Anda di halaman 1dari 19

TUGAS ORIENTASI DAN PEMANTAPAN MATERI

TUGAS
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Orientasi dan Pemantapan Materi
yang dibina oleh Ibu Dr.T. Dra. Nurul Hakimah, SST., M.Kes

Disusun Oleh :
Dietisien 4

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DIETISIEN
MALANG
2023
TUGAS TM 1
Soal
Mengacu Pada Standart Profesi Dietisien

1. Nurul Istikhamah _P17112225001_Masyarakat


Seorang Ahli gizi kerap kali melakukan tindakan yang tidak elok seperti menjelek-
jelekan profesi lain di media sosial.
Kewajiban apakah yang dilanggar ahli gizi tersebut?
a. Ahli gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya menurut standar
profesi yang telah ditetapkan
b. Ahli gizi berkewajiban menjunjung tinggi nama baik profesionalisme serta etika
profesi di atas kepentingan pribadi dan menunjukan sikap,perilaku,dan budi
luhur.
c. Ahli gizi dalam melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat
dan berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik
d. Ahli gizi berperan meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan
dalam meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat
e. Ahli gizi berkewajiban menjalankan profesinya berdasarkan prinsip
keilmuan,informasi terkini dan mengabaikan kepentingan keluarganya

2. Milleana Arsyanti_P17112225002_Institusi
Seorang ahli gizi di wajibkan untuk memberikan informasi yang akurat kepada klien
dan masyarakat. S sudah menjadi ahli gizi selama 5 tahun. Namun, ia tidak dapat
menjawab pertanyaan kliennya mengenai tren diet yang sedang marak di
masyarakat. Apakah bentuk tanggung jawab S sebagai ahli gizi terhadap dirinya
sendiri?
a. Ahli gizi berkewajiban mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan
yang dicanangkan oleh profesi
b. ahli gizi harus menunjukkan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan berani
mengemukakakan pendapat
c. Ahli gizi berkewajiban tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, dan
memaksa orang lain untuk melawan hukum
d. Ahli gizi berkewajiban melayani masyarakat umum tanpa memandang
keuntungan perorangan atau kelompok
e. Ahli gizi berkewajiban senantiasa memajukan dan memperkaya pengetahuan
serta keahlian yang diperlukan dalam menjalankan profesinya sesuai
perkembangan ilmu dan teknologi terkini serta peka terhadap perubahan
lingkungan
Merujuk pada KMK NOMOR HK.01.07/MENKES/342/2020 tentang Standar Profesi
Nutrisionist yang tercantum di halaman 15 BAB III tentang Standar Kompetensi
Nutrisionist bagian B Komponen Nutrisionist ( No 2. Area mawas Diri dan
Pengembangan Diri )

3. Aprida Sati Aryani_P17112225003_Masyarakat


Di rumah Sakit X penentuan diet pasien seringkali masih dilakukan oleh perawat
ruangan. Hal ini karena masih terbatasnya tenaga ahli gizi di RS tersebut. Suatu
hari perawat keliru saat akan memberi diet pada pasien DM namun hal tersebut
diketahui ahli gizi sehingga dapat segera diperbaiki. Apa yang sebaiknya ahli gizi
lakukan pada kasus tersebut?
a. Melaporkan kepada pihak atasan
b. Melakukan penyesuaian diet tanpa berkolaborasi dengan perawat dan dokter
c. Tidak mau bekerja sama dengan alasan kekhawatiran timbulnya kesalahan lagi
d. Berkompetisi dengan perawat dalam hal penentuan diet pasien
e. Memperingatkan perawat agar tidak campur tangan dalam penentuan diet
Catatan : Soal di buat berdasarkan KMK NO HK 01.07/MENKES 1910/2022 tentang
Standar Profesti Dietisien No 6. Sub a, Poin 1 Melakukan pengkajian masalah gizi
dan dietetik pada berbagai kondisi klinis secara kolaboratif dengan tenaga
kesehatan lain

4. Nova Erika Putri Wiyanto_P17112225004_Klinik (REVISI)

Ny. D, umur 65 tahun, dirawat di RS dengan diagnosis dokter Cholelithiasis Post


Operation, sudah mengalami flatus. Hasil anamnesis: perut terasa sakit namun rasa
mual sudah hilang. Hasil pemeriksaan: BB 44 kg, TB 155 cm, ureum 54 mg/dL,
kreatinin 2,32 mmol/L, klorida 113 mmol/L dan GDS 115 g/dL, TD 160/77 mmHg,
suhu 37,7oC, nadi 88x/menit, RR 24x/menit. Sebagai seorang Dietisien yang
berkewajiban melaksanakan proses asuhan gizi terstandar (pada langkah ketiga
yaitu mementukan intervensi gizi berupa pemberian makan/ zat gizi), apakah jenis
diet yang sebaiknya diberikan Dietisien pada kasus tersebut?

A. Pasca bedah 1

B. Pasca bedah 2

C. Pasca bedah 3
D. Pasca bedah 4

E. Pasca bedah 5

CATATAN

- Diet pasca bedah 1 diberikan kepada pasien yang sudah sadar dan rasa mual
hilang serta tanda-tanda usus sudah bekerja (pada soal Ny. D diketahui sudah
flatus), sehingga diet pasca bedah 1 tepat diberikan kepada Ny. D.
- Pertanyaan merujuk pada PMK No. HK.01.07/MENKES/1910/2022 tentang
Standar Profesi Dietisien, Bab IV, sub bab A daftar pokok bahasan nomor 6
area kompetensi ketrampilan asuhan gizi dan dietetik individu. Dietsien dituntut
untuk mampu merancang preskripsi diet (jenis, jumlah, bentuk, frekuensi dan
rute pemberian) pada intervensi gizi sesuai dengan masalah gizi terkini
berdasarkan standar asuhan gizi.

5. Awalia Nanda Arianto_P17112225005_Klinik (REVISI)


Seorang ahli gizi rumah sakit harus memiliki kompetensi dan keterampilan dalam
melaksanakan tugasnya seperti dalam menangani Asuhan Gizi dan Dietetik pada
individu. Berdasarkan KMK NO HK 01.07/MENKES 1910/2022 tentang Standar
Profesti Dietisien, Langkah-langkah dalam Asuhan Gizi dan Dietetik pada individu
yaitu mulai dari menganalisis pengkajian data hingga menerapkan
advokasi/komunikasi bidang asuhan gizi dan dietetik individu. Apabila terdapat
pasien usia 55 tahun BB 60 kg dengan luka bakar derajat III di daerah kepala, leher,
dan tubuh bagian depan yang diberikan diet makanan lunak, namun daya terima
hanya 45% sehingga BB turun menjadi 57,6 kg. Berdasarkan hal tersebut, ahli gizi
diwajibkan merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap
indikator dan outcome asuhan gizi. Evaluasi apakah yang harus dilakukan agar
daya terima makan pasien menjadi lebih baik?
A. Rute pemberian makan
B. Kebutuhan zat gizi
C. Bentuk makanan
D. Variasi makanan
E. Jenis makanan
ALASAN: Soal diambil berdasarkan KMK NO HK 01.07/MENKES 1910/2022
tentang Standar Profesi Dietisien poin keterampilan asuhan gizi dan dietetik individu
yang terdapat pada halaman 25 nomor 6 poin a(7) tentang merencanakan dan
melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap indikator dan outcome asuhan gizi
yang berkaitan dengan diagnosis gizi dan dietetik, serta tujuan dan strategi
intervensi gizi. Dalam hal ini, ahli gizi memiliki kewajiban dalam hal keterampilan
dalam menangani Asuhan Gizi dan Dietetik pada individu. Salah satunya yaitu
merencanakan dan melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap indikator dan
outcome asuhan gizi. Pada kasus diatas, kejadian luka bakar derajat III dengan
adanya luka di bagian kepala, leher menyebabkan pasien mengalami kesulitan
dalam mengonsumsi makanan sehingga rute atau jalur pemberian makanan bisa
dilakukan secara enteral.

6. Ni Putu Ayuningtyas Mirah Pradnya Dewi_P17112225006_Institusi


Pasien X dirawat di rumah sakit dengan diagnosa hipertensi dan diberikan diet
rendah garam oleh ahli gizi. Tiga bulan kemudian pasien X kembali ke poli gizi
dengan rujukan dokter penyakit dalam. Setelah di kaji ulang, ternyata pasien X tidak
menerapkan diet yang diberikan sebelumnya. Bagaimana cara ahli gizi
berkomunikasi yang efektif agar pasien X menerapkan intervensi diet yang
diberikan?
a. Menggunakan bahasa yang santun, benar dan mudah dimengerti oleh pasien.
b. Mendorong pasien untuk mengemukakan secara terbuka masalah yang dihadapi
oleh pasien.
c. Merumusman dan menyampaikan informasi penting dan strategis terkait
masalah yg dihadapi pasien.
d. Mengembangkan emapti dalam membina komunikasi dengan pasien.
e. Memiliki kepekaan terhadap sosial, ekonomi, dan budaya dalam membina
komunikasi dan hubungan penerima pelayanan gizi dan dietetik.
Catatan : Mengacu pada KMK NO HK 01.07/MENKES 1910/2022 tentang Standar
Profesi Dietisien halaman 15-16 No. 3 komunikasi efektif point b (1). Menjelaskan
bahwa lulusan dietisien mampu berkomunikasi dengan penerima pelayanan gizi dan
dietetik.
7. Dian Resky Ekawati _P17112225007_Klinik (Revisi)
Pada rumah sakit H ada seorang pasien menderita Gagal Ginjal Kronik (GGK)
stadium akhir atau end-stage dengan hemodialisis. Hemodialisis secara rutin dapat
menyebabkan terjadinya penurunan status gizi yang akan berakibat malnutrisi pada
pasien. Status gizi dapat diketahui dengan skrining gizi pada pasien. Sebagai
dietisien di rumah sakit H diharapkan mampu untuk melakukan skrining gizi.
Berdasarkan kasus tersebut, metode skrining gizi yang tepat adalah ....
a. Subjective Global Assessment (SGA)
b. Mini Nutrition Assessment (MNA)
c. Patients Generated Subjective Global Assessment (PGSGA)
d. Dialysis Malnutrition Score (DMS)
e. Clinical Assessment of Nutrition Score (CANS)
Catatan: Mengacu pada KMK RI No HK 01.07/Menkes/1910/2022 Tentang Standar
Profesi Dietisien pada halaman 48 terkait daftar keterampilan Dietisien, asuhan gizi
dan dietetik individu dan komunitas pada pemeriksaan fisik terkait gizi no. 19-24.
8. Rizky Suci Ramadhani_P17112225008_Klinik (REVISI)
Sesorang dietisien melakukan kegiatan PAGT. Data yang diperoleh pada pasien
laki - laki umur 60 tahun, hasil anamesis: kaki bengkak kemerahan dari ujung kaki
sampai pergelangan kaki 3 hari yang lalu. Pasien suka mengonsumsi santan2an
dan kerupuk melinjo. Hasil pemeriksaan BB 75 kg, TB 155 cm, asam urat 8,2 mg/dl,
suhu 37, 5 C.
Berdasarkan kasus terebut, langkah apa yang sedang dilakukan dietisien?
a. Asesment gizi
b. Dignosa Gizi
c. Intervensi gizi
d. Monitoring gizi
e. Skrining gizi
Catatan :
Mengacu pada KMK RI No Hk 01.07/Menkes/1910/2022 Tentang Standar Profesi
Dietisien pada halaman 25 No 6 poin a(1). Terkait menganalisis dan pengkajian
yaitu riwayat makan, riwayat penerima pelayanan gizi dan dietetik, antropometri,
data biokimia dan prosedur tes, serta pemeriksaan fisik terkait gizi.

9. Baitul Afiah_P17112225009_Masyarakat (Revisi)


Evaluasi program gizi penting dilakukan guna meningkatkan suatu mutu pelayanan.
Pada Puskesmas Z, seorang petugas gizi yang bertanggungjawab pada bagian
evaluasi memalsukan hasil yang didapatkan. Data di lapangan menunjukkan bahwa
lima dari sepuluh baduta mendapatkan PMT berupa biskuit, namun yang dicatat
dan dilaporkan yang mendapatkan PMT berupa biskuit sebanyak delapan dari
sepuluh baduta. Kode etik apa yang tidak dijalankan oleh petugas gizi tersebut
dalam melakukan evaluasi?
a. Ahli gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus
dan adil.
b. Ahli gizi berperan meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan
dalam meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat.
c. Ahli gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan
akurat.
d. Ahli gizi berkewajiban memberikan informasi klien dengan tepat dan jelas.
e. Ahli gizi berkewajiban selalu menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan
keterampilan terbaru kepada sesama profesi dan mitra kerja.
Catatan:
Mengacu pada KMK RI No HK 01.07/Menkes/1910/2022 Tentang Standar Profesi
Dietisien pada halaman 13 terkait profesionalitas yang luhur dengan bersikap dan
berperilaku sesuai dengan standar nilai moral yang luhur dalam pelayanan gizi dan
dietetik serta bersikap sesuai dengan kode etik Dietisien.

10. Latifatul Qolbi_P17112225010_Klinik (REVISI)


Seorang wanita berusia 33 tahun yang dilarikan kerumah sakit karena mengeluh
nyeri yang tidak sembuh-sembuh. Setelah dirawat selama 4 hari, pasien tersebut
kemudian menjalani rawat jalan karena kondisinya sudah cukup membaik. 2 bulan
kemudian, pasien meninggal. Pihak keluarga menuntut pihak RS karena
mengklaim, pasien meninggal setelah mendapatkan perawatan oleh pihak RS
tersebut. Semua tenaga kesehatan yang pernah melayani pasien tersebut diminta
untuk menjadi saksi. Sebagai Dietisien, anda juga diminta untuk menjadi saksi di
pengadilan pada kasus tersebut. Hal yang harus anda lakukan adalah…
a. Bersikap disiplin dalam menjalankan pelayanan gizi dan dietetik.
b. Membantu penegakan hukum serta keadilan dalam pelayanan gizi dan dietetic,
dengan memberikan informasi yang dibutuhkan.
c. Hanya datang namun tidak memberikan informasi apapun, dengan alasan
menjaga rahasia pasien.
d. Pindah ke tempat kerja lain.
e. Bekerja seperti biasa dan tidak hadir di pengadilan.

Catatan :

Mengacu pada Standar Kompetensi Dietisien yang terdapat dalam halaman 14,
poin C mengenai ‘Penjabaran Kompetensi’, nomor 3 yaitu Sadar dan Taat Hukum,
pada poin e yang berbunyi “Membantu Penegakan Hukum serta Keadilan dalam
Pelayanan Gizi dan Dietetik”.
11. Renaldo Devan Septian_P17112225011_Klinik
Seorang klien datang untuk melakukan konseling gizi di RS. X di ruang poli gizi.
pada saat konseling klien tersebut memberikan informasi dengan kooperatif
sembari mencurahkan isi hati terkait penyakit yang diderita pasien serta keluhan-
keluhan pasien tersebut. Sebagai Dietisien, anda dituntut untuk mampu menjalin
interaksi dalam rangka bertukar informasi dengan membangun sikap empati
dalam membina komunikasi kepada penerima (klien) secara detail serta
memberikan berbagai alternatif pemecahan masalah, dengan maksud untuk
tercapainya suatu tujuan pelayanan gizi dan dietetik.

Apa jenis Kompetensi Dietisien yang diperlukan dalam mengahdapi situasi


tersebut?
a. Pengelolaan masalah dan pelayanan gizi dan dietetik.
b. Mawas diri dan pengembangan diri.
c. Komunikasi efektif.
d. Pengelolaan informasi.
e. Keterampilan asuhan gizi dan dietetik individu, komunitas dan
penyelenggaraan makanan diet.

12. Wulansari Pasaribu_P17112225012_Institusi (REVISI)


Suatu industri perikanan akan mendistribusikan produk berupa surimi beku.
Sebelum berlanjut ke proses pelabelan dan didistribusikan, dilakukan
pendeteksian logam (Metal Detecting). Surimi beku diletakkan pada conveyor (ban
berjalan) untuk melewati lorong detektor logam, setelah produk surimi melewati
Metal Detecting alarm berbunyi nyaring dan conveyor berhenti. Hal tersebut
menandakan terdapat fragmen logam yang melebihi batas titik kritis.Tindakan apa
yang harus dilakukan dalam hal tersebut?
a. Produk surimi dipisahkan dan di Defrost (dibiarkan menjadi lunak) pada suhu
ruangan, dicari logamnya, dikeluarkan, dicetak kembali dan dibekukan lagi.
b. Produk Surimi dibiarkan begitu saja dan tetap didistribusikan
c. Produk surimi yang tidak lolos mesin Metal Detecting dilakukan pengepakan
dan pelabelan.
d. Produk surimi langsung dibuang
e. Produk surimi dipisahkan kemudian dikeluarkan fragmen logamnya dan
langsung didistribusikan.
Catatan :
Mengacu pada KMK RI No HK 01.07/Menkes/1910/2022 Tentang Standar Profesi
Dietisien, tabel 4.5 halaman 45. Salah satu keterampilan Dietisien dalam
penyelenggaraan makanan diit adalah pemeriksaan keamanan pangan.

13. Namira Bela Rahmanisa_P17112225013_Klinik (REVISI)


Seorang Dietisien di sebuah rumah sakit X memanfaatkan media sosial untuk
mencegah hoax seputar diet populer melalui poster digital, publikasi kampanye
kesehatan, hingga diseminasi informasi gizi dietetik, makanan diet serta edukasi
pangan sehat yang bermanfaat bagi penerima pelayanan gizi dan dietetik baik
dalam lingkup individu maupun komunitas sebagai refleksi peran terhadap area
kompetensi yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No HK 01.07/Menkes/1910/2022 Tentang Standar Profesi Dietisien.
Area kompetensi Dietisien yang dimaksud dalam kasus tersebut adalah …
a. Profesionalitas yang luhur
b. Mawas diri dan pengembangan diri
c. Komunikasi efektif
d. Pengelolaan informasi
e. Keterampilan asuhan gizi dan dietetik individu, komunitas dan
penyelenggaraan makanan diet
Catatan :
Mengacu pada KMK RI No HK 01.07/Menkes/1910/2022 Tentang Standar Profesi
Dietisien, Bab III (Standar Kompetensi Dietisien), Bag. C (penjabaran
kompetensi), Halaman 17, Poin 4B (area kompetensi pengelolaan informasi), No.
3 yaitu : “Mendayagunakan teknologi informasi untuk melakukan edukasi,
publikasi, dan diseminasi informasi tentang dietetik, makanan diet dan pangan
yang sehat dan bermanfaat bagi penerima pelayanan gizi dan dietetik baik
individu maupun komunitas”

14. Caturini Meidya Nugrahasari_P17112225014_Institusi


Pada penyimpanan bahan makanan tempat penyimpanan harus di perhatikan
dalam segi kebersihan, jenis bahan makanan, tanggal kadaluarsa bahan makanan
dan kelembahan suhu ruangan. Cara penyimpanan bahan makanan di dalam
gudang tidak boleh menempel pada lantai, dinding, atau atap ruang penyimpanan.
berapakah ketentuan jarak penyimpanan bahan makanan yang sesuai menurut
lantai, dinging, atau atap gudang …..
a. lantai 5 cm, dinding 2 cm, atap 20 cm
b. lantai 5 cm, dinding 2 cm, atap 10 cm
c. lantai 14 cm, dinding 4 cm, atap 60 cm
d. lantai 14 cm, dinding menempel, atap 10 cm
e. lantai 7 cm, dinding menempel,atap, 20 cm

15. Najma Zahara Putri Hilda_P17112225015_Klinik (REVISI)


Dietisien RSUD Dr. Saiful Anwar Malang sedang menjelaskan kepada pasien
mengenai beberapa pelayanan gizi yang akan diberikan kepada pasien, salah
satu yang dijelaskan adalah tentang kegiatan komunikasi dua arah yang
bertujuan untuk menanamkan dan meningkatkan sikap dan perilaku pasien
dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat
memutuskan apa yang akan dilakukannya. Kegiatan pelayanan apakah yang
dijelaskan oleh Dietisien tersebut?
a. Terapi Gizi
b. Asuhan Gizi
c. Konseling Gizi
d. PenyuluhanGizi
e. Asuhan Gizi Terstandar

Catatan:
Merujuk pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
HK.01.07/MENKES/1910/2022 tentang Standar Profesi Dietisien pada Hal. 15-16
Poin b nomor 1 (e) "Merumuskan dan menyampaikan informasi penting dan
strategis yang harus diketahui penerima pelayanan gizi dan dietetik terkait status
dan masalah gizinya, termasuk melaksanakan edukasi dan konseling gizi."

16. Catur Ima_P17112225016_Masyarakat_REVISI


By. A datang bersama ibunya ke poli gizi dengan rujukan dari dokter anak. Ibu
mengatakan bahwasanya bayinya mengalami sakit panas, batuk dan pilek serta
beberapa hari terakhir tidak mau makan. Selain itu beberapa bulan terakhir berat
badan bayinya tidak mengalami kenaikan berat badan. By. A berjenis kelamin laki-
laki berusia 11 bulan dan hasil penimbangan berat badan 6,5 kg. Ibu ingin
menanyakan mengapa bayinya tidak mengalami kenaikan berat badan. Langkah
pertama yang dapat kita lakukan sebagai ditisen untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah…
a. Melakukan pengkajian masalah gizi terhadap bayi tersebut.
b. Penegakan diagnosis gizi sesuai dengan permasalahan yang ditemukan.
c. Melakukan asuhan gizi yang sesuai dengan kondisi klinis, sosio ekonomi dan
budaya.
d. Melakukan monitoring dan evaluasi perkembangan terkiat intervensi yang
diberikan kepada pasien.
e. Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.

Mengacu pada KMK NOMOR HK.01.07/MENKES/1910/2022 Halaman 18


Poin 6 a

17. Rindi Nuryani_P17112225017_Masyarakat_REVISI


Standar kompetensi Dietisien merupakan gambaran kompetensi minimum
seorang Dietisien ketika diluluskan dari institusi pendidikan Dietisien. Seorang
Dietisien yang telah diluluskan harus memiliki standar kompetensi Dietisien pada
beberapa area komponen kompetensi seperti area Pengelolaan Masalah dan
Pelayanan Gizi dan Dietetik. Berikut yang termasuk dalam komponen area
Pengelolaan Masalah dan Pelayanan Gizi dan Dietetik adalah…
a. Merencanakan dan melaksanakan asuhan gizi dan dietetik individu dan
komunitas
b. Mengelola asuhan gizi dan dietetik pada individu dan komunitas di fasilitas
pelayanan kesehatan dan institusi terkait
c. Penerapan ilmu pangan dalam pelayanan gizi dan dietetik
d. Berkomunikasi dengan penerima pelayanan gizi dan dietetik
e. Megimplementasikan serta monitoring dan evaluasi gizi dan dietetik individu
dan komunitas
Catatan: Mengacu pada KMK NOMOR HK.01.07/MENKES/1910/2022,
halaman 13, tentang Standar Profesi Dietisien. Bab III Standar Kompetensi
Dietisien bagian Komponen Kompetensi poin 7 (area pengelolaan masalah dan
pelayanan gizi dan dietetik).

18. Lisa Wardiyana_P17112225018_Klinik (Revisi)


Seorang pasien didiagnosis oleh dokter mengalami DM tipe II, pasien tersebut
dirujuk ke seorang dietisien untuk mendapatkan asuhan gizi. langkah awal yang
dilakukan oleh dietisien yaitu menganalisis data pengkajian berupa riwayat pasien,
riwayat makan, antropometri, data biokimia dan prosedur tes, serta pemeriksaan
fisik terkait gizi sebelum melakukan diagnosis dan intervensi gizi.
area kompetensi manakah yang dilakukan oleh dietisien tersebut berdasarkan
keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
HK.01.07/MENKES/1910/2022 ?
a. Area kompetensi pengelolaan masalah dan pelayanan gizi dan dietetik
b. Area kompetensi komunikasi efektif
c. Area kompetensi mawas diri dan pengembangan diri
d. Area kompetensi keterampilan asuhan gizi dan dietetik individu
e. Area kompetensi profesionalitas yang luhur
catatan: mengacu pada keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
HK.01.07/MENKES/1910/2022 halaman 25 poin 6. area kompetensi
keterampilan asuhan gizi dan dietetik individu, komunitas dan penyelenggaraan
makanan diet.

19. Alfina Nur Isyrofi_P17112225019_Masyarakat (REVISI)


Tren konsumsi jajanan anak sekolah Chiki Ngebul telah ramai karena kandungan
zat nitrogen yang berbahaya pada tubuh. Di Kabupaten Tasikmalaya telah terjadi
kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan dengan jumlah kasus 7 orang. Dalam
kaitannya dengan perilaku makan komunitas, seorang dietisien memiliki kompetensi
preventif yaitu edukasi gizi berbasis ilmiah. Dari fenomena tersebut, apa konten
edukasi gizi yang tepat?
a. Kandungan energi dan zat gizi pada makanan utama

b. Bahaya konsumsi makanan tidak aman dan alternatif pemilihan jajanan sehat

c. Penyusunan menu sehari yang sehat

d. Pemilihan jajanan sesuai uang saku

e. Meal-planning untuk bekal anak sekolah

Catatan: Merujuk pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


HK.01.07/MENKES/1910/2022 tentang Standar Profesi Dietisien pada Tabel
Diagnosis Gizi & Dietetik, No C.3 Keamanan dan Akses Pangan no. 65 yaitu
Konsumsi Makanan yang Tidak Aman (halaman 42).

20. Diana Nurrohima_P17112225020_Klinik (REVISI)


Seorang dietisien rumah sakit bertugas untuk memberikan pelayanan makanan
diet kepada seluruh pasien di RS yang dirawat inap. Diketahui makanan yang
diberikan tersisa banyak dan terjadi keterlambatan pendistribusian saat jam
makan kepada pasien. Area kompetensi manakah yang sebaiknya dilakukan oleh
dietisien tersebut?
a. Monitoring dan evaluasi intervensi gizi berupa edukasi gizi dan promosi gizi dan
kesehatan pada masyarakat
b. Mengevaluasi masalah gizi yang spesifik yang ditetapkan dalam diagnosis gizi
dan dietetik sesuai dengan kewenangan
c. Mengelola sistem keamanan pangan termasuk penerapan sanitasi hygiene dan
penjaminan mutu
d. Mengevaluasi pelayanan makanan diet di ruang rawat inap
e. Mengelola pelayanan asuhan gizi penerima pelayanan gizi dan dietetik rawat
inap dan rawat jalan
Catatan: Merujuk pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
HK.01.07/MENKES/1910/2022 tentang Standar Profesi Dietisien pada Hal. 27
Poin (7) Area Kompetensi Pengelolaan Masalah dan Pelayanan Gizi dan
Dietetik, bagian (a) Pengelolaan Masalah dan Pelayanan Gizi dan Dietetik No.
3.

21. Muhammad Iqbal Alif Kumara_P17112225021_Klinik (REVISI)


Seorang ahli gizi baru lulus dari perguruan tinggi dan kontrak magang di
puskesmas rawat inap. Disana dia mengikuti kegiatan rutin imunisasi balita dan
bertugas dalam konseling gizi. Namun saat konseling, ahli gizi tersebut malah
melakukan konsultasi gizi. Suatu waktu saat mengunjungi ruang rawat inap,
seorang pasien mengalami lepas infus dan ahli gizi tersebut diminta tolong untuk
membetulkannya. Karena merasa tidak enak jika menolak, ahli gizi tersebut
menuruti permintaan pasien untuk membetulkan infusnya. Hal ini tentu diluar
kewenangan pekerjaan ahli gizi. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji kompetensi
untuk menguji kualitas dan kompetensi nakes sebelum menangani pasien agar
benar-benar memahami tupoksi dan kewenangannya dalam bekerja. Tujuan
dilakukan uji kompetensi yaitu
a. Sebagai jaminan kepada masyarakat untuk menghindari malpraktek dari
tenaga kesehatan
b. Sebagai penyaringan agar yang lulus adalah mereka yang benar-benar pintar
c. Sebagai tes tambahan agar lulusan semakin paham dengan materi
d. Sebagai matrikulasi agar lulusan nakes dari kampus naungan Kemendikbud
setara dengan lulusan kampus naungan Kemenkes
e. Sebagai pemetaan kualitas lulusan di berbagai daerah

22. Vida Rahmawati_P17112225022_Klinik (REVISI)


Ibu A sedang menjalankan sesi konseling dengan Dietisien X. Ibu A mengeluh
anaknya sering tidak menghabiskan makanan. Dietisien X menggali data secara
mendalam sampai mendapat sumber masalah dari kejadian tersebut. Selamat
Dietisien X memberikan rekomendasi pemecahan masalah kepada Ibu A. Aspek
masalah gizi apa yang dialami oleh anak ibu A?
a. Bentuk fisik
b. Psikologis
c. Sosial-personal
d. Akses
e. Perilaku
Catatan :
Mengacu pada KMK RI No HK 01.07/Menkes/1910/2022 Tentang Standar Profesi
Dietisien halaman 34 pada tabel daftar masalah gizi dan dietetik poin 6 “aspek
psikologis” di sub poin terakhir “selalu tidak menghabiskan makanan”.

23. Nindya Az Zahra_P17112225023_Masyarakat (REVISI)


Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di wilayah B mencapai 32%. Hal ini diketahui
salah satunya disebabkan oleh praktik pemberian ASI eksklusif yang hanya
mencapai 65%. Salah satu program yang diselenggarakan oleh puskesmas di
wilayah B adalah dengan melakukan penyuluhan pentingnya ASI eksklusif.
Dengan maksud dan tujuan untuk melihat adanya perubahan pengetahuan dan
sikap (praktik pemberian ASI eksklusif) sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan yang kemudian hasilnya dijadikan sebagai bahan evaluasi
keberhasilan program penyuluhan tersebut. Upaya yang dilakukan oleh
puskesmas tersebut termasuk ke dalam intervensi…
a. Sensitif
b. Spesifik
c. Preventif
d. Kuratif
e. Promotif
Catatan:
Mengacu pada KMK RI No HK 01.07/Menkes/1910/2022 Tentang Standar Profesi
Dietisien halaman 26 pada poin b. Keterampilan asuhan gizi dan dietetik
komunitas: nomor 3) Monitoring dan evaluasi intervensi gizi berupa edukasi gizi
dan kesehatan pada masyarakat.

24. Isabela Nurdiani_P17112225024_Masyarakat (REVISI)


Seorang Dietisien mengalami suatu kendala komunikasi saat melayani pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Kendala tersebut terjadi karena adanya perbedaan cara
pandang masing masing antar tenaga kesehatan seperti, Perawat. Sehingga
dicantumkan dalam KMK NO HK.01.07/MENKES 1910/2022 tentang Standar
Profesi Dietisien bahwa seorang Dietisien perlunya melakukan mengembangkan
komunikasi untuk membangun kolaborasi dengan tenaga lain. Berdasarkan
standar profesi Dietisien tersebut termasuk kedalam komunikasi tingkat apa?
a. Tingkat komunikasi dengan komunitas
b. Tingkat komunikasi dengan masyarakat
c. Tingkat komunikasi dengan pasien
d. Tingkat komunikasi dengan mitra kerja
e. Tingkat komunikasi dengan dosen
Catatan :
Mengacu pada KMK NO HK.01.07/MENKES 1910/2022 tentang Standar
Profesi Dietisien. Hal tersebut dijelaskan pada halaman 16, poin 2, bagian b
bahwa seorang Dietisien perlu mengembangkan komunikasi untuk
membangun kolaborasi dengan tenaga lain seperti perawat. Jika seorang
dietisien dapat mengembangkan komunikasi tersebut, maka kendala terhadap
perbedaan cara pandang dapat teratasi dengan cara berkomunikasi yang baik.

25. Rofiza Almas Nafisah_P17112225025_Institusi


Seorang perempuan dengan usia 18 tahun baru saja menjadi seorang ibu dari
bayi yang sekarang sudah berusia 7 bulan. Saat di posyandu melalui penyuluhan
ditemukan masalah gizi dan dietetik sehubungan dengan ibu tersebut masih
belum memahami tentang bahan tambahan pangan yang terkait dengan
pembuatan MP-ASI, kemudian pemilihan bahan makanan yang masih belum
tepat. Berdasarkan fakta tersebut yang berada di lapangan selain karena usia ibu
yang masih muda, masalah apakah yang akan dihadapi oleh penyuluh gizi dalam
aspek masalah gizi ?
a. Fungsi Fisik (physical function)
b. Fisiologi-Metabolik (metabolic-physiology)
c. Pengetahuan (knowledge)
d. Psikologis (psychological)
e. Pengetahuan (do not want to know)

26. Mega Dwi Permatasari_P17112225026_Klinik (REVISI)


Rumah Sakit M, setiap 6 bulan sekali melakukan evaluasi menu. metode yang
digunakan adalah dengan melihat jumlah sisa makanan pasien di piring.
Sesuai dengan keterangan diatas, Apakah nama metode evaluasi yang
digunakan?
a. 24 hours recall
b. Plate waste
c. Self Reported Consumption
d. Visual Plate Waste
e. Weighed plate waste
Catatan :
Merujuk pada KMK RI No HK 01.07/Menkes/1910/2022 Tentang Standar Profesi
Dietisien pada halaman 45 Tabel 4.5 Point A No.7. Terkait Daftar Keterampilan
Dietisien, pada metode survei konsumsi makanan yang dilakukan dengan
mengamati sisa makanan yaitu Visual Cumstock atau Visual Plate Waste

27. Nurhaliza Dwisyahputri Madjid_P17112225027_Klinik (Revisi)


Suatu puskesmas di daerah X menunjukan banyak ibu hamil yang mengalami
risiko KEK dan anemia. Setelah diteliti, penyebab utama dari masalah gizi tersebut
adalah masih banyaknya ibu hamil yang menerapkan food taboo dimana kelompok
makanan yang paling banyak ditabukan adalah lauk hewani. Food taboo adalah
kegiatan menghindari atau membatasi makan makanan yang dipercaya dapat
menimbulkan beberapa ancaman atau sanksi bagi orang yang tetap
mengonsumsinya, meskipun belum tentu kebenarannya. Intervensi apa yang
paling tepat untuk dilakukan terlebih dahulu sebagai seorang ahli gizi pada kasus
tersebut?

a. Konseling
b. Koordinasi asuhan gizi
c. Pemberian Makanan
d. Penyuluhan
e. Advokasi
Catatan:
Merujuk pada KMK RI No HK 01.07/Menkes/1910/2022 Tentang Standar Profesi
Dietisien pada halaman 51 terkait Daftar Keterampilan Dietisien bagian (F) Edukasi
Gizi dengan metode Penyuluhan (Bagian 3 No. 1).

28. Annisa Aulia Rachmah_P17112225028_Masyarakat (REVISI)


Ara adalah seorang ahli gizi yang bekerja diruang rawat inap Rumah Sakit Mawar
sebagai ahli gizi ruangan. Setelah melakukan proses asuhan gizi pada pasien, Ara
meminta biaya untuk asuhan gizi yang telah dilakukan tanpa diketahui oleh petugas
rumah sakit. Perilaku Ara merupakan salah satu pelanggaran etika profesi yaitu?
a. Menyebarkan rahasia medis pasien
b. Melakukan tindakan malpraktek
c. Meminta imbalan secara berlebih
d. Sikap tidak terpuji
e. Tidak sesuai dengan SOP
CATATAN :

- Pertanyaan merujuk pada PMK No. HK.01.07/MENKES/1910/2022 tentang


Standar Profesi Dietisien, Bab IV, sub bab B daftar masalah pada tabel 4.2
halaman 38 terkait daftar masalah terkait profesi dietisien point 9 yaitu meminta
imbalan jasa yang berlebihan.

29. Zahra Ayu Nabila_P17112225029_Masyarakat (REVISI)


Seorang dietisien yang sudah bekerja dalam rumah sakit bertanggung jawab
untuk memberikan asuhan gizi kepada pasien. Kegiatan asuhan gizi tersebut
kemudian didokumentasikan oleh dietisien ke dalam rekam medik agar dapat
dilihat dengan seksama terhadap intervensi yang telah diberikan sehingga
memudahkan dalam melakukan monitoring dan evaluasi. Termasuk ke dalam
area kompetensi manakah yang menggambarkan perilaku dietisien tersebut ….
a. Pengelolaan informasi
b. Mawas diri dan pengembangan diri
c. Etika dan moral
d. Pengelolaan masalah dan pelayanan gizi dan dietetic
e. Komunikasi efektif
Merujuk pada KMK NOMOR HK.01.07/MENKES/342/2020 tentang Standar Profesi
Nutrisionist yang tercantum di halaman 24 BAB IV tentang Daftar Pokok Bahasan,
Daftar Masalah, Daftar Diagnosis Gizi dan Dietetik, dan Daftar Keterampilan bagian A
Daftar Pokok Bahasan No. 4 Area Kompetensi Pengelolaan Informasi (C. Teknik
Pengisian Rekam Medik)

30. Fizra Nur Fadia_P1712225030_Masyarakat (REVISI)


Pada salah seorang ahli gizi di RSSA akan mengadakan evaluasi terhadap sisa
makanan pasien, ahli gizi mendatangi sejumlah pasien setelah selesai makan untuk
mengobservasinya. Pada observasi ini ketelitian dalam menaksir atau visualisasi sisa
makanan sangat diperlukan karena ukuran dan bentuk makanan yang berbeda-beda.
Hasil evaluasi menunjukan bahwa semur daging banyak yang hanya memakan ¼
porsi. menurut penuturan pasien, daging pada menu tersebut terlalu keras sehingga
sulit digigit dan dikunyah. pengukuran sisa makanan pada kasus diatas menggunakan
metode…
a. metode recall
b. metode penimbangan
c. metode self reported
d. metode cumstok
e. metode pencatatan
Mengacu pada KMK RI No HK 01.07/Menkes/1910/2022 yang tercantum pada
halaman 52 tabel 4.5 daftar keterampilan dietisien poin H nomer 7

31. Indra Ayu Ningsih_P17112225031_Masyarakat (REVISI)


Citra tubuh (body image) diartikan sebagai pandangan dari penampilan fisik
seseorang secara keseluruhan. Ketidaksesuaian antara bentuk tubuh yang
dipersepsi oleh individu dengan bentuk tubuh yang menurutnya ideal akan
memunculkan ketidakpuasan terhadap tubuhnya. Seorang remaja putri merasa
dirinya sudah gemuk sehingga mengurangi porsi makannya atau makan tidak
sesuai dengan jumlah kebutuhan gizinya. Remaja putri tersebut melakukan
konseling dengan tenaga gizi di sebuah rumah sakit. Sebagai seorang ahli gizi,
pendekatan teori apakah yang diterapkan pada remaja putri tersebut saat
melakukan konseling gizi?
a. Health Belief Model
b. Transtheoritical
c. Social Learning Theory
d. Cognitive Behavioral Theory
e. Self Monitoring
Mengacu pada KMK RI No HK 01.07/Menkes/1910/2022 Tentang Standar Profesi
Dietisien halaman 52 bagian G Konseling Gizi Nomor 1 Pendekatan Teori.

32. Intan Aulia Heryadi_P17112225032_Masyarakat


Sebagai ahli gizi yang bekerja di instalasi gizi sebuah rumah sakit, salah satu
tugasnya adalah mengkaji data masalah gizi pasien dan memberikan masukan
juga bertukar pendapat dengan dokter tentang preskripsi diet, untuk melakukan
hal tersebut ahli gizi harus berlatih keterampilan secara berkesinambungan,
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang ilmu gizi, ilmu
biomedik, dan ilmu humaniora untuk keselamatan pasien.
Termasuk peran apa yang sudah dilakukan ahli gizi tersebut di dalam 7 pondasi
pilar standar kompetensi dietisien?
a. Area profesionalitas yang luhur
b. Area mawas diri dan pengembangan diri
c. Area komunikasi efektif
d. Area pengolahan informasi
e. Area pengolahan masalah

33. Syahda Briliant Aprilia_P17112225033_Masyarakat (REVISI)


Seorang ahli gizi di sebuah rumah sakit C, menangani pasien penyakit DM dengan
kondisi luka basah, pasien tersebut merupakan tetangga sang ahli gizi. setelah
pasien pulang ahli gizi malah menjudge dan menceritakan kondisi pasien (hasil lab)
kepada tetangganya yang lain.
kesalahan apa yang dilakukan oleh ahli gizi tersebut?
a. Ahli gizi Tidak menangani penerima pelayanan gizi
b. Ahli gizi berperan meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan
dalam meningkatkan kecerdasan rakyat
c. Membuka rahasia medis terhadap pelayanan gizi dan dietetik kepada pihak yang
tidak berkepentingan
d. Ahli gizi berkewajiban selalu menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan
keterampilan
e. Melakukan praktek gizi dan dietetik tidak sesuai dengan kompetensi
Catatan :
Pertanyaan merujuk pada PMK No. HK.01.07/MENKES/1910/2022 tentang
Standar Profesi Dietisien, Bab IV (Daftar pokok bahasan, daftar masalah, daftar
diagnosis gizi dan dietetik, daftar keterampilan). Tabel 4.2 poin ke 7 halaman 38
Membuka rahasia medis terhadap pelayanan gizi dan dietetik kepada pihak yang
tidak berkepentingan.

Anda mungkin juga menyukai