Anda di halaman 1dari 22

STANDAR DIAGNOSIS

KEPERAWATAN INDONESIA
(SDKI): PANDUAN DAN DAFTAR
LENGKAP DIAGNOSIS
By. Heru Sulistijono
Diagnosis Keperawatan
 Diagnosis Keperawatan adalah suatu penilaian
klinis mengenai respon klien terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial.
 Diagnosis keperawatan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi respon klien individu, keluarga
dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan
dengan kesehatan.
 Nah, sebagai seorang perawat, kita diharapkan
untuk memiliki rentang perhatian yang luas
terhadap berbagai respon yang dilakukan oleh
klien, baik pada saat klien sakit maupun sehat.
 Respon-respon tersebut merupakan reaksi
terhadap masalah kesehatan dan proses
kehidupan yang dialami klien. Sehingga,
diharapkan perawat mampu menangkap dan
berfikir kritis dalam merespon perilaku tersebut.
 Masalah kesehatan mengacu pada kepada
respon klien terhadap kondisi sehat-sakit,
sedangkan proses kehidupan mengacu kepada
respon klien terhadap kondisi yang terjadi selama
rentang kehidupannya dimulai dari fase
pembuahan hingga menjelang ajal dan
meninggal yang membutuhkan diagnosis
keperawatan dan dapat diatasi atau diubah
dengan intervensi keperawatan. (Referensi :
Christensen & Kenney, 2009; McFarland &
Jenis Diagnosis Keperawatan
Dibagi 2 jenis, yaitu Diagnosis Negatif & Diagnosis Positif.
Diagnosis negatif menunjukan bahwa klien dalam kondisi
sakit / beresiko mengalami sakit sehingga penegakan
diagnosis ini akan mengarahkan pemberian intervensi
keperawatan yang bersifat penyembuhan, pemulihan dan
pencegahan. (terdiri dari Diagnosis Aktual dan Diagnosis
Resiko).
Diagnosis Positif menunjukan bahwa klien dalam kondisi
sehat dan dapat mencapai kondisi yang lebih sehat atau
optimal. (Diagnosis ini disebut juga dengan istilah
Diagnosis Promosi Kesehatan (ICNP, 2015; Standar
Praktik Keperawatan Indonesia – PPNI, 2005).
Berikut penjabaran lengkap mengenai macam-macam
diagnosis tersebut diatas (Carpenito, 2013; Potter & Perry,
2013).
1. Diagnosis Aktual
Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupan yang menyebabkan klien
mengalami masalah kesehatan.
Tanda atau gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan
divalidasi pada klien secara langsung.
2. Diagnosis Resiko
Diagnosis ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupannya yang dapat
menyebabkan klien beresiko mengalami masalah kesehatan.
Dalam penegakan diagnosis ini, tidak akan ditemukan
tanda/gejala mayor ataupun minor pada klien, namun klien
akan memiliki faktor resiko terkait masalah kesehatan yang
mungkin akan dialaminya dikemudian hari.
3. Diagnosis Promosi Kesehatan
Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi
klien untuk meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang
lebih baik atau optimal.
Komponen Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan memiliki 2 kompinen utama,
yaitu Masalah (Problem) atau Label Diagnosis dan
Indikator Diagnostik.
1. Masalah (Problem)
Masalah merupakan label diagnosis keperawatan
yang menggambarkan inti dari respon klien terhadap
kondisi kesehatan atau proses kehidupannya.
Label diagnosis ini terdiri dari Deskriptor atau penjelas
dan Fokus Diagnostik.
Deskriptor merupakan pernyataan yang menjelaskan
bagaimana suatu fokus diagnosis terjadi. Beberapa
deskriptor yang digunakan dalam diagnosis
keperawatan diuraikan melalui gambar dibawah ini.
2. Indikator Diagnostik
Terdiri dari penyebab, tanda/gejala, dan faktor resiko dgn uraian sbb.
a. Penyebab (Etiology)
Merupakan faktor yg me’pengaruhi perubahan status kesehatan.
Etiologi mencakup 4 kategori, yaitu;
Fisiologis, Biologis / Psikologis, Efek Terapi / Tindakan, Situasional
(lingkungan / personal) Maturasional
b. Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom)
Tanda merupakan data objektif yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan prosedur
diagnostik.
Sedangkan gejala merupakan data subjektif yang diperoleh dari hasil
anamnesis atau pengkajian.
Tanda/gejala ini dikelompokan menjadi 2 kategori, yaitu:
Tanda/Gejala Mayor: Ditemukan sekitar 80% – 100% untuk validasi
diagnosis.
Tanda/Gejala Minor: Tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan
dapat mendukung penegakan diagnosis.
c. Faktor Resiko (Risk Factor)
 Merupakan kondisi atau situasi yang dapat
meningkatkan kerentanan klien dalam mengalami
masalah kesehatan atau proses kehidupannya.
 Indikator diagnosis ini akan berbeda-beda pada
masing-masing macam jenis diagnosis.
 Pada diagnosis aktual, indikator diagnostiknya
terdiri dari penyebab dan tanda/gejala.
 Pada diagnosis resiko, tidak memiliki penyebab
dan tanda/gejala, melainkan hanya faktor resiko
saja.
 Pada diagnosis promosi kesehatan, hanya
memiliki tanda/gejala yang menunjukan kesiapan
klien untuk mencapai kondisi yang lebih optimal.
Proses Penegakan Diagnosis Keperawatan
Proses penegakan diagnosis (diagnostic process)
adalah suatu proses yang sistematis yang terdiri dari 3
tahap yaitu, analisis data, identifikasi masalah dan
perumusan diagnosis.
Untuk perawat profesional yang telah berpengalaman,
proses ini dapat dilakukan secara simultan. Namun
untuk perawat yang belum memiliki pengalaman yang
memadai, setidaknya diperlukan latihan dan
pembiasaan untuk melakukan proses penegakan
diagnosis secara sistematis.
Proses penegakan diagnosis keperawatan
diuraikan sebagai berikut;
1. Analisis Data
Tahap pertama dalam proses penegakan diagnosis
keperawatan adalah Analisis data yang dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut ini.
a. Bandingkan data dengan nilai normal/rujukan
Data-data yang didapatkan dari pengkajian,
bandingkan dengan nilai-nilai normal dan identifikasi
tanda/gejala yang bermakna, baik tanda/gejala mayor
ataupun tanda/gejala minor.
.
b. Kelompokkan data
Tanda/gejala yang dianggap bermakna, dikelompokan
berdasarkan pola kebutuhan dasar yang meliputi;
1. respirasi,
2. sirkulasi,
3. nutri/cairan,
4. eliminasi,
5. aktivitas/istirahat,
6. neurosensori,
7. reproduksi/seksualitas,
8. nyeri/kenyamanan,
9. integritas ego,
10.pertumbuhan/perkembangan,
11.kebersihan diri,
12.penyuluhan/pembelajaran
13.interaksi sosial, dan
14.keamanan/proteksi.
Proses pengelompokan data ini dapat dilakukan baik
secara induktif, dengan memilah dara sehingga
membentuk sebuah pola, atau secara deduktif,
menggunakan kategori pola kemudian
mengelompokan data sesuai kategorinya
2. Identifikasi Masalah
Setelah data dianalisis, perawat dan klien bersama-
sama mengidentifikasi masalah, mana masalah yang
aktual, resiko dan /atau promosi kesehatan.
Pernyataan masalah kesehatan ini merujuk pada
label diagnosis keperawatan yang sebelumnya telah
dibahas diatas.
3. Perumusan Diagnosis Keperawatan
Perumusan atau penulisan diagnosis disesuaikan dengan jenis
diagnosis keperawatannya. Terdapat 2 metode perumusan
diagnosis, yaitu;
a. Penulisan 3 Bagian (3 Parts Format)
Metode penulisan ini terdiri dari Masalah, Penyebab dan
Tanda/Gejala dan hanya dilakukan pada diagnosis aktual saja.
Formulasi diagnosis keperawatan penulisan 3 bagian
adalah sebagai berikut:
Masalah berhubungan dengan Penyebab dibuktikan
dengan Tanda/Gejala
Frase ‘berhubungan dengan’ dapat disingkat b.d dan
frase ‘dibuktikan dengan’ dapat disingkat d.d.
Contoh Penulisan:
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan
nafas d.d batuk tidak efektif, sputum berlebih, mengi, dispnea
dan gelisah
b. Penulisan 2 Bagian (2 Parts Format)
Metode penulisan ini dilakukan pada diagnosis
resiko dan diagnosis promosi kesehatan, dengan
formulasi sebagai berikut:
(1) Diagnosis Resiko
Masalah dibuktikan dengan Faktor Resiko
Contoh Penulisan:
Resiko aspirasi dibuktikan dengan tingkat kesadaran
menurun.
(2) Diagnosis Promosi Kesehatan
Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala
Contoh Penulisan:
Kesiapan peningkatan eliminasi urin dibuktikan
dengan pasien mengatakan ingin meningkatkan
eliminasi urin, jumlah dan karakteristik urin normal.
Defisit Nutrisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk
memenuhikebutuhan metabolisme.
Defisit Pengetahuan : Ketiadaan atau kurangnya
informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
Defisit Perawatan Diri : Ketidakmampuan melakukan
atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
Diare : Pengeluaran feses yang sering. Lunak dan tidak
berbentuk.
Disfungsi Motilitas Gastrointestinal
Disfungsi Seksual
Disorganisasi Perilaku Bayi
Disrefleksia Otonom
Distres Spiritual
Gangguan Eliminasi Urin
Gangguan Citra Tubuh
Gangguan Identitas
Gangguan Integritas Gangguan Pertukaran Gas
Kulit/Jaringan Gangguan Pola Tidur
Gangguan Interaksi Sosial Gangguan Proses
Gangguan Komunikasi Keluarga
Verbal Gangguan Rasa Nyaman
Gangguan Memori Gangguan Sirkulasi
Gangguan Menelan Spontan
Gangguan Mobilitas Fisik Gangguan Tumbuh
Gangguan Persepsi Kembang
Sensori Gangguan Ventilasi
Gangguan penyapihan Spontan
Ventilator Harga Diri Rendah Kronis
Harga Diri Rendah
Situasional
Hipervolemia Ketidakberdayaan
Hipovolemia Ketidakmampuan Koping
Hipertermia Keluarga
Hipotermia Ketidaknyamanan Pasca
Ikterik Neonatus Partum
Inkontinensia Fekal Ketidakpatuhan
Inkontinensia Urin Berlanjut Ketidakstabilan Kadar Glukosa
Inkontinensia Urin Berlebih Darah
Inkontinensia Urin Fungsional Kesiapan Peningkatan Eliminasi
Inkontinensia Urin Refleks Urin
Inkontinensia Urin Stres Kesiapan Peningkatan
Inkontinensia Urin Urgensi Keseimbangan Cairan
Intoleransi Aktivitas Kesiapan Peningkatan Konsep
Isolasi Sosial Diri
Keletihan Kesiapan Peningkatan Koping
Keputusasaan Keluarga
Ketegangan Peran Pemberi Kesiapan Peningkatan Koping
Asuhan
Komunitas koping tidak efektif
kesiapan peningkatan manajemen kesehatan keluarga
manajemen kesehatan tidak efektif
kesiapan peningkatan menjadi Menyusui Efektif
orang tua Menyusui Tidak Efektif
kesiapan peningkatan nutrisi Nausea
kesiapan peningkatan Nyeri Akut
pengetahuan Nyeri Kronis
kesiapan peningkatan proses Nyeri Melahirkan
keluarga Obesitas
kesiapan peningkatan tidur Pemeliharaan Kesehatan Tidak
kesiapan persalinan Efektif
Konfusi akut Penampilan Peran Tidak Efektif
konfusi kronis Pencapaian Peran Menjadi
konstipasi Orang Tua
koping defensif Penurunan Curah Jantung
koping komunitas tidak efektif Penurunan Kapasitas Adaptif
Intrakranial
Penurunan Koping Keluarga Resiko Defisit Nutrisi
Penyangkalan Tidak Efektif Resiko Disfungsi Motilitas
Perfusi Perifer Tidak Efektif Gastroontestinal
Perilaku Kesehatan CenderungResiko Disfungsi Neurovaskuler
Beresiko Perifer
Perilaku Kekerasan Resiko Disfungsi Seksual
Perlambatan Pemulihan PascaResiko Disorganisasi Perilaku
Bedah Bayi
Pola Nafas Tidak Efektif Resiko Distres Spiritual
Pola Seksual Tidak Efektif Resiko Gangguan Integritas
Resiko Alergi Kulit/Jaringan
Resiko Aspirasi Resiko Gangguan
Resiko Berat Badan Lebih Perkembangan
Resiko Bunuh Diri Resiko Gangguan Perlekatan
Resiko Cedera Resiko Gangguan Pertumbuhan
Resiko Cedera Pada Ibu Resiko Gangguan Sirkulasi
Resiko Cedera Pada Janin Spontan
Resiko Harga Diri Rendah
Resiko Hipotermia Perioperatif Resiko Konfusi Akut
Resiko Hipovolemia Resiko Konstipasi
Resiko Hipovolemia Resiko Luka Tekan
Resiko Ikterik Neonatus Resiko Mutilasi Diri
Resiko Infeksi Resiko Penurunan Curah
Resiko Intoleransi Aktivitas Jantung
Resiko Inkontinensia Urin Resiko Perdarahan
Urgensi Resiko Perfusi Gastrointestinal
Resiko Jatuh Tidak Efektif
Resiko Kehamilan Tidak Resiko Perfusi Miokard Tidak
Dikehendaki Efektif
Resiko Ketidakberdayaan Resiko Perfusi Perifer Tidak
Resiko Ketidakseimbangan Efektif
Cairan Resiko Perfusi Serebral Tidak
Resiko Ketidakseimbangan Efektif
Elektrolit Resiko Perilaku Kekerasan
Resiko Ketidakstabilan Kadar Resiko Perlambatan Pemulihan
Glukosa Darah Pasca Bedah
Resiko Proses Pengasuhan Tidak Efektif
Resiko Syok
Resiko Termoregulasi Tidak Efektif
Retensi Urin
Sindrom Pasca Trauma
Termoregulasi Tidak Efektif
Waham
Referensi
1. PPNI (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
2. Ackley, B. J., Ladwig, G. B., Msn, R. N., Makic, M. B. F.,
Martinez-Kratz, M., & Zanotti, M. (2019). Nursing
Diagnosis Handbook E-Book: An Evidence-Based Guide
to Planning Care. Mosby.
3. Carpenito-Moyet, L. J. (2006). Handbook of nursing
diagnosis. Lippincott Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai