Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

REVIEW NUTRITIONAL CARE PROCESS (NCP)

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Nutrition Care Process

Disusun oleh:
THERESIA NANGALO
NIM: 711331121106

PROGRAM STUDI GIZI DAN DIETIKA


POLTEKES KEMENKES MANADO
2021

REVIEW NUTRITIONAL CARE PROCESS (NCP)


A. Definisi Nutritional Care Process (NCP)
Istilah Nutritional Care Process (NCP) dikenalkan oleh assosiasi ahli gizi di
Amerika (ADA) pada awal 2003. NCP ini menurut Lacey, K, dan E. Pritchett
(2003) merupakan model pendekatan pemecahan masalah gizi yang sistematis
yang dilakukan oleh seorang ahli gizi profesional untuk memecahkan problem gizi
yang aman dan berkualitas. Menurut American Dietetic Association (2006), NCP
adalah suatu metode pemecahan masalah yang sistematis, dimana dietisien
profesional menggunakan cara berpikir kritisnya dalam membuat keputusan untuk
menangani berbagai masalah yang berkaitan dengan gizi, sehingga dapat
memberikan asuhan gizi yang aman, efektif dan berkualitas tinggi.
B. Perbedaan NCP dan Medical Nutritional Therapy (MNT)
MNT adalah standar perawatan/asuhan yang merupakan aspek di dalam
NCP yang menekankan pada kualitas dari diagnosis serta penanganan dari masalah
yang ada pada pasien sedangkan Nutrition Care Process adalah Metode pemecahan
masalah yang sistematis dan digunakan profesi dietetik secara kritis dalam
membuat keputusan tentang masalah gizi & penyediaan pelayanan gizi yang
berkualitas & efektif secara aman sedangkan
Medical Nutritional Therapy (MNT) pertama kali diperkenalkan oleh ADA
pada pertengahan 1990-an untuk mempromosikan manfaat dari pengelolaan atau
pengobatan penyakit dengan gizi. Komponen-komponen yang terdapat dalam
MNT meliputi pengkajian gizi/penilaian status gizi pasien dan penyediaan
makanan baik modifikasi diet, konseling, atau terapi gizi khusus. Sejak MNT
pertama kali diperkenalkan, Profesi dietetic telah mendapatkan banyak kredibilitas
di antara legislator dan penyedia layanan kesehatan lainnya. Kemudian Pada tahun
2001 MNT telah didefinisikan ulang sebagai bagian dari undang-undang . manfaat
MNT adalah diagnosa gizi, pemberian terapi dan konseling gizi untuk
penangganan penyakit yang dilakukan oleh RD atau Profesional gizi.
C. Tujuan Digunakan NCP
Tujuan digunakannya NCP adalah agar tersedianya pedoman bagi tenaga gizi
dalam melaksanakan NCP di fasilitas pelayanan kesehatan sehingga dietisien dapat
memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas tinggi, aman, efektif, serta
hasil yang dicapai dapat diprediksi dan lebih terarah.
D. Tahapan NCP
Tahapan-tahapan dalam NCP terdiri atas :
1. Nutritional Assessment (A)
Tahapan assessment atau pengkajian status gizi merupakan langkah awal
dalam pelaksanaan asuhan gizi. tahapan ini merupakan langkah yang sistematis
dengan tujuan mendapatkan, memverifikasi, dan menginterpretasikan data
yang dibutuhkan dalam rangka mengidentifikasi masalah terkait gizi,
penyebab, dan implikasinya.
2. Nutritional Diagnosa gizi (D)
Tahapan pada proses ini merupakan langkah untuk mengidentifikasi problem
gizi dimana terdapat kode-kode standard yang kemudian kode dan bahasa
standard ini diharapkan akan menjadi bahasa standard diagnosa gizi bagi
profesional ahli gizi. diagnosa gizi ditulis dalam format Problem-Etiologi-
Signs/Symptom atau disingkat dengan PES statement.
3. Nutritional Intervensi (I)
Tahapan ini merupakan tindakan yang terencana dengan tujuan untuk
perubahan perilaku gizi yang positif, kondisi lingkungan atau aspek status
kesehatan dari pasien/klien (beserta keluarganya atau pengasuh), kelompok
sasaran, atau masyarakat luas.

REVIEW NUTRITIONAL CARE PROCESS (NCP)


4. Nutritional Monitoring Evaluasi (ME)
Tahapan ini merupakan komponen yang kritis dalam NCP dikarenakan proses
identifikasi parameter penting untuk melihat perubahan atau hasil yang dicapai
pada pasien/klien. Parameter yang diukur merupakan parameter yang sesuai
dengan diagnosa gizi dan intervensi gizi yang telah dilakukan.
E. NCP Model dan Aplikasinya

NCP merupakan suatu model kegiatan pemecahan masalah yang sistematis


tanpa bisa mengabaikan keterlibatan lingkungan di sekitar tempat pelaksanaan
NCP ini. Menurut Lacey, K. dan E. Pritchett (2003) inti dari pelaksanaan NCP
sesuai dengan model NCP pada gambar di bawah ini adalah terbentuknya
hubungan yang baik antara pasien/klien/kelompok masyarakat dengan seorang ahli
gizi profesional. Hubungan yang baik ini merupakan bentuk pelayanan yang
bersifat “patient/client oriented” atau berorientasikan kepada pasien/klien dengan
tujuan untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada pasien atau klien.
Pada gambar model NCP terlihat bahwa komponen yang terlibat dalam
pelaksanaan NCP nampak tersusun dalam tingkatan lingkaran yang berbeda.
Berikut adalah penjelasan dari komponen pada setiap lingkaran tersebut.
1. Lingkaran Bagian Dalam
Lingkaran bagian dalam menjelaskan bahwa inti dari model NCP adalah 4
tahapan NCP yang meliputi Assessment, Diagnosa Gizi, Intervensi,
Monitoring dan Evaluasi. Empat tahapan ini mempermudah seorang ahli gizi
dalam melakukan intervensi gizi pada pasien/klien dan bertanggungjawab
sepenuhnya terhadap terhadap intervensi terkait gizi yang dilakukan, karena
ahli gizi dituntut melakukan assesment secara mendalam, menentukan
diagnosa gizi, dan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap intervensi
yang dilakukan.
2. Lingkaran Tengah
Pada lingkaran tengah menggambarkan hubungan antara dietisien dengan
klien. Kunci keberhasilan pelayanan asuhan gizi terpusat pada hubungan ini,
yaitu bagaimana dietisien dapat berkolaborasi dengan klien atau pasien,
Memberikan pelayanan yang terfokus pada klien atau pasien melalui
pendekatan individu. Kualitas hubungan antara dietisien dan klien atau pasien
dipengaruhi oleh :

REVIEW NUTRITIONAL CARE PROCESS (NCP)


a. Pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya oleh klien atau
pasien atau kelompok dan kesiapan mereka untuk berubah.
b. Tingkat pendidikan dan pelatihan yang dimilki seorang dietisien yang
menunjang pengetahuan dan keterampilannya dalam mengembangkan
kemampuan berkomunikasi atau melakukan hubungan antar personal
seperti mendengarkan, empati, melatih dan memberikan motivasi.
Kotak tengah memperlihatkan kompetensi yang unik dari seorang
dietisien dalam menerapkan NCP. Kompetensi tersebut meliputi pengetahuan
dan keterampilan dietetik agar dietisien mengembangkan kapasitasnya untuk
berfikir kritis, berkolaborasi dan berkomunikasi. Selain itu mendorong
dietisien bekerja berdasarkan fakta-fakta kode etik profesi.
a. Kode Etik Profesi
Dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang ahli gizi terikat pada kode
etik profesi. Hal ini sesuai dengan Kepmenkes 374 tahun 2007, prinsip
kode etik profesi gizi di Indonesia adalah:
1) Kesadaran dan rasa tanggungjawab penuh akan kewajiban terhadap
bangsa dan negara
2) Keyakinan penuh bahwa perbaikan gizi merupakan salah satu unsur
penting dalam upaya mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan
rakyat
3) Tekad bulat untuk menyumbangkan bangsa dan pikirannya demi
tercapainya masyarakat adil, makmur, dan sehat sentosa.
b. Pengetahuan Tentang Diet
Dalam menetapkan problem dan mengidentifikasi diagnosa gizi seorang
ahli gizi harus ditunjang dengan keilmuan yang baik, karena seorang ahli
gizi harus dapat mengidentifikasi secara jelas penyebab timbulnya
problem terkait gizi dan dikaitkan dengan dasar keilmuan atau teori yang
ada.
c. Skil dan Kompetensi
Skill dan kompetensi seorang ahli gizi diatur dalam Kepmenkes RI No.
374/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Gizi. Dalam
Kepmenkes ini skil dan kompetensi ahli gizi dibedakan sesuai dengan
strata pendidikan yang telah ditempuh oleh ahli gizi yaitu strata 1 (S1
Gizi) dan Diploma (DIII Gizi).
d. Berfikir Kritis
Proses berfikir kritis merupakan komponen penting ahli gizi dalam
melaksanakan NCP. Proses ini akan dilakukan oleh seorang ahli gizi pada
saat melaksanakan tahapan NCP. Dasar keilmuan seorang ahli gizi dalam
melakukan assesment akan sangat menunjang ahli gizi dalam
menentukan problem gizi yang dihadapi pasien.
e. Kolaborasi
Proses kolaborasi juga merupakan proses penting dalam pelaksanaan
NCP. Dalam beberapa kasus, sering ditemui kasus yang sangat kompleks,
dimana seorang ahli gizi dituntut untuk berkolaborasi dengan profesi lain
seperti dokter, perawat, atau farmasi dalam pemecahan masalah tersebut.
Misalnya pada penanganan problem intake yang tidak hanya dapat
diselesaikan dari aspek makanan oral dan enteral, tetapi juga
membutuhkan dukungan parentral nutrition yang membutuhkan
koordinasi dan kolaborasi yang baik antara dokter sebagai
penanggungjawab pasien dan perawat sebagai tenaga ahli pada
pemberian makanan parentral serta farmasi yang memahami produk
makanan parenteral tersebut.

REVIEW NUTRITIONAL CARE PROCESS (NCP)


f. Komunikasi
Proses komunikasi yang dimaksudkan disini adalah komunikasi yang
efektif dimana terjadi antara tim pelayanan kesehatan dengan pasien
sehingga tercapai tujuan untuk memberikan intervensi yang terbaik bagi
pasien. Komunikasi juga dibutuhkan dalam kaitannya saat mengedukasi
pasien ataupun dalam melakukan koordinasi dengan tenaga kesehatan
lainnya dalam proses kolaborasi.
g. Bukti Pengalaman Kerja (evidence-based practice)
Pengalaman bekerja seorang ahli gizi dalam menangani pasien sangat
menunjang kemampuan seorang ahli gizi dalam melakukan asuhan gizi
(NCP). Keragaman kasus yang dihadapi tentu akan menambah
kemampuan ahli gizi dalam menganalisa dan menentukan intervensi yang
menjadi prioritas kebutuhan pasien. Seorang ahli gizi yang dapat
memadukan secara sistematis pengalaman di lapangan dalam
memberikan asuhan gizi, melaksanakan penelitian yang berkualitas
terkait gizi dan melakukan proses review terhadap literatur gizi secara
berkala tentu akan memperbaiki kualitas pelayanan gizi dari ahli gizi
tersebut.
3. Lingkaran Bagian Luar
Lingkaran bagian luar menunjukan faktor lingkungan yang dapat berpengaruh
terhadapa kemampuan klien/pasien/kelompok untuk menerima dan
memperoleh manfaat dari intervensi asuhan gizi. faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Sistem Sosial
b. Sistem pelayanan Kesehatan
c. Ekonomi
d. Praktek
Dalam NCP model, Sistem pelayanan kesehatan ikut berperan dalam
aplikasi pelaksanaan NCP. hal ini dikarenakan Sistem pelayanan kesehatan juga
mempunyai bagian penting dalam meningkatkan pelayanan kesehatan.
Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai
komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan diantara perawat, dokter, ahli
gizi atau tim kesehatan lain yang satu dengan yang lain saling menunjang. Sistem
ini akan memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang efektif dengan melihat
nilai-nilai yang ada dimasyarakat.
Pelayanan gizi adalah salah satu pelayanan di rumah sakit yang memiliki
peranan sederajat dengan pelayanan kesehatan lain di rumah sakit dalam usaha
penyembuhan pasien. Namun, pelayanan gizi yang berbasis NCP tidak akan bisa
berjalan optimal apabila tidak didukung oleh proses penyelenggaraan makanan
yang baik. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian mengenai langkah apa saja
yang harus dilakukan untuk dapat mengoptimalisasikan penyelenggaraan makanan
untuk menunjang aplikasi NCP bagi pasien sebagai salah satu upaya meningkatkan
kualitas pelayanan gizi di rumah sakit.
F. Tahapan Terstruktur yang Dilakukan Ahli Gizi Saat Melakukan NCP
Apabila seorang ahli gizi telah menerapkan tahapan-tahapan NCP dengan
baik, maka ahli gizi tersebut telah melakukan hal-hal yang terstruktur seperti di
bawah ini:
1. Critical Thinking
Merupakan proses berfikir kritis yang akan dilakukan oleh ahli gizi sebagai
tahapan dari ADME. Dasar keilmuan seorang ahli gizi sangat menentukan
diagnosa yang dibuat oleh ahli gizi terkait masalah yang dihadapi oleh pasien.

REVIEW NUTRITIONAL CARE PROCESS (NCP)


2. Decision Making
Proses berfikir kritis merupakan tahapan yang harus dilakukan sebelum
seorang ahli gizi menggabil suatu keputusan. Dasar keilmuan seorang ahli gizi
dapat mempermudah ahli gizi dalam mengambil keputusan terkait rencana
intervensi yang akan dilakukan kepada pasien. proses pengambilan keputusan
tidak dapat dilakukan apabila ahli gizi tidak melakukan tahapan berfikir kritis.
3. Problem Solving
Proses NCP menuntut ahli gizi untuk mampu memecahkan masalah gizi
pasein. Pemecahan masalah perlu dilakukan secara berkesinambungan mulai
dari analisa data (berfikir kritis), memutuskan jenis intervensi yang dilakukan,
mengidentifikasi kembali hingga terpecahkannya masalah dan tampaknya
proses evaluasi.
4. Coordination
Rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam tahapan NCP adalah proses analisa
data, pengambilan keputusan (terkait intervensi gizi), melakukan evaluasi dan
memecahkan permasalahan gizi yang di alami pasien. Dalam proses
pemecahan masalah seorang ahli gizi akan berinteraksi dengan profesi lain
seperti dokter, farmasi, perawat, sampai dengan penyelanggara makan.
Kemampuan koordinasi yang baik dari ahli gizi pada proses penanganan pasien
dapat menentukan intervensi yang akan dilakukan serta tim yang akan
membantu terlaksananya intervensi masalah gizi pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Adisty. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta : Graha
Ilmu.

Handayani, D dan Kusumastuti, I. 2015. Diktat Diagnosa Gizi. Malang: Program Studi
Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2014. Pedoman Proses Asuhan Gizi


Terstandar (PAGT). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

PERSAGI dan AsDI. 2011. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta: Abadi
Publishing dan Printing.

REVIEW NUTRITIONAL CARE PROCESS (NCP)

Anda mungkin juga menyukai