1. Pengumpulan data
Merupakan informasi yang dilakukan secara sistematis dan kontinyu tentang
status kesehatan klien untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhankebutuhan kesehatan klien. Informasi yang diperlukan adalah segala sesuatu
penyimpangan
tentang
klien
sebagai
makhluk
bio-psiko-sosial-spiritual,
Jenis data yang dikumpulkan dapat berupa data subjektif dan data objektif.
Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan
oleh klien, termasuk sensasi klien,perasaan, nilai-nilai, kepercayaan, pengetahuan,
dan persepsi terhadap status kesehatan dan situasi kehidupan, misalnya: rasa
nyeri, mual, sakit kepala, rasa kuatir, cemas dll. Sedangkan data objektif adalah
data yang diperoleh melalui suatu pengamatan, pengukuran, pemeriksaan dengan
menggunakan standar yang diakui(berlaku), misalnya: perubahan warna kulit,
tekanan darah, suhu tubuh, perubahan perilaku, dll.
2) Pengamatan ( observasi)
Pengamatan adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh
data tentang masalah kepawatan. Dua hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan pengamatan:
a) Tidak melakukan stimuli kepada klien/ tidak diketahui oleh klien sehingga data
yang diperoleh murni.
b) Lakukan seleksi atau intrpretasi dari data yang diamati menyangkut aspek biopsiko-sosial-spiritual klien
3) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan secara keseluruhan mulai dari kepala hingga
ujung kaki.
Inspeksi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara melihat bagian
tubuh yang diperiksa melalui pemeriksaan melalui pengamatan, hasil yang
diperoleh misalnya: sclera mata berwarna kuning, kulit kebiruan, wajah pucat dll.
Palpasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara perabaan terhadap
bagian-bagian tubuh yang mengalami kelaianan, misalnya: perabaan bagian tubuh
yang diduga adanya radang, pembengkakan, pemeriksaan kehamilan dll.
Perkusi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mengetuk bagian
tubuh dengan cara menggunakan ujung-ujung jari tangan atau menggunakan alat
seperti reflek hammer pada pemeriksaan reflek.
4) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan tes diaknostik merupakan sebagian dari
tahap pengumpulan data, hal ini sangat membantu dalam menatalaksanaan,
pemeliharaan dan restorasi kesehatan.
2. Orientasi data
3. Validasi data
Validasi data adalah perbandingan data subjektif dan data objektif yang
dikumpulkan dari sumber primer(klien) dan sekunder( misal: catatan kesehatan)
dengan standard an nilai normal yang diterima. Suatu standar atau nilai
merupakan aturan atau ukuran yang lazim dipakai.
4. Anlisa data
Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam pengembangan
daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi latar belakang ilmu dan pengetahua,
pengalaman, dan pengertian tentang subtansi ilmu keperawatan dan proses
penyakit. Fungsi analida data adalah perawat yang menginterprestasi data yang
diperoleh dari pasien atau dati sumber lain, sehingga data yang diperoleh memiliki
makna dan arti pengambilan keputusan untuk menentukan masalah keperawatan
dan kebutuhan klien.
a.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. DEFINISI
a. Definisi secara umum : Pernyataan yang menguraikan respon aktual atau
potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan
berkompeten untuk mengatasinya.
b. Menurut para ahli (perry & potter, 2005) :
1) Abdellah ( 1957 ) :
Diagnosa keperawatan adalah penentuan sifat dan keluasan masalah keperawatan
yang ditunjukkan oleh pasien individual atau keluarga yang menerima asuhan
keperawatan.
4) Bircher ( 1975 ) :
Diagnosa keperawatan adalah suatu fungsi keperawatan yang mandiri.Suatu
evaluasi tentang respon personal klien terhadap pengalaman kemanusiaannya
sepanjang siklus kehidupan, apakah respon merupakan krisis perkembangan atau
kecelakaan, penyakit, kesukaran, atau stres lainnya.
5) Gordon ( 1976 ) :
6) Aspinall (1976) :
Diagnosa keperawatan adalah suatu proses kesimpulan klinis dari perubahan yang
teramati dalam kondisi fisik atau fisiologis pasien; jika proses ini terjadi secara
akurat dan rasional, maka proses tersebut akan mengarah pada indentifikasi
tentang kesimpulan penyebab simptomatologi.
7) Roy ( 1982) :
Diagnosa keperawatan adalah frase singkat atau istilah yang meringkaskan
kelompok indikator penting (empiris) yang mewakili pola keutuhan manusia.
8) Carpenito ( 1987)
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia
( keadaan sehat atau perubahan pola interakasi aktual atau potensial ) dari individu
atau kelompok perawat yang secara legal mengidentifikasi dan dimana perawat
dapat mengintruksikan intervensi definitif untuk mempertanyakan keadaan sehat
atau untuk mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan.
9) NANDA (1990) :
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu , keluarga,
atau komunitas terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan aktual atau
potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil dimana perawat bertanggunggugat.
1)
2)
3)
4)
2.
a.
Aktual :
suatu diagnosa keperawatan aktual menggambarkan penilaian klinis yang
harus divalidasi perawat karena adanya batasan karakteristik mayor.
1. Syarat :Menegakkan diagnosa keperawatan aktual harus ada unsur PES. Symptom
(S) harus memenuhi kriteria mayor (80%-100%) dan sebagian kriteria minor dari
pedoman diagnosa NANDA. Misalnya, ada data : muntah, diare, dan turgor jelek
selama 5 hari.
b. Resiko
diagnosa keperawatan resiko menggambarkan penilaian klinis dimana in
dividu atau kelompok lebih rentan mengalami masalah di banding orang lain
dalam situasi yang sama atau serupa.
c.
Kemungkinan:
Diagnosis keperawatan yang mungkin adalah pernyataan yang
menjelaskan masalah yang diduga memerlukan data tambahan.itu adalah un
beruntung bahwa banyak perawat telah disosialisasikan untuk menghindari
muncul tentatif. dalam pengambilan keputusan ilmiah, pendekatan tentatif
bukanlah tanda kelemahan atau keraguan, tetapi merupakan bagian penting dari
proses. perawat harus menunda diagnosis akhir sampai ia atau dia telah
mengumpulkan dan menganalisis semua informasi yang diperlukan untuk tiba
pada suatu conclusion.physicians ilmiah menunjukkan kesementaraan dengan
aturan pernyataan keluar (R / O). Perawat juga harus mengadopsi posisi tentatif
sampai mereka telah menyelesaikan pengumpulan data dan evaluasi dan dapat
mengkonfirmasi atau menyingkirkan.
Diagnosa:
kemungkinan
gangguan
konsep
diri:
rendah
diri/terilosasi
e.
Resiko konstipasi
Resiko infeksi
Resiko trombosis
Resiko perlukaan
a. Problem (masalah)
Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan atau
masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkatkan mungkin. Karena pada
bagian ini dari diagnose keperawatan mengidentifikasi apa yang tidak sehat
tentang klien dan apa yang harus diubah tentang status kesehatan klien dan juga
memberikan pedoman terhadap tujuan dari asuhan keperawatan. Dengan
menggunakan standar diagnose keperawatan dari
NANDA mempunyai
4) Semua perawat dapat bekerja sama dalam menguji dan mendefinisikan kategori
diagnose dalam mengidentifikasi criteria pengkajian dan intervensi keperawatan
dalam meningkatan asuhan keperawatan.
b. Etiologi (penyebab)
Etiologi (penyebab) adalah factor klinik dan personal yang dapat merubah status
ksehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah. Etiologi mengidentifikasi
fisiologis, psikologis, sosiologis, spiritual dan factor-faktor lingkungan yang
dipercaya berhubungan dengan masalah baik sebagai penyebab ataupun factor
resiko. Karena etiologi mengidentifikasi factor yang mendukung terhadap masalah
kesehatan klien, maka etiologi sebagai pedoman atau sasaran langsung dari
intervensi keperawatan.Jika terjadi kesalahan dalam menentukan penyebab maka
tindakan keperawatan menjadi tidak efektif dan efisien. Misalnya, klien dengan
diabetes mellitus masuk RS biasanya dengan hiperglikeni dan mempunyai riwayat
yang tidak baik tentang pola makan dan pengobatan (insulin) didiagnosa dengan
ketidaktaatan. Katakana lah ketidaktaatan tersebut berhubungan dengan
kuramgnya
pengetahuan
kien
dan
tindakan
keperawatan
diprioritaskan
mengajarkan klien cara mengatasi diabetes melitus dan tidak berhasil, jika
penyebab ketidaktaatan tersebut karena klien putus asa untuk hidup.
Penulisan etiologi dari diagnose keperawatan meliputi unsure PSMM
P
3) Medication (treatment-related)
Keterbatasan institusi atau RS: tidak sanggup memberikan perawatan dan tidak
ada kerahasiaan.
4) Maturational
Adolescent: ketergantungan dalam kelompok, independen dari keluarga
Young adult: menikah, hamil, orangtua
Dewasa: tekanan karir, dan tanda-tanda pubertas
Elderly: kurangnya sensori, motor, kehilangan (uang, factor lain)
c.
Sign/symptom (tanda/gejala)
Identifikasi data subjektif dan objektif sebagai tanda dari masalah keperawatan.
Memerlukan kriteria evaluasi, misalnya : bau pesing, rambut tidak pernah di
keramas. saya takut jalan di kamar mandi dan memecahkan barang.
1)
2)
3)
4)
5)
A. PERENCANAAN (INTERVENSI)
1. Pengertian
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang
berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut.(Potter & Perry, 2005).
merumuskan
diagnosa
keperawatan
spesifik,
perawat
yang
diperkirakan
untuk
memenuhi
kebutuhan
klien.Prioritas
b. Menetapkan Tujuan
Setelah mengkaji, mendiagnosis, dan menetapkan prioritas tentang
kebutuhan perawatan kesehatan klien, perawat merumuskan tujuan dan hasil yang
diperkirakan dengan klien untuk setiap diagnosa keperawatan (Gordon,1994).
Maksud dari penulisan tujuan dan hasil yang diperkirakan ada dua.Pertama, tujuan
dan hasil yang diperkirakan memberikan arahan untuk intervensi keperawatan
yang individual.Kedua, tujuan dan hasil yang diperkirakan untuk menentukan
keefektifan intervensi.Bulechek & McCloskey (1985), mendefinisikan tujuan
sebagai petunjuk untuk pemilihan intervensi keperawatan dan kriteria dalam
evaluasi intervensi keperawatan.Tujuan harus tidak hanya memenuhi kebutuhan
klien tetapi juga harus mencakup pencegahan dan rehabilitasi.
1. Dua tipe tujuan dikembangkan untuk klien; yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan
jangka panjang.
1) Tujuan jangka pendek adalah sasaran yang diharapkan tercapai dalam periode
waktu yang singkat, biasanya kurang dari satu minggu (Carpenito, 1995).
b. Faktor Tunggal
Setiap penetapan tujuan atau hasil yang diperkirakan harus menunjukkan hanya
satu respons perilaku.Kemanunggalan ini memberikan metoda yang lebih tepat
untuk mengevaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan.
c.
digunakan
untuk
mengukur
respons
klien
terhadap
asuhan
keperawatan.Faktor yang dapat diukur ini kita dapat dari data obektif.
e.
f.
Faktor Mutual
Penetapan tujuan dan hasil yang diharapkan secara mutual memastikan bahwa
klien dan perawat setuju mengenai arah dan batasan waktu dari perawatan.
Penetapan tujuan secara mutual dapat meningkatkan motivasi dan kerja sama
klien.
g. Faktor realistik
Tujuan dan hasil yang diharapkan yang singkat dan realistic dapat dengan cepat
memberikan klien dan perawat suatu rasa pencapaian. Sebaliknya, rasa
pencapaian ini dapat meningkatkan motivasi dan kerja sama klien. Ketika
menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkanyang realistik, perawat, melalui
pengkajian, harus mengetahui sumber-sumber fasilitas perawatan kesehatan,
keluarga, dan klien.
4. Intervensi Keperawatan
Intervensi, strategi, atau tindakan keperawatan dipilih setelah tujuan dan
hasil yang diharapkan ditetapkan.Intervensi keperawatan adalah tindakan yang
dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke
tingkat kesehatan yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan (Gordon, 1994).
Memilih intervensi keperawatan sesuai adalah proses pembuatan keputusan
(Bulechek & McCloskey, 1990). Intervensi keperawatan adalah semua tindakan
asuhan yang perawat lakukan atas nama klien. Perawat memilih intervensi untuk
mencapai hasil. Metoda pemilihan intervensi adalah selalu sama ; tetapi tipe
intervensinya adalah bersifat individual bagi klien.
v Tipe intervensi terbagi 3, yaitu :
a.
Intervensi perawat
Intervensi perawat adalah respons perawat terhadap kebutuhan perawatan
kesehatan dan diagnose keperawatan klien.Tipe intervensi ini adalah suatu
tindakan autonoomi berdasarkan rasional ilmiahyang dilakukan untuk keuntungan
klien dalam cara yang diprediksi yang berhubungan dengan diagnosa keperawatan
dan tujuan klien (Bulechek & McCloskey, 1994). Intervensi ini tidak
membutuhkan supervisi atau arahan dari orag lain. Sebagai contoh, intervensi
untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi yang adekuat atau aktivitas
kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan higiene adalah tindakan
b. Intervensi dokter
Intervensi dokter didasarkan pada respons dokter terhadap diagnose medis, dan
perawat menyelesaikan instruksi tertulis dokter (Bulechek & McCloskey, 1994).
Memberikan medikasi, mengimplementasikan suatu prosedur invasif, mengganti
balutan, dan menyiapkkan klien untuk pemeriksaan diagnostik adalah contohcontoh dari intervensi tersebut.Intervensi ini tidak selalu berada dalam praktik
legal keperawtan bagi perawat untuk meresepkan atau menginstruksikan tindakan
ini, tetapi intervensi tersebut berada dalam praktik keperawatan bagoi perawat
untuk menyelesaikan insruksi tersebut dan untuk mengkhususkan pendekatan
tindakan.Setiap intervensi dokter membutuhkan tanggung jawab keperawatan
spesifik dan pengetahuan keperawatan tehnik spesifik.
c.
Intervensi kolaborasi
Intervensi
kolaborasi
keterampilan,
dan
adalah
terapi
keahlian
dari
yang
membutuhkan
berbagai
pengetahuan,
professional
perawatan
atau
intervensi
kolaboratif,
perawat
tidak
secara
otomatis
a) Intervensi harus diarahkan pada pengubahan etiologi atau tanda dan gejala yang
berkaitan dengan label diagnostik.
b) Intervensi diarahkan pada pengubahan atau menghilangakan faktor-faktor risiko
yang berkaitan dengan diagnosa keperawatan faktor risiko.
3) Dasar riset
a) Tinjauan riset keperawatn klinis yang berhubungan dengan label diagnostik dan
masalah klien.
b) Tinjauan artikel yang menguraikan penggunaan temuan riset dalam situasi dan
lingkungan klinis yang serupa.
5) Keberterimaan klien
a) Rencana tindakan harus selalu dengan tujuan klien dan nnilai perawatan
kesehatan klien.
b) Tujuan keperawatan yang diputuskan secara mutual.
c) Klien harus mampu melakukan perawatan diri atau mempunyai orang yang dapat
membantu dalam perawatan kesehatan tersebut.
B. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan
dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk
klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul
dikemudian hari.
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai
dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif
(intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam
melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan,
strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi. (Kozier et al.,
1995).
1. Dalam Implementasi tindakan keperawatan memerlukan beberapa pertimbangan,
antara lain:
a.
b.
c.
d.
Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah serta
upaya peningkatan kesehatan.
e.
Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannnya.
f.
Penampilan perawat yang bijaksana dari segala kegiatan yang dilakukan kepada
klien.
b.
c.
d.
e.
f.
Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien sebagai individu dalam upaya
meningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri (Self Care).
g.
h.
i.
j.
Bersifat holistik.
k.
l.
Melakukan dokumentas
3. Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori
dari implementasi keperawatan, antara lain:
a.
b. Interpersonal
implementations,
meliputi
koordinasi
kegiatan-kegiatan,
kerjasama ini misalnya dalam pemberian obat injeksi, jenis obat, dosis, dan efek
samping merupakan tanggungjawab dokter tetapi benar obat, ketepatan jadwal
pemberian, ketepatan cara pemberian, ketepatan dosis pemberian, dan ketepatan
klien, serta respon klien setelah pemberian merupakan tanggung jawab dan
menjadi perhatian perawat.
c.
c.
2. Tujuan evaluasi
a. Menilai apakah perawatan sesuai dengan yang diharapkan oleh pasien dan
perawat, dengan mengadakan evaluasi selama proses perawatan, sehingga dapat
melakukan penyesuaian tepat pada waktunya.
b. Menilai apakah perawatan sesuai dengan yang diharapkan oleh pasien dan
perawat, dengan mengadakan evaluasi selama proses perawatan, sehingga dapat
melakukan penyesuaian tepat pada waktunya.
3. Komponen evaluasi
a.
tujuan
telah
terpenuhi.Hala
ini
biasanya
diperlakukan
untuk
2)
c.
Ketika tujuan telah dipenuhi sebagian atau ketika tujuan belum terpenuhi,
dua kesimpulan yang dapat ditarik:
1) Rencana perawatan yang mungkin perlu direvisi, karena masalahnya adalah
sebagian dapat diselesaikan. revisi mungkin perlu terjadi selama fase menilai,
mendiagnosis, atau perencanaan, serta pelaksanaan.
2) Rencana perawatan tidak perlu revisi, karena klien membutuhkan waktu lebih
untuk mencapai tujuan sebelumnya.
3) Memodifikasi rencana asuhan dan mengakhiri rencana keperawatan
Masalah tidak teratasi, yaitu jika klien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang yelah
ditetapkan.
Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi
adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil
yang telah ditetapkan. Subjective adalah informasi berupa ungkapan yang didapat
dari klien setelah tindakan diberikan.Objective adalah informasi yang didapat
Bagi pasien
6) Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat
dihubungi
b. Bagi perawat
1) Merasakan bahwa keahliannya diterma dan dapat digunakan
2) Menerima informasi kunci setiap waktu
3) Memahami perannya dalam sistem
4) Dapat mengembangkan keterampilan dalam prosedur baru
5) Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara yang
berbeda
6) Bekerja dalam suatu sistem dengan efektif
b. Isolasi sosial
c.
d. Operasi besar
e.
f.
Orang labil
j.
Penyakit terminal
b. Maltipe diagnosis
c.
f.
Fakir miskin
j.
Penyakit kronis
Penyalahgunaan zat
Pengkajian
Pengkajian mencakup pengumpulan dan pengorganisasian data tentang
klien.ketika melakukan pengkajian kepada klien,keluarga merupakan bagian dari
perawatan.klien dan keluarga harus aktif dilibatkan dalam proses discharge
planning agar transisi dari rumah sakit kerumah dapat efektif.
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah :
a.
Data kesehatan
b. Data pribadi
c.
Pemberi perawatan
d. Lingkungan
e.
b. Diagnosa
c.
Perencanaan
Menurut Luverne dan Barbara (1988) Perencanaan pemulangan pasien
membutuhkan identifikasi kebutuhan klien.kelompok perawat berfokus pada
kebutuhan rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang klien,yang
disingkat dengan METHOD yaitu :
1) Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
2) Environment (lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman.pasien
juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kelanjutan
perawatannya.
3) Treatment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien
pulang, yang dilakukan oleh klien dan anggota keluarga.
5) Diet
d. Implementasi
Implementasi dalam discharge planning adalah pelaksanaan rencana
pengajaran referral.seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentsikan
padacatatan perawat dan ringkasan pulang (discharge summary).intruksi tertulis
diberikan kepada klien.demontrasi ulang harus menjadi memuaska.klien dan
pemberi perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat
yang digunakan dirumah.
e.
Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja
proses discharge planning.perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan
cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yag sesuai.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu setelah
klien berada dirumah.ini dapat dilakukan melalui telfon,kuisioner atau
kunjungan rumah (home visit).
Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam variable :
1) Derajat penyakit
2) Hasil yang diharapkan dari perawatan
3) Durasi perawatan yang dibutuhkan
4) Jenis-jenis pelayanan yang diperlakukan
5) Komplikasi tambahan
6) Ketersediaan sumber-sumber untuk mencapai pemulihan
K. Analisis Penerapan Discharge Planning
1) Fenomena penerapan discharge planning
a) Masih terbatasnya rumah sakit yang melaksanakan discharge planning, hal ini
disebabkan karena masih belum dipahaminya bahwa discharge planning
merupakan bagian dari asuhan keperawatan.
j)
k) Apa yang menjadi dasar untuk mengatakan bahwa penyedia layanan tidak
memenuhi kewajibannya dalam perawatan klien dirumah ?
Apakah anda membutuhkan orang lain atau perawat untuk merawat anda ?
Berapa jarak dari tempat pelayanan kesehatan tersebut dan dengan apa anda
kesana ?
j)
m) Apakah anda dirumah memiliki peralatan yang cukup untuk perawatan lanjutan ?
Klien dan discharge planner harus mengetahui secara pasti menyangkut peran dan
semua unit pelayana kesehatan yang tersedia.
g) Klien perlu memahami jenis pelayanan kesehatan apa yang mendukung asuransi
kesehatan yang dipilih.
Kebijakan pemerintah
j)
REFERENSI :
http://www.tadikaislam.com/forum/index.php?
action=vthread&forum=1&topic=4