Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

AKTIVITAS PADA PASIEN POST SECTIO CAESARE DENGAN

PREEKLAMPSIA BERAT

2.1.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan suatu proses

kolaborasi melibatkan perawat ibu dan tim kesehatan lainnya pengkajian

dilakukan melalui wawancara dan pemeriksaan fisik dalam pengkajian

dibantu kecermatan dan ketelitian agar data terkumpul akurat sehingga

dapat dikelompokkan dan dianalisis untuk mengetahui masalah dan

kebutuhan ibu terhadap perawatan (mitayani 2012)

1. Identitas

Wawancara dilakukan kepada pasien atau keluarga untuk

mengetahui identitas pasien meliputi nama pasien jenis kelamin

tempat tanggal lahir umur pendidikan alamat tanggal masuk

tanggal pengkajian diagnosa medis identitas orang tua sampai

keluhan yang dirasakan pasien (Barbara dkk 2011)

2. Riwayat Kesehatan

a. keluhan utama

keluhan utama pada pengkajian pasien merupakan


masalah utama serta bersifat prioritas Atom merupakan
keadaan terberat yang dirasakan oleh pasien sehingga menjadi
suatu alasan pasien melakukan hospitaliosis.Biasanya klien
mengeluh nyeri pada luka post operasi sectio caesar, nyeri
biasa menjalar ke bagian pinggang dan pasien cenderung
melakukan aktivitas skala nyeri biasanya bisa pada stadium
moderat pada rentang skala 6 sampai dengan 8 waktu nyeri
biasanya timbul saat bergerak atau berada pada posisi yang
tidak ideal.
b. Riwayat persalinan sekarang

Pada tahap ini terdiri dari palliative, quality, region atau


radiation. Skala, time. paliative merupakan berasal dari keluhan
utama yang dialami oleh pasien menjadi masalah yang paling
prioritas sedangkan quality merupakan gambaran dari keluhan
yang dirasakan pasien, sedangkan region atau radiasi
merupakan efek atau penjalaran dari masalah yang dialami.
Serta skala merupakan suatu tingkatan dari keluhan utama
tersebut biasanya skala dapat berupa frekuensi atau jumlah.
contohnya adalah skala nyeri yang biasanya mempunyai rentan
1-10 dan yang terakhir adalah time tahap ini merupakan waktu
yang menggambarkan awal timbulnya keluhan.

c. Riwayat persalinan dahulu

Pada tahap ini merupakan keterangan pasien tentang


persalinan terdahulu yang memungkinkan mempunyai kaitan
dengan masalah yang sedang dialami oleh pasien.

d. Riwayat persalinan keluarga

Data ini merupakan keterangan pasien yang


memungkinkan keluhan atau diagnosis pasien mempunyai
keterkaitan dengan anggota keluarganya.

e. Pemeriksaan fisik

1) System integument, meliputi turgor kulit, edema,


fungsi otot dan sensori rasa.
2) System kardiovaskuler, meliputi tekanan darah dan
bunyi jantung.
3) System penglihatan, ,meliputi kondisi mata dan
cairan mata
4) System neurologi, meliputi reflex, tingkat
kesadaran, dan gangguan sensori serta motoric.
5) System gastrointestinal, meliputi keadaan mukosa
mulut, lidah dan bising usus.

3. ANALISIS DATA

Dari hasil pengkajian kemudian data tersebut dikelompokan lagi di


analisa sehingga dapat ditarik kesim pulan masalahyang timbuldan
untuk selanjutnya dapat dirumuskan diagnose keperawatan

No Data Etiologi Masalah

1 Ds : pasien mengeluh Sectio caesarea Intoleransi

belum bisa bergerak aktivitas

Do : post sectio Insisi pada bagian

caesarea keadaan umum depan perut

lemah, pasien tanpak

meringis ketika Luka post operasi

bergerak, kebutuhan sectio cesarea

pasien dibantu oleh

keluarga, pergerakn Kelemahan penurunan


terbatas. sirkulasi

TD : 140 / 100 mmHg

N : 86 × / menit Imobolisasi

Skala : 4 - 6

S : 36,6 ⁰C Intoleransi aktivitas

RR : 22 ×/menit

2.1.2 Masalah Keperawatan

Diagnosa keperarawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan


interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien.
Diagnosa keperawatan yang penulis ambil dari kasus ibu hamil dengan
preeklampsia yaitu kelebihan volume cairan berhubungan dengan
kelebihan asupan natrium.(Herdman, 2015).

1. Intolransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi


kelemahan fisik

2.1.3 Rencana Keperawatan

Intervensi Perencanaan adalah kategori dari perilaku


keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang
diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk
mencapai tujuan tersebut. Perencanaan merupakan langkah awal dalam
menentukan apa yang dilakukan untuk membentu klien dalam
memenuhi serta mengatasi masalah keperawatan yang telah ditentukan.
Tahap perencanaan keperawatan adalah menentukan prioritas diagnose
keperawatan, penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi
keperawatan (Purba, 2019).
No Masalah Tujuan Intervensi

1. Intolransi Setelah dilakukan 1. kaji tingkat kemampuan

aktivitas tindakan keperawatan klien untuk beraktvitas

berhubungan selama 3x24 jam ADLs 2. kaji pengaruh aktivitas

dengan klien meningkat. terhadap kondisiluka

imobilisasi 1. Mampu 3. bantu klien untuk

kelemahan melakukan ADLs memenuhi kebutuhan

fisik secara mandiri aktivitas sehari- hari

2. Tanda- tanda vital 4. bantu klien untuk

normal melakukan tindakan

mampu berpindah sesuai dengan kemapuan

tanpa alat bantu kondisi klien

5. evaluasi perkembangn

kemampuan klien

melakukan aktivitas

6. ajarkan klien/ keluarga

untuk mendorong

kemandirian, dan

memberikan bantuan

hanya jika pasien tidak

mampu untuk

melakukannya

berikan aktivitas rutin


sehari- hari sesuai

kemampuan

2.1.2 Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan adalah tindakan yang sesuai dengan yang telah


direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan
mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dankesimpulan
perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Tindakan
kolaborasi adalah tindakan keperawatan didasarkan oleh hasil keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya (Mitayani, 2012)
Beberapa pelaksanaan tindakan keperawatan ialah:
1. Mengkaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas sehari- hari
2. Mengkaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka
3. Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari – hari
4. Membantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan
atau kondisi klien
5. Mengevaluasi perkembangan kemmapuan klien melakukan aktivitas
6. Mengajarkan klien atau keluarga untuk mendorong kemndirian, untuk
memberikan bantuan jika pasien tidak mampu melakukannya
7. Memberikn aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan
2.1.3 Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil perkembangan ibu dan bepedoman kepada hasil
dan tujuan yang hendak dicapai (mitayani,2012). Asuhan keperawatan
dituliskan dalam catatan perkembangan menggunakan SOAP yang
meliputi :
S : Subjek
Berisi data dari pasien melalui anamnesis atau wawancara yang
merupakan ungkapan langsung
O : Objektif
Data yang didapatkan dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik atau
data tampak terligat secara kasat mata
A : Asessment
Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan yang
meliputi diagnosis atau masalah potensial serta perlu dilakukan tindakan
segera.
P : Planning
Merupakan rencana tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan
mandiri, kolaborasi, tes diagnosis, dan laboratorium serta konseling untuk
tindak lanjut.

2.2 Konsep Dasar Penyakit

2.2.1 Sectio Caesarea

2.2.1.1 Definisi

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut ( Nurarif Amin Huda 2016). Sectio
caesarea adalah suatu persalinan buatan di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi
pada dinding perut dan dinding rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta
berat badan diatas 500 gram ( Mitayani 2012 ).

2.2.1.2 Etiologi

1. Etiologi yang berasal dari ibu

yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai

kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik ( disproprosi janin atau panggul),

ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul

plasenta previa terutama primigravida tingkat 1 - 2 komplikasi kehamilan yaitu

preeklampsia atau eklampsia, atas permintaan, kehamilan yang disertai penyakit

jantung ( jantung DM ), gangguan perjalanan persalinan ( kista ovarium, mioma

uteri dan sebagainya).


2. Etiologi yang berasal dari janin

fetal distress atau gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan
janin, proplapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum
atau proses ekstrasi.

2.2.1.3 Manfaat Klinis

1. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)


2. Panggul sempit
3. Disproporsi sefalopelvik : yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan
ukuran panggul
4. Rupture uteri mengancam
5. Partus lama ( prolonged labor )
6. Partus tak maju ( obstructed labor )
7. Distosia serviks
8. Preeklampsia dan hipertensi
9. Malpresentasi janin
a) Letak lintang
b) Letak bokong
c) Presentasi dahi dan muka ( letak defleksi)
d) Presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil
e) Gemeli

2.2.1.4 Komplikasi

1. Pada ibu
a) Ringan : peningkatan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
Berat : Peritonitis sepsis
b) Perdarahan
c) komplikasi - komplikasi lain seperti luka kandung kemih emboli paru-
paru
2. Pada Bayi
kematian perinatal pasca sextio caesarea sebanyak 4 - 7%

2.2.1.5 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemantauan jenis terhadap kesehatan janin
b. Pemantauan EKG
c. JDL dengan diferensial
d. Elektrolit
e. Hemoglobin atau Hematokrit
f. Golongan Darah
g. Urinalisis
h. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai
i. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi
j. Ultrasound sesuai pesanan

2.2.2 Preeklampsia Berat

2.2.2.1 Definisi Preeklampsia Berat

Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai


dengan timbulnya hipertensi 160 / 110 mmHg atau lebih disertai proteinuria atau
edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Ratna 2012). Preeklampsia berat adalah
kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan terjadinya
hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan
vaskuler atau hipertensi sebelumnya sedangkan gejala biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 20 Minggu ( Nurarif Amin Huda 2016). Preeklampsia adalah
penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena
kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke3 kehamilan, tetapi dapat
terjadi sebelumnya misalnya pada molahidatidosa (Wiknjosarto,2002:282).

2.2.2.2 Etiologi

apa yang menjadi penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi

preeklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada kehamilan pertama

( nullipara) Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem yaitu pada

remaja umur belasan tahun sampai wanita yang berumur lebih dari 35 tahun.
a) Bila salah satu diantara gejala atau ditemukan gejala ibu hamil, sudah dapat
digolongkan preeklampsia berat.
b) Tekanan darah 160 / 110 mmHg atau lebih
c) Proteinuria lebih dari 5g/ liter
d) Oliguria yaitu jumlah urine < 500 cc / 24 jam
e) Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, nyeri kepala, dan rasa nyeri
pada epigastrium.
f) Terdapat edema paru dan Sianosis.
g) Enzim hati meningkat dan disertai ikterus
h) Perdarahan pada retina
i) trombosit < 100.000/ mm

Faktor risiko preeklampsia berat :

a) Kehamilan pertama
b) Riwayat keluarga dengan preklampsia
c) Preklampsia pada kehamilan sebelumnya
d) Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
e) Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine, dan
tekanan darah tinggi).
f) Kehamilan kembar
g) Obesitas
h) Kelompok sosial ekonomi rendah

2.2.2.3 Patofisiologi Pathway

Pada preeklampsia berat terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan


retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme yang hebat pada arteriol
glomerulus pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga
hanya dapat dilalui satu sel darah merah. terjadi jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasme, maka tekanan darah dengan sendirinya akan naik, sebagai usaha
untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat tercukupi.

Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan air
yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, adanya yang
mengatakan disebabkan oleh retensi air dan garam, Proteinuria mungkin disebabkan
oleh spasme arteriola, sehingga terjadi perubahan pada gelombang (Mitayani 2012).

Pathway
2.2.2.4 Manifestasi Klinis

Pada preeklampsia berat gejala sudah dapat dijumpai seperti :

1. Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang diikuti dengan
peningkatan tekanan darah yang abnormal sakit kepala tersebut terus menerus
dan tidak berkurang dengan pemberian aspirin atau obat sakit kepala lain.
2. Gangguan penglihatan pasien akan melihat kelatan- kilatan cahaya, pandangan
kabur, dan terkadang bisa terjadi kebutaan sementara.
3. Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara berisik atau
gangguan lainnya
4. Nyeri perut pada bagian ulu hati (bagian epigastrium) yang kadang disertai
dengan mual dan muntah
5. gangguan pernapasan sampai cyanosis
6. Terjadi gangguan kesadaran

7. Dengan pengeluaran proteinuria keadaan semakin berat, karena terjadi gangguan

fungsi ginjal.

2.2.2.5 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah

a) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin

untuk wanita hamil adalah 12 - 14 gr %)

b) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37 - 43 vol%)

c) Trombosit menurun (nilai rujukan 150 -450 ribu/ mm3)

2. Urinalisis

i. Ditemukan protein dalam urine


3. Pemeriksaan fungsi hati

a) Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dl)

b) LDH (laktat dehidrogenase) meningkat

c) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 Ul

d) Serum glutamat piufat transminase (SPGT) meningkat (N= 15 - 45 u/l)

e) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) menigkat (N=<31u/l)

4. Tes kimia darah

ii. Asam urat meningkat ( N=2,4 – 2,7 mg/dl)

5. Radiologi

a) Ultrasonografi : Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus,

pernapasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat dan volume

cairan ketuban yang sedikit.

b) Kardiotografi : Diketahui denyut jantung janin bayi lemah

2.2.2.6 Penatalaksanaan

Menurut Nugroho (2012),penatalaksanaan pada ibu hamil


dengan preeklampsia berat diantaranya :

1. Tirah baring ke kiri secara intermitten


2. Infus Ringer Laktat atau Ringer Dekstrose 5%
3. Kolaborasi dokter untuk pemberian anti kejang/anti
kovulsan
4. magnesium sulfat (MgSO4) sebagai pencegahan dan
terapi kejang.
5. Anti hipertensi, diberikan bila tekanan darah ≥ 180/110
6. Diuretik tidak dibenarkan secara rutin, hanya diberikan
(misal
7. furosemid 40mg IV) atas indikasi : edema, payah
jantung
8. kongestif.
9. Diet rendah garam diberikan secara seimbang, hindari
protein dan kalori berlebihan
2.2.2.7 Komplikasi

1. Pada ibu

a. Eklampsia

b. Solusio plasenta

c. Perdarahan subkapsula hepar

d. Kelainan pembekuan darah (DIC)

e. Sindrom HELLP (Hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan lowplated

coun).

f. Ablasio retina

g. Gagal jantung hingga syok kematian

2. Pada Janin

a. Terhambatnya pertumbuhan dalam oterus.

b. prematur

c. asfiksia neonatarum

d. kematian dalam uterus

peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal


2.3 Tindakan pemenuhan intoleransi aktivitas (ambulasi dini)

2.3.1. definisi

Intoleransi aktivitas adalah ketidakcakupan energy fisiologis atau

fisikologis untuk melakukan aktivitas sehari-hari (SDKI.2016)

Ambulasi setelah persalinan inu akan merasa lelah oleh karena itu ibu

harus istirahat. Mobilisasi yang dilakukan trgantung pada komplikasi

persalinan, nipas dan sembuhnya luka. Ambulasi dini (early ambulation)


adalah mobilisasi setelah ibu melahirkan dengan membimbing ibu untuk

bangun dari tempat tidurnya (Taufan Nigroho, 2014).

2.3.2 Manfaat Mobilisasi Dini pada pos sectio caesarea

Manfaat mobilisasi dini pada ibu pasca section caesarea adalah pasien

merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Denganbergerak

otot- otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya

menjadi kuat dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu

merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat

kesembuahan. Faal usus dan kandung kencing lebih baik dengan bergerak

akan merangsang peristaltic usus kembali normal aktivitas ini juga

membantu mempercepat organ- organ tubuh bekerja seperti semula.

Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu

merawat anaknya perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi akan

cepat pulih misalnya kontraksi uterus dengan demikian ibu akan cepat

merasa sehat dan bisa merawat anaknya dengan cepat, mencegah

terjadinya thrombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi serkulasi

darah normal atau lancer sehingga resiko terjadinya thrombosis dan

tromboemboli dapat dihindarkan (Siti Nunung,2013).

2.3.3 faktor- faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini

Menurut Chapman, 2008 faktor- faktpr yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi

pasca persalinan adalah sebagai berikut :

a. rendahnya pengetahuan
tingkat pengetahuan merupakan faktor yang berperan penting dalam

mewujudkan pelaksanaan mobilisasi dini pasca persalinan. Jika tingkat

pengetahuan seorang rendah terhadap manfaat dari mobilisasi maka saat itu

sangat mempengaruhi tingkat pelaksanaan pengetahuan yang dimiliki ibu

hamil.

Berdasarkan teori ditemukan oleh neototimojo 2008 bahwa ada

kecenderungan apabila pengetahuan seseorang vaik terhadap masalah yang

dihadapinya maka seseorang itu akan mempunyai sikap positif terhadap

masalah yang dihadapi, maka sebaliknya pengetahuan seseorang kurang

terhadap masalah yang dihadapinya maka seorang ibu akan mempunyai sikap

negative

Tingginya pengetahuan seseorang akan berpengaruh terhadap respond

an tanggapan terhadap suatu objek atau situasi baru. Pengetahuan yang

dimiliki ibu hamil tentang manfaat mobilisasi dini tentu saja akan

memprngaruhi sikap dalam pelaskasanaan mobilisasi dini postpartum.

b. Ketidak mampuan atau kelemahan mental.

Persalinan merupakan proses yang melelahkan saat persalinan ibu

mengerahkan seluruh tenaganya untuk melewati proses yang persalinan

panjang tidak jarang setelah melahirkan lebih sering memilih tidur daripada

melakukan pergerakan secara bertahap (chapman 2008)

c. Depresi

Berdasar besar kemampuan setelah pasca operasi ibu akan mengalami

depresi biasanya depresi berlangsung sekitar 1 sampai 2 hari hal ini dapat

terjadi karena perubahan mendadak dari hormon gejalanya berupa mudahnya


tersinggung menangis tanpa sebab gelisah takut pada hal yang sepele

(chapman 2008)

d. Nyeri

rasa nyeri setelah operasi membuat ibu enggan untuk belajar

melakukan pergerakan di mana seluruh alat reproduksi mengalami perubahan

rasa nyeri saat buang air kecil buang air besar hal ini membuat ibu menjadi

lebih kuat dan tidak nyaman besar kemungkinan ibu akan lebih memilih

berbaring terus di atas tempat tidur dan pelaksanaan mobilisasi tertentu saja

akan terhambat (chapman 2008)

e. Kecemasan

Kecemasan ibu terhadap ketidak mampuan dalam melakukan

mobilisasi sangat berpengaruh pada tingkat keberhasilan saat melakukan

pergerakan ibu harus mempunyai keyakinan untuk melakukan mobilisasi

dengan cepat dan tepat mobilisasi yang digunakan segera mungkin dengan

cara yang benar dan bertahap mempercepat proses pemulihan kondisi tubuh

secara umum (chapman 2008)

2.3.4 Keuntungan ambulasi dini

a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat

b. Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru, dan perkemihan lebih baik.

c. Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan pada bayi dan ibu

d. Mencegah trombosit pada pembuluh tungkai

e. Sesuai dengan keadaan Indonesia atau sesuai (sosial ekonomis)

2.3.5 Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi dini


Menurut cerpenito (2000) kerugian apabila tidak melakukan mobilisasi dini adalah

a. Dapat menyebabkan aliran darah tersumbat menurut admin 2009 untuk

mengurangi pembekuan pada vena dalam d pain di tungkai yang dapat

menyebabkan masalah mobilisasi dini dapat segera dilakukan.

b. Dapat menyebabkan pemulihan kondisi akan lebih lama.

c. Dapat menyebabkan infeksi ( Deep vein thrombosisi) karena adanya

involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan

dan menyebabkan infeksi.

d. Dapat menyebabkan pendarahan : Menurut Laili pendarahan yang di

upnormal dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus

uteri keras maka resiko pendarahan yang abnormal dapat dihindarkan karena

kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka.

e. Peningkatan suhu tubuh : Menurut Laila peningkatan suhu tubuh karena

adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat

dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari tanda infeksi

adalah peningkatan suhu tubuh

2.3.6 Prosedur mobilisasi dini pada post sectio caesarea

Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap berikut ini akan dijelaskan tahap mobilisasi

dini pada ibu pasca sectio caesarea

Setelah operasi pada 6 jam pertama ibu pasca Caesarea harus tidak baring dahulu

mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan tangan, gerakan ujung jari
kaki, dan melenturkan pergelangan kaki & tumit,, menekankan otot betis serta menekuk dan

menggeser kaki.

Setelah 6 jam sampai 10 jam ibu diharuskan untuk miring kekiri dan kekanan

mencegah trombosis dan trombo emboli setelah 24 jam ibu menganjurkan untuk dapat

memulai belajar duduk ibu dapat duduk dianjurkan ibu belajar berjalan (Siti Nunung

Nurjanah 2013)

 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mobilisasi dini

1. Jangan terlalu cepat untuk melakukan mobilisasi dini sebab bisa

menyebabkan ibu terjatuh terutama bila kondisi ibu masih lemah atau

memiliki penyakit jantung apabila mobilisasi terlambat juga dapat

menyebabkan terganggunya fungsi organ tubuh aliran darah serta

tergantungnya fungsi otot

2. Post partum harus melakukan mobilisasi secara bertahap

3. Kondisi ibu post partum akan segera pulih dengan cepat bila melakukan

mobilisasi dengan benar dan tepat dimana sistem sirkulasi dalam tubuh bisa

berfungsi normal.

4. angan melakukan mobilisasi secara berlebihan karena akan membebani

jantung

 Tahap-tahap mobilisasi

1. 6 jam pertama

Ibu post sectio caesarea di diistirahatkan untuk tirah baring mobilisasi dini

yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan tangan, menggerakkan

ujung jari kaki, dan memutar pergelangan kaki mengangkat tumit,

menegangkan otot betis, serta menekuk dan menggeserkan kaki.

2. 6 - 10 jam
Diharuskan untuk dapat memilih kekiri dan kekanan untuk mencegah

trombosis dan tromboemboli. Dibantu mengangkat tangan mengangkat

kaki menekuk lutut menggeser badan.

3. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat memulai belajar duduk dan

mengangkat tangan setinggi mungkin, baik kiri dan kanan tanpa bantuan,

latih pernapasan serta makan dan minum ranpa dibantu.

4. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu melatih berjalan.

Anda mungkin juga menyukai