Anda di halaman 1dari 16

Diagnosis Keperawatan Diare

Diare (bahasa inggris : diarrhea) adalah kondisi dimana tubuh mengalami


pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk. Biasanya terjadi
paling sedikit 3 kali dalam rentang waktu 24 jam.

Penyebab

Penyebab kondisi diare dapat ditimbulkan oleh beberapa situasi, bisa


disebabkan oleh keadaan fisiologis, psikologis dan kondisi situasional.

1. Fisiologis : Diare yang disebabkan oleh adanya gangguan fisiologis


tubuh diantaranya dapat disebabkan oleh :
o Inflamasi gastrointestinal
o Iritasi gastrointestinal
o Proses infeksi
o Malabsorpsi
2. Psikologis : Sedangkan diare yang disebabkan oleh kondisi
psikologis yang tidak stabil biasanya dikarenakan oleh:
o Kecemasan
o Tingkat stress tinggi
3. Situasional : Kondisi situasional yang dapat menyebabkan
terjadinya diare semisal:
o Terpapar kontaminan
o Terpapar toksin
o Penyalahgunaan laksatif
o Penyalahgunaan zat
o Program pengobatan (agen tiroid, analgesik, pelunak feses,
ferosulfat, antasida, cimetidine, antibiotic)
o Perubahan air dan makanan
o Bakteri pada air
Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala diare dibagi menjadi tanda dan gejala mayor dan tanda
dan gejala minor yang mana dibedakan menjadi 2 subkategori yaitu objektif
dan subjektif.

S/O Tanda/Gejala Mayor Tanda/Gejala Minor

Objektif Defekasi >3 kali/24 Frekuensi peristaltik meningkat, bising usus


jam hiperaktif

Subjektif - Urgensi, nyeri/kram abdomen

Kondisi Klinis Terkait

Diare, biasanya disertai dengan berbagai kondisi yang dapat menjadi


penyebab atau akar masalah dari terjadinya diare, beberapa kondisi klinis
terkait diare diantaranya:

1. Kanker kolon
2. Diverticulitis
3. Iritasi usus
4. Crohn’s desease
5. Ulkus peptikum
6. Gastritis
7. Spasme kolon
8. Kolitis ulseratif
9. Hipertiroidisme
10. Demam typoid
11. Malaria
12. Sigelosis
13. Kolera
14. Disentri
15. Hepatitis
Pengertian Diagnosis Keperawatan
Daftar Isi

Diagnosis Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien


terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung aktual maupun potensial.

Diagnosis keperawatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien


individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan.

Nah, sebagai seorang perawat, kita diharapkan untuk memiliki rentang


perhatian yang luas terhadap berbagai respon yang dilakukan oleh klien,
baik pada saat klien sakit maupun sehat.

Respon-respon tersebut merupakan reaksi terhadap masalah kesehatan dan


proses kehidupan yang dialami klien. Sehingga, diharapkan perawat mampu
menangkap dan berfikir kritis dalam merespon perilaku tersebut.

Masalah kesehatan mengacu pada kepada respon klien terhadap kondisi


sehat-sakit, sedangkan proses kehidupan mengacu kepada respon klien
terhadap kondisi yang terjadi selama rentang kehidupannya dimulai dari fase
pembuahan hingga menjelang ajal dan meninggal yang membutuhkan
diagnosis keperawatan dan dapat diatasi atau diubah dengan intervensi
keperawatan . (Referensi : Christensen & Kenney, 2009; McFarland &
McFarlane, 1997; Seaback, 2006).

Klasifikasi Diagnosis Keperawatan


International Council of Nurses (ICN) sejak tahun 1991 telah
mengembangkan suatu sistem klasifikasi yang disebut dengan International
Classification for Nursing Practice (ICNP).
Sistem klasifikasi ini tidak hanya mencakup klasifikasi intervensi dan tujuan
(outcome) keperawatan saja.

Lebih dari itu, sistem klasifikasi ini disusun untuk mengharmonisasikan


terminologi-terminologi keperawatan yang digunakan diberbagai negara
diantaranya seperti ;

 Clinical Care Classification (CCC),


 North American Nursing Diagnosis Association (NANDA),
 Home Health Care Classification (HHCC),
 Systematized Nomenclature of Medicine Clinical Terms (SNOMED
CT),
 International Classification of Functioning, Disability and
Health (ICF),
 Nursing Diagnosis System of the Centre for Nursing Development
and Research (ZEFP)
 Omaha System.

(Referensi : Hardiker et al, 2011, Muller-Staub et al, 2007; Wake & Coenen,
1998)

ICNP membagi diagnosis keperawatan menjadi 5 kategori, yaitu Fisiologis,


Psikologis, Perilaku, Relasional dan Lingkungan (Wake & Coenen, 1998).

Kategori dan subkategori tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Jenis Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu Diagnosis Negatif dan
Diagnosis Positif.

Diagnosis negatif menunjukan bahwa klien dalam kondisi sakit atau


beresiko mengalami sakit sehingga penegakan diagnosis ini akan
mengarahkan pemberian intervensi keperawatan yang bersifat
penyembuhan, pemulihan dan pencegahan.

Nah, diagnosis ini terdiri dari Diagnosis Aktual dan Diagnosis Resiko.

Sedangkan …

Diagnosis Positif menunjukan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat
mencapai kondisi yang lebih sehat atau optimal. Diagnosis ini disebut juga
dengan istilah Diagnosis Promosi Kesehatan (ICNP, 2015; Standar Praktik
Keperawatan Indonesia – PPNI, 2005).

Berikut penjabaran lengkap mengenai macam-macam diagnosis tersebut


diatas (Carpenito, 2013; Potter & Perry, 2013).

1. Diagnosis Aktual

Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau


proses kehidupan yang menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan.

Tanda atau gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan divalidasi pada
klien secara langsung.

2. Diagnosis Resiko

Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau


proses kehidupannya yang dapat menyebabkan klien beresiko mengalami
masalah kesehatan.
Dalam penegakan diagnosis ini, tidak akan ditemukan tanda/gejala mayor
ataupun minor pada klien, namun klien akan memiliki faktor resiko terkait
masalah kesehatan yang mungkin akan dialaminya dikemudian hari.

3. Diagnosis Promosi Kesehatan

Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk


meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik atau optimal.

Komponen Diagnosis Keperawatan


Diagnosis keperawatan memiliki 2 kompinen utama, yaitu Masalah (Problem)
atau Label Diagnosis dan Indikator Diagnostik.

1. Masalah (Problem)

Masalah merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan inti


dari respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya.

Label diagnosis ini terdiri dari Deskriptor atau penjelas dan Fokus Diagnostik.

Deskriptor merupakan pernyataan yang menjelaskan bagaimana suatu fokus


diagnosis terjadi. Beberapa deskriptor yang digunakan dalam diagnosis
keperawatan diuraikan melalui gambar dibawah ini.

2. Indikator Diagnostik

Indikator diagnostik terdiri dari penyebab, tanda/gejala, dan faktor resiko


dengan uraian sebagai berikut.

a. Penyebab (Etiology)

Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status kesehatan.


Etiologi ini dapat mencakup 4 kategori, yaitu;

 Fisiologis, Biologis atau Psikologis,


 Efek Terapi/Tindakan,
 Situasional (lingkungan atau personal)
 Maturasional

b. Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom)

Tanda merupakan data objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium dan prosedur diagnostik.

Sedangkan gejala merupakan data subjektif yang diperoleh dari hasil


anamnesis atau pengkajian.

Tanda/gejala ini dikelompokan menjadi 2 kategori, yaitu:

 Tanda/Gejala Mayor: Ditemukan sekitar 80% – 100% untuk validasi


diagnosis.
 Tanda/Gejala Minor: Tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan
dapat mendukung penegakan diagnosis.

c. Faktor Resiko (Risk Factor)

Merupakan kondisi atau situasi yang dapat meningkatkan kerentanan klien


dalam mengalami masalah kesehatan atau proses kehidupannya. Indikator
diagnosis ini akan berbeda-beda pada masing-masing macam jenis
diagnosis.

 Pada diagnosis aktual, indikator diagnostiknya terdiri dari penyebab


dan tanda/gejala.
 Pada diagnosis resiko, tidak memiliki penyebab dan tanda/gejala,
melainkan hanya faktor resiko saja.
 Pada diagnosis promosi kesehatan, hanya memiliki tanda/gejala
yang menunjukan kesiapan klien untuk mencapai kondisi yang lebih
optimal.

Proses Penegakan Diagnosis Keperawatan


Proses penegakan diagnosis (diagnostic process) adalah suatu proses yang
sistematis yang terdiri dari 3 tahap yaitu, analisis data, identifikasi masalah
dan perumusan diagnosis.

Untuk perawat profesional yang telah berpengalaman, proses ini dapat


dilakukan secara simultan. Namun untuk perawat yang belum memiliki
pengalaman yang memadai, setidaknya diperlukan latihan dan pembiasaan
untuk melakukan proses penegakan diagnosis secara sistematis.

Proses penegakan diagnosis keperawatan diuraikan sebagai berikut;

1. Analisis Data

Tahap pertama dalam proses penegakan diagnosis keperawatan adalah


Analisis data yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut ini.

a. Bandingkan data dengan nilai normal/rujukan

Data-data yang didapatkan dari pengkajian, bandingkan dengan nilai-nilai


normal dan identifikasi tanda/gejala yang bermakna, baik tanda/gejala
mayor ataupun tanda/gejala minor.

b. Kelompokkan data

Tanda/gejala yang dianggap bermakna, dikelompokan berdasarkan pola


kebutuhan dasar yang meliputi;

1. respirasi,
2. sirkulasi,
3. nutri/cairan,
4. eliminasi,
5. aktivitas/istirahat,
6. neurosensori,
7. reproduksi/seksualitas,
8. nyeri/kenyamanan,
9. integritas ego,
10. pertumbuhan/perkembangan,
11. kebersihan diri,
12. penyuluhan/pembelajaran
13. interaksi sosial, dan
14. keamanan/proteksi.

Proses pengelompokan data ini dapat dilakukan baik secara induktif, dengan
memilah dara sehingga membentuk sebuah pola, atau secara deduktif,
menggunakan kategori pola kemudian mengelompokan data sesuai
kategorinya.

2. Identifikasi Masalah

Setelah data dianalisis, perawat dan klien bersama-sama mengidentifikasi


masalah, mana masalah yang aktual, resiko dan /atau promosi kesehatan.

Pernyataan masalah kesehatan ini merujuk pada label diagnosis keperawatan


yang sebelumnya telah dibahas diatas.

3. Perumusan Diagnosis Keperawatan

Perumusan atau penulisan diagnosis disesuaikan dengan jenis diagnosis


keperawatannya. Terdapat 2 metode perumusan diagnosis, yaitu;

a. Penulisan 3 Bagian (3 Parts Format)

Metode penulisan ini terdiri dari Masalah, Penyebab dan Tanda/Gejala dan
hanya dilakukan pada diagnosis aktual saja.

Formulasi diagnosis keperawatan penulisan 3 bagian adalah sebagai


berikut:

Masalah berhubungan dengan Penyebab dibuktikan dengan Tanda/Gejala

Frase ‘berhubungan dengan’ dapat disingkat b.d dan frase ‘dibuktikan


dengan’ dapat disingkat d.d.
Contoh Penulisan:

Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas d.d batuk tidak
efektif, sputum berlebih, mengi, dispnea dan gelisah.

b. Penulisan 2 Bagian (2 Parts Format)

Metode penulisan ini dilakukan pada diagnosis resiko dan diagnosis promosi
kesehatan, dengan formulasi sebagai berikut:

(1) Diagnosis Resiko

Masalah dibuktikan dengan Faktor Resiko

Contoh Penulisan:

Resiko aspirasi dibuktikan dengan tingkat kesadaran menurun.

(2) Diagnosis Promosi Kesehatan

Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala

Contoh Penulisan:

Kesiapan peningkatan eliminasi urin dibuktikan dengan pasien mengatakan


ingin meningkatkan eliminasi urin, jumlah dan karakteristik urin normal.

Daftar Diagnosis Keperawatan sesuai Standar


Diagnosis Keperawatan Indonesia
Ansietas : Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.

Berat Badan Lebih : Akumulasi lemak berlebih atau abnormal yang tidak
sesuai dengan usia dan jenis kelamin.
Berduka : Respon psikososial yang ditunjukan oleh klien sebagai akibat dari
kehilangan, baik kehilangan orang, objek, fungsi, bagian tubuh atau
hubungan.

Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif : Ketidakmampuan membersihkan


sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap
paten.

Defisit Kesehatan Komunitas : Terdapat masalah kesehatan atau faktor


risiko yang dapat menganggu kesejahteraan pada suatu kelompok.

Defisit Nutrisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhikebutuhan


metabolisme.

Defisit Pengetahuan : Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang


berkaitan dengan topik tertentu.

Defisit Perawatan Diri : Ketidakmampuan melakukan atau menyelesaikan


aktivitas perawatan diri.

Diare : Pengeluaran feses yang sering. Lunak dan tidak berbentuk.

Disfungsi Motilitas Gastrointestinal


Disfungsi Seksual
Disorganisasi Perilaku Bayi
Disrefleksia Otonom
Distres Spiritual
Gangguan Eliminasi Urin
Gangguan Citra Tubuh
Gangguan Identitas
Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
Gangguan Interaksi Sosial
Gangguan Komunikasi Verbal
Gangguan Memori
Gangguan Menelan
Gangguan Mobilitas Fisik
Gangguan Persepsi Sensori
Gangguan penyapihan Ventilator
Gangguan Pertukaran Gas
Gangguan Pola Tidur
Gangguan Proses Keluarga
Gangguan Rasa Nyaman
Gangguan Sirkulasi Spontan
Gangguan Tumbuh Kembang
Gangguan Ventilasi Spontan
Harga Diri Rendah Kronis
Harga Diri Rendah Situasional
Hipervolemia
Hipovolemia
Hipertermia
Hipotermia
Ikterik Neonatus
Inkontinensia Fekal
Inkontinensia Urin Berlanjut
Inkontinensia Urin Berlebih
Inkontinensia Urin Fungsional
Inkontinensia Urin Refleks
Inkontinensia Urin Stres
Inkontinensia Urin Urgensi
Intoleransi Aktivitas
Isolasi Sosial
Keletihan
Keputusasaan
Ketegangan Peran Pemberi Asuhan
Ketidakberdayaan
Ketidakmampuan Koping Keluarga
Ketidaknyamanan Pasca Partum
Ketidakpatuhan
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Kesiapan Peningkatan Eliminasi Urin
Kesiapan Peningkatan Keseimbangan Cairan
Kesiapan Peningkatan Konsep Diri
Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga
Kesiapan Peningkatan Koping Komunitas
Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan
Kesiapan Peningkatan Menjadi Orang Tua
Kesiapan Peningkatan Nutrisi
Kesiapan Peningkatan Pengetahuan
Kesiapan Peningkatan Proses Keluarga
Kesiapan Peningkatan Tidur
Kesiapan Persalinan
Konfusi Akut
Konfusi Kronis
Konstipasi
Koping Defensif
Koping Komunitas Tidak Efektif
Koping Tidak Efektif
Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif
Menyusui Efektif
Menyusui Tidak Efektif
Nausea
Nyeri Akut
Nyeri Kronis
Nyeri Melahirkan
Obesitas
Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif
Penampilan Peran Tidak Efektif
Pencapaian Peran Menjadi Orang Tua
Penurunan Curah Jantung
Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial
Penurunan Koping Keluarga
Penyangkalan Tidak Efektif
Perfusi Perifer Tidak Efektif
Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko
Perilaku Kekerasan
Perlambatan Pemulihan Pasca Bedah
Pola Nafas Tidak Efektif
Pola Seksual Tidak Efektif
Resiko Alergi
Resiko Aspirasi
Resiko Berat Badan Lebih
Resiko Bunuh Diri
Resiko Cedera
Resiko Cedera Pada Ibu
Resiko Cedera Pada Janin
Resiko Defisit Nutrisi
Resiko Disfungsi Motilitas Gastroontestinal
Resiko Disfungsi Neurovaskuler Perifer
Resiko Disfungsi Seksual
Resiko Disorganisasi Perilaku Bayi
Resiko Distres Spiritual
Resiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
Resiko Gangguan Perkembangan
Resiko Gangguan Perlekatan
Resiko Gangguan Pertumbuhan
Resiko Gangguan Sirkulasi Spontan
Resiko Harga Diri Rendah Kronis
Resiko Harga Diri Rendah Situasional
Resiko Hipotermia Perioperatif
Resiko Hipovolemia
Resiko Hipovolemia
Resiko Ikterik Neonatus
Resiko Infeksi
Resiko Intoleransi Aktivitas
Resiko Inkontinensia Urin Urgensi
Resiko Jatuh
Resiko Kehamilan Tidak Dikehendaki
Resiko Ketidakberdayaan
Resiko Ketidakseimbangan Cairan
Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit
Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Resiko Konfusi Akut
Resiko Konstipasi
Resiko Luka Tekan
Resiko Mutilasi Diri
Resiko Penurunan Curah Jantung
Resiko Perdarahan
Resiko Perfusi Gastrointestinal Tidak Efektif
Resiko Perfusi Miokard Tidak Efektif
Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif
Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
Resiko Perilaku Kekerasan
Resiko Perlambatan Pemulihan Pasca Bedah
Resiko Proses Pengasuhan Tidak Efektif
Resiko Syok
Resiko Termoregulasi Tidak Efektif
Retensi Urin
Sindrom Pasca Trauma
Termoregulasi Tidak Efektif
Waham

Anda mungkin juga menyukai