Anda di halaman 1dari 3

Cara Pemberian Transfusi Darah

Pada Bayi Dan Anak

Bagaimana cara pemberian trasfusi darah ?


Transfusi darah adalah suatu rangkaian proses pemindahan darah donor kedalam
sirkulasi darah resipien sebagai upaya pengobatan.

Apa saja tujuan dari transfusi darah ?


1. Mengembalikan dan mempertahankan volume yang normal peredaran darah
2. Menganti kekuranga komponen darah seluler atau kimia darah
3. Meningkatkan oksigenasi jaringan
4. Memperbaiki homeostasis
5. Tindakan terapi khusus
6.
Indikasi dari transfusi darah ?
1. Untuk mengembalikan dan mempertahankan suatu volume peredaran darah yang normal,
misalnya pada anemia karena peredarahan, trauma bedah, atau luka bakar yang luas
2. Untuk menganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah, misalnya pada anemia,
trombositopenia, hipoprotrombinemia,hipofibrinogenemia

Keadaan anemia yang bagaimana membutuhkan transfusi darah ?


1. Anemia karena perdarahan
Biasanya digunakan dengan batas Hb 7 – 8 g/dl. Bila Hb turun hingga 4,5 g/dl,
2. Anemia hemolitik
Biasanya kadar Hb dipertahankan hingga dapat mengatasinya sendiri. Umumnya
digunakan patokan 5g/dl
3. Anemia aplastik
4. Leukimia dan Anemia refrakter
5. Anemia karena sepsis
6. Anemia pada orang yang akan menjalani operasi

Bagaiamana prosedur pelaksanaan transfusi darah ?


1. Identitas pasien harus dicocokan secara lisan maupun tulisan
2. Pemeriksaan identias dilakukan disisi pasien
3. Identitas dan jumlah darah dalam kemasan dicocokkan dengan formulir permintaaan
darah
4. Tekanan darah, frekuensi denyut jantung, dan suhu harus diperiksa sebelumnya, serta
diulang secara rutin
5. Observasi ketat, terutama paa 15 menit pertama setelah transfusi darah dimulai.
Sebaiknya satu unit darah diberikan dalam 1 – 2 jam tergantung status kardiovaskuler
dan dianjurkan tidak melebihi dari 4 jam mengingat kemungkinan poliferasi bakteri pada
suhu kamar.
Komplikasi transfusi darah ?
1. Reaksi transfusi darah secara umum
Jika terjadi reaksi transfusi yang mungkin terjadi reaksi transfusi, maka langkah yang
dilakukan adalah menghentikan transfusi, tetap memasang infus untuk pemberian cairan
NaCl 0,9%
2. Reaksi tansfusi hemolitik akut (RTHA)
Terjadi selalu karena ketidak cocokkan golongan darah ABO (antibodi jenis IgM yan
beredar) dan sekitar 90% karena terjadi kesalaha dalam mencatat identifikasi pasien atau
unit darah yang akan diberikan.
Gejala dan tanda yang dapat timbul pada RTHA alah demam dengan atau tanpa
mengigil, mual, sakit punggung atau dada, sesak napas, urine berkurang.
3. Reaksi trasnfusi hemolitik lambat (RTHL)
Reaksi transfusi hemolitik lambat biasanya disebabkan oleh adanya antibodi yang
beredar yang tidak dapat dideteksi sebelum transfusi dilakukan karena titernya rendah.
Gejala dan tanda yang timbul pada RTHL adalah demam, pucat,ikterus dan kadang –
kadang hemoglobinuria
4. Reaksi transusi non – hemolitik
a. Demam
b. Reaksi alergi
c. Reaksi anafilaktik
Daftar Pustaka
1. Djajadiman Gatot, Penatalaksanaan Transfusi Pada Anak dalam Updates In Pediatric
Emergancy, 2002, Jakarta, Balai Penerbit FKUI
2. Strauss RG, Transfusi Darah dan Komponen Darah, Nelson Ilmu Kesehatan Anak,
Jakarta, EGC.
3. Ramelan S, Gatot D, Transfusi Darah Pada Bayi dan Anak dalam Pendidikan
Kediokteran berkelanjutan (Continuing Medical Educatio) Pediatrics Updates, 2005,
Jakarta, IDAI cabang Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai