Anda di halaman 1dari 19

Poltekkes Jakarta Tiga Februari 2022

DIAGNOSA
DAN
RENCANA KEPERAWATAN

Dr. Eviana Tambunan, SKp, MKM


Anggota 1. Anaisyah Putri Fahlevi P3.73.20.1.21.050
2. Annisa Aprilia P3.73.20.1.21.051
Kelompok 3 3. Dimas Yudhatama P3.73.20.1.21.058
4. Ellyah P3.73.20.1.21.059
5. Klara Eksi Purnamasari P3.73.20.1.21.066
6. Lia Hamidah P3.73.20.1.21.067
7. Nur Azizah P3.73.20.1.21.074
8. Putri Azra Dyansa P3.73.20.1.21.075
9. Roofi Khasanah P3.73.20.1.21.082
Diagnosa keperawatan adalah sutu
penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialami baik yang
Diagnosa berlangsung aktual maupun potensial.
Diagnosa Keperawatan

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Diagnosis keperawatan memberikan


(SDKI) adalah tolak ukur yang gambaran tentang masalah atau status
dipergunakan sebagai pedoman kesehatan klien yang nyata (aktual) dan
penegakan diagnosis keperawatan dalam
rangka memberikan asuhan keperawatan kemungkinan akan terjadi, dimana
yang aman, efektif, dan etis. pemecahannya dapat dilakukan dalam
Standar ini merupakan salah satu batas wewenang perawat. Dari definisi
komitmen profesi keperawatan dalam
diatas jelas bahwa diagnosa
memberikan perlindungan sebagai
masyarakat sebagai klien dari asuhan keperawatan yang dirumuskan harus
keperawatan yang dilakukan oleh anggota sesuai dengan kewenangan perawat..
profesi perawat.
Komponen
Diagnosa Keperawatan
1. Masalah (problem) no Deskriptor Fokus Diagnostik

Tidak Efektif Bersihan jalan nafas


menggambarkan inti dari
respons klien terhadap kondisi 2. Gangguan Pertukaran Gas
kesehatan atau proses
kehidupannya, yang terdiri dari 3. penurunan Curah Jantung

deskriptor atau penjelasan


(fokus diagnostik). Deskriptor 4. Inteloransi Aktivitas

merupakan pernyataan yang


5. Defisit Pengetahuan
menjelaskan bagaimana suatu
fokus diagnosis terjadi.
3. Penyebab (etiology)
2. Indikator Diagnostik Mencakup kategori, yaitu:
Indikator diagnostik terdiri atas: • fisiologis, biologis dan psikologis
• penyebab, • efek terapi/tindakan
• tanda dan gejala
• faktor risiko. • situsional (lingkungan/personal)
• maturasional
4. Tanda (sign) dan gejala (symptom)
Merupakan data objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, laboratorium
dan prosedur diagnostik, sedangkan gejala data objektif yang diperoleh dari
hasil anamnesis.

5. Faktor risiko
Merupakan kondisi atau situasi yang dapat meningkatkan kerentanan klien
mengalami masalah kesehatan.
Klasifikasi Diagnosis Kerawatan

sistem klasifikasi yang Sistem klasifikasi ini disusun untuk


disebut dengan International mengharmonisasikan terminologi
Nurses Council International keperawatan yang diantaranya seperti :
for Nursing Practice (ICNP), Clinical Care Classification (CCC)
membagi diagnosis North American Nursing Diagnosis Association
keperawatan menjadi lima (NANDA)
ketegori, yaitu Fisiologis, Home Health Care Classification (HHCC)
Psikologis, Perilaku, Relasional, Systematized Nomenclature of Medicine
dan Lingkungan. Clinical Terms (SNOMED CT)
Rencana/Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan merupakan sebuah rancangan


sebelum memberikan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang sudah didapatkan dari
kumpulan pengkajian data, agar mendapatkan tindakan
keperawatan yang efektif. Untuk memberikan tindakan
keperawatan dalam asuhan keperawatan maka harus
merencanakan dulu tindkan yang akan diberi.
Rencana/Intervensi Keperawatan

(SIKI)

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah tolak ukur yang


dipergunakan sebagai panduan dalam penyusunan intervensi keperawatan dalam
rangka memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif, dan etis. Standar
intervensi keperawatan mencakup intervensi keperawatan secara komprehensif yang
meliputi intervensi pada berbagai level praktik (generalis dan spesialis), berbagai
kategori (fisiologis dan psikososial), berbagai upaya kesehatan (kuratif, preventif, dan
promotif), berbagai jenis klien (individu, keluarga, dan komunitas), jenis intervensi
(mandiri dan kolaborasi) serta intervensi komplementer dan alternatif.
Indikator rumusan tujuan Indikator rumusan tujuan

1. Tujuan jangka panjang 2. Tujuan jangka pendek


• mengidentifikasi arah keseluruhan atau • tujuan yang harus dicapai sebelum
hasil akhir perawatan. pemulangan. Misalnya : rasa nyeri
• tidak tercapai sebelum pemulangan. pasien berkurang/hilang setelah
• memerlukan perhatian yang terus menerus dilakukan tindakan perawatan
dari pasien dan/atau orang lain. selama 2×24 jam.
• dicapai dalam waktu yang lama, biasanya • diharapkan
2 bisa dicapai dalam
lebih dari satu minggu atau satu bulan.
waktu yang singkat, biasanya
• ditujukan pada unsur “problem/masalah”
kurang dari satu minggu.
dalam diagnosa keperawatan.
• ditujukan pada unsurE/S(etiologi,
tanda dan gejala) dalam diagnosa
keperawatan aktual/resiko.
Indikator kriteria Pedoman penulisan kriteria hasil
hasil

Kriteria hasil untuk diagnosa a. Berfokus pada klien Kriteria hasil ditujukan
keperawatan mewakili status pada klien
kesehatan klien yagn dapat b. Singkat dan jelas, memudahkan perawat untuk
mengidentifikasikan tujuan dan rencana tindakan.
dicapai atau dipertahankan
c. Dapat diobservasi dan diukur utnuk menentukan
melalui rencana tindakan yang
keberhasilan atau kegagalan.
mandiri, sehingga dapat d. Ada batas waktunya.
membedakan antara diagnosa e. Realistik. Kriteria hasil harus dapat dicapai sesuai
keperawatan dan masalah dengan sarana dan prasarana yang tersedia.
kolaburatif. Menurut f. Ditentukan oleh perawat dan klien utnuk memvalidasi.
Gordon(1994)
Contoh Penyusun Diagnosa (SDKI) dan Rencana Tindakan Keperawatan (SIKI)
Contoh Penyusun Diagnosa (SDKI) dan Rencana Tindakan Keperawatan (SIKI)
Contoh Penyusun Diagnosa (SDKI) dan Rencana Tindakan Keperawatan (SIKI)
CONTOH KASUS

Pada tanggal 2 Febuari 2020, jam 20.00 WIB di ruang IGD, datang seorang pasien Ny.S, ia
berusia 22 tahun berjenis kelamin perempuan, beralamat di Jalan Tulakan, Jawa Tengah.
Pasien datang dengan di dampingi ibunya yang berinisial Ny. A. Pasien mengatakan bahwa ia BAB 4 –
5x/hari dan berlangsung selama 4 hari, selain itu pasien menyebutkan feses klien encer dan berlendir,
pasien merasakan sensasi panas ditubuhnya, sebelum mengalami diare pasien mengkonsumsi makanan
pedas.
Dari hasil pemeriksaaan klien terlihat pucat, mukosa bibir kering, dan suara perut hipertimpani. Dari hasil
pemeriksaan tanda – tanda vital, tekanan darah 110/70 MmHg, suhu 37,5 derajat celcius, nadi 78x/menit,
dan respirasi 20x/menit.
DIAGNOSA KEPERAWATAN (SDKI) INTERVENSI KEPERAWATAN (SIKI)

Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit. (SDKI: D.0037) Intervensi:


Mengidentifikasi dan mengelola ketidakseimbangan kadar elektrolit serum. (SIKI: I.03102)
Definisi
Berisiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit. Observasi
•Identifikasi tanda dan gejala ketidakseimbangan kadar elektrolit
Faktor Risiko •Identifikasi penyebab ketidakseimbangan elektrolit
•Ketidakseimbangan cairan (mis. dehidrasi dan serum elektrolit) •Identifikasi kehilangan elektrolit melalui cairan (mis. diare)
•Kelebihan volume cairan •Monitor kadar elektrolit
•Gangguan mekanisme regulasi (mis. diabetes) •Monitor efek samping pemberian suplemen elektrolit
•Efek samping prosedur (mis. pembedahan)
•Diare Terapeutik
•Muntah •Berikan cairan (jika perlu)
•Disfungsi ginjal •Berikan diet yang tepat
•Disfungsi regulasi endokrin •Anjurkan pasien dan keluarga untuk modifikasi diet (jika perlu)
•Pasang akses intravena (jika perlu)
Gejala dan Tanda
DS: - BAB 4-5x/hari selama 4 hari Edukasi
- feses cair dan berlendir •Jelaskan jenis, penyebab dan penanganan ketidakseimbangan elektrolit
- demam
- 1 hari sebelumnya klien mengonsumsi makanan pedas Kolaborasi
DO: - pucat •Kolaborasi pemberian suplemen elektrolit (misalnya oral, NGT, IV), sesuai indikasi
- Mukosa bibir kering
-suara perut hipertimpani
- Hasil pemeriksaaan TTV
TD: 110/70 MmHg,
S: 37,5 C,
N: 78x/menit,
R: 20x/menit
Terima kasih!

Anda mungkin juga menyukai