedua orangtua tercinta serta keluarga besar yang selalu mendoakan,
memotivasi dan membantu dengan tulus dan kasih sayang serta selalu memberi
semangat kepada penulis.
Dalam penulisan laporan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga
laporan kasus ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan profesi kebidanan
khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayahNya
kepada kita semua.

Jakarta, 16 November 2022


Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Tujuan...........................................................................................................2

C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus......................................................2

D. Manfaat Penulisan........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................4

A. Konsep Dasar pranikah (Calon Pengantin)…………………………...4

B. Asuhan Pranikah dan Perencanaan Kehamilan yang Sehat.........................4


C. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Calon Pengantin
dengan Perencanan Kehamilan………………………………………..26

BAB III TINJAUAN KASUS.......................................................................40

A. Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan..........................40

B. Laporan Kasus dengan Metode SOAP.......................................................43

BAB IV PEMBAHASAN KASUS...............................................................47

A. Pengkajian..................................................................................................47

B. Interpretasi Data.........................................................................................48
C. Pelaksanaan................................................................................................48

iii
D. Evaluasi......................................................................................................49

BAB V PENUTUP......................................................................................51

A. Kesimpulan.................................................................................................51

B. Saran...........................................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................53

LAMPIRAN.................................................................................................55

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pranikah berasal dari 2 kata yaitu “pra” dan “ nikah”, “pra” berarti awalan yang
bermakna sebelum.1 Arti kata “nikah” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di
persamakan artinya dengan “kawin”.2 Masa sebelum adanya perjanjian antara laki-laki
dan perempuan untuk bersuami istri dengan resmi menurut undang-undang perkawinan
agama maupun pemerintah.
Calon pengantin merupakan pasangan laki-laki dan perempuan yang akan
segera hidup bersama dalam mahligai rumah tangga dan membentuk keluarga dalam
ikatan pernikahan (Kemenag, 2009).
Menurut data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, AKI di Indonesia
masih tinggi jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, yaitu sebesar 305 per
100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global Sustainable Development
Goals (SDGs) menargetkan AKI di Indonesia dapat turun menjadi 70 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2030. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih
jauh dari target SDGs sehingga perlu upaya yang lebih besar untuk menurunkan AKI
agar mencapai target SDGs di tahun 2030. (Kemenkes, 2015) . Adapun Jumlah AKI
di Kabupaten Bekasi pada tahun 2020 Adalah 22 kasus kematian. (DinKes Prof
JABAR, 2020).
Berbagai penelitian sudah sejak lama membuktikan mengenai manfaat
persiapan pranikah dalam membantu pasangan membangun hubungan jangka panjang
yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan anak (Hawkins, et al, 2015). Kesiapan
menikah terdiri atas kesiapan emosi, sosial, spiritual, peran, usia, seksual, dan finansial
(Sari, dkk, 2013). Salah satu indikasi bahwa calon pengantin yang sehat adalah dengan
kesehatan reproduksinya berada pada kondisi yang baik (Kemenkes, 2015). Dengan
kesehatan reproduksi yang telah disiapkan semenjak pranikah dapat menurunkan
kehamilan tidak diinginkan dan juga mengurangi adanya kelainan yang terjadi pada
saat hamil, bersalin, maupun nifas. Oleh karena itu, program persiapan pranikah
menjadi penting dalam perencanaan kehamilan. Dengan demikan, bidan sebagai ujung
tombak kesehatan ibu dan anak memiliki peran penting dalam memberikan edukasi

1
tetang perencanaan kehamilan pada calon pengantin dalam asuhan kebidanan pranikah.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil Asuhan Kebidanan Pada
calon pengantin dengan perencaraan kehamilan. Pada kasus ini diangkat dengan tujuan
agar dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat dan sesuai standar pelayanan
kebidanan pada masa pranikah dan perencanaan kehamilan yang sehat.

B. Tujuan
1) Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan yang tepat pada wanita pranikah
dalam perencanaan kehamilan
2) Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan dasar teori pranikah.
b. Mampu menjelaskan konsep asuhan kebidanan pada wanita usia subur
dalam perencanaan kehamilan
c. Mampu melakukan asuhan kebidanan pada wanita usia subur dalam
perencanaan kehamilan
d. Mampu melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan pada
wanita usia subur dalam perencanaan kehamilan
e. Mampu melakukan pembahasan berdasarkan teori dan kasus
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus
Pengambilan kasus dilakukan di Puskesmas Bandung Ka. Serang – Banten dengan
menerapkan asuhan kebidanan pada tanggal Tanggal 16 November 2022.

D. Manfaat Penulisan

1) Bagi Penulis

Menambah wawasan penulis tentang asuhan kebidanan secara komprehensif guna


meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan memberikan asuhan kebidanan
pranikah

2) Manfaat bagi Puskesmas

Dapat dijadikan sebagai acuan dalam mempertahankan dan meningkatkan mutu

2
pelayanan, terutama mutu pelayanan kebidanan pranikah

3) Manfaat bagi mahasiswa dan institusi pendidikan


Hasil penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat dijadikan contoh asuhan
kebidanan pada masa pranikah dan perencanaan kehamilan
yang sehat dalam penerapan pelayanan kebidanan sesuai dengan standar.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pranikah (Calon Pengantin)


1. Definisi pranikah
Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan (akad)
perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama.
Imbuhan kata pra yang memiliki makna sebelum, sehingga arti dari pranikah
adalah sebelum menikah atau sebelum adanyanya ikatan perkawinan (lahir batin)
antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri (Setiawan, 2017).
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19 tahun untuk
laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Akat tetapi, berdasarkan UU No. 35
tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan
anak, usia kurang dari 18 tahun masih tergolong anak-anak. Oleh karena itu,
BKKBN memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi perempuan dan 25
tahun untuk pria. Selain itu, umur ideal yang matang secara biologis dan
psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun bagi pria
(BKKBN, 2017). Sedangkan, pasangan yang akan melangsungkan
pernikahan/akad perkawinan disebut calon pengantin (Setiawan, 2017).
2. Tujuan asuhan pranikah
Menurut Kemenkes (2014), penyelenggaraan pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk:
a. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat
dan berkualitas;
b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir;
c. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi;
dan
d. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4
3. Persiapan pranikah
a. Dalam Pelatihan Peer Konselor Kota Depok (2011) dan Kemenkes (2015),
persiapan pernikahan meliputi kesiapan fisik, kesiapan mental/psikologis dan
kesiapan sosial ekonomi.
1) Kesiapan Fisik
Secara umum, seorang individu dikatakan siap secara fisik apabila telah
selesai fase pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20 tahun. Persiapan
fisik pranikah meliputi pemeriksaan status kesehatan, status gizi, dan
laboratorium (darah rutin dan yang dianjurkan).
2) Kesiapan Mental/Psikologis
Dalam sebuah pernikahan, individu diharapkan suda merasa siap untuk
mempunyai anak dan siap menjadi orang tua termasuk mengasuh dan
mendidik anak.
3) Kesiapan Sosial Ekonomi
Dalam menjalankan sebuah keluarga, anak yang dilahirkan tidak hanya
membutuhkan kasih sayang orang tua namun juga sarana yang baik
untuk membuatnya tumbuh dan berkembang dengan baik. Status sosial
ekonomi juga dapat mempengaruhi status gizi calon ibu, seperti status
sosial ekonomi yang kurang dapat meningkatkan risiko terjadi KEK dan
anemia.
4. Pelayanan kesehatan pranikah
Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan telah tertulis dalam
buku saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon pengantin maupun bagi
penyuluhnya yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI. Pemerintah baik daerah
provinsi maupun kabupaten/kota telah menjamin ketersediaan sumber daya
kesehatan, sarana, prasarana, dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
sebelum hamil sesuai standar yang telah ditentukan. Di Surabaya telah diatur
dalam Surat Edaran Walikota Surabaya perihal Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS), beberapa kegiatan program pendampingan 1000 HPK yang
berkaitan dengan pranikah adalah dengan pemeriksaan kesehatan calon
pengantin meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium, serta penyuluhan
kesehatan reproduksi calon pengantin.

Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk mempersiapkan


perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat

5
serta memperoleh bayi yang sehat. Pelayanan kesehatan masa sebelum hami
sebagaimana yang dimaksud dilakukan pada remaja, calon pengantin, dan
pasangan usia subur (PMK No. 97 tahun 2014). Menurut Kemernkes (2015) dan
PMK No. 97 tahun 2014, kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
atau persiapan pranikah sebagaimana yang dimaksud meliputi:
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan tanda vital
(tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan pemeriksaan status gizi
(menanggulangi masalah kurang energi kronis (KEK) dan pemeriksaan status
anemia). Penilaian status gizi seseorang dapat ditentukan dengan
menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan PMK RI Nomor 41 Tahun
2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang, sebagai berikut:

BB ( kg )
IMT = 2
[TB ( m ) ]
Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya sebagai berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat < 17,0
berat
Kekurangan berat badan tingkat 17,0 – 18,4
ringan
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat 25,1 – 27,0
ringan
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.
Jika seseorang termasuk kategori :
1) IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan
berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2) IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes,
2011).
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada kelompok
Wanita Usia Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah satu deteksi dini
yang mudah untuk mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi

6
Kronis (KEK). Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di
Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LLA < 23,5 cm atau dibagian
merah pita LLA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan
diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR
mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan
perkembangan anak (Supariasa, dkk, 2014).
b. Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri atas
pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan urin yang
diuraikan sebagai berikut (Kemenkes, 2015).
1) Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah. Pemeriksaan
hemoglobin untuk mengetahaui status anemia seseorang. Anemia
didefinisikan sebagai berkurangnya satu atau lebih parameter sel darah
merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah.
Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g%
pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Berdasarkan kriteria WHO
yang direvisi/ kriteria National Cancer Institute, anemia adalah kadar
hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita.
Kriteria ini digunakan untuk evaluasi anemia pada penderita dengan
keganasan. Anemia merupakan tanda adanya penyakit. Anemia selalu
merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya
(Oehadian, 2012). Anemia defisiensi zat besi dan asam folat merupakan
salah satu masalah masalah kesehatan gizi utama di Asia Tenggara,
termasuk di Indonesia (Ringoringo, 2009). Saat ini program nasional
menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk
profilaksis anemia (Fatimah, 2011).
2) Pemeriksaan darah yang dianjurkan
Meliputi gula darah sewaktu, skrining thalassemia, malaria (daerah
endemis), hepatitis B, hepatitis C, TORCH (Toxoplasma, rubella,
ciromegalovirus, dan herpes simpleks), IMS (sifilis), dan HIV, serta
pemeriksaan lainnya sesuai dengan indikasi.
3) Pemeriksaan gula darah
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes dapat mempengaruhi
fungsi seksual, mesnstruasi tidak teratur (diabetes tipe 1), meningkatkan
risiko mengalami Polycystic ovarian syndrome (PCOS) pada diabetes tipe
2, inkontensia urine, neuropati, gangguan vaskuler, dan keluhan psikologis

7
yang berpengaruh dalam patogenesis terjadinya penurunan libido, sulit
terangsang, penurunan lubrikasi vagina, disfungsi orgasme, dan
dyspareunia. Selain itu diabetes juga berkaitan erat dengan komplikasi
selama kehamilan seperti meningkatnya kebutuhan seksio sesarea,
meningkatnya risiko ketonemia, preeklampsia, dan infeksi traktus urinaria,
serta meningkatnya gangguan perinatal (makrosomia, hipoglikemia,
neonatus, dan ikterus neonatorum) (Kurniawan, 2016).
4) Pemeriksaan hepatitis
Penyakit yang menyerang organ hati dan disebabkan oleh virus hepatitis
B, ditandai dengan peradangan hati akut atau menahin yang dapat
berkembang menjadi sirosis hepatis (pengerasan hati) atau kanker hati.
Gejala hepatitis B adalah terlihat kuning pada bagian putih mata dan pada
kulit, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, dan
demam. Dampak hepatitis B pada kehamilan dapat menyebabkan
terjadinya abortus, premature, dan IUFD. Dapat dicegah dengan
melaksukan vaksinasi dan menghindari hal-hal yang menularkan hepatitis
B (Kemenkes, 2017). Cara penularan hepatitis B melalui darah atau cairan
tubuh yang terinfeksi, hubungan seksual dengan penderita hepatitis B,
penggunaan jarum sutik bersama, dan proses penularan dapat ditularkan
dari ibu hamil penderita hepatitis B ke janinnya.
5) Pemeriksaan TORCH
Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi toxoplasma gondii, rubella,
cytomegalovirus (CMV), dan herpes simplex virus II (HSV II). Dapat
ditularkan melalui:
a) Konsumsi makanan dan sayuran yang tidak terlalu bersih dan tidak
dimasak dengan sempurna atau setengah matang
b) Penularan dari ibu ke janin
c) Kotoran yang terinfeksi virus TORCH (kucing, anjing, kelelawar,
burung). Dampak TORCH bagi kesehatan dapat menimbulkan
masalah kesuburan baik wanita maupun laki-laki sehingga
menyebabkan sulit terjadinya kehamilan, kecacatan janin, dan risiko
keguguran, kecacatan pada janin seperti kelainan pada syaraf,
mata, otak, paru, telinga, dan terganggunya fungsi motoric.
6) Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual)
Penyakit infeksi yang dapt ditularkan melalui hubungan seksual.
Penyakit yang tergolong dalam IMS seperti sifilis,gonorea, klamidia,

8
kondiloma akuminata, herpes genitalis, HIV, dan hepatitis B, dan lain-
lain. Gejala umum infeksi menular seksual (IMS) pada perempuan:
a) Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau, berwarna, dan gatal
b) Gatal di sekitar vagina dan anus
c) Adanya benjolan, bintil, kulit, atau jerawat di sekitar vagina atau
anus
d) Nyeri di bagian bawah perut yang kambuhan, tetapi tidak
berhubungan dengan menstruasi
e) Keluar darah setelah berhubungan seksual
f) Demam
Gejala umum infeksi menular seksual pada laki-laki:
 Kencing bernanah, sakit, perih atau panas ppada saat kencing
 Adanya bintil atau kulit luka atau koreng sekitar penis dan
selangkangan paha
 Pembengkakan dan sakit di buah zakar
 Gatal di sekitar alat kelamin
 Demam
Dampak infeksi menular seksual yaitu kondisi kesehatan
menutun, mudah tertular HIV/AIDS. Mandul, keguguran, hamil
di luar kandungan, cacar bawaan janin, kelainan penglihatan,
kelainan syaraf, kanker serviks, dan kanker organ seksual
lainnya.

7) Pemeriksaan HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang dan
melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk melawan infeksi sehingga
tubuh mudah tertular berbagai penyakit. AIDS (Acquire Immuno
Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala dan tanda penyakit
akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV.
Seseorang yang menderita HIV, tiak langsung menjadi AIDS dalam
kurun waktu 5 – 10 tahun. Penularan HIV di dapatkan di dalam darah
dan cairan tubuh lainnya (cairan sperma, cairan vagina, dan air susu
ibu). Cara penularan HIV melalui:
a) Hubungan seksual dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
b) Senggunaaan jarum suntik bersama-sama dengan orang yang
sudah terinfeksi HIV (alat suntik, alat tindik, dan alat tato).

9
c) Ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dikandungnya. Penularan dapat
terjadi selama kehamilan, saat melahirkan, dan saat menyusui.
d) Transfusi darah atau produk darah lainnya yang terkontaminasi HIV.

Semua orang bisa berisiko tertular HIV, tetapi risiko tinggi terdapat pada
pekerja seksual, pelanggan seksual, homoseksual (sesame jenis
kelamin), dan penggunaan narkoba suntik. Cara pencegahan penularan
HIV – AIDS dapat dilakukan dengan ABCDE yaitu:
a) Abstinence (tidak berhubungan seksual)
b) Be faithful (saling setia, tidak berganti pasangan)
c) Use Condom (menggunakan kondom jika memiliki perilaku seksual
berisiko)
d) No Drugs (tidak menggunakan obat-obat terlarang, seperti narkotika,
zat adiktif, tidak berbagi jarum (suntik, tindik, tato) dengan siapapun.
e) Education (membekali informasi yang benar tentang HIV/AIDS)

8) Pemeriksaan urin rutin


Urinalissis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal
dan mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih.

c. Pemberian imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan
seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status T5
hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana
dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh. Dalam
hal status imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian imunisasi
dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan
saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin.

Tabel 2.2 Perlindungan Status Imunisasi TT


Status TT Interval Pemberian Lama Perlindungan
TT 1 Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap
penyakit Tetanus
TT II 4 minggu setelah TT 1 3 tahun

10
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 10 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV > 25 tahun *)
Sumber: Kemenkes, 2017.
*) Yang dimaksud dengan masa perlindungan > 25 tahun adalah apabila telah
mendapatkan imunisasi TT lengkap mulai dari TT 1 sampai TT 5.

Tabel 2.3 Skrining Status TT Wanita Usia Subur


No. Riwayat Imunisasi TT Pernah/Tidak DiimunisasiKesimpulan Status
DPT/DPT-HB/Dt/Td/TT TT
A. Riwayat Imunisasi DPT-HB
saat bayi:
Bayi yang lahir mulai tahun
1990 status TTnya
dihitung TT II
B. Riwayat BIAS
Untuk WUS yag lahir
antara tahun 1973
s.d 1976
a. Kelas 6 (2 dosis)
Untuk WUS yang lahir
antara 1977 s/d
1987
a. Kelas 6 (2 dosis)
b. Kelas 6 (2 dosis)
Untuk WUS yang
lahir tahun 1988
a. Kelas 1
b. Kelas 5
c. Kelas 6
Untuk WUS yang
lahir tahun 1989
a. Kelas 1
b. Kelas 4
c. Kelas 5
d. Kelas 6
Untuk WUS yang
lahir tahun 1990
a. Kelas 1
b. Kelas 3
c. Kelas 4
d. Kelas 5
e. Kelas 6
Untuk WUS yang
lahir tahun 1991
a. Kelas 1
b. Kelas 2
c. Kelas 3
d. Kelas 4
Untuk WUS yang

11
lahir tahun 1992
s/d sekarang
a. Kelas 1
b. Kelas 2
c. Kelas 3
C Saat Calon Pengantin
D Saat Hamil
a. Hamil 1
b. Hamil 2
c. Hamil 3
d. Hamil 4
E Lain-lain (Kegiatan
Kampanye/Ori Difteri)
Contoh: saat SMA
tahun 2003 – 2005, dan
akselerasi WUS di
Bangkalan dan
Sumenep (2009 –
2010), Ori Difteri 2011,
Sub PIN Difteri 2012
Sumber: Kemenkes, 2014.
Keterangan tabel:
1) Bagi WUS yang lahir sebelum tahun 1973, pertanyaan yang diajukan
hanya pada riwayat calon pengantin (C), Hamil (D), dan lain-lain (E).
2) Vaksinasi DPT 3 dosis dimulai sejak 1977 s.d sekarang
3) Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 1984 – 1997: kelas 1
laki-laki dan perempuan (DT 2 dosis) dan kelas 6 perempuan
4) Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 1998 – 2000: kelas 1
(DT) s/d 2 – 6 (TT)
5) Vaksinasi anak SD/MI (BIAS) DT dan TT tahun 2001 – sekarang: kelas
1, 2, dan 3.
6) Vaksinasi catin dan ibu hamil (2 dosis) dimulai sejak tahun 1984 s/d
2000 – tahun 2001 s/d sekarang harus diskrining terlebih dahulu
7) Interval minimal pemberian TT: TT 1 ke TT 2 = 4 minggu, TT 2 ke TT 3 =
6 bulan, TT 3 ke TT 4 = 1 tahun, TT 4 ke TT 5 = 1 tahun.
d. Suplementasi gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui
penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi, serta
defisiensi asam folat. Dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi gizi
seimbang dan tablet tambah darah.
e. Konseling/Konsultasi kesehatan pranikah
Konseling pranikah dikenal dengan sebutan pendidikan pranikah,
konseling edukatif pranikah, terapi pranikah, maupun program persiapan

12
pernikahan. Konseling pranikah merupakan suatu proses konseling yang
diberikan kepada calon pasangan untuk mengenal, memahami dan menerima
agar mereka siap secara lahir dan batin sebelum memutuskan untuk
menempuh suatu perkawinan (Triningtyas, dkk, 2017).

Bimbingan konseling pra nikah merupakan kegiatan yang


diselenggarakan kepada pihak-pihak yang belum menikah, sehubungan
dengan rencana pernikahannya. Pihak-pihak tersebut datang ke konselor
untuk membuat keputusannya agar lebih mantap dan dapat melakukan
penyesuaian di kemudian hari secara baik (Latipun, 2010). Konseling
pernikahan atau yang biasa disebut marriage counseling) merupakan upaya
membantu pasangan calon pengantin. Konselig pernikahan ini dilakukan oleh
konselor yang professional. Tujuannya agar mereka dapat berkembang dan
mampu memecahkan masalah yang dihadapinya melalui cara-cara yang
saling menghargai, toleransi, dan komunikasi, agar dapat tercapai motivasi
berkeluarga, perkembangan, kemandirian, dan kesejahteraan seluruh
anggota keluarganya (Willis, 2009).

Konseling pernikahan juga disebut dengan terapi untuk pasangan


yang akan menikah. Terapi tersebut digunakan untuk membantu pasangan
agar saling memahami, dapat memecahkan masalah dan konflik secara
sehat, saling menghargai perbedaan, dan dapat meningkatkan komunikasi
yang baik (Kertamuda, 2009).Bimbingan konseling pra nikah mempunyai
objek yaitu calon pasangan suami istri dan anggota keluarga calon suami istri.
Calon suami istri atau lebih tepatnya pasangan laki-laki dan perempuan yang
dalam perkembangan hidupnya baik secara fisik maupun psikis sudah siap
dan sepakat untuk menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius
(pernikahan). Anggota keluarga calon suami istri yaitu individu-individu yang
mempunyai hubungan keluarga dekat, baik dari pihak suami maupun istri
(Zulaekha, 2013).

Menurut Kemenkes (2015), informasi pranikah yang dibutuhkan


sebelum memasuki jenjang pernikahan meliputi:
1) Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Catin perlu

13
mengetahui mengetahui informasi kesehatan reproduksi untuk
menjalankan proses fungsi perilaku reproduksi yang sehat dan aman.

Catin perempuan akan menjadi calon ibu yang harus mempersiapkan


kehamilannya agar dapat melahirkan anak yang sehat dan berkualitas.
Catin laki-laki akan menjadi calon ayah yang harus memiliki kesehatan
yang baik dan berpartisipasi dalam perencanaan keluarga, seperti
menggunakan alat kontrasepsi serta mendukung kehamilan dan
persalinan yang aman. Laki-laki dan perempuan mempunyai risiko
masalah kesehatan reproduksi terhadap penularan penyakit. Perempuan
lebih rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada
saat berhubungan seksual,hamil, melahirkan, nifas, keguguran, dan
pemakaian alat kontrasepsi, karena struktur alat reproduksinya lebih
rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan infeksi menular
seksual. Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang
sama untuk menjaga kesehatan reproduksi.
2) Hak dan kesehatan reproduksi seksual
Hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap laki-laki dan perempuan yang
berkaitan dengan kehidupan reproduksinya. Hak inii menjamin setiap
pasangan dan individu untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung
jawab mengenai jumlah, jarak, dan waktu memiliki anak serta untuk
memperoleh informasi kesehatan reproduksi. Informasi yang perlu
diketahui natra lain:
a) Kesehatan reproduksi, permasalahan, dan cara mengatasinya.
b) Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-laki terlindung
dari infeksi meular seksual (IMS), HIV – AIDS, dan infeksi saluran
reproduksi (ISR), serta memahamicara penularannya, upaya
pencegahan, dan pengobatan.
c) Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang aman, efektif, terjangkau,
dapat diterima, sesuai dengan pilihan, dan tanpa paksaan serta
mengetahui dan memahami efek samping dan komplikasi dari
masing-masinng alat dan obat kontrasepsi.
d) Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi yang dibutuhkan. Catin perempuan berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan agar
sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan, persalinan, nifas, serta
memperoleh bayi yang sehat.

14
e) Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan kasih sayang,
saling menghargai dan menghormati pasangangan, serta dilakukan
dalam kondisi dan waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur
pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.

Perilaku yang harus dihindari dalam aktivitas seksual antara lain:


a) Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa nifas
b) Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut karena
berisiko dalam penularan penyakit dan merusakorgan reproduksi.

3) Kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi


Gender adalah pembagian dalam peran kedudukan dan tugas antara
laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan
sifat laki-laki dan perempuan yang dianggap pantas sesuai norma, adat
istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. Kesetaraan gender
adalah suatu dan kondisi (kualitas hidup) adalah sama, laki-laki dan
perempuan bebas mengembangkan kemampuan personil mereka dan
membuat pilihan-pilihan tanpa dibatasi oleh stereotip, peran gender yang
kaku. Penerapan kesetaraan gender dalam pernikahan:
a) Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan dan laki-laki
dapat saling menghormati dan menghargai satu sama lain, misalnya:
 Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan
secara bersama dan tidak memaksakan ego masing-masing
 Suami-istri saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga,
pengasuhan, dan pendidikan anak.
 Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama laki-laki dan
perempuan.
 Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI eksklusif

b) Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal di bawah ini:


 Kekerasan secara fisik (memukul, menampar, menjambak
rambut, menyudut dengan rokok, melukai, dan lain-lain)
 Kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina, komentar-
komentar yang merendahkan, membentak, mengancam, dan lain-
lain)
 Kekerasan seksual

15
 Penelantaran rumah tangga.

c) Cara merawat organ reproduksi


Untuk menjaga kesehatn dan fungsi organ reproduksi perlu dilakukan
perawatan baik pada laki-laki dan perempuan, antara lain:
 Pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
 Menggunakan pakaian dalam yang menyerap keringat dan
cairan.
 Bersihkan organ kelamin sampai bersih dan kering.
 Menggunakan celana yang tidak ketat
 Membersihkan organ kelamin setelah BAK dan BAB.

Cara merawat organ reproduksi perempuan antara lain:


 Bersihkan organ kelamin dari depan ke belakang dengan
menggunakan air bersih dan dikeringkan.
 Sebaiknya tidak menggunakan cairan pembilas vagina karena
dapat membunuh bakteri baik dalam vagina dan memicu
tumbuhnya jamur.
 Pilihlah pembalut berkualitas yang lembut dan mempunyai daya
serap tinggi. Jangan memakai pembalut dalam waktu lama. Saat
menstruasi, ganti pembalut sesering mungkin.
 Jika sering keputihan, berbau, berwarna, dan terasa gatal, serta
keluhan organ reproduksi lainnya segera memeriksakan diri ke
petugas kesehatan.

Cara merawat organ reproduksi laki-laki antara lain:


 Menjaga kebersihan organ kelamin
 Dianjurkan sunat untuk menjaga kebersihan kulup kulit luar yang
menutup penis.
 Jika ada keluhan pada organ kelamin dan daerah sekitar kelamin
segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan.

B. Konsep Dasar Perencanaan Kehamilan (Prakonsepsi)


1. Definisi perencanaan kehamilan dan prakonsepsi
Masa pranikah dapat digolongkan dalam masa prakonsepsi, namun masa
prakonsepsi tidak selalu digolongkan ke dalam masa pranikah. Perencanaan

16
kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang optimal melalui
perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu
faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal. Menjaga jarak
kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun
juga memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga (Mirza, 2008).
Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk
mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat
dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga
(Nurul, 2013).
a. Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra artinya
sebelum (Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan adalah bertemunya
sel telur (ovum) dengan sperma (spermatozoa) (Purwandari, 2011).
Prakonsepsi adalah masa sebelum kehamilan terjadi (Katherine, dkk, 2013).
Sehingga prakonsepsi adalah sebelum terjadinya pertemuan antara sel telur
dengan sperma yang dapat menyebabkan kehamilan. Perawatan
prakonsepsi adalah perawatan yang diberikann sebelum kehamilan dengan
sasaran mempermudah seorang wanita mencapai tingkat kesehatan yang
optimal sebelum ia mengandung (Varney, 2007).
b. Konsepsi merupakan istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan
proses terjadinya pembuahan. Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan
ovum (oosit sekunder) dengan spermatozoa yang biasanya berlangsung di
ampula tuba. Proses fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam
ovum, fusi sprematozoa dan ovum, dan diakhiri dengan fusi materi genetik.
Kehamilan terjadi ketika hasil konsepsi mengalami nidasi (implantasi) pada
dinding uterus. Sehingga untuk dapat terjadinya kehamilan perlu ada
spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi hasil konsepsi
(Prawirohardjo, 2010).
c. Prakonsepsi merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan masa
sebelum konsepsi. Perawatan prakonsepsi adalah satu set intervensi yang
bertujuan untuk mengidentifikasi dan memodifikasi risiko yang diakibatkan
oleh perilaku dan kondisi sosial untuk mencapai status kesehatan wanita dan
kesehatan kehamilan melalui upaya preventif dan manajemen (CDC, 2006).
d. Masa prakonsepsi disebut juga masa sebelum hamil. Pelayanan kesehatan
masa sebelum hamil didefinisikan sebagai kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja hingga saat
sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan menjadi hamil sehat
(Kemenkes, 2014).

17
e. Asuhan kebidanan prakonsepsi adalah suatu perencanaan intervensi
biomedik, perilaku, dan kesehatan social pada perempuan dan pasangannya
sebelm terjadi konsepsi. Pengertian lainnya yakni sejumlah intervensi yang
bertujuan untuk menemukan dan mengubaj risiko biomedik, perilaku, dan
social uuntuk mewujudkan kesehatan perempuan atau hasil kehamilan
melalui pencegahan dan pengelolaan yang menyangkit faktor-faktor tersebut
yang harus dilaksanakan sebelum terjadinya konsepsi atau pada masa
kehamilan dini untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Winardi, 2016).
2. Faktor yang mempengaruhi kesuburan
Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan seorang wanita (istri) untuk menjadi
hamil dan melahirkan anak hidup dari pasangan pria (suami) yang mampu
menghamilkannya (Handayani, dkk, 2010). Masa subur adalah suatu masa dalam
siklus menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum yang siap dibuah,
sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka
dimungkinkan terjadi kehamilan. Masa subur merupakan rentang waktu pada
wanita yang terjadi “sebulan sekali” (Indriarti, dkk, 2013). Masa subur terjadi pada
hari ke-14 sebelum menstruasi selanjutnya terjadi (Purwandari, 2011). Menurut
Saifuddin, dkk (2010), untuk perhitungan masa subur dipakai rumus siklus
terpanjang dikurangi 11 dan siklus terpendek dikurangi 18.

ii.
iii. Sumber: Purwandari, 2011.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan usia subur antara


lain:
a. Umur
Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-35 tahun (Prawirohardjo, 2010). Rentang usia risiko
tinggi adalah <20 tahun dan ≥ 35 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia <20
tahun secara fisik dan mental ibu belum kuat yang memungkinkan berisiko
lebih besar mengalami anemia, pertumbuhan janin terhambat, dan

18
1persalinan prematur. Sedangkan pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai
melemah. Meskipun pada umur 40 tahun keatas perempuan masih dapat
hamil, namun fertilitas menurun cepat sesudah usia tersebut. Usia
reprodukstif perempuan yang terbaik pada usia 20 tahunan, selanjutnya
kesuburan secara bertahap menurun pada usia 30 tahun, terutama
setelah usia 35 tahun (American Society for Reproductive Medicine,
2012).
Pada laki-laki, tingkat kesuburan akan mulai menurun secara perlahan-
lahan. Kesuburan laki-laki diawali saat memasuki usia pubertas ditandai
dengan perkembangan organ reproduksi, rata-rata umur 12 tahun.
Perkembangan organ reproduksi laki-laki mencapai keadaan stabil umur
20 tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah sesuai dengan pertambahan
umur dan akan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia 25
tahun kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-lahan, dimana
keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk dan faal organ
reproduksi (Khaidir, 2006). Disarankan pria untuk menikah pada usia
kurang dari 40 tahun, karena di atas usia tersebut motilitas, konsentrasi,
volume seminal, dan fragmentai DNA telah mengami penurunan kualitas
sehingga meningkatkan risiko kecacatan janin (RSUA, 2013).

b. Frekuensi sanggama
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan antara
spermatozoa dan ovum,akan terjadi bila koitus (senggama) berlangsung
pada saat ovulasi. Dalam keadaan normal sel spermatozoa masih hidup
selama 1-3 hari dalam organ reproduksi wanita, sehingga fertilisasi masih
mungkin jika ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah koitus berlangsung.
Sedangkan ovum seorang wanita umurnya lebih pendek lagi yaitu lx24
jam, sehingga bila kiotus dilakukan-pada waktu tersebut kemungkinan
besar bisa terjadi pembuahan. Hal ini berarti walaupun suami istri
mengadakan hubungan seksual tapi tidak bertepatan dengan masa subur
istri yang hanya terjadi satu kali dalam sebulan, maka tidak akan terjadi
pembuahan dan tidak akan terjadi kehamilan pada istri (Khaidir, 2006).

c. Lama berusaha
Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan
kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7% seorang istri akan hamil dalam

19
satu bulan pertama, 57,0% dalam tiga bulan pertama, 72.1% dalam enam
bulan pertama, 85,4% dalam 12 bulan pertama, dan 93,4% dalam 24
bulan pertama. Waktu rata~rata yang dibutuhkan untuk menghasilkan
kehamilan adaleh. 2,3-2.8 bulan. Jadi lama suatu pasangan suami istri
berusaha secara teratur merupakan faktor penentu untuk dapat terjadi
kehamilan (Khaidir, 2006).
3. Persiapan kehamilan
BKKBN (2014) mengungkapkan berbagai persiapan kehamilan yang sehat
diantaranya:
a. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu bagian penting dari
pelayanan kesehatan prakonsepsi yang bertujuan untuk mempersiapkan
calon ibu dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan
selamat serta memperoleh bayi yang sehat. Pemeriksaan kesehatan dapat
dilakukan di puskesmas atau rumah sakit.
b. Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh
Dapat dilakukan dengan cara olahraga yang teratur. Aktivitas fisik/olahraga
tidak perlu dilakukan selama berjam-jam. Cukup 3 kali dalam seminggu
selama 1/2 jam, dan lakukan secara rutin. Manfaat olahraga selain
menyehatkan, juga mencegah terjadinya kelebihan berat badan.
Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan membuat
lebih nyaman. Diet penurunan berat badan harus benar-benar dikontrol
agar dapat aman selama kehamilan, terutama disarankan untuk wanita
yang mengalami kelebihan berat badan serius, tetapi harus disertai dengan
selalu berkonsultasi dengan dokter dan atas rekomendasi ahli gizi. Berat
badan kurang dapat mengganggu kesuburan karena kekurangan jumlah
lemak yang dibutuhkan tubuh. Sementara kelebihan berat badan dapat
mempengaruhi proses ovulasi menjadi tidak teratur. Selain itu, kelebihan
berat badan berisiko lebih besar untuk mengalami komplikasi, seperti
tekanan darah tinggi dan diabetes selama kehamilan.
c. Menghentikan kebiasaan buruk
Kebiasaan merokok, minum alkohol, atau bahkan menggunakan narkoba,
dapat menyebabkan berbagai masalah selama kehamilan, juga janin yang
dikandung, Bayi dapat lahir prematur, lahir dengan cacat bawaan hingga
kematian janin. Perempuan yang minum alkohol memiliki kemungkinan
rendah untuk bisa hamil. Sedangkan untuk kaum pria, minum alkohol dapat
mempengaruhi kualitas sperma dengan menurunkan tingkat testosteron

20
dan bisa menyebabkan testis layu. Begitu pula rokok dapat menurukan
kesuburan baik pada perempuan maupun laki-laki. Racun pada rokok dapat
mengakibatkan kerusakan kromosom pada telur, dan melemahkan
kemampuan untuk menghasilkan estrogen yang sangat diperlukan untuk
menyiapkan lapisan rahim menjelang kehamilan. Bagi laki-laki, rokok
berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas sperma. Kemauan sperma
membuahi sel telur dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa.
d. Meningkatkan asupan makanan bergizi
Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait dengan
makanan dan nutrisi yang dikonsumsi. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah mengatur pola makan dengan prinsip gizi seimbang,
memperbanyak konsumsi buah dan sayuran, menghindari makanan yang
mengandung zat-zat aditif seperti penyedap, pengawet, dan pewarna.
Kandungan radikal bebas dari zat aditif tersebut dapat memicu terjadinya
mutasi genetik pada anak sehingga menyebabkan kelainan fisik, dan cacat
kongenital.
Saat terjadi pembuahan, janin sudah terekpos dengan nutrisi yang dimakan
ibu sejak dua mingu sebelumnya. Sehingga calon ibu harus memperhatikan
asupan makanan yang mendukung pembentukan janin sehat. Dianjurkan
untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung :
1) Protein
Berfungsi untuk meningkatkan produksi sperma. Makanan sumber
protein seperti telur, ikan, daging, tahu dan tempe.
2) Asam folat
Berperan dalam perkembangan system saraf pusat dan darah janin,
cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat sistem
saraf sebanyak 70%. Jika seorang perempuan memiliki kadar asam
folat yang cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan selama kehamilan,
maka dapat membantu mencegah kecacatan pada otak dan tulang
belakang bayi. Asam folat dapat diperoleh melalui makanan, seperti
sayuran berwarna hijau tua (bayam, sawi hijau, caisim mini),
asparagus, brokoli, pepaya, jeruk, stroberi, rasberi, kacang-kacangan,
alpukat, okra, kembang kol, seledri, wortel, buah bit, dan jagung.
Sebagian susu untuk ibu hamil pun mengandung asam folat cukup
tinggi, sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu dapat
memilih susu untuk ibu hamil yang rasanya enak untuk mengurangi
rasa mual, serta tentu merupakan produk yang berkualitas tinggi.

21
3) Konsumsi berbagai Vitamin
 Vitamin A
Berperan cukup penting dalam produksi sperma yang sehat.
Terdapat pada hati, mentega, margarin, telur, susu, ikan berlemak,
brokoli, wortel, bayam, dan tomat.
 Vitamin D
Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat kesuburan hingga
75%. Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh dengan bantuan
sinar matahari, selain itu dapat pula diperoleh dari telur, susu, hati,
minyak ikan, ikan tuna, margarin, dan ikan salmon.
 Vitamin E
Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma membuahi sel
telur dan mencegah keguguran karena perannya dalam menjaga
kesehatan dinding rahim dan plasenta. Banyak terdapat pada
minyak tumbuh-tumbuhan, bekatul gandum, dan kecambah atau
tauge.
 Vitamin B6
Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan hormon, padahal keseimbangan hormon
estrogen dan progesteron penting untuk terjadinya kehamilan.
Sumber vitamin B6 antara lain ayam, ikan, beras merah, kacang
kedelai, kacang tanah, pisang, dan sayur kol.
 Vitamin C
Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi indung telur
dan pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan
(bekerjasama dengan vitamin E dan beta karoten) vitamin C
berperan melindungi sel-sel organ tubuh dari serangan radikal
bebas (oksidan) yang mempengaruhi kesehatan sistem
reproduksi . Vitamin C banyak terdapat pada jambu biji, jeruk,
stroberi, pepaya, mangga, sawi, tomat, dan cabai merah.
 Cukupi zat seng
Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga
pembentukan sperma yang sehat. Bagi calon ibu, seng membantu
produksi materi genetik ketika pembuahan terjadi. Bagi calon ayah,
melancarkan pembentukan sperma. Sumber seng antara lain
makanan hasil laut/seafood (seperti lobster, ikan, daging kepiting),

22
daging, kacang-kacangan (kacang mete dan almond), biji-bijian (biji
labu dan bunga matahari), serta produk olahan susu.
 Cukupi zat besi
Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel telur)
ibu tergangu. Makanan atau multivitamin yang mengandung zat
besi akan membantu dalam persiapan kehamilan dan menghindari
anemia yang sering kali dikeluhkan oleh ibu hamil. Sumbernya:
hati, daging merah, kuning telur, sayuran hijau, jeruk, dan serealia
yang diperkaya zat besi.
 Fosfor
Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada di
susu, dan ikan teri.
 Selenium (Se)
Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala
kekurangan selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi
seksual dan ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain adalah
beras, bawang putih, kuning telur, seafood, jamur, dan semangka.
 Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak
Jika memungkinkan, calon ibu dapat mengganti minyak goreng
dengan minyak zaitun. Kandungan asam lemak yang terkandung di
dalam minyak zaitun bermanfaat untuk kesehatan jantung, tubuh,
serta level kolestrol sehingga menyeimbangkan endokrin yang
sehat.
 Membatasi Kafein
Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein
yang dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan
kehamilan. Rekomendasi dari pakar kesehatan bahwa mengawali
kehamilan dapat dilakukan dengan batas mengkonsumsi kafein
sebanyak 200 miligram, hal ini juga dapat dibatasi sampai
kehamilan.
 Hindari konsumsi
- Daging mentah, karena berisiko mengandung virus penyebab
toksoplasma, parasit penyebab infeksi janin, dan bakteri E.coli
yang berbahaya bagi kehamilan dan janin.
- Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian
kurang baik, dapat mengandung virus penyebab toksoplasma.

23
- Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan
ada bakteri salmonella penyebab diare berat.
- Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di
darah akan memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan
ikan tuna kalengan, tuna beku, kakap putih, bawal hitam,
marlin, tongkol, dan hiu. Meski kaya omega 3 dan 6, ikan dari
sebagian perairan Indonesia diduga tercemar merkuri melalui
penurunan kualitas air maupun rantai makanan.

4. Persiapan secara psikologis dan mental


Calon ibu dapat mulai merencanakan kehamilan dengan memikirkan tujuan
memiliki anak atau tidak memiliki anak, dan bagaimana mencapai tujuan ini. Hal
ini disebut dengan rencana hidup reproduktif. Misalnya bila Ibu berpikir ingin
menunda kehamilan, pilihlah kontrasepsi yang sesuai untuk mencapai tujuan
tersebut. Jika Ibu berpikir untuk hamil, sangatlah penting untuk mengambil
langkah-langkah agar Ibu dapat hamil sehat dan melahirkan bayi yang sehat
pula. Ibu dapat memperkaya pengetahuan seputar kehamilan yang
berhubungan dengan perencanaan, perawatan selama kehamilan, menjelang
persalinan, pasca persalinan dan juga perawatan bayi dari berbagai sumber
yang terpercaya. Agar kehamilan yang akan dijalani tidak menimbulkan
ketegangan, hindari hal – hal yang akan memberi pengaruh buruk dalam
keseimbangan hormonal. Stres dapat merusak siklus bulanan, dan mencegah
proses ovulasi. Sebuah studi membuktikan, wanita dengan tingkat stres tinggi
umumnya sulit hamil. Jadi sangat baik jika calon ibu mulai belajar mengatasi
stres sehingga tidak mempengaruhi kesehatan reproduksi. Sebaiknya ibu mulai
mempersiapkan mental dalam menghadapi perubahan yang akan terjadi pada
saat kehamilan. Ibu harus mendapat dukungan selama kehamilan dari orang
terdekat seperti suami dan keluarga sehingga semakin siapuntuk menjadi ibu
baru.
5. Perencanaan financial/keuangan
Persiapan financial/ keuangan yang matang untuk persiapan pemeliharaan
kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan persalinan penting
dilakukan karena timbulnya ketegangan psikis serta tidak terpenuhinya
kebutuhan gizi yang baik pada saat kehamilan sebagian besar disebabkan
karena ketidaksiapan pasangan dalam hal financial/keuangan.

24
Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan termasuk biayanya. Biaya
kehamilan ini dapat di diskusikan antara suami dan isteri karena biaya
kehamilan merupakan bagian dari biaya kehidupan berumah tangga. Adapun
biaya yang perlu diperhatikan guna persiapan kehamilan ini, diantaranya
mencakup biaya kesehatan (biaya konsultasi, pemeriksaan, obat dan
melahirkan), biaya-biaya pasca melahirkan (tempat tidur bayi, pakaian bayi,
popok, selimut, dll) dan persiapkan pula biaya untuk hal-hal yang tak terduga.
6. Jangan malu bertanya dan berkonsultasi
Calon ibu dan suami sangat dianjurkan untuk konsultasi dengan
dokter/bidan/tenaga kesehatan lainnya mengenai kesehatan reproduksi ibu dan
pasangan. Dokter/bidan akan memberikan saran mengenai masalah yang
dikeluhkan. Konsultasikan pada dokter mengenai riwayat kesehatan keluarga
yang perlu mendapat perhatian.

Selain itu, jika mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), maka ibu
disarankan untuk meminta bantuan. KDRT yang tidak diselesaikan dengan baik
dapat menyebabkan cedera hingga kematian, termasuk selama kehamilan
(BKKBN, 2014).

C. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Calon Pengantin dengan


Perencanan Kehamilan
1. Pengkajian
Data Subjektif
a. Biodata / Identitas
Hal utama yang penting dikaji pada pasangan prakonsepsi antara lain;
1) Umur
- Perempuan
Umur reproduksi sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun
(Prawirohardjo, dkk, 2010). Pada umur < 20 tahun, fisiologis alat
reproduksi belum sepenuhnya matang dan psikologis masih belum
stabil akibatnya meningkatkan risiko mengalami penyulit saat hamil
(Sukaesih, 2012). Sedangkan pada umur > 35 tahun, fungsi alat
reproduksi dan organ lainnya sudah menurun, apalagi wanita yang
hamil pertama pada usia ini, memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengalami preeklampsia (Indriani, 2012).

25
- Laki-laki
Kesuburan pria ini diawali saat memasuki usia pubertas ditandai
dengan perkembangan organ reproduksi pria, ratarata umur 12 tahun.
Perkembangan organ reproduksi pria mencapai keadaan stabil umur
20 tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah sesuai dengan
pertambahan umur dan akan mencapai puncaknya pada umur 25
tahun. Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai menurun secara
perlahan-lahan, dimana keadaan ini disebabkan karena perubahan
bentuk dan faal organ reproduksi (Khaidir, 2006). Semakin tua usia
seseorang maka kesuburan juga menjadi berkurang (RSUA, 2013).
Usia laki-laki ≥ 40 tahun semakin meningkatkan risiko kelainan baik
fisik maupun psikis pada keturunananya (McGrath, dkk, 2014).
b. Alamat
Kondisi lingkungan tempat tinggal ikut memberikan pengaruh terhadap
kesehatan istri dan suami pada masa prakonsepsi.vBeberapa penelitian
menyebutkan bahwa perempuan yg bekerja di lingkungan pertanian lebih
sering mengalami abortus spontan dan kasus Stillbirth (lahir mati) lebih sering
dijumpai diantara perempuan yang bertempat tinggal dekat tempat aplikasi
karbamat pada trimester II (Winardi, 2016).
c. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan
kesehatan yang diinginkan. Pendapatan seseorang berpengaruh terhadap
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan hidup, salah satunya adalah
kebutuhan nutrisi. Kondisi nutrisi yang kurang baik dapat menyebabkan
terjadinya anemia pada ibu hamil, gangguan pertumbuhan janin dalam uterus,
BBLR, dan prematur (Reeder, dkk, 2011).
d. Riwayat menstruasi
Hal utama yang perlu dikaji adalah menarche, siklus menstruasi dan
gangguan menstruasi. Menarche adalah menstruasi pertama kali yang
merupakan tahap kematangan organ-organ seksual perempuan dan tanda
siklus masa subur telah mulai (Yusuf, dkk, 2014). Siklus menstruasi dan
gangguan mentruasi dapat mempengaruhi masa subur (Indriarti, dkk, 2013).
- Usia menarche: umumnya remaja wanita mengalami menarche usia 12-16
tahun.

26
- Siklus menstruasi: siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama
menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya. Siklus
menstruasi pada wanita normal berkisar antara 21-32 hari dan hanya 10-
15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari (Proverawati & Misaroh,
2009).
- Lama menstruasi: normalnya menstruasi berlangsung 3-7 hari (Ramaiah,
2006), sedangkan menurut Proverawati & Misaroh (2009) lama mestruasi
berlangsung selama 3-5 hari dan ada juga yang 7-8 hari.
- Keluhan saat haid: umumnya mengeluh nyeri haid/ dismenorea
(Kusmiran, 2012)
- Pengeluaran sekret: keputihan normal adalah tidak berbau, berwarna
putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan gatal dicurigai adanya
kemungkinan infeksi alat genital. (Saifuddin, 2010)

e. Riwayat imunisasi
Skrining status imunisasi perlu dilakukan pada calon ibu terutama imuniasai
TT. Indonesia merupakan salah satu negara yang belum dapat mengeliminasi
tetanus 100% sehingga status imunisasi ibu/calon ibu harus selalu diskrining
(Kemenkes RI, 2012).
Status imunisasi lain yang perlu diskrining yaitu hepatitis B, HPV,
TORCH/Rubella, dan imunisasi penyakit lainnya yang memiliki prevalensi
tinggi di daerah tempat tinggal caon pengantin wanita dan laki – laki.
f. Riwayat kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan masa kembalinya kesuburan
pada perempuan. Organ reproduksi memerlukan waktu untuk pemulihan
setelah lepas/berhenti dari pemakaian kontrasepsi. Hal ini seperti
diungkapkan oleh Handayani, dkk (2010), bahwa lama kembalinya
kesuburan dari wanita pasca menggunakan KB suntik 3 bulan adalah 6 bulan
dan yang paling lama adalah 13 bulan.
g. Riwayat obstetri yang lalu
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas terdahulu yang berkaitan dengan
morbiditas dan masalah-masalah lain adalah signifikan dan perlu digali
dengan cermat untuk menghasilkan riwayat yang akurat sebelum memberikan
nasihat tentang konsepsi.
h. Paritas

27
Menurut Forney A dan E. W.Whitenhorne, paritas yang aman untuk tidak
terjadinya komplikasi pada saat persalinan yaitu dengan jumlah melahirkan 1
- 2 kali (Manuaba, 2010). Paritas lebih dari 3 memiliki besar risiko 3 kali untuk
mengalami komplikasi persalinan. Bahaya yang dapat terjadi pada ibu yang
pernah melahirkan 4 kali atau lebih yakni antara lain : kelainan letak,
persalinan letak lintang: robekan rahim pada kelainan letak lintang; persalinan
lama; perdarahan pasca persalinan (Rochjati, 2011).
i. Jumlah anak
Persalinan yang pertama sekali (primipara) biasanya mempunyai risiko relatif
tinggi terhadap ibu dan anak, kemudian risiko ini menurun pada paritas kedua
dan ketiga, dan akan meningkat lagi pada paritas keempat dan seterusnya
(Sofian, 2011).
1) Jarak kehamilan
Jarak kelahiran optimal adalah antara 2 tahun sampai dengan 5 tahun.
Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga
berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun (BKKBN,
2009).
2) Riwayat komplikasi
Riwayat kehamilan dan persalinan yang buruk sebelumnya merupakan
salah satu penyebab komplikasi obstetrik yang tidak langsung. Termasuk
riwayat obstetrik sebelumnya yang buruk meliputi abortus, partus
prematur, IUFD, perdarahan postpartum, riwayat pre eklamsia, riwayat
kehamilan mola hidatidosa, perdarahan antepartum, gemeli, hidramnion,
riwayat persalinan dengan tindakan. Seorang ibu yang pernah mengalami
komplikasi pada kehamilan atau persalinan yang sebelumnya berisiko
akan mengalami komplikasi pada kehamilan atau persalinan berikkutnya
(Manuaba, 2010).
j. Riwayat kesehatan klien
1) Hipertensi
Penyakit hipertensi diakaitkan dengan peningkatan persalinan prematur
dan retardasi pertumbuhan intrauterin serta insiden mortalitas perinatal
yang lenih tinggi. Penyakit ini juga merupakan salah satu penyebab
kematian ibu yang paling sering. Tekanan darah harus distabilkan
sebelum konsepsi dan kemudian dipantau ketat selama masa kehamilan.
Sebagian besar wanita dengan hipertensi kronis dapat mengharapkan
kelahiran seorang bayi yang normal dan sehat. Sasaran utama pada
periode prakonsepsi ialah menghindarai penggunaan penghambat ACE

28
dan antogonis reseptor angiotensin. Wanita harus diberi pendidikan
kesehatan tentang risio pereeklampsia dan hambatan pertumbuhan janin
(Varney, 2007). Pada laki-laki tekanan darah tinggi dapat menyebabkan
masalah gangguan ereksi baik secara langsung maupun karena efek
samping obat.
2) Diabetes Melitus (DM)
Telah terbukti adanya suatu hubungan antara hiperglikemia pada sekitar
waktu konsepsi dengan kelainan pembentukan organ, terutama tuba
nueral, jantung, dan ginjal. Komplikasi yang dapat timbul selama masa
kehamilan meliputi preeklamsia, polihidramnion, dan persalinan prematur.
Oleh karena itu, wanita yang menderita diabetes melitus perlu mendapat
konseling dan memantau disbetesnya dengan cermat, baik sebelum masa
prakonsepsi maupun sepanjang masa usia subur (Varney, 2007;
Prawirhardjo, 2010).
3) Penyakit ginjal
Pada perempuan sebelum konsepsi, terdapat perubahan adaptif ginjal
untuk mempersiapkan kehamilan. Pada fase luteal setiap siklus
menstruasi, aliran darah ke ginjal dan laju filtrasi glomerulus (LFG)
meningkat hingga 10-20%. Jika kehamilan terjadi, perubahan
hemodinamik ini terus berlanjut. Pada pertengahan trimester kedua, aliran
darah ke ginjal meningkat hingga 70-80% jika dibandingkan wanita tidak
hamil, menyebabkan peningkatan LFG hingga 55%. (Wicaksono, dkk,
2017). Pada laki-laki gagal ginjal kronis, terjadi kegagalan dalam
pembuangan limbah tubuh. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas sperma
dan kesuburan.
4) Asma
Wanita dengan riwayat asma saat hamil dapat berkurang gejalanya atau
bertambah keparahannya. Untuk menghindari bertambah parahnya
penyakit, hindarilah kemungkinan terjadinya infeksi pernapasan dan
upayakan tekanan emosional tetap stabil (Agustina, 2015). Asma juga
merupakan salah satu penyakit yang dapat diturunkan secara genetik.

5) Anemia dan thalassemia


Pada perempuan dengan riwayat penyakit anemia atau thalassemia akan
bertambah buruk saat kehamilan. Pada kehamilan kebutuhan oksigen
lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoetin.
Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit)

29
meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi
yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga
terjadi penurunan konsentrasi haemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.
(Prawirohardjo, 2010). Pada lak-laki terapi androgen pada anemia dapat
meningkatkan produksi eritropoetin namun dapat menimbulkan gejala
prostatisme atau pertumbuhan yang cepat dari ca prostat.
6) Hemofilia
Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan Hemofilia B (defisiensi faktor IX)
diwariskan secara X-linked recessive. Perempuan dari keluarga penderita
hemofilia umumnya adalah pembawa (carrier) yang asimptomatik. Namun
10-20% perempuan pembawa dapat beresiko terhadap komplikasi
perdarahan yang bermakna karena penurunan faktor VIII atau IX di bawah
jumlah minimal untuk mempertahankan keseimbangan hemostatik.
Hemofilia dapat menyebabkan infertilitas, namun sejumlah kecil penderita
mungkin mempunyai cukup folikel-folikel untuk hamil. (Prawirohardjo,
2010)
Pada laki-laki dengan Hemofilia lebih sering terjadi, gejala perdarahan
dalam waktu terus menerus dan lebih cepat karena darah tidak dapat
menggumpal tanpa pengobatan. Hal tersebut dapat mengganggu saat
berhubungan seksual dan dapat menurunkan penyakit hemofilia pada
keturunannya (Darmono, 2012).
7) Jantung
Penyakit jantung pada kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam kandungan. Kehamilan dapat memperberat
penyakit jantung. Kemungkinan timbulnya payah jantung (dekompensasi
cordis) pun dapat terjadi. Pada ibu hamil yang rentan terhadap gangguan
jantung, stres pada perubahan fisiologis normal dapat mencetuskan
dekompensasi jantung. Tanda dan gejala penyakit jantung (palpitasii,
frekuensi jantung sangat cepat, sesak napas ketika beraktivitas, dispnea,
dan nyeri dada) harus dapat diketahui agar dapat dilakukan penatalaksaan
yang tepat (Paramita, dkk, 2016).
Pada laki-laki penyakit arteri koroner dapat menyebabkan masalah
dengan ereksi. Hal ini bisa disebabkan karena terjadinya pengerasan
pembuluh darah penis dan jantung.
8) Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan dan mempunyai
pengaruh buruk bagi janin dan ibu saat terjadi kehamilan. Pengaruhnya

30
dalam kehamilan dapat dalam bentuk keguguran atau persalinan
prematuritas dan kematian janin dalam rahim. (Prawiroharjo, 2010)
9) IMS
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang disebabkan oleg bakteri, virus,
parasit, atau jamur yang penularannya terutama melalui hubungan seksual
dari seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya. Infeksi menular
sekusual merupakan salah satu penyebab Infeksi Saluran Reproduksi
(ISR). IMS seperti gonore, klamidiasis, sifilis, trikomoniasis, herpes
genitalis, kondiloma akuminata, bacterial vaginosis, dan infeksi HIV.
10) TORCH
Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simpleks. Kelima
jenis penyakit yang disebutkan di atas merupakan penyakit yang dapat
menjangkiti pria maupun wanita dan dapat berpengaruh burukpada janin
yang dikandung. Toksoplasmosis merupakan infeksi yang disebabkan
oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondii. Penyakit ini sering diperoleh
dari tanah atau kotoran kucing yang terinfeksi toksoplasma, atau
memakan daging dari hewan terinfeksi yang belum matang sempurna.
Gejala yang sering muncul meliputi: demam, nyeri otot, kelelahan, dan
pembengkakan kelenjar limfe.
11) Wanita yang dalam usia reproduksinya bila terkena toxoplasmosis dapat
menimbulkan aborsi dan gangguan fertilitas. Janin bisa terinfeksi melalui
saluran plasenta. Infeksi parasit ini bisa menyebabkan keguguran atau
cacat bawaan seperti kerusakan pada otak dan fungsi mata
(Prawirohardjo, 2010).
k. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena faktor genetik, dan
bisa menular kepada klien. Riwayat penyakit keluarga memegang peran
penting dalam mengkaji kondisi medis yang diwariskan dan kelainan gen
tunggal. Beberapa jenis kanker, penyakit arteri koroner, diabetes melitus tipe
2, depresi, dan trombofilia merupakan penyakit yang memiliki tendensi familial
dan dapat berpengaruh pada kesehatan reproduksi wanita dan laki-laki
(Varney, 2007).
l. Pola fungsional kesehatan
a. Nutrisi
Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG VI) menganjurkan angka
kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan
2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap

31
hari. Kekurangan nutrisi akan berdampak pada penurunan fungsi
reproduksi (Felicia, dkk, 2015).
b. Aktivitas
c. Apa saja aktivitas yang dilakukan ibu, kelelahan dapat mempengaruhi
sistem hormonal. Aktivitas fisik dapat memicu penurunan sirkulasi
hormone seksual (Idrissi, dkk, 2015).
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor
PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Bab 1, Pasal 1, Ayat 8: ”Nilai Ambang
Batas” yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar faktor bahaya di
tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time
weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
d. Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi pada organ
reproduksi (Kemenkes, 2015). Mengganti pakaian dalam 2 kali sehari,
tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik.
Saat menstruasi normalnya ganti pembalut maksimal 4 jam sekali atau
sesering mungkin (Kemenkes RI, 2015). Menggunakan air bersih saat
mencuci vagina dari arah depan ke belakang dan tidak perlu sering
menggunakan sabun khusus pembersih vagina ataupun obat semprot
pewangi vagina (Fitriyah, 2014).
e. Istirahat
Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat berbeda dalam
melakukan suatu aktivitas. Tubuh memerlukan istirahat yang cukup,
artinya tidak kurang dan lebih. Ketidakseimbangan istirahat/tidur, misalnya
kurang istirahat, dapat menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit.
Tidur/istirahat pada malam hari sangat baik dilakukan sekitar 7- 8 jam dan
istirahat siang sekitar 2 jam (Latifah, dkk, 2002a; Varnney, 2007).
f. Pola kebiasaan
Seorang perokok pasif akan memiliki risiko yang sama dengan perokok
aktif. Hampir semua komplikasi pada plasenta dapat ditimbulkan oleh
rokok, seperti abortus, solusio plasenta, infusiensi plasenta, plasenta
previa dan BBLR. Selain itu dapat menyebabkan dampak buruk bagi janin
antara lain SIDS (sindroma kematian bayi mendadak), penyakit paru
kronis, asma, otitis media (Prawirohardjo, 2010).

32
Konsumsi jamu-jamuan yang belum jelas komposisinya dapat
membahayakan janin dan ibu. Satu hal yang menjadi perhatian medis
adalah kemungkinan mengendapnya material jamu pada air ketuban. Air
ketuban yang tercampur dengan residu jamu membuat air ketuban
menjadi keruh dan menyebabkan bayi hipoksia sehingga mengganggu
saluran napas janin (Purnawati, dkk, 2012).
Memiliki binatang peliharaan seperti kucing dapat menyebabkan penyakit
toxoplasmosis (Wijayanti, dkk, 2014).

m. Riwayat pernikahan
Mengetahui riwayat pernikahan dulu dan berapa lama usia pernikahan,
alasan berpisah. Tujuannya mengetahui jumlah pasangan sebelumnya dan
hubungan dengan pasangan sebelumnya yang dapat mempengaruhi
hubungannya dengan pasangan sekarang.

n. Riwayat psikososial budaya dan spiritual


Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji saat premarital psychological
screening antara lain : kepercayaan diri kedua pihak sebelum membangun
sebuah keluarga, kemandirian masing-masing calon dalam memenuhi
kebutuhan hidup sahari-hari misal bekerja atau kendaraan dan tempat tinggal
pribadi, tidak lagi selalu bergantung pada orang tua, kemampuan komunikasi
antara kedua belah pihak yang dapat membantu menyelesaikan persoalan
dalam rumah tangga serta penentuan pengambil keputusan dalam keluarga,
efek masa lalu yang belum terselesaikan harus dapat dikomunikasikan secara
terbuka antara kedua pihak. Selain itu hubungan antara kedua pihak
keluarga, seberapa jauh keluarga besar dapat menerima atas pernikahan
tersebut (Kemenkes, 2013).
Keadaan budaya dan spiritual kedua pihak, perkawainan antar budaya atau
ras akan menimbulkan masalah-masalah dan isu-isu yang spesifik, misalnya
tentang perbedaan dalam mengekspresikan cinta dan keintiman, cara
berkomunikasi, keyakinan beragama, komitmen dan sikap yang mengarah
pada perkawinan itu sendiri, nilai-nilai kultural yang disampaikan oleh
orangtua sejak kecil dan pola pengasuhan anak (Imanda, 2016).

Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Tanda-tanda vital, normal jika :

33
1) Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adaya gangguan pada sistem kardiiovaskuler.
Normal 100/60-140/90 mmHg
2) Nadi
Pemeriksaan nadi disertai pemeriksaan jantung untuk mengetahui pulsus
defisit (denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk menimbulkan denyut
nadi sehingga denyut jantung lebih tinggi dari denyut nadi). Dilakukan pula
pemeriksaan frekuensi nadi. Kondisi takikardi (denyut jantung lebih cepat
dari kecepatan normal), dapat dijumpai pada keadaan hipertermia,
aktivitas tinggi, kecemasan, gagal jantung, dehidrasi, dll. Normal antara
80-110 x/menit.
3) Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta membantu
menentukan diagnosis penyakit. Normal antara 36,0°C – 37,5°C.
4) Respirasi
5) Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan, irama, kedalaman, dan
tipe/pola pernapasan. Pernafasan normal antara 18-24 kali per menit
(Uliyah, dkk, 2009).
b. Antropometri

a. Berat badan
Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling prakonsepsi
mengalami amenore dan berat badannya dibawah normal, ia harus
diindikasikan untuk meningkatkan asupan kalori. Sebaliknya, apabila ia
mengalami obesitas, ia harus dianjurkan untuk mengurangi asupan kalori
supaya berat badannya turun sampai rentang normal pada saat konsepsi,
karena obesitas dalam masa kehamilan meningkatkan resiko
preeklampsia dan gangguan tromboembolisme. Wanita juga harus
dianjurkan untuk meningkatkan asupan asam folat sebesar 400 mg per
hari (Kemenkes, 2015; Varney, 2007). Mempertahankan status nutrisi
yang baik, mencapai berat badan ideal, mengontrol gangguan makan, dan
mengembangkan kebiasaan diet nutrisi yang seimbang, dapat membantu
mempertahankan kesehatan sistem reproduksi (Soetjiningsih, 2010).
b. Tinggi badan
TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu yang memiliki TB <145cm
(low high) akan meningkatkan resiko panggul sempit (Laming, dkk, 2013).

34
Ukuran BB dan TB digunakan juga untuk menghitung Indeks Massa
Tubuh (IMT) dengan rumus :
Berat Badan
Indeks Massa Tubuh =
Tinggi Badan2
Dengan klasifikasi :
E. IMT
D. Kategori
(kg/m2)
Kekurangan berat <
badan tingkat 17,0
1. berat
Kurus Kekurangan berat 17,0
badan tingkat –
ringan 18,4
18,5 –
1. Normal
25,0
Kelebihan berat 25,1
badan tingkat –
ringan 27,0
3. Gemuk
Kelebihan berat >
badan tingkat 27,0
berat
5. Obesitas Kelas 1 30-
34,9
6. Obesitas kelas 2 35-
39,9
7. Obesitas ekstrem (kelas 3) > 40
1. (sumber : Depkes RI, 2011; Varney, 2007)

- Lingkar lengan atas (LiLA)


Ukuran LiLA normal yaitu >23,5cm. Jika < 23,5 cm merupakan
indikator Ibu kurang gizi sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR
(Maryam, 2016).
2. Pemeriksaan fisik
a. Wajah
Keadaan muka pucat merupakan salah satu tanda anemia (Mariana, dkk,
2013). Sedangkan oedem pada muka bisa menunjukkan adanya masalah
serius jika muncul dan tidak hilang setelah beristirahat dan diikuti dengan
keluhan fisik yang lain (Prawirohadjo, 2010).
b. Leher
Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda adanya infeksi pada
klien. Pembengkakan vena jugularis untuk mengetahui adanya kelainan
jantung, dan kelenjar tiroid untuk menyingkirkan penyakit Graves dan
mencegah tirotoksikosis.
c. Payudara

35
Tidak terdapat benjolan/masa yang abnormal.
d. Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya nyeri tekan.
e. Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi cairan, lecet, kutil
seperti jengger ayam pada daerah vulva dan vagina. Tidak terdapat tanda-
tanda keputihan patologis
f. Ekstremtas
g. Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat, pergerakan bebas (Sugiarto,
dkk, 2017).

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Albumin
Untuk menyngkirkan proteinuria (yang dapat mengindikasikan pielonefritis
atau penyakit ginjal kronis)
2) Reduksi urin
Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan dengan diabetes
melitus).
3) Hemoglobin
Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan dan diberikan
terapi yang tepat. Hb juga dapat dideteksi dari sampel darah.
4) Golongan darah dan rhesus
5) HbsAg
6) HIV/AIDS
7) IMS (Sifilis)
8) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG, pemeriksaan gigi,
tes sperma, tes tuberculosis.
2. Perumusan diagnosis dan masalah
a. Diagnosis
1) Pasangan usia subur dengan perencanaan pernikahan dan kehamilan
b. Keluhan dan masalah
Masalah yang sering muncul pada klien prakonsepsi adalah kurang pengetahuan
mengenai persiapan kehamilan (prakonsepsi).
c. Kebutuhan
Konseling persiapan kesehatan prakonsepsi untuk pasangan.
3. Diagnosa dan masalah potensial

36
Tidak ada
4. Kebutuhan tindakan segera
Tidak ada
5. Perencanaan
Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam pengkajian,
meliputi:
a. Jelaskan hasil pemeriksaan
menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah dimengerti sangat
penting agar calon ayah dan ibu memahami kondisinya dan dapat mengambil
keputusan terkait dengan masalah yang dihadapi
b. Berikan KIE tentang kesehatan reproduksi, persiapan pernikhan, dan persiapan
kehamilan sesuai panduan konseling calon pengantin yang telah ditentukan oleh
Kemenkes (2014)
c. meningkatkan pengetahuan pasangan tentang kesehatan reproduksi dan
prakonsepsi.
Anjuran untuk banyak mengkonsumsi makanan atau suplemen asam folat untuk
prakonsepsi.
Disarankan mengkonsumsi asam folat minimal 1 bulan sebelum hamil agar
indung telur yang dihasilkan berkualitas. Selain itu asam folat mampu
menurunkan resiko gangguan metabolisme DNA yang bisa saja terjadi (CDC,
2006).
6. Implementasi
Pelaksanaan asuhan kebidanan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah
disusun sebelumnya dengan harapan mencapai tujuan sesuai kriteria yang telah
ditetapkan.
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan dari tujuan asuhan yang diberikan
dapat berupa evaluasi tindakan dan evaluasi proses. Kriteria hasil:
a. Calon ayah dan ibu (calon pengantin) dapat menjelaskan kembali mengenai
penjelasan yang diberikan mengenai hasil pemeriksaannya.
b. Calon ayah dan ibu (calon pengantin) dapat menjelaskan kembali hasil konseling
yang diberikan mengenai persiapan kehamilan.

37
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Dokumentasi dalam bentuk Pathway Asuhan Kebidanan

Hari dan Tanggal : Rabu, 16 November 2022


Tempat Praktik : Puskesmas Bandung
Nama : Elis
Program Studi : Profesi Bidan

Pathway Kasus
Kebidanan
Perencanaan Kehamilan Nama : Nn. Y
Usia: 21 Tahun
Konseling Persiapan Pernikahan dengan
Perencanaan Kehamilan

Tanda / Gejala / keluhan Tanda / Gejala / keluhan


secara teori : Patofisiologi (Sesuai Tanda / yang dialami pasien
Gejala / keluhan yang dialami
Asuhan merupakan pranikah pasien) Calon pengantin datang
asuhan yang untuk berkonsultasi persiapan
diberikan sebelum nikah Tujuan Asuhan Pranikah yaitu pernikahan dengan perencaan
dengansasaran kehamilan
mempermudahcatin mencapai Menjamin kesehatan ibu
tingkat kesehatan optimal sehingga mampu
38
sebelum prakonsepsi. melahirkan generasi yang Riwayat penyakit catin dan
Mengurangi angka Riwayat penyakit,
persiapan pernikahan meliputi kesakitan dan angka menstruasi,
Rasionalisasi dari asuhan pertama :haid
yang diberikan
kesiapan
Asuhan yang diberikan :fisik, kesiapan kematian ibu dan bayi baru
 untuk mengidentifikasi keadaan28-30
usia 14 tahun,siklus penyakit,
mental/psikologis dan lahir
Memberikan konseling pranikah kepada catin mengenai: menilai hari/bulan,
keadaan tidak
psikologis, mengalami
kesiap-
kesiapan sosial ekonomi Menjamin tercapainya siagaan keuangan dan tujuan hidup, serta
dismenorea
memberikan informasi bagi perempuan
 kesehatan reproduksi pranikah kualitas hidup dan
(Kemenkes,2015),
pemenuhan hak-hak dan pasangannya untuk
Kes CM. KU Baik membantu
TTV :
 tujuan dan efek samping dari imunisasi
reproduksi membuat keputusan
TD: 126/81 tentang
mmHg kehamilan
TT yang akan N:dihadapinya
 Meningkatkan Asupan makanan bergizi Mempertahankan
dan dan 87 x/m
 untuk mempersiapkan
P: 20 x/m kehamilan guna
Menjaga kebugaran dan kesehatan meningkatkan
tubuh kualitas
mendukung terciptanya kehamilan
dengan melakukan olahraga teratur pelayanan kesehatan ibu S: 36.6 C
yang sehat dan menghasilkan
 perencanaan kehamilan dan bayi baru lahir yangketurunan BB:
yang53 kg
berkualitas
 mengurangi konsumsi kafein bermutu, aman,  dan TB: 158 cmyang dilakukan untuk
dengan pemeriksaan
 mengkonsumsi makanan mengandung bermanfaat sesuai dengan menghindari terjadinya kecacatan pada
asam folat perkembangan ilmu
janin
 Menyarankan catin untuk melakukan pengetahuan dan teknologi.  dengan pemeriksaan untuk menghindari
pemeriksaan kesehatan terkait pranikah dan terjadinya kecacatan pada janin, untuk
perencanaan kehamilan meliputi menghindari diturunkan penyakit akibat
.(Kemenkes ,2014)
pemeriksaan penyakit dan virus, virus - virus tersebut kepada janin,dan
pemeriksaan darah dan pemeriksaan faktor mengetahui penyakit dan cacat bawaan
genetika setelah berdiskusi dengan dokter. yang mungkin akan dialami bayi akibat
Dan carin sudah memeriksakan hasil secara genetis dari salah satu atau kedua
laboratrium di puskesmas Bandung orangtuanya
 Persiapan secara Psikologi dan mental  Berat badan yang sehat membantu
 Anjuran untuk banyak mengkonsumsi pembuahan dan kehamilan membuat lebih
makanan atau suplemen asam folat untuk nyaman Kelebihan berat badan
perencaan kehamilan menyebabkan risiko lebih besar untuk
 Menyarankan catin untuk melakukan mengalami komplikasi, seperti tekanan
pemeriksaan skrinning terkait dengan darah tinggi dan diabetes selama
perencanaan kehamilan. catin mengerti dan kehamilan serta risiko tinggi komplikasi
bersedia dilakukan selama persalinan dan kelahiran dan orang
pemeriksaan skrining. yang terlalu gemuk akan mengalami proses
ovulasi tidak teratur. Selain itu, berat badan
kurang bisa membuat kurang subur.
 Pilih makanan sehat, dan memperhatikan
asupan makanan yang mendukung
pembentukan janin sehat
 Bagi calon ibu dapat menyiapkan kesiapan
secara psikis termasuk perubahan yang
akan terjadi pada saat kehamilan
berlangsung. Dukungan selama kehamilan
dari orang terdekat seperti dari suami dan
keluarga besar berpengaruh terhadap
kesiapan dalam menjadi ibu baru semakin
Evaluasi asuhan yang diberikan : siap (BKKBN)
- catin akan mengikuti anjuran yang
diberikan dan mengatur jadwal untuk  Dengan minum asam folat indung telur
pemeriksaan Kesehatan jika perlu yang dihasilkan berkualitas. Selain itu
dilakukan asam folat mampu menurunkan
resiko gangguan metabolisme
DNA yang bisa saja terjadi (CDC, 2006).

39
40
B. Laporan Kasus dengan Metode SOAP
ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH
Nama Pengkaji : Elis
Hari/tanggal : Rabu, 16 Noveber 2022

Waktu Pengkajian : 09.00 WIB


Tempat Pengkajian : PUSKESMAS BANDUNG

FORMULIR PENGKAJIAN PRANIKAH

A. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF

I. IDENTITAS
Nama Klien : Nn. Y
Asal/Suku : Jawa Agama: Islam
Alamat : Kp. Banter RT 01/01 Ds. Babakan
Kecamatan : Bandung
Kab/Kota : Kab. Serang Provinsi Banten
NIK. e-KTP : 36043442208210003
Tempat, tgl lahir : Serang, 12 Agustus 2001 Umur 21 thn
Telepon/HP : 08314731xxxx
Pekerjaan Klien : Karyawan Swasta
Pendidikan Klien : SMA
Nama Calon Suami /Suami : Tn. A
Pekerjaan calon suami / suami: Karyawan Swasta
Pendidikan Klien :SMA

II. KELUHAN SAAT INI :


Catin ingin konsultasi tentang perencanaan pernikahan dan kehamilan
III. RIWAYAT IDENTITAS
Status kawin klien : √ Belum/Belum hub. Sex Menikah sekali
Menikah ke 1 Janda
Status kawin suami : Menikah sekali Menikah ke ……
√ Belum Menikah

Pernah berhubungan Seksual sebelum Menikah ya Tidak


X

41
IV. RIWAYAT KESEHATAN REPRODUKSI
Usia pertama haid : 14 th
Konsumsi alcohol > 1x/hr : Ya
X Tidak

Konsumsi Narkoba : Ya
X Tidak
Golongan Darah :A
Rhesus :+ (positif)

V. RIWAYAT PENYAKIT KETURUNAN


a. Penyakit Genetis
X Hemofilia
X Thalasemia
X Butawarna
X Anemia cell Bulan sabit
X Fenil Keton uria
X Albino
X Diabetes Melitus
X Huntington Disease
X Sindrom Klenefelter

b. Kelainan Konginetal
X Spina bifida
X Labio Skisis, Palato Skisis, Genato Skisis
X Penyakit jatung bawaan
X Fibrosistik
X Down Sindrom

c. Gangguan jiwa X

d. Kembar

B. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. BB : 51, TB :161, IMT : 19,6
2. Pemeriksaan TTV :
a. TD : 126/81 mmHg
b. Suhu : 36.6⸰C
c. Nadi : 87x/Menit
d. Pernafasan : 20 x/Menit

42
3. Head to too
a. Mata : Konjungtiva: Merah Muda
Sklera : Tidak Ikterik
b. Mulut : Caries Dentis tidak ada, bibir lembab, tidak tampak sariawan, warna
gusi merah muda
c. Leher : Pembesaran kelenjar getah bening Tidak ada
Pembesaran Kelenjar Tiroid Tidak ada
d. Dada : Simetris
e. Payudara : Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada tarikan
dinding payudara
f. Abdomen : Pembesaran Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada
g. Ekstremitas : simetris, telapak tangan tidak pucat tidak ada oedema, kuku jari
merah muda
h. Anogenital : Tidak Dilakukan
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Lengkap : HB 13,6 g/dL
b. Urine : Negatif
c. PMS : Belum diperiksa
d. HIV/AIDS : Non Reaktif (-)
e. Hepatitis : Non Reaktif (-)

C. ASSASMENT :
Nn. Y Usia 21 tahun, calon pengantin dengan perencanaan kehamilan

D. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada calon pengantin bahwa secara umum keadaan
mereka baik, tanda- tanda vital dalam batas normal, hasil pemeriksaan laboratorium
di Puskesmas Bandung adalah dalam batas normal, catin mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
2. Menganjurkan catin menjaga pola makan seimbang, mengurangi makanan yang
mengandung kolesterol, kadar garam natrium dan kadar gula tinggi, mengurangi
makanan cepat saji, mencegah stress berlebihan, melakukan olahraga secara rutin,
dan kontrol kesehatan secara rutin untuk perencanaan kehamilan. catin mengerti dan
bersedia melakukan anjuran yang diberikan.
3. Memberikan konseling catin tentang kesehatan reproduksi pranikah, yaitu :
a. Konsep pernikahan
b. Hak reproduksi dan seksual

43
c. Persiapan pranikah
d. Tindak kekerasan yang mengganggu pernikahan
e. Solusi mengatasi tindakan kekerasan
f. Bentuk ketidaksetaraan gender dalam rumah tangga
g. Organ reproduksi perempuan dan organ reproduksi laki-laki
h. Kehamilan ideal, Metode kontrasepsi, Proses kehamilan
i. Masa subur seorang perempuan, yaitu dekat dengan pertengahan siklus haid
(14 hari sebelum haid berikutnya atau antara kedua waktu dari siklus
terpanjang dikurang 11 dan siklus terpendek dikurangi 18) atau terdapat
tanda-tanda kesuburan, diantaranya:
- Peningkatan suhu tubuh ±0,5 0C.
- Pembesaran pada payudara, dapat disertai rasa nyeri/tidak nyaman.
- Perubahan cairan serviks menjadi lebih banyak, bening dan teksturnya licin.
j. IMS (Infeksi Menular Seksual), Penularan HIV/AIDS, Kanker pada
perempuan, kehidupan seksual suami istri. catin mengerti penjelasan yang
diberikan.
4. Menjelaskan tujuan dan efek samping dari imunisasi TT, dan Catin sudah
melakukan imunisasi TT di puskesmas Bandung
5. Mendiskusikan tentang perencanaan kehamilan, kedua catin sepakat untuk
merencanakan kehamilan segera setelah menikah, berencana memiliki 2 anak
dengan jarak 3 tahun.
6. Menganjurkan catin untuk mengurangi konsumsi kafein (batas mengkonsumsi
kafein sebanyak 200 miligram/hari), seperti teh dan kopi, yang dapat memperburuk
kesehatan menjelang persiapan kehamilan, catin mengerti dan mau melaksanakan
anjuran yang diberikan
7. Menganjurkan kepada catin wanita untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan
mengandung asam folat seperti pada sayuran bewarna hijau tua atau minum susu
yang terdapat kandungan asam folat, dapat juga meminum suplemen asam folat 0,4
mg setiap hari minimal 1 bulan sebelum menikah untuk persiapan kehamilan; Catin
sudah mengkonsumsi asam folat yang diberikan oleh puskesmas Bandung dan catin
wanita bersedia mengikuti saran bidan.
8. Menganjurkan kedua catin untuk memeriksakan kesehatan apabila ada keluhan,
catin bersedia.

44
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus ini Nn. Y dan Tn. A sedang melakukan persiapan pernikahan.
Berdasarkan pengkajian data subyektif diperoleh bahwa Nn. Y berusia 21 tahun dan
Tn. A berusia 25 tahun. Menurut BKKBN (2017), umur ideal yang matang secara
biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun
bagi pria. Sehingga Nn. Y dan Tn. A termasuk pasangan dengan usia yang yang pas
untuk menikah namun Prawirohardjo mengatakan bahwa usia reproduksi sehat dan
aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Hal ini dikarenakan pada
usia <20 tahun secara fisik dan mental ibu belum kuat yang memungkinkan berisiko
lebih besar mengalami anemia, pertumbuhan janin terhambat, dan persalinan
prematur. Sedangkan pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai melemah yang memicu
terjadinya berbagai komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan masa nifas.
Begitupun pria, disarankan untuk menikah pada usia kurang dari 40 tahun, karena di
atas usia tersebut motilitas, konsentrasi, volume seminal, dan fragmentai DNA telah
mengami penurunan kualitas sehingga meningkatkan risiko kecacatan janin (RSUA,
2013). Dalam riwayat psikososial didapatkan bahwa kedua calon pengantin sudah
siap secara mental untuk menikah dan tidak menunda kehamilan setelah menikah,
bahkan ingin segera memiliki anak. Keputusan yang dibuat oleh kedua calon
pengantin sudah tepat, karena usia Nn. Y yang telah memasuki usia 21 tahun
dimana menurut American Society for Reproductive Medicine (2012) kesuburan
secara bertahap menurun pada usia 30 tahun.
Pada riwayat menstruasi diperoleh bahwa calon pengantin wanita memiliki
siklus haid 28 – 30 hari teratur tiap bulan, lama sekitar 4 – 5 hari, ada nyeri haid 1 – 2
hari tapi tidak mengganggu aktivitas, ada nada nyeri pinggang dan mood swing 1-2
hari sebelum menstruasi. Siklus menstruasi pada wanita normal berkisar antara 21-
32 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari (Proverawati &
Misaroh, 2009). Sedangkan untuk lama menstruasi normalnya berlangsung 3-7 hari
(Ramaiah, 2006), sementara itu menurut Proverawati dan Misaroh (2009) lama
mestruasi berlangsung selama 3-5 hari dan ada juga yang 7-8 hari. Dengan demikian
tidak ada gangguan pada Nn. Y terkait menstruasi. Bila ditemukan gangguan
menstruasi, baik siklus, lama menstruasi, nyeri haid berlebihan, maka dapat

45
berakibat pada gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan.
Asuhan kebidanan pada Ny. Y umur 21 tahun WUS dalam masa pranikah
di PMB dilakukan sesuai dengan Manajemen Kebidanan. Manajemen kebidanan
merupakan proses pemecahan masalah sebagai metode untuk mengorganisasikan
pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah (Varney, 2014). Adapun tujuh
langkah Manajemen Kebidanan menurut Varney yaitu pengkajian, interpretasi
data, diagnosa potensial, tindakan segera/kolaborasi, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi sehingga dapat diuraikan sebagai berikut :

A. Pengkajian
Pengkajian data merupakan tahap awal dari manajemen Varney
dilaksanakan dengan cara pengkajian data subjektif dan data penunjang lainnya
(Nursalam, 2013)
Pada data subjektif Nn. Y bahwa catin datang ingin konsultasi pernikahan dan
perenceranaan kehamilan, Selain itu, tidak terdapat riwayat penyakit yang
sedang/pernah diderita dan keluarga. Data objektif pada Nn.Y didapatkan tanda-
tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan antopometri didapatkan IMT
catin 19,6 merupakan kategori normal. Hal ini sesuai dengan menurut Kemenkes
RI (2010) yaitu yaitu kategori ambang batas IMT normal yaitu 18.5 -22.9.
Pada langkah pengkajian data ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori
dengan praktik.

B. Analisa
Analisa data merupakan data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik (Varney, 2014).
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan yaitu Nn. Y umur 21 tahun ingin
konsultasi pranikah dan perencanaan kehamilan . Pemberian
konseling pranikah pada Nn. Y dalam mempersiapkan perencanaan kehamilan
yang sehat agar menghasilkan keturunan yang berkualitas (BKKBN, 2014). Pada
langkah interpretasi data tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktik.

46
C. Pelaksanaan

Memberikan konseling pranikah dan Persiapan kehamilan lainnya yakni dengan menganjurkan
mengkonsumsi makanan tinggi asam folat atau suplemen asam folat 0,4 gram minimal 1 bulan
sebelum kehamilan. Berperan dalam perkembangan system saraf pusat dan darah janin, cukup asam
folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat sistem saraf sebanyak 70%. Jika seorang perempuan
memiliki kadar asam folat yang cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan selama kehamilan, maka dapat
membantu mencegah kecacatan pada otak dan tulang belakang bayi (BKKBN, 2014).

Rencana tindakan yang akan dilakukan pada asuhan kebidanan Nn. Y yaitu
informasikan kepada catin mengenai manfaat asuhan pranikah, perencanaan
kehamilan yang sehat, pemeriksaan kesehatan terkait pranikah dan perencanaan
kehamilan, menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh, menghentikan kebiasaan
buruk, mengingkatkan asupan makanan bergizi, persiapan psikologis dan mental,
serta perencanaan keuangan yang matang, berikan saran kepada catin untuk
melakukan pemeriksaan skrining terkait dengan perencanaan kehamilan,
dokumentasikan hasil kegiatan. Berdasarkan hal tersebut tidak ada kesenjangan
antara teori dengan praktik.

D. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan. Pada
langkah evaluasi asuhan kebidanan sudah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan yang telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah diidentifikasi
dalam diagnosa (Varney, 2014).
Pada Nn. Y setelah dilakukan asuhan didapatkan evaluasi yaitu catin sudah
mengetahui keadaannya saat ini, catin sudah mengetahui mengenai manfaat
asuhan pranikah, perencanaan kehamilan yang sehat, pemeriksaan kesehatan
terkait pranikah dan perencanaan kehamilan, menjaga kebugaran dan kesehatan
tubuh, menghentikan kebiasaan buruk, mengingkatkan asupan makanan bergizi,
persiapan psikologis dan mental, serta perencanaan keuangan yang matang, catin
mengerti dan bersedia dilakukan pemeriksaan skrining setelah berdiskusi dengan
bidan, hasil tercatat pada rekam medis. Berdasarkan data di atas, tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktik.

47
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan pada Nn. Y umur 21 tahun dalam masa pranikah menerapkan
tujuh langkah Manajemen Kebidanan menurut Varney dapat disimpulkan:
1. Berdasarkan pengkajian data didapatkan Nn. Y dalam keadaan sehat dan tidak
ditemukan kelainan. Pengkajian data telah sesuai.
2. Pada interpretasi data didapatkan diagnosa kebidanan Nn. Y umur
21 tahun dalam masa pranikah. Nn. Y mengatakan ingin konsultasi pranikah
dengan perencanaan kehamilan.
3. Pelaksanaan yang diberikan pada Nn.Y yaitu konseling mengenai pranikah dan
perencanaan kehamilan. Rencana pemberian konseling prakonsepsi pada Nn.Y
bermanfaat untuk mendukung terciptanya keharmonisan rumah tangga yanga
baik dan kehamilan yang sehat untuk menghasilkan keturunan yang
berkualitas.
4. Evaluasi yang diberikan sudah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan yang telah
diidentifikasi dalam diagnosa. catin bersedia dilakukan pemeriksaan skrining
setelah berdiskusi dengan bidan.
5. Pada kasus Nn. Y sudah sesuai dengan standar pelayanan dan tidak terdapat
kesenjangan antara teori dengan penerapan di tempat praktik berdasarkan
manajemen Varney.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Agar mahasiswa mendapatkan pengalaman secara utuh dalam mempelajari
Asuhan Kebidanan Komprehensif dan kasus-kasus pada saat praktik dalam
bentuk manajemen SOAP serta menerapkan asuhan sesuai standar
pelayanan kebidanan yang

48
telah di tetapkan sesuai dengan kewenangan bidan yang telah diberikan
kepada profesi bidan. Serta diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif
terhadap klien.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa dengan
penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan
kompetensi mahasiswa sehingga dapat menghasilkan bidan yang berkualitas.
Mampu melakukan pendokumentasian secara baik dan benar.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hendaknya lebih meningkatkan mutu pelayanan agar dapat memberikan
asuhan yang lebih baik sesuai dengan standar asuhan kebidanan serta dapat
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan agar dapat menerapkan
setiap asuhan kebidanan.
4. Bagi Pasangan Usia Subur (WUS)
Diharapkan pada pasangan usia subur (PUS) lebih memahami pentingnya
melakukan konsultasi pranikah dan pemeriksaan skrining sebelum
merencanakan kehamilan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko yang
kemungkinan terjadi saat pernikahan, kehamilan dan dapat menghasilkan
keturunan yang berkualitas dan sehat.

49
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2013. Pemantauan Pasangan Usia Subur Melalui Mini Survei Indonesia.
Jakarta: BKKBN.

2014. Modul Pengajaran Mempersiapkan Kehamilan Yang Sehat. Jakarta: BKKBN.


Lanik A.D. 2012. Preconception Counseling. Primary Care. p39(1),1-16. Mengkuji, Betty.
Dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Tujuh Langkah SOAP. Jakarta:EGC.

American Society for Reproductive Medicine. 2012. Age and Fertility. Alabama: American
Society for Reproductive Medicine.

BKKBN. 2009. Pedoman Pelayanan KB dalam Jaminan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:


BKKBN.
BKKBN. 2014. Modul pengajaran mempersiapkan kehamilan yang sehat. BKKBN dan
UMM. Diakses dari http://dp2m.umm.ac. id/files/ file/informasi%20progra
%20insentif%20 ristek/modul%20pengajaran%20menjaga%20 kehamila
%20sehat.pdf. tanggal 1 November 2022
BKKBN. 2017. BKKBN: Usia Pernikahan Ideal 21 – 25 Tahun. Diunduh di
https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25-tahun.
Diakses pada 1 November 2022.
CDC. 2006. Recommendation to improve preconception health and health care- United state :
a report of the CDC/ATSDR preconception care work grup and the select panel on
preconception care.
Depkes. 2008. Kegemukan Akibat Kurang Serat. http://www.depkes.go.id [Agustus 2013].
Depkes. 2011. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa dengan Indeks Massa
Tubuh (IMT). Jakarta: Depkes RI.
Effendy, N. 2010. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Rineka
Cipta.
Fatimah, S. 2011. Pola Konsumsi Ibu Hamil dan Hubungannya dengan Kejadian Anemia
Defisiensi Besi. Jurnal Sains dan Teknologi. 7 (3) : 137 – 152.
Felicia, dkk. 2015. Hubungan Status Gizi dengan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri di
PSIK FK Unsrat Manado. Ejournal Keperawatan (e-Kp). 3 (1): 1 – 7.
Imanda, R. Desvita. 2016. Menjalani Pernikahan antar Ras. Vol.5, No.2. Jurnal Empati.
Pp.378-384
Varney, Helen. 2014. Buku Saku Asuhan Kebidanan Varney. Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tim Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), hal. 891 2

53
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hal.
676-677
http://digilib.uinsby.ac.id/4047/4/Bab%201.pdf.
Profil Kesehatan Kabupaten Bekasi Tahun 2020
https://diskes.jabarprov.go.id/assets/unduhan/16.%20PROFIL%20KESEHATAN
%20KABUPATEN%20BEKASI%20TAHUN%202020.pdf diakses pada tanggal 01
november 2022 jam 08.00 WIB
ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH PADA CALON PENGANTIN DENGAN PERENCANAAN KEHAMILAN
DI PUSKESMAS MEDOKAN AYU SURABAYA

https://www.scribd.com/document/380316986/2-LP-Pranikah diakses pada tanggal 01


november 2022 jam 10.00 WIB

54
LAMPIRAN
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Nn. Y
Tempat/Tanggal Lahir : Serang, 12 Agustus 2001

Alamat : Kp. Banter RT 01/01 Ds. Babakan


Kec. Bandung Kab. Serang - Banten

Bersama ini menyatakan kesediaannya untuk dilakukan tindakan dan prosedur


pengobatan pada diri saya. Persetujuan ini saya berikan setelah mendapat penjelasan
dari operator/petugas kesehatan yang berwenang difasilitas kesehatan tersebut diatas.

Demikian surat persetujuan ini saya buat tanpa paksaan dari pihak manapun dan agar
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui Bekasi, 16 November 2022

Pemeriksa Pembuat pernyataan

( Elis) ( Nn. Y )

55
56
57

Anda mungkin juga menyukai