Disusun Oleh :
Kelompok 4 PSIK Reguler 1
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha esa yang telah memberi rahmat dan
karunianya sehingga dapat menyelesaikan tugas PJBL kelompok ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Kanker Servix”, dan juga tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih
kepada dosen yang telah memberikan materi sehingga kami mampu menulis makalah ini.
Harapan penyuun semoga makalah yang telah dibuat dapat memberikan pengetahuan
dan bermanfaat bagi para pembaca. Dikarenakan keterbatasan pengetahuan, penyusun yakin
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh Karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca untuk menyempurnkan makalah ini. Dengan harapan kedepannya
dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1 Definisi Kanker Servix.....................................................................................................3
2.2 Patofisiologi Kanker Servix.............................................................................................4
2.3 Faktor Risiko Kanker Servix............................................................................................5
2.4 Tanda dan gejala Kanker Servix.......................................................................................6
2.5 Pemeriksaan penunjang Kanker Serviks..........................................................................7
2.6 Penatalaksanaan Kanker Servix.......................................................................................9
2.7 Asuhan Keperawatan Kanker Servix..............................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................22
PENUTUP................................................................................................................................22
3.1 Keimpulan.................................................................................................................22
3.2 Saran..........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
merekomendasikan pendekatan komprehensif untuk pencegahan dan pengendalian kanker
serviks yang mencakup intervensi multidisiplin di seluruh kehidupan. Pendidikan
masyarakat, mobilisasi sosial, vaksinasi, skrining, pengobatan dan perawatan paliatif
diperlukan untuk meningkatkan kontrol kanker serviks (WHO, 2014).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari kanker serviks
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh kanker serviks
3. Untuk mengetahui faktor risiko dari kanker serviks
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari kanker serviks
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk kanker serviks
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk kanker serviks
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan kepada penderita kanker
serviks
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Patofisiologi Kanker Servix
4
2.3 Faktor Risiko Kanker Servix
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks,
antara lain :
Usia reproduksi
Usia seseorang sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan erat dengan
kondisi kehamilan, persalinan dan nifas. Usia pasien rata-rata antara 30-60 tahun,
terbanyak pada usia 45-50 tahun. Menurut Benson KL, 2% dari wanita berusia yang
berusia 40 tahun akan menderita kanker serviks, kemungkinan ini terjadi karena
perjalanan penyakit ini memerlukan waktu 7 sampai 10 tahun untuk terjadinya
kanker invasif sehingga sebagian besar terjadinya atau diketahuinya setelah berusia
lanjut.
Usia pertama kali berhubungan seksual
Wanita yang berhubungan seksual pertama kali pada ≤ 20 tahun beresiko 2,41 kali
lebih besar menderita kanker serviks dibandingkan dengan yang berhubungan seksual
pertama pada usia ≥20 tahun (Zavina,2013). Ketidakmatangan serviks secara biologis
pada usia muda menjadi faktor risiko. Infeksi pertama kanker serviks terhadap HPV
sering terjadi setelah hubungan seks yang pertama sehingga risiko kerentanan serviks
yang belum matang terhadap infeksi HPV meningkat.
5
Penggunaan kontrasepsi oral atau pil berhubungan dengan kejadian kanker serviks.
Kontrasepsi oral atau pil mengandung hormone dalam bentuk kombinasi progestin
dengan estrogen. Resiko kanker serviks meningkat, terutama jika pil lebih dipakai
dari 5 tahun. Proses ini diduga karena regulasi transkrip DNA virus dapat mengenali
hormone dalam kontrasepsi dan pil, sehingga meningkatkan karsigonesis virus
(Setyarini,2014). World health organization (WHO) melaporkan peningkatan risiko
relatif pada pemakaian kontrasepsi oral/pil sebesar 1,19 kali dari normal yang
meningkat seiring dengan lamanya pemakaian.
Riwayat kanker serviks pada keluarga
Bila seseorang wanita mempunyai ibu atau saudara perempuan yang mengalami
kanker serviks, makai a mempunyai kemungkinan 2-3 kali lebih besar untuk juga
mempunyai kanker serviks dibandingkan dengan orang normal.
Berganti-ganti pasangan seksual
Akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan oleh
infeksi human papilloma virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya
kanker serviks.
Merokok
Wanita perokok memiliki resiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks
dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunujukkan, lender
serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di
dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping
merupakan ko-karsinogen infeksi virus (Laras,2009).
6
Pada tahap awal:
1. Siklus haid yang tidak teratur
2. Amenorhea
3. Hipermenorhea
4. Penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus
serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah
yang keluar berbentuk mukoid.
5. Nyeri yang dirasakan menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal.
Pada tahap lanjut:
1. Sekret dari vagina berwarna kuning, berbau
2. Iritasi vagina serta mukosa vulva
3. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif
Gejala lebih lanjut meliputi:
1. Nyeri pinggang atau perut bagian bawah karena desakan tumor di daerah pelvis ke
arah lateral sampai obstruksi ureter, bahkan sampai oligo atau anuria.
2. Hematuria
3. Gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter
4. Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga
merupakan gejala penyakit lanjut.
7
2. Tes IVA
IVA merupakan tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka dan iosium lugol
pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan olesan.
Tujuannya untuk melihat adanya sel yang mengalami dysplasia sebagai salah satu
metode skrining kanker mulut rahim. IVA tidak direkomendasikan pada wanita
pascamenopause, karena daerah zona transisional seringkali terletak kanalis servikalis
dan tidak tampak dengan pemeriksaan inspekulo. IVA positif bila ditemukan adanya
area berwarna putih dan permukaannya meninggi dengan batas yang jelas di sekitar
zona transformasi.
8
tang ditempatkan didalam tabung kemudian dikirim ke laboratorium. Pemeriksaan ini
bisa diulang secara rutin tiap 3-5 tahun sekali.
4. Kolposkopi
Pemantauan dan pemeriksaan lanjutan menggunakan lensa pembesar khusus untuk
mengetahui kondisi serviks lebih dekat dan biopsi dengan mengambil sampel sel
serviks, dianalisis di laboratorium.
9
Metode yang digunakan bergantung pada beberapa faktor seperti stadium kanker, jenis
kanker, dan kondisi Kesehatan pasien. Penatalaksaan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Bedah
Terutama pada stadium awal, diantaranya adalah:
- Bedah laser, bertujuan menghancurkan sel kanker dengan menembakkan sinar laser
melalui vagina.
- Cryosurgery, menggunakan nitrogen cair untuk membekukan dan menghancurkan sel
kanker.
- Konisasi atau biosi kerucut, bertujuan mengangkat sel kanker menggunakan pisau
bedah, laser, atau kawat tipis yang dialiri listrik (LEEP). Bergantung pada lokasi dan
jenis kanker.
- Histerektomi, untuk mengangkat rahim (uterus) dan leher rahim (serviks).
Pengangkatan sel kanker dilakukan melalui sayatan diperut atau dengan laparoskopi,
selain itu dapat melalui vagina. Pada kanker yang sudah menyebar luas stadium IA2,
10
IB1, IB2, IIA1, dan IIA2, area vagina, ligamen serta jaringan sekitar, ovarium, saluran
indung telur, dan kelenjar getah bening disekitarnya juga akan diangkat. Prosedur ini
disebut histerektomi radikal.
- Trakelektomi radikal, pada stadium IA1 bertujuan mengangkat serviks, vagina bagian
atas, serta kelenjar getah bening di area pinggul melalui laparoskopi. Pada prosedur
ini, rahim tidak diangkat dan disambungkan ke bagian bawah vagina.
- Bilateral salpingo oophorectomy, untuk mengangkat kedua ovarium dan tuba fallopi.
- Pelvic exenteration, operasi besar yang hanya disarankan jika kanker serviks kambuh
kembali setelah sembuh. Ada dua tahapan, ditahap pertama, kanker dan vagina akan
diangkat. Kandung kemih dan rectum mungkin akan diangkat. Pada tahap kedua, 1-2
lubang (stoma) akan dibuat diperut sebagai jalan untuk mengeluarkan urin dan feses.
Setelah prosedur selesai, akan menggunakan kulit dan jaringan dari bagian tubuh lain
untuk membuat vagina baru.
2. Radioterapi
Menggunakan sinar radiasi tinggi untuk membunuh sel kanker. Untuk kanker serviks
stadium awal,radioterapi bisa sebagai pengobatan tunggal atau dikombinasikan dengan
bedah. Sedangkan pada kanker serviks stadium lanjut, radioterapi dapat dikombinasikan
bersama kemoterapi untuk mengendalikan nyeri dan perdarahan. Dapat diberikan dengan
dua cara yaitu:
- Radioterapi eksternal (external beam radiation therapy/EBRT), menggunakan mesin
radioterapi yang akan menembakkan gelombang energi tinggi ke area panggul untuk
menghancurkan sel kanker. Pada umumnya, dijalani 5 hari dalam seminggu selama 6-
7 pekan. EBRT akan dikombinasikan dengan pemberian obat kemoterapi dalam dosis
rendah. EBRT juga dapat diberikan sebagai obat tunggal, terutama pada pasien yang
tidak bisa menjalani kemoterapi.
- Radioterapi internal, memasukkan implant radioaktif melalui vagina dan ditempatkan
langsung di sel kanker atau dekatnya. Sering dikombinasikan dengan EBRT sebagai
terapi utama kanker serviks. Brakiterapi diberikan dengan dosis rendah dalam
beberapa hari atau dengan dosis tinggi selama seminggu.
3. Kemoterapi
Memberikan obat antikanker dalam bentuk obat minum atau suntik yang akan memasuki
aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, kemoterapi sangat berguna
dalam membunuh sel kanker berbagai area tubuh. Pada stadium IIB, IIIA, dan IIIB
umumnya dikombinasikan dengan radioterapi untuk meningkatkan efektivitas radioterapi
11
yang disebut kemoradiasi. Kemoterapi pada stadium IVA dan IVB juga dapat diberikan
sebagai obat tunggal pada kanker serviks stadium lanjut yang bertujuan untuk
memperlambat penyebaran sel kanker dan meredakan gejala yang dialami yang disebut
kemoterapi paliatif.
12
Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun lalu dan rutin
minum obat.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan ibunya meninggal dengan kanker servix dengan keluhan
yang sama pada 3 tahun yang lalu.
F. Riwayar Lingkungan
Pasien mengatakan suaminya perokok aktif sehingga dia sering terhirup asap
rokok.
G. Pola Aktivitas-Latihan
Pasien mengatakan sebelum sakit, sering berjalan sehat dipagi hari. Pasien
mengatakan beberapa waktu terakhir pasien merasa lemah sehingga tidak bisa
beraktivitas. Pasien tampak hanya bisa berbaring ditempat tidur.
H. Pola Nutrisi Metabolik
Pasien makan 3x sehari dengan menu nasi, ikan dan sayur, makannya sedikit-
sedikit. Pasien mengatakan merasa kurang napsu makan, mual dan muntah 3x
dengan komposisi cair dan pasien tampak tidak menghabiskan porsi makan.
Pasien minum 7 gelas air putih sehari dan kopi 1 gelas per hari. BB pasien
sebelum sakit 59Kg, saat ini BB 56 Kg.
I. Pola Eliminasi
Pasien mengatakan BAB 1x sehari pada pagi hari
Pasien mengatakan BAK 3x sehari
Pasien membutuhkan bantuan kursi roda ketika ke kamar mandi dan kadang
tidak sanggup ke kamar mandi sehingga BAB dan BAK ditempat tidur.
J. Pola Tidur-Istirahat
Pasien mengatakan susah tidur pada malam hari karena nyeri perut yang
dirasakannya dan lingkungan bising. Tidur hanya sekitar 4 jam sehari dan
merasa pusing. Pasien tampak gelisah saat tidur, konjungtiva anemis dan
palpebrae inferior berwarna gelap. Pasien harus tidur dengan lampu harus
dimatikan.
K. Pola Kebersihan Diri
Pasien mengatakan mandi dan keramas dirumah sebanyak 2x sehari dan
menyikat gigi 2x sehari dan dirumah sakit pasien belum mandi dan hanya
dibersihkan dengan handuk basah dan sikat gigi 1x sehari dan belum keramas,
13
belum potong kuku, kuku pasien tampak panjang dan rambut pasien tampak
kotor dan berantakan.
L. Pola Toleransi Koping Stress
Pasien mampu mengambil keputusan sendiri dan sering mendiskusikan dengan
suaminya. Pasien bergarap setelah menjalani perawatan dirumah sakit, pasien
bisa sembuh dan beraktivitas kembali.
M. Pola Konsep diri
Pasien merasa tidak berdaya dan berguna sehingga pasien ingin segera sembuh
dan kembali melaksanakan tugasnya sebagai isteri dan ibu rumah tangga.
N. Pola Peran dan Hubungan
Pasien merupakan isteri dan ibu dari seorang anak berusia 9 tahun. Saat ini
sistem pendukungnya adalah suami dan anaknya tersebut. Mereka selalu
perhatian merawat serta menjaga pasien selama dirawat dirumah sakit.
O. Pola Komunikasi
Pasien dapat berbicara dengan normal dan mengerti pembicaraan dengan orang
lain. Pasien bisa berbahasan jawa dan berbahasa Indonesia. Pasien tinggal
dirumah pribadi bersama suami dan seorang anaknya. Pasien berasal dari suku
jawa. Penghasilan keluarga ±Rp3.000.000,-
P. Pola Seksual
Pasien mengatakan menikah pada usia 19 tahun. Pasien juga mengatakan tidak
melakukan hubungan seksual suami isteri selama beberapa bulan terakhir.
Suami pasien menyayanginya dan selalu memberikan perhatian.
Q. Pola Nilai dan Kepercayaan
Pasien mengatakan beragama muslim dan selama ini selalu sholat 5 waktu.
Pasien yakin dan percaya kesembuhan hanya berasal dari Alla SWT.
R. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: Lemah
Kesadaran: Compos Mentis
TTV: TD : 100/70 mmHg, ND: 98x/menit, SB: 38.1OC, RR: 22 x/menit
TB: 165cm dan BB: 56 Kg
14
Hb 8.5 g/dl
HCT 18%
Leukosit 38.000/mm3
2) ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS: Pasien mengeluh nyeri perut Penyebaran sel kanker Nyeri Akut
kanan bawah dan keluar cairan
kental keruh serta berbau dari jalan Pertumbuhan sel kanker
lahir sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri tidak terkontrol
yang dirasakan seperti tertusuk-
tusuk dan hilang timbul Penekanan syaraf
DO: phiseral
TTV:
TD : 100/70 mmHg, ND: Peningkatan leukosit
98x/menit, SB: 38.1OC, RR:
22 x/menit Noiseptor
Skala nyeri 7
Tampak meringis Cortex cerebri
Leukosit 38.000/mm3
Nyeri
gelap
Pasien tidur dengan lampu Pola tidur tidak restoratif
15
harus dimatikan
Hb 8.5 g/dl, HCT 18%,
Leukosit 38.000/mm3
DS: Pasien mengatakan merasa Penurunan enzim Ketidakseimbangan
kurang napsu makan, mual dan pencernaan nutrisi: kurang dari
muntah kebutuhan tubuh
DO: Abnomalitas metabolism
BB pasien sebelum sakit glukosa dan trigliserida
59Kg, saat ini BB 56 Kg,
penurunan 3 Kg Stimulus reseptpr
Muntah 3x dengan komposisi volume lambung
cair
Pasien tampak lemas Mual muntah
3) DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan DS: pasien
mengeluh nyeri perut kanan bawah dan keluar cairan kental keruh serta berbau
dari jalan lahir sejak 3 bulan yang lalu. nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk
dan hilang timbul. DO: TTV: TD : 100/70 mmHg, ND: 98x/menit, SB: 38.1OC,
RR: 22 x/menit. Skala nyeri 7
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak restorative ditandai
dengan DS: pasien mengatakan susah tidur pada malam hari karena nyeri perut
yang dirasakannya dan ligkungan bising. tidur hanya sekitar 4 jam sehari dan
merasa pusing. DO: pasien tampak gelisah saat tidur, konjungtiva anemis,
palpebrae inferior berwarna gelap, pasien tidur dengan lampu harus dimatikan
c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan nutrisi tidak tercukupi ditandai dengan DS: pasien mengatakan merasa
kurang napsu makan, mual dan muntah. DO: BB pasien sebelum sakit 59Kg, saat
16
ini BB 56 Kg, penurunan 3 Kg, muntah 3x dengan komposisi cair, pasien tampak
lemas.
4) RENCANA KEPERAWATAN
Dx.
Tujuan Intervensi
Kep
1. NOC: Kontrol nyeri NIC: Management Nyeri
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama 1. Lakukan pengkajian nyeri
3x24 jam diharapkan pasien dapat mengenali komprehensif yang meliputi
dan mengontrol nyerinya lokasi, karakteristik, durasi,
No Indikator 1 2 3 4 5 frekuensi, kualitas,
Mengenali kapan intensitas, atau beratnya
1.
nyeri terjadi nyeri dan faktor pencetus
Manggunakan
2. Kurangi atau eliminasi
2. analgesic yang
faktor-faktor yang dapat
direkomendasikan
Melaporkan mencetuskan atau
perubahan meningkatkan nyeri
terhadap gejala 3. Ajarkan metode
3.
nyeri pada farmakologi untuk
professional menurunkan nyeri
kesehatan 4. Berikan individu penurun
nyeri yang optimal dengan
Keterangan penilaian: peresepan analgesic
1. Tidak pernah menunjukkan 5. Gunakan Tindakan
2. Jarang menunjukkan pengontrol nyeri sebelum
3. Kadang-kadang menunjukkan nyeri bertambah berat
4. Sering menunjukkan 6. Kolaborasi dengan pasien,
5. Secara konsisten menunjukkan orang terdekat, dan tim
Kesehatan lainnya untuk
NOC: Tingkat nyeri memilih dan
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama mengimplementasikan
3x24 jam diharapkan tingkat nyeri pada pasien Tindakan penurun nyeri
dapat menurun non farmakologi sesuai
No Indikator 1 2 3 4 5
17
Nyeri yang kebutuhan
1.
dilaporkan 7. Periksa tingkat
ketidaknyamanan Bersama
Keterangan penilaian: pasien, catat perubahan
1. Berat dalam catatan medis pasien,
2. Cukup berat informasikan petuhas
3. Sedang Kesehatan lain yang
4. Ringan merawat pasien
5. Tidak ada
Keterangan penilaian:
1.
2.
3.
4.
5.
3. NOC: Status Nutrisi NIC: Manajemen Nutrisi
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi 1. Tentukan jumlah kalori dan
selama 3x24 jam diharapkan mual dan muntah jenis nutrisi yang
pada pasien dapat menurun dan nutrisi pasien dibutuhkan
dapat terpenuhi 2. Anjurkan pasien makan
dalam porsi kecil tapi sering
No Indikator 1 2 3 4 5 3. Monitor kalori dan asupan
1. Asupan makanan makanan
2. Asupan cairan
3. Rasio berat 4. Monitor berat badan pasien
badan/tinggi 5. Beri terapi nutrisi parenteral
badan jika dibutuhkan
4. Hidrasi
19
porsi sedikit makanan yang
menarik bagi pasien
3. Monitor efek dari
manajemen mual secara
keseluruhan
5) EVALUASI
Evaluasi berisi segala bentuk pengkajian yang telah dilakukan kepada pasien dari
awal amsuk hingga akhir masuk untuk mengetahui sejauh mana pencapaian dari apa
yang diharapkan.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker serviks merupakan tumor ganas pada leher rahim yang kebanyakan
kasus disebabkan oleh HPV. Selain HPV, kanker ini juga dipicu oleh beberapa
faktor risiko seperti merokok, multipartner, hubungan seksual yang dini, jumlah
kehamilan dan melahirkan. Kanker ini menjadi salah satu penyebab kematian
pada wanita. Sehingga perlu dilakukan screening untuk mendeteksi secara dini
sebagai upaya pencegahan dan pengontrolan. Screening bisa dilakukan dengan
pemeriksaan papsmear, tes IVA, atau tes HPV DNA. Penatalaksanaan untuk
kanker serviks yang dapat dilakukan meliputi: bedah, radioterapi, dan kemoterapi.
Dalam penatalaksanaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
diantaranya adalah stadium kanker, jenis kanker, dan kondisi kesehatan klien.
3.2 Saran
a. Pemerintah dengan tenaga kesehatan dapat bekerjasama dalam penyuluhan
terkait kanker serviks.
b. Skrining kanker serviks dapat dilaksanakan kepada seluruh wanita sesuai
target seperti wanita yang aktif dalam kegiatan seksual atau yang sudah
berusia 18 tahun keatas.
c. Diharapkan untuk membiasakan diri dengan pola hidup sehat dan bersih,
serta menghindari faktor-faktor risiko pemicu kanker serviks.
21
DAFTAR PUSTAKA
23