Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak sakit yang dirawat di Rumah Sakit umumnya mengalami krisis
oleh karena seorang anak akan mengalami stress akibat terjadi perubahan
lingkungan serta anak mengalami keterbatasan untuk mengatasi stress. Krisis ini
dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu usia perkembangan anak, pengalaman masa
lalu tentang penyakit, perpisahan atau perawatan di rumah sakit, support sistem
serta keseriusan penyakit dan ancaman perawatan. (Soetjingsih, 2013)
Stress yang dialami seorang anak saat dirawat di Rumah sakit perlu
mendapatkan perhatian dan pemecahannya agar saat dirawat seorang anak
mengetahui dan kooperatif dalam mengahadapi permasalahan yang terjadi saat
dirawat. Salah satu cara untuk menghadapi permasalahan terutama mengurangi
rasa perlukaan dan rasa sakit akibat tindakan invasive yang harus dilakukannya
adalah bermain. (Hurlock E., 2000)
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak
secara optimal.Selain itu Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara
sukarela untuk memperoleh kesenangan, merupakan cerminan kemampuan fisik,
intelektual, emosional, dan sosial. Bermain merupakan suatu aktivitas untuk
memperoleh kesenangan tanpa memikirkan hasil akhir, yang dilakukan secara
spontan dan tanpa paksaan dari orang lain untuk memenuhi kepuasan fisik, emosi,
sosial dan perkembangan mental sehingga anak dapat mengekspresikan
perasaannya (takut, kesepian, fantasi dan kreativitasnya) (Nursalam, 2008)
Terapi bermain adalah pemanfaatan permainan sebagai media yang efektif
oleh terapis, untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan
psikososial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, melalui
kebebasan eksplorasi dan ekspresi diri. Dengan memperhatikan hal tersebut, maka
perlu adanya program terapi bermain di rumah sakit khususnya diruang perawatan
anak sehingga diharapkan anak yang dirawat tetap dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal sesuai tahap tumbuh kembangnya.

1
1.2 Tujuan
1) Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2) Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:
a) Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
b) Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawatan
c) Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
d) Beradaptasi dengan lingkungan
e) Mempererat hubungan antara perawat dan anak
1.3 Sasaran
1) Anak berusia 2-5 tahun
2) Kondisi anak memungkinkan untuk mengikuti permainan
3) Tidak bertentangan dengan program pengobatan yang sedang dijalaninya

2
BAB II
DESKRIPSI KASUS

2.1 Karakteristik Sasaran


Peserta yang mengikuti terapi bermain adalah anak usia 2-5 tahun dengan
kesadaran compos mentis, kooperatif, dan keadaan umum baik.
2.2 Prinsip Bermain
1. Tidak banyak mengeluarkan energi singkat dan sederhana
2. Mempertimbangan keamanan
3. Bermain/alat bermain sesuai dengan taraf perkembangan anak
4. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak
5. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil sebelum meningkatkan
keterampilan tangan lebih majemuk
6. Jangan memaksa anak bermain bila anak sedang tidak ingin bermain
7. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
2.3 Karakteristik Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain
aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif
kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan
bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.
1. Bermain Aktif
a) Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-
ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-kadang
berusaha membongkar.
b) Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 5 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi
rumah-rumahan. Dll.

3
c) Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-
saudaranya atau dengan teman-temannya.
d) Bermain bola, tali, dan sebagainya
2. Bermain Pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan
mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif
dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Contohnya:
a) Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
b) Mendengarkan cerita atau musik
c) Menonton televise

4
BAB III
METODOLOGI BERMAIN
3.1 Deskripsi Permainan
Mewarnai gambar dapat menjadi salah satu media bagi perawat untuk
mampu mengenali tingkat perkembangan anak. Dinamika secara psikologis
menggambarkan bahwa selama anak bermain dengan sesuatu yang menggunakan
alat mewarnai seperti crayon atau pensil warna akan membantu anak untuk
menggunakan tangannya secara aktif sehingga merangsang motorik halusnya.
3.2 Tujuan Bermain
Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinasi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan
stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak
akan selau mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik,
emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang
kreatif, cerdas dan penuh inovatif (Astuti, 2011)
3.3 Manfaat
Menurut teori (Mashar, 2011), manfaat terapi bermain, sebagai berikut :
1. Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat
terapeutik (sebagai permainan penyembuh “therapeutic play”
2. Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat membentuk,
mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan keterampilan motorik
halus
3. Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena
menggunakan media kertas gambar dan crayon.
4. Anak dapat mengekspresikan perasaannya atau memberikan pada anak
suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata
5. Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses
hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak
akurat dan negative

5
6. Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk
meningkatkan ekspresi emosional anak, termasuk pelepasan yang aman
dari rasa marah dan benci.
7. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode
penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama dirawat di
rumah sakit.
3.4 Jenis Permainan
 Mewarnai gambar
3.5 Alat Bermain
 Alat yang digunakan yakni kertas bergambar dan pensil warna
3.6 Proses Bermain
1) Menjelaskan tata cara pelaksanaan terapi bermain mewarnai kepada anak
2) Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya jika belum jelas
3) Membagikan kertas bergambar dan pensil warna.
4) Fasilitator mendampingi anak dan memberikan motivasi kepada anak
5) Menanyakan kepada anak apakah telah selesai mewarnai gambar
6) Memberitahu anak bahwa waktu yang diberikan telah selesai
7) Memberikan pujian terhadap anak yang mampu mewarnai gambar
sampai selesai
3.7 Waktu Pelaksanaan
Hari : Jumat
Tanggal : 8 November 2019
Waktu : Pukul 10.30 WITA
Tempat : Ruang Anak RSUD Dr. M.M Dunda Limboto
3.8 Hal-hal yang harus Diperhatikan
1) Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2) Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3) Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
4) Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin
bermain. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

6
3.9 Antisipasi Meminimalkan Hambatan
1) Energi
Permainan yang dilakukan tidak membutuhkan energy yang ekstra
sehingga anak merasa santai dalam mengikuti proses bermain.
2) Waktu
Waktu bermaian dissusiakan dengan kondisi anak. Ketika anak sedang
istrhat maka biarkanlah anak untuk istrhat. Waktu juga harus disesuaikan
dengan mood anak
3) Ruangan untuk bermaian
Ruangan bermain disesuaikan dengan keinginan anak ketika anak
menginginkan diluar maka permainan harus dilakukan di luar dan
sebaliknya
4) Lingkungan
Lingkungan dikondisikan sedemikian rupa sehingga tidak terlalu ramai
dan terlalu sepi sehingga konsentrasi anak terjaga dan anak tidak merasa
kesepian
5) Pengethauan untk bermain
Menjelaskan dengan penjelasan mendapingi anak selama proses bermain
6) Alat permainan
7) Pemilihan alat permainan disesuaikan dengan dan karakteristik anak.
3.10 Pengorganisasian
Jumlah leader 1 orang, fasilitator 2 orang dan 1 orang observer dengan
Pembagian Tugas :
1) Peran Leader : Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan
interaksi dengan jalan menciptakan situasi dan suasana yang
memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan
perasaannya. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu
lemah atau mendominasi. Koordinator, yaitu mengarahkan proses
kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara memberi motivasi
kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan

7
2) Peran Fasilitator :Mempertahankan kehadiran peserta, Mempertahankan
dan meningkatkan motivasi peserta, Mencegah gangguan atau hambatan
terhadap kelompok baik dari luar maupun dari dalam kelompok
3) Peran Observer : Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy,
Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan, Memperhatikan
ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy, Menilai performa dari
setiap tim terapis dalam memberikan terapi.
3.11 Sistem Evaluasi
1. Evalusi Struktur
a. Anak hadir di ruangan minimal 3 orang.
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang poli anak
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a. Anak antusias dalam kegiatan mewarnai gambar
b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk mewarnai gambar
3. Kriteria Hasil
a. Anak terlihat senang dan gembira
b. Kecemasan anak berkurang
c. Mewarnai gambar sesuai dengan contoh
d. Anak mampu menyebutkan warna yang dipakai

8
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, W. (2011). Bermain dan teknik permainan pada anak. Solo: Qinant.

Hurlock E. (2000). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Mashar, R. (2011). Emosi Anak dan perkembangannya. Jakarta: Kencana.

Nursalam. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba


Medika.

Soetjingsih. (2013). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai