Anda di halaman 1dari 26

TUGAS PJBL

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KANKER SERVIX”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas II

Disusun Oleh :
Kelompok 4 PSIK Reguler 1

Agina Amalia Putri 175070201111025


Afifatul Irsyadah 175070207111001
Anggun Ramadhani Roslin 175070207111003
Novrizqa Annisa Abipradani 175070207111005
Aini Nurazizah 175070207111007
Erika Ayu Sylvianingrum 175070207111009
Siti Avifah Rahmah 175070207111011
Aprianto Daniel Pailaha 175070220111001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha esa yang telah memberi rahmat dan
karunianya sehingga dapat menyelesaikan tugas PJBL kelompok ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Kanker Servix”, dan juga tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih
kepada dosen yang telah memberikan materi sehingga kami mampu menulis makalah ini.
Harapan penyuun semoga makalah yang telah dibuat dapat memberikan pengetahuan
dan bermanfaat bagi para pembaca. Dikarenakan keterbatasan pengetahuan, penyusun yakin
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh Karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca untuk menyempurnkan makalah ini. Dengan harapan kedepannya
dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Malang, 18 April 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1 Definisi Kanker Servix.....................................................................................................3
2.2 Patofisiologi Kanker Servix.............................................................................................4
2.3 Faktor Risiko Kanker Servix............................................................................................5
2.4 Tanda dan gejala Kanker Servix.......................................................................................6
2.5 Pemeriksaan penunjang Kanker Serviks..........................................................................7
2.6 Penatalaksanaan Kanker Servix.......................................................................................9
2.7 Asuhan Keperawatan Kanker Servix..............................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................22
PENUTUP................................................................................................................................22
3.1 Keimpulan.................................................................................................................22
3.2 Saran..........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim. Serviks
adalah bagian bawah rahim yang terhubung ke vagina. Lendir membantu menyalurkan
sperma dari vagina ke rahim saat berhubungan seksual. Kanker serviks adalah kanker
paling sering serta mendapat peringkat ke keempat pada wanita dengan perkiraan 570.000
kasus baru pada 2018 mewakili 6,6% dari semua kanker wanita. Sekitar 90% kematian
akibat kanker serviks terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017).
Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang paling mematikan pada wanita,
selain kanker payudara. Terutama di negara-negara dimana program skrining tidak
tersedia, mendiagnosis kanker serviks pada tahap awal dan menyediakan akses ke
pengobatan yang efektif dapat secara signifikan meningkatkan kemungkinan bertahan
hidup. Memahami dan mendeteksi gejala kanker serviks dapat membantu dengan
diagnosis dini. Gejala kanker serviks cenderung meliputi: tidak teratur, intermenstrual
(antar periode) atau perdarahan vagina abnormal setelah hubungan seksual; sakit
punggung, kaki atau panggul; kelelahan, penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan;
ketidaknyamanan vagina atau keputihan; dan satu kaki bengkak. Gejala yang lebih parah
mungkin timbul pada stadium lanjut (HSE, 2018).
Hampir semua kasus kanker serviks disebabkan oleh HPV. HPV adalah virus yang
sangat umum yang dapat ditularkan melalui semua jenis kontak seksual dengan pria atau
wanita. Ada lebih dari 100 jenis HPV, banyak di antaranya tidak berbahaya. Tetapi
beberapa jenis dapat menyebabkan perubahan abnormal pada sel-sel serviks, yang
akhirnya dapat menyebabkan kanker serviks (Crosbie, EJ. et al., 2013). Skrining
bertujuan untuk mendeteksi perubahan prekanker, yang, jika tidak diobati, dapat
menyebabkan kanker. Menurut NHS Choices UK pada tahun 2018, terlepas dari
pendekatan yang digunakan, kunci dari program yang efektif adalah untuk mencapai
proporsi terbesar dari wanita yang berisiko dengan skrining dan perawatan yang
berkualitas.
Program skrining terorganisir yang dirancang untuk menjangkau sebagian besar
wanita yang berisiko lebih disukai daripada skrining oportunistik. WHO

1
merekomendasikan pendekatan komprehensif untuk pencegahan dan pengendalian kanker
serviks yang mencakup intervensi multidisiplin di seluruh kehidupan. Pendidikan
masyarakat, mobilisasi sosial, vaksinasi, skrining, pengobatan dan perawatan paliatif
diperlukan untuk meningkatkan kontrol kanker serviks (WHO, 2014).

1.2 Rumusan masalah


1. Apakah definisi dari kanker serviks?
2. Apa tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh kanker serviks?
3. Apakah faktor risiko dari kanker serviks?
4. Bagaimana patofisiologi dari kanker serviks?
5. Apakah pemeriksaan penunjang untuk kanker serviks?
6. Bagaimana penalataksanaan untuk kanker serviks?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada kanker serviks?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari kanker serviks
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh kanker serviks
3. Untuk mengetahui faktor risiko dari kanker serviks
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari kanker serviks
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk kanker serviks
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk kanker serviks
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan kepada penderita kanker
serviks

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kanker Servix


Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks merupakan
sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan dengan
vagina melalui ostium uteri eksternum (Nasional, 2015). Kanker serviks adalah suatu
proses keganasan yang terjadi pada leher rahim, sehingga jaringan di sekitarnya tidak
dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Kanker serviks dimulai dengan
adanya suatu perubahan dari sel leher rahim normal menjadi sel abnormal yang kemudian
membelah diri tanpa terkendali. Sel leher rahim yang abnormal ini dapat berkumpul
menjadi tumor. Tumor yang terjadi dapat bersifat jinak ataupun ganas yang akan
mengarah ke kanker dan dapat menyebar (Rasjidi. I, 2007). Dari dua pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada leher rahim
dengan hiperplasi sel jaringan sekitar sampai menjadi sel yang membesar, menjadi
borok/luka yang mengeluarkan cairan yang berbau busuk (Darmawati, 2010).
Ca Serviks ini merupakan tumor ganas yang mengenai lapisan permukaan leher
rahim yang disebut sel epitelskuamosa. Sel epitel skuamosa ini terletak antara rahim dan
liang senggama. Tumor ganas yang terjadi disebabkan karena adanya penggandaan sel
akibat berubahnya sifat sel menjadi sel yang tidak normal. Sifat dari sel ganas ini yaitu
dapat menyebar atau metastasis ke bagian tubuh yang lain melalui pembuluh darah
maupun getah bening sehingga merusak fungsi jaringan (Yatim, 2005). Penyebab utama
ca serviks ini adalah infeksi dari virus bernama Human papilloma Virus (HPV). HPV
yang sudah dapat teridentifikasi sampai saat ini yaitu sebanyak 138 jenis dan 40 di
antaranya dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Virus HPV yang dapat
menyebabkan ca serviks yaitu virus HPV risiko sedang maupun tinggi (Dianti &
Isfandiari, 2016).

3
2.2 Patofisiologi Kanker Servix

4
2.3 Faktor Risiko Kanker Servix
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks,
antara lain :
 Usia reproduksi
Usia seseorang sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan erat dengan
kondisi kehamilan, persalinan dan nifas. Usia pasien rata-rata antara 30-60 tahun,
terbanyak pada usia 45-50 tahun. Menurut Benson KL, 2% dari wanita berusia yang
berusia 40 tahun akan menderita kanker serviks, kemungkinan ini terjadi karena
perjalanan penyakit ini memerlukan waktu 7 sampai 10 tahun untuk terjadinya
kanker invasif sehingga sebagian besar terjadinya atau diketahuinya setelah berusia
lanjut.
 Usia pertama kali berhubungan seksual
Wanita yang berhubungan seksual pertama kali pada ≤ 20 tahun beresiko 2,41 kali
lebih besar menderita kanker serviks dibandingkan dengan yang berhubungan seksual
pertama pada usia ≥20 tahun (Zavina,2013). Ketidakmatangan serviks secara biologis
pada usia muda menjadi faktor risiko. Infeksi pertama kanker  serviks terhadap HPV
sering terjadi setelah hubungan  seks yang pertama sehingga risiko kerentanan serviks
yang belum matang terhadap infeksi HPV meningkat.

5
 Penggunaan kontrasepsi oral atau pil berhubungan dengan kejadian kanker serviks.
Kontrasepsi oral atau pil mengandung hormone dalam bentuk kombinasi progestin
dengan estrogen. Resiko kanker serviks meningkat, terutama jika pil lebih dipakai
dari 5 tahun. Proses ini diduga karena regulasi transkrip DNA virus dapat mengenali
hormone dalam kontrasepsi dan pil, sehingga meningkatkan karsigonesis virus
(Setyarini,2014). World health organization (WHO) melaporkan peningkatan risiko
relatif pada pemakaian kontrasepsi oral/pil sebesar 1,19 kali dari normal yang
meningkat  seiring dengan lamanya pemakaian.
 Riwayat kanker serviks pada keluarga
Bila seseorang wanita mempunyai ibu atau saudara perempuan yang mengalami
kanker serviks, makai a mempunyai kemungkinan 2-3 kali lebih besar untuk juga
mempunyai kanker serviks dibandingkan dengan orang normal.
 Berganti-ganti pasangan seksual
Akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan oleh
infeksi human papilloma virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya
kanker serviks.
 Merokok
Wanita perokok memiliki resiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks
dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunujukkan, lender
serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di
dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping
merupakan ko-karsinogen infeksi virus (Laras,2009).

2.4 Tanda dan gejala Kanker Servix


Bustan (2007), menyatakan gejala kanker serviks mulai dapat diketahui karena adanya:
1. Keluar cairan dari jalan lahir (keputihan) yang tidak normal seperti keputihan yang
berbau, berwarna dan menyebabkan gatal. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan tumor
menjadi ulseratif.
2. Contact bleeding (perdarahan sewaktu berhubungan) merupakan gejala karsinoma
kanker serviks.
3. Merasa sakit pada waktu coitus/berhubungan seksual
4. Terjadi perdarahan walaupun telah memasuki masa menopause
(Dianti & Isfandiari, 2016; Kusumawati et al., 2016)

6
 Pada tahap awal:
1. Siklus haid yang tidak teratur
2. Amenorhea
3. Hipermenorhea
4. Penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus
serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah
yang keluar berbentuk mukoid.
5. Nyeri yang dirasakan menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal.
 Pada tahap lanjut:
1. Sekret dari vagina berwarna kuning, berbau
2. Iritasi vagina serta mukosa vulva
3. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif
 Gejala lebih lanjut meliputi:
1. Nyeri pinggang atau perut bagian bawah karena desakan tumor di daerah pelvis ke
arah lateral sampai obstruksi ureter, bahkan sampai oligo atau anuria.
2. Hematuria
3. Gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter
4. Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga
merupakan gejala penyakit lanjut.

2.5 Pemeriksaan penunjang Kanker Serviks


1. Tes Papsmear
Kasus akibat kanker mulut rahim bisa dideteksi dengan mengetahui adanya perubahan
pada daerah mulut rahim dengan cara pemeriksaan sitologi menggunakan Tes Pap.
Tes ini mempunyai risiko false negatif sebesar 5-6 %. Saat ini, sesuai dengan
American College of Obstetry and Gynecology dan National Cancer Institute,
dianjurkan pemeriksaan Tes Pap dan panggul setiap tahun terhadap semua wanita
yang aktif secara seksual atau yang telah berusia 18 tahun. Setelah wanita tersebut
mendapatkan tiga atau lebih Tes Pap normal, tes dapat dilakukan dengan frekuensi
yang lebih jarang sesuai dengan yang dianjurkan. Diperkirakan sebanyak 40% kanker
serviks invasive dapat dicegah dengan skrining pap interval 3 tahun.

7
2. Tes IVA
IVA merupakan tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka dan iosium lugol
pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan olesan.
Tujuannya untuk melihat adanya sel yang mengalami dysplasia sebagai salah satu
metode skrining kanker mulut rahim. IVA tidak direkomendasikan pada wanita
pascamenopause, karena daerah zona transisional seringkali terletak kanalis servikalis
dan tidak tampak dengan pemeriksaan inspekulo. IVA positif bila ditemukan adanya
area berwarna putih dan permukaannya meninggi dengan batas yang jelas di sekitar
zona transformasi.

3. Tes HPV DNA


Deteksi dini adanya HPV risiko tinggi sejak dini bahkan sebelum menimbulkan
perubahan pada serviks. Dapat digunakan bersamaan dengan papsmear, dianjurkan
bila hasil dari papsmear membingungkan atau tidak jelas. Proses pengambilan sampel
menggunakan penyeka kapas atau sikat lebut dari leher rahim dan saluran endoserviks

8
tang ditempatkan didalam tabung kemudian dikirim ke laboratorium. Pemeriksaan ini
bisa diulang secara rutin tiap 3-5 tahun sekali.
4. Kolposkopi
Pemantauan dan pemeriksaan lanjutan menggunakan lensa pembesar khusus untuk
mengetahui kondisi serviks lebih dekat dan biopsi dengan mengambil sampel sel
serviks, dianalisis di laboratorium.

2.6 Penatalaksanaan Kanker Servix

9
Metode yang digunakan bergantung pada beberapa faktor seperti stadium kanker, jenis
kanker, dan kondisi Kesehatan pasien. Penatalaksaan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Bedah
Terutama pada stadium awal, diantaranya adalah:
- Bedah laser, bertujuan menghancurkan sel kanker dengan menembakkan sinar laser
melalui vagina.
- Cryosurgery, menggunakan nitrogen cair untuk membekukan dan menghancurkan sel
kanker.
- Konisasi atau biosi kerucut, bertujuan mengangkat sel kanker menggunakan pisau
bedah, laser, atau kawat tipis yang dialiri listrik (LEEP). Bergantung pada lokasi dan
jenis kanker.
- Histerektomi, untuk mengangkat rahim (uterus) dan leher rahim (serviks).
Pengangkatan sel kanker dilakukan melalui sayatan diperut atau dengan laparoskopi,
selain itu dapat melalui vagina. Pada kanker yang sudah menyebar luas stadium IA2,

10
IB1, IB2, IIA1, dan IIA2, area vagina, ligamen serta jaringan sekitar, ovarium, saluran
indung telur, dan kelenjar getah bening disekitarnya juga akan diangkat. Prosedur ini
disebut histerektomi radikal.
- Trakelektomi radikal, pada stadium IA1 bertujuan mengangkat serviks, vagina bagian
atas, serta kelenjar getah bening di area pinggul melalui laparoskopi. Pada prosedur
ini, rahim tidak diangkat dan disambungkan ke bagian bawah vagina.
- Bilateral salpingo oophorectomy, untuk mengangkat kedua ovarium dan tuba fallopi.
- Pelvic exenteration, operasi besar yang hanya disarankan jika kanker serviks kambuh
kembali setelah sembuh. Ada dua tahapan, ditahap pertama, kanker dan vagina akan
diangkat. Kandung kemih dan rectum mungkin akan diangkat. Pada tahap kedua, 1-2
lubang (stoma) akan dibuat diperut sebagai jalan untuk mengeluarkan urin dan feses.
Setelah prosedur selesai, akan menggunakan kulit dan jaringan dari bagian tubuh lain
untuk membuat vagina baru.
2. Radioterapi
Menggunakan sinar radiasi tinggi untuk membunuh sel kanker. Untuk kanker serviks
stadium awal,radioterapi bisa sebagai pengobatan tunggal atau dikombinasikan dengan
bedah. Sedangkan pada kanker serviks stadium lanjut, radioterapi dapat dikombinasikan
bersama kemoterapi untuk mengendalikan nyeri dan perdarahan. Dapat diberikan dengan
dua cara yaitu:
- Radioterapi eksternal (external beam radiation therapy/EBRT), menggunakan mesin
radioterapi yang akan menembakkan gelombang energi tinggi ke area panggul untuk
menghancurkan sel kanker. Pada umumnya, dijalani 5 hari dalam seminggu selama 6-
7 pekan. EBRT akan dikombinasikan dengan pemberian obat kemoterapi dalam dosis
rendah. EBRT juga dapat diberikan sebagai obat tunggal, terutama pada pasien yang
tidak bisa menjalani kemoterapi.
- Radioterapi internal, memasukkan implant radioaktif melalui vagina dan ditempatkan
langsung di sel kanker atau dekatnya. Sering dikombinasikan dengan EBRT sebagai
terapi utama kanker serviks. Brakiterapi diberikan dengan dosis rendah dalam
beberapa hari atau dengan dosis tinggi selama seminggu.
3. Kemoterapi
Memberikan obat antikanker dalam bentuk obat minum atau suntik yang akan memasuki
aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, kemoterapi sangat berguna
dalam membunuh sel kanker berbagai area tubuh. Pada stadium IIB, IIIA, dan IIIB
umumnya dikombinasikan dengan radioterapi untuk meningkatkan efektivitas radioterapi
11
yang disebut kemoradiasi. Kemoterapi pada stadium IVA dan IVB juga dapat diberikan
sebagai obat tunggal pada kanker serviks stadium lanjut yang bertujuan untuk
memperlambat penyebaran sel kanker dan meredakan gejala yang dialami yang disebut
kemoterapi paliatif.

2.7 Asuhan Keperawatan Kanker Servix


1) PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama : Ny.Z
Umur : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Penikahan: Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Kota Malang
B. Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan Utama : Pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah dan keluar cairan
kental keruh serta berbau dari jalan lahir dan pasien tampak
meringis
Lama Keluhan : Nyeri perut dan pengeluaran cairan kental keruh dirasakan
selama 3 bulan terakhir
Faktor Pencetus : -
Faktor Pemberat : -
Upaya yang dilakukan: MRS dengan keluhan yang sama 3 bulan lalu.
Diagnosa medis:
a. Ca servix
C. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah dan keluar cairan kental keruh serta
berbau dari jalan lahir sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri yang dirasakan seperti
tertusuk-tusuk dan hilang timbul dengan skala nyeri 7. Klien mengatakan
merasa pusing, lemas dan tidak nafsu makan dan minum.

D. Riwayat Kesehatan Dahulu

12
Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun lalu dan rutin
minum obat.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan ibunya meninggal dengan kanker servix dengan keluhan
yang sama pada 3 tahun yang lalu.
F. Riwayar Lingkungan
Pasien mengatakan suaminya perokok aktif sehingga dia sering terhirup asap
rokok.
G. Pola Aktivitas-Latihan
Pasien mengatakan sebelum sakit, sering berjalan sehat dipagi hari. Pasien
mengatakan beberapa waktu terakhir pasien merasa lemah sehingga tidak bisa
beraktivitas. Pasien tampak hanya bisa berbaring ditempat tidur.
H. Pola Nutrisi Metabolik
Pasien makan 3x sehari dengan menu nasi, ikan dan sayur, makannya sedikit-
sedikit. Pasien mengatakan merasa kurang napsu makan, mual dan muntah 3x
dengan komposisi cair dan pasien tampak tidak menghabiskan porsi makan.
Pasien minum 7 gelas air putih sehari dan kopi 1 gelas per hari. BB pasien
sebelum sakit 59Kg, saat ini BB 56 Kg.
I. Pola Eliminasi
Pasien mengatakan BAB 1x sehari pada pagi hari
Pasien mengatakan BAK 3x sehari
Pasien membutuhkan bantuan kursi roda ketika ke kamar mandi dan kadang
tidak sanggup ke kamar mandi sehingga BAB dan BAK ditempat tidur.
J. Pola Tidur-Istirahat
Pasien mengatakan susah tidur pada malam hari karena nyeri perut yang
dirasakannya dan lingkungan bising. Tidur hanya sekitar 4 jam sehari dan
merasa pusing. Pasien tampak gelisah saat tidur, konjungtiva anemis dan
palpebrae inferior berwarna gelap. Pasien harus tidur dengan lampu harus
dimatikan.
K. Pola Kebersihan Diri
Pasien mengatakan mandi dan keramas dirumah sebanyak 2x sehari dan
menyikat gigi 2x sehari dan dirumah sakit pasien belum mandi dan hanya
dibersihkan dengan handuk basah dan sikat gigi 1x sehari dan belum keramas,

13
belum potong kuku, kuku pasien tampak panjang dan rambut pasien tampak
kotor dan berantakan.
L. Pola Toleransi Koping Stress
Pasien mampu mengambil keputusan sendiri dan sering mendiskusikan dengan
suaminya. Pasien bergarap setelah menjalani perawatan dirumah sakit, pasien
bisa sembuh dan beraktivitas kembali.
M. Pola Konsep diri
Pasien merasa tidak berdaya dan berguna sehingga pasien ingin segera sembuh
dan kembali melaksanakan tugasnya sebagai isteri dan ibu rumah tangga.
N. Pola Peran dan Hubungan
Pasien merupakan isteri dan ibu dari seorang anak berusia 9 tahun. Saat ini
sistem pendukungnya adalah suami dan anaknya tersebut. Mereka selalu
perhatian merawat serta menjaga pasien selama dirawat dirumah sakit.
O. Pola Komunikasi
Pasien dapat berbicara dengan normal dan mengerti pembicaraan dengan orang
lain. Pasien bisa berbahasan jawa dan berbahasa Indonesia. Pasien tinggal
dirumah pribadi bersama suami dan seorang anaknya. Pasien berasal dari suku
jawa. Penghasilan keluarga ±Rp3.000.000,-
P. Pola Seksual
Pasien mengatakan menikah pada usia 19 tahun. Pasien juga mengatakan tidak
melakukan hubungan seksual suami isteri selama beberapa bulan terakhir.
Suami pasien menyayanginya dan selalu memberikan perhatian.
Q. Pola Nilai dan Kepercayaan
Pasien mengatakan beragama muslim dan selama ini selalu sholat 5 waktu.
Pasien yakin dan percaya kesembuhan hanya berasal dari Alla SWT.
R. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum: Lemah
Kesadaran: Compos Mentis
TTV: TD : 100/70 mmHg, ND: 98x/menit, SB: 38.1OC, RR: 22 x/menit
 TB: 165cm dan BB: 56 Kg

S. Hasil Pemeriksaan Penunjang

14
 Hb 8.5 g/dl
 HCT 18%
 Leukosit 38.000/mm3

2) ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS: Pasien mengeluh nyeri perut Penyebaran sel kanker Nyeri Akut
kanan bawah dan keluar cairan
kental keruh serta berbau dari jalan Pertumbuhan sel kanker
lahir sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri tidak terkontrol
yang dirasakan seperti tertusuk-
tusuk dan hilang timbul Penekanan syaraf
DO: phiseral
 TTV:
TD : 100/70 mmHg, ND: Peningkatan leukosit
98x/menit, SB: 38.1OC, RR:
22 x/menit Noiseptor
 Skala nyeri 7
 Tampak meringis Cortex cerebri

 Leukosit 38.000/mm3
Nyeri

Agen cedera biologis


DS: Pasien mengatakan susah tidur Pertumbuhan sel kanker Gangguan pola tidur
pada malam hari karena nyeri perut tidak terkontrol
yang dirasakannya dan ligkungan
bising. Tidur hanya sekitar 4 jam Peningkatan leukosit
sehari dan merasa pusing.
DO: Penekanan dinding
 Pasien tampak gelisah saat tidur servix
 Konjungtiva anemis
 Palpebrae inferior berwarna Beban psikologis

gelap
 Pasien tidur dengan lampu Pola tidur tidak restoratif
15
harus dimatikan
 Hb 8.5 g/dl, HCT 18%,
Leukosit 38.000/mm3
DS: Pasien mengatakan merasa Penurunan enzim Ketidakseimbangan
kurang napsu makan, mual dan pencernaan nutrisi: kurang dari
muntah kebutuhan tubuh
DO: Abnomalitas metabolism
 BB pasien sebelum sakit glukosa dan trigliserida
59Kg, saat ini BB 56 Kg,
penurunan 3 Kg Stimulus reseptpr
 Muntah 3x dengan komposisi volume lambung
cair
 Pasien tampak lemas Mual muntah

 Porsi makan tidak dihabiskan


Nafsu makan menurun

Asupan nutrisi tidak


tercukupi

3) DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan DS: pasien
mengeluh nyeri perut kanan bawah dan keluar cairan kental keruh serta berbau
dari jalan lahir sejak 3 bulan yang lalu. nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk
dan hilang timbul. DO: TTV: TD : 100/70 mmHg, ND: 98x/menit, SB: 38.1OC,
RR: 22 x/menit. Skala nyeri 7
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak restorative ditandai
dengan DS: pasien mengatakan susah tidur pada malam hari karena nyeri perut
yang dirasakannya dan ligkungan bising. tidur hanya sekitar 4 jam sehari dan
merasa pusing. DO: pasien tampak gelisah saat tidur, konjungtiva anemis,
palpebrae inferior berwarna gelap, pasien tidur dengan lampu harus dimatikan
c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan nutrisi tidak tercukupi ditandai dengan DS: pasien mengatakan merasa
kurang napsu makan, mual dan muntah. DO: BB pasien sebelum sakit 59Kg, saat

16
ini BB 56 Kg, penurunan 3 Kg, muntah 3x dengan komposisi cair, pasien tampak
lemas.

4) RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
Tujuan Intervensi
Kep
1. NOC: Kontrol nyeri NIC: Management Nyeri
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama 1. Lakukan pengkajian nyeri
3x24 jam diharapkan pasien dapat mengenali komprehensif yang meliputi
dan mengontrol nyerinya lokasi, karakteristik, durasi,
No Indikator 1 2 3 4 5 frekuensi, kualitas,
Mengenali kapan intensitas, atau beratnya
1.
nyeri terjadi nyeri dan faktor pencetus
Manggunakan
2. Kurangi atau eliminasi
2. analgesic yang
faktor-faktor yang dapat
direkomendasikan
Melaporkan mencetuskan atau
perubahan meningkatkan nyeri
terhadap gejala 3. Ajarkan metode
3.
nyeri pada farmakologi untuk
professional menurunkan nyeri
kesehatan 4. Berikan individu penurun
nyeri yang optimal dengan
Keterangan penilaian: peresepan analgesic
1. Tidak pernah menunjukkan 5. Gunakan Tindakan
2. Jarang menunjukkan pengontrol nyeri sebelum
3. Kadang-kadang menunjukkan nyeri bertambah berat
4. Sering menunjukkan 6. Kolaborasi dengan pasien,
5. Secara konsisten menunjukkan orang terdekat, dan tim
Kesehatan lainnya untuk
NOC: Tingkat nyeri memilih dan
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi selama mengimplementasikan
3x24 jam diharapkan tingkat nyeri pada pasien Tindakan penurun nyeri
dapat menurun non farmakologi sesuai
No Indikator 1 2 3 4 5
17
Nyeri yang kebutuhan
1.
dilaporkan 7. Periksa tingkat
ketidaknyamanan Bersama
Keterangan penilaian: pasien, catat perubahan
1. Berat dalam catatan medis pasien,
2. Cukup berat informasikan petuhas
3. Sedang Kesehatan lain yang
4. Ringan merawat pasien
5. Tidak ada

2. NOC: Tidur NIC : Peningkatan Tidur


Tujuan: Setelah dilakukan intervensi 1. Monitor pola tidur dan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola jumlah jam tidur
dan kualitas tidur pasien dapat kembali normal 2. Sesuaikan lingkungan
(misalnya cahaya,
No Indikator 1 2 3 4 5
kebisingan, suhu) untuk
1 Jam tidur
meningkatkan tidur
2 Pola tidur 3. Bantu meningkatkan
jumlah jam tidur jika
3 Kualitas tidur
diperlukan
4. Anjurkan untuk tidur siang
Keterangan penilaian:
di siang hari jika di
1.
indikasi untuk memenuhi
2.
kebutuhan tidur
3.
5. Mulai / terapkan Langkah-
4.
langkah kenyamanan
5.
seperti pijat, pemberian
NOC: Status Kenyamanan: Lingkungan
posisi, dan sentuhan afektif
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
NIC :Manajemen
kenyamanan lingkungan pasien untuk tidur
Lingkungan : Kenyamanan
dapat terpenuhi
1. Ciptakan lingkungan yang
tenang dan mendukung
2. Sesuaikan pencahayaan,
18
hindari cahaya langsung ke
No Indikator 1 2 3 4 5
mata
Lingkungan
1 yang kondusif
untuk tidur
Ketertiban
2
lingkungan
Pencahayaan
3
ruangan

Keterangan penilaian:
1.
2.
3.
4.
5.
3. NOC: Status Nutrisi NIC: Manajemen Nutrisi
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi 1. Tentukan jumlah kalori dan
selama 3x24 jam diharapkan mual dan muntah jenis nutrisi yang
pada pasien dapat menurun dan nutrisi pasien dibutuhkan
dapat terpenuhi 2. Anjurkan pasien makan
dalam porsi kecil tapi sering
No Indikator 1 2 3 4 5 3. Monitor kalori dan asupan
1. Asupan makanan makanan
2. Asupan cairan
3. Rasio berat 4. Monitor berat badan pasien
badan/tinggi 5. Beri terapi nutrisi parenteral
badan jika dibutuhkan
4. Hidrasi

NIC: Manajemen Mual


Keterangan penilaian:
1. Ajari penggunaan teknik
1. Sangat menyimpang dari rentang normal
nonfarmakologi (misalnya
2. Banyak menyimpang dari rentang normal
relaksasi, hypnosis, terapi
3. Cukup menyimpang dari rentang normal
musik, distraksi) untuk
4. Sedikit menyimpang dari rentang normal
mengatasi mual
5. Tidak menyimpang dari rentang normal
2. Dorong pola makan dengan

19
porsi sedikit makanan yang
menarik bagi pasien
3. Monitor efek dari
manajemen mual secara
keseluruhan

NIC: Manajemen Muntah


1. Kaji warna konsistensi,
waktu dan frekuensi emesis
2. Posisikan pasien untuk
mencegah aspirasi
3. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi (misalnya
relaksasi, hypnosis, terapi
musik, distraksi) untuk
mengatasi muntah
4. Monitor keseimbangan
cairan dan elektrolit
5. Monitor efek dari
manajemen muntah secara
keseluruhan

5) EVALUASI
Evaluasi berisi segala bentuk pengkajian yang telah dilakukan kepada pasien dari
awal amsuk hingga akhir masuk untuk mengetahui sejauh mana pencapaian dari apa
yang diharapkan.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kanker serviks merupakan tumor ganas pada leher rahim yang kebanyakan
kasus disebabkan oleh HPV. Selain HPV, kanker ini juga dipicu oleh beberapa
faktor risiko seperti merokok, multipartner, hubungan seksual yang dini, jumlah
kehamilan dan melahirkan. Kanker ini menjadi salah satu penyebab kematian
pada wanita. Sehingga perlu dilakukan screening untuk mendeteksi secara dini
sebagai upaya pencegahan dan pengontrolan. Screening bisa dilakukan dengan
pemeriksaan papsmear, tes IVA, atau tes HPV DNA. Penatalaksanaan untuk
kanker serviks yang dapat dilakukan meliputi: bedah, radioterapi, dan kemoterapi.
Dalam penatalaksanaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
diantaranya adalah stadium kanker, jenis kanker, dan kondisi kesehatan klien.

3.2 Saran
a. Pemerintah dengan tenaga kesehatan dapat bekerjasama dalam penyuluhan
terkait kanker serviks.
b. Skrining kanker serviks dapat dilaksanakan kepada seluruh wanita sesuai
target seperti wanita yang aktif dalam kegiatan seksual atau yang sudah
berusia 18 tahun keatas.
c. Diharapkan untuk membiasakan diri dengan pola hidup sehat dan bersih,
serta menghindari faktor-faktor risiko pemicu kanker serviks.

21
DAFTAR PUSTAKA

Andrijono.2010. Kanker Serviks Ed. 3. Jakarta: Divisi Onkologi Departemen. Obstetri


dan Ginekologi FKUI
Anindyaputri, I., Savitri, T. 2020. Kanker Serviks (Kanker Leher Rahim). Hello Health
Group. (https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/kanker-serviks-kanker-leher-
rahim/ diakses pada tanggal 16 April 2020)
Crosbie, EJ. et al. (2013). Human papillomavirus and cervical cancer. Lancet (italic).
382(9895). pp. 889-899
Dwi Putri. 2017. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker serviks di
rumah sakit Sardjito Yogyakarta. Journal of Community Medicine and Public
Health. Volume 33 Nomor 3
Darmawati. (2010). Kanker Serviks Wanita Usia Subur. Idea Nursing Journal, 1(1), 09–
13.
Dianti, N. R., & Isfandiari, M. A. (2016). Perbandingan Risiko Ca Serviks Berdasarkan
Personal Hygiene pada Wanita Usia Subur di Yayasan Kanker Wisnuwardhana
Surabaya. Jurnal PROMKES, 4(1), 82–91.
https://doi.org/10.20473/jpk.v4.i1.2016.82-91
El-Moselhy EA, Borg HM, Atlam SA. Cervical Cancer Sociodemographic and Clinical
Risk Factors among Adult Eqyptian Females. Advances in Oncology Research and
Treatment. 2016; 1(1).
HSE (2018). Conditions and Treatments. Cancer, Cervical.
Kementerian Kesehatan. Pusat Data dan Informasi. Jakarta. 2015.
Kementerian Kesehatan. Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan dan Deteksi
Dini Kanker. Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. Jakarta: 2015
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2017). Cegah Kanker Serviks, Kenali Lebih
Dalam Pembunuh Nomor Satu Kaum Hawa.
Kusumawati, Y., Nugrahaningtyas, R. W., & Rahmawati, E. N. (2016). Pengetahuan,
Deteksi Dini dan Vaksinasi HPV sebagai Faktor Pencegah Kanker Serviks di
Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(2), 204–213.
https://doi.org/10.15294/kemas.v11i2.4208
Lestari, E.N. 2019. Screening Kanker Serviks Terkini, HPV DNA. Depok: RS Permata
Keluarga Husada Grup (https://www.rspermata.co.id/articles/read/screening-kanker-
serviks-terkini-hpv-dna diakses pada tanggal 16 April 2020).
Nasional, K. P. K. (2015). Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks. Kementerian
22
Kesehatan Republik Indonesia, 3.
NHS Choices UK (2018). Health A-Z. Cervical Cancer.
Sardjito, H. 2019. Pencegahan, Deteksi Dini dan Penangan Kanker Serviks. Yogyakarta:
RSUP Dr. Sardjito. (https://sardjito.co.id/2019/06/17/pencegahan-deteksi-dini-dan-
penanganan-kanker-serviks/ diakses pada tanggal 14 April 2020).
World Health Organization (2014). Cancer Country Profile. Indonesia.

23

Anda mungkin juga menyukai