NIM : 018.06.0047
Kelas :A
Modul : emergency
FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
Penanganan Syncop dan Penurunan Kesadaran
Prinsip Umum Penangan Sinkop Tujuan utama terapi pasien dengan sinkop
adalah untuk memperpanjang harapan hidup, membatasi cedera fisik dan mencegah
rekurensi. Kepentingan dan prioritas sasaran yang berbeda ini bergantung pada
penyebab sinkop. Contohnya, pada pasien dengan VT sebagai penyebab sinkop,
resiko mortalitas jelas dominan, sementara manajemen pasien dengan sinkop refleks
ditujukan untuk mencegah rekurensi dan/atau membatasi cedera. Manajemen non
farmakologi pada pasien dengan sinkop refleks adalah edukasi dan penekanan bahwa
kondisi ini merupakan penyakit yang tidak membahayakan. Secara umum, terapi awal
menekankan edukasi pada kewaspadaan dan menghindari pencetus yang mungkin
(seperti lingkungan yang ramai dan panas, deplesi volume), pengenalan awal terhadap
gejala prodromal dan melakukan manuver untuk mencegah episode (seperti posisi
telentang, physical counterpressure manoeuvres (PCM)). Penting untuk menghindari
obat yang dapat menurunkan tekanan darah (termasuk α bloker, diuretik dan alkohol).
(Calkins HG and Zipes DP. 2015)
Kesadaran diatur oleh sistem yang kompleks yang disebut sebagai ARAS
(Ascending Reticular Activating Systems), yang terletak di daerah rostral dari batang
otak dengan cakupan area yaitu pertengahan batang otak dan meluas sampai ke otak
tengah, thalamus dan hipothalamus. Masalah pada sistem ini akan menyebabkan
gangguan kesadaran yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menggunakan
panca indera, membuka mata, merespon perintah verbal, motorik dan waspada.
Penyebab paling umum biasanya antara lain trauma, iskemik/hemoragik dan
metabolisme. karakteristik pasien dengan penurunan kesadaran berbeda antara satu
dan lainnya tergantung dari etiologi yang mendasari. Nilai GCS, gejala neurologi,
respon nyeri, gangguan motorik, abnormalitas tonus otot, parese syaraf otak,
gangguan pernapasan, tremor, kejang sampai adanya gangguan keseimbangan asam
basa atau elektrolit tertentu disertai hipo atau hiperventilasi bisa terjadi dengan
gambaran yang berbeda antara pasien satu dan pasien lainnya. .( Lanier JB, DKK.
2011)
Pertolongan pertama yang perlu dilakukan terhadap orang yang tidak sadarkan
diri meliputi ABCs (Airway Breathing Circulations) dan C-spine, yaitu menilai
kelancaran jalan napas orang tersebut. Selain itu, memeriksa glukosa darah. Beberapa
pemeriksaan mulai dari pemeriksaan darah lengkap, analisis gas darah, pemeriksaan
urine untuk toxicology screen, CT scan otak tanpa kontras, Magnetic Resonance
Imaging (MRI), pungsi lumbal, dan EEG juga mungkin dilakukan. Kemudian, dokter
juga akan menanyakan kepada keluarga atau orang yang mengantar tentang
mekanisme kejadian hingga pengidap tidak sadarkan diri dan riwayat-riwayat
pengidap sebelumnya.( Lanier JB, DKK. 2011)
Kesimpulan
REFRENSI
Calkins HG and Zipes DP. Hypotension and Syncope. In: Braunwald's Heart Disease
A Textbook of Cardiovascular Medicine 9th Ed. Elsevier 2015;40:1032- 1042.
Lanier JB, Mote MB, Clay EC. Evaluation and Management of Orthostatic
Hypotension. American Family Physician 2011; 84: 530