Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Manajemen Perspektif Islam


Pembiayaan (Tanwil) dalam perspektif islam

DISUSUN OLEH :
Kelompok VI

Goval pebriansyah
Trendy endiska

DOSENPEMBIMBING
TAUFIK ,M.Pd

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI

TAHUN AJARAN 2022

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, yang
berjudul: “Pembiayaan (Tanwil) dalam perspektif islam”.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membimbing umat dari jalan kegelapan
menuju jalan yang terang benderang yang diridhoi oleh Allah SWT yaitu dengan
agama Islam.
Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, demi
terselesainya karya ilmiah ini, penulis tetap menyadari bahwa kemampuan penulis
jauh dari kesempurnaan, dan sudah pasti masih banyak kekurangannya. Sehingga
kritik dan saran yang sifatnya membangun semangat penulis yang sangat penulis
harapkan.
Dan atas terselesaikannya penyusunan makalah ini, tak lupa penulis
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

Kerinci, Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan Makalah.............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2

A. BAZ (Badan Amil Zakat)...............................................................................2

B. Bank Syari’ah.................................................................................................6

C. IDB, BUS DAN BPRS...................................................................................8

E. Bank Pengkreditan Rakyat Syari’ah...............................................................9

F. Baitul mal wa tamwil....................................................................................10

G. Reksa dana syariah.......................................................................................10

BAB III PENUTUP..............................................................................................14

A. Kesimpulan...................................................................................................14

B. Saran.............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyaknya lembaga keuangan syariah saat ini, baik bank maupun
non-bank, menimbulkan suatu pertanyaan, apakah lembaga keuangan tersebut
telah ada konsepnya di dalam Al-Quran? Dan bagaimana pandangan Al-Quran
itu sendiri terhadap fenomena lemabaga keuangan syari’ah.

Karena keberadaan Al-Quran sangat identik dengan Nabi


Muhammad SAW. maka perlu ditelusuri apakah sudah ada lembaga keuangan
pada masa Rasulullah SAW? Hal ini membutuhkan pengkajian lebih dalam
agar diketahui hukum dari pengelolaan lembaga keuangan syari’ah pada saat
ini. Karena setelah Rasulullah SAW wafat, pemerintahan Islam dilanjutkan
oleh beberapa Kholifah, yang tidak lain adalah sahabat-sahabat Rasul sendiri,
maka juga perlu ditelusuri tentang keberadaan lembaga keuangan syariah pada
saat itu dan juga perlu pengkajian pada masa setelah khulafaur rasyidin, yaitu
masa kejayaan Bani Ummayah dan Bani Abbasiyah, agar lebih diketahui lagi
bagaimana perkembangan lembaga keuangan yang mengiringi perkembangan
agama Islam. Dan perlu juga dikaji perkembagan lembaga keuangan syariah
pada saat ini, dan bagaimana awal mula berdirinya.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan lembaga keuangan syariah?
b. Apa saja macam-macam lembaga keuangan syariah?

C. Tujuan Penulisan Makalah


a. Untuk mengetahui pengertian lembaga keuangan syariah.
b. Untuk mengetahui macam-macam lembaga keuangan syariah?

1
BAB II

PEMBAHASAN

Lembaga Keuangan Syariah merupakan organisasi ekonomi yang berdasar


pada syariah islam dan didirikan oleh umat islam, dengan adanya lembaga
keuangan dengan perspektif islam ini diharapakan masyarakat dan juga umat
islam mampu menjalankan kegiatan yang berkenaan dengan uang khususnya
sesuai dengan ketentuan dari Allah. Mengenai Lembaga keuangan dalam
perspektif islam ada berbagai macam, yaitu sebagai berikut1:
A. BAZ (Badan Amil Zakat)
a. Pengertian
Harta- harta yang wajib dizakati itu terdiri dari harta peternakan, emas dan
perak, harta hasil perniagaan, dan hasil pertanian. Mengenai nishab dan
kadar harta zakat adalah sebagai berikut:
a) Unta
Nisab untuk unta adalah 5 ekor. Jika seseorang memiliki 5 ekor unta
maka ia wajib   mengeluarkan zakatnya yaitu 1 ekor kambing berumur
dua tahujn atau lebih atau domba beruur satu tahun atau lebih. Berlaku
juga kelipatannya.
b) Sapi, kerbau, dan kuda
Untuk nisab kerbau,sapi, dan kuda  sama yakni sebanyak 30 ekor. Jika
setiap jumlah bertambah 30 ekor maka zakatnya bertambah 1 ekor sapi
umur satu tahun memasuki tahun ke-2. Apabila jumlah itu bertambah
40 ekor maka, maka zakatnya bertambah 1 ekor sapi berumur 2 tahun
memasuki tahun ke-3.
c) Kambing atau domba

1 hesti handayani, Lembaga Keuangan dalam Perspektif Islam , diakses kembali dari
http://hestihandayani50.blogspot.com/2017/03/lembaga-keuangan-dalam-perspektif-islam.html/
01/06/2020/06:03 am

2
Nisabnya adalah 40 ekor. Setiap jumlah itu bertambah 100 ekor , maka
zakatnya bertambah 1 ekor.
d) Ternak uanggas dan perikanan
Untuk hal ini jumlah nisabnya tidak ditentukan kadar jumlah ternaknya
pasti sebagaimana pada ternak unta, sapi dan kambing. Nisab pada
ternak ungags dan perikanan ditentukan dengan nilai sebesar 20 Dinar
atau 85 gram emas. Apanila seorang peternak ungags dan perikanan di
akhir tahun (tutup buku) memiliki jmlah ternak senilai 85 gram emas,
maka peternak itu wajib mengeluarkan zakat sebesar 2,5%.
e) Emas dan perak
Nisabnya adalah 20 Dinar atau 85 gram emas murni (1 Dinar sama
dengan 4,25 gram emas murni) dan zakat perak adalah 200 dirham atau
setara dengan 672 gram perak. Maka orang itu wajib mengeluarkan
zakat sebesar 2,5%. Selain emas murni dan perak, harta simpanan lain
yang dapat di qiyaskan pada keduanya, seperti uang tunai, tabingan,
cek, saham,  surat berharga, atau bentuk lainnya, jika jumlahnya telah
senilai dengan nisab emas dan perak, untuk besarnya sama yaitu 2,5%.
f) Harta perniagaan dan perusahaan
Harta dari hasil perniagaan melalui perdagangan, industry, jasa, dan
sejenisnya bila telahSampai pada nishab wajib pula untuk dizakati.
Zakatnya sebesar 2,5%.  Apabila perniagaan itu bersifat kerja sama dari
beberapa orang , maka sebelum harta itu dibagikan kepada masing-
masing sesuai dengan porsinya, harta perniagaan itu wajib dikeluarkan
zakatnya terlebih dahulu. Apabila dalam musyarakah itu terdapat non-
muslim , maka zakat hanya dikeuarkan dari harta perniagaan yang
menjadi hak musyarik yang muslim.
g) Hasil pertanian
Nisab dari hasil pertanian adalah 5 washq atau setara dengan 750 kg.
namun kadar yang harus dikeluarkan dalam menunaikan zakatnya ada
dua bagian, yakni : pertama apabila pertanian itu diairi dengan air hujan
atau sungai maka zakat yang harus dikeluarkan adalah 10%, kedua

3
apabila pertanian itu diairi dengan cara disiram, maka zakat yang harus
dikeluarkan sebesar 5%.
b. Prinsip-prinsip pengelolaan
Dalam pengeolaan ZIS (zakat,infaq, dan shadaqah) ada beberapa
prinsip yang harus dijalankan :

Pertama, prinsip keterbukaan artinya dalam pengelolaan zakat, infaq,


dan shadaqah hendaknya dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh
masyaratkat umum. Hal ini dilakukan agar masyarakat itu percaya bahwa
lembaga ini memang melakukan hal semacam itu.

Kedua,prinsip sukarela yang berarti bahwa dalam pemungutan dan


pengumpulan zakat,infaq, dan shodaqoh BAZIS hendaknya
senantiasa  berdasar sukarela dan dalam penyerahan nya tidak ada unsur
keterpaksaan dan cara-cara yang dianggap sebagai suatu pemaksaan.

Ketiga, prinsip keterpaduan ykni BAZIZ sebagai organisasi yang


berasal dari lembaga swadaya dalam masyarakat dalam menjalankan fugsinya
mesti dialkukan secara terpadu dinatara komponen-komponennya. Untu itu
prinsip-prinsip managemennnya yang modern dan telah terebukti keamounnya
harus diterapkan.

Keempat, prinsip profesionalisme berarti dalam pengelolaan zakat,


infaq, dan shodaqoh harus dilakukan oleh orang yang ahli dibidangnya, baik
dalam administrasi, keuangna, dan sebagainya.

c. Tugas dan fungsi


Sebagaimana termuat dalam pasal 8 UU Nomor 38 Tahun 1999 bahwa
tugas pokok dari Badal Amil Zakat adalah mengumpulkan, mendistribusikan,
dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Sedangkan fungsi
BAZIS, sebagaimana tremuat dalam Nomor 29 Tahun 1991/47 Tahun 1991
tentang pembinaan Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS) pasal 6
bahwa fungsi BAZIS sebagai wadah pengelola , penerimaan, dan

4
pendayagunaan zakat, infaq dan shodaqah dalam rangka peningkatan
kesejahteraan masyarakat sebagai wujud partisipasi umat islam dalam
pembangunan nasional.

d. Struktur organisasi
Baziz tentu memiliki struktur organisasi dari mulai tingkat pusat,
tingkat provinsi, tingkat kota dan ketingkat desa atau kelurahan. Dan diurus
oleh para ulama, cendekiawan oleh masyarakat formal dan nonformal. Menurut
keputusan Menteri Agama Nomor 581 Tahun 1999 Pasal 3,4,5 dan 6 sekurang-
kurangnya terdiri dari unsur-unsur dewan perimbangan komisi pengawas dan
badan pelaksana.dewan pertimbangan atau biasa disebut pula dengan unsur
Pembina adalahpemerintah, baik di tingkat pusat maupun ditingkat daerah.
Untuk Pembina tingkat pusat adalah Menteri Agama dan tingkat daerah adalah
Gubernur, Bupati/ Walikota, Camat, dan Kepada Desa/Lurah.

Sedangkan tygas Dewan pertimbangan dalam hal melakukan


pembinaan terhadap BAZIS, sesuai dengan keputusan bersama Menteri dalam
Negeri dan Menteri Agama Nomor 29 tahun 1991/47 tahun 1991 tentang
pembinaan BAZIS dapat berupa: (1) mengayomi keberadaan lembaga secara
sehat dan program kegiatanya dengan cara memberikan per;indungan hak serta
pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan, (2) membimbing agar
lembaga dapat menjalankan fungsi dan menegakkan konstitusi lembaga,
meningkatkan kualitas lembaga berikut pengurusnya dan dapat memelihara, (3)
memberikan dorongan untuk menggairahkan dan menumbuhkan kreativitas
dan aktivitas lembaga yang positif.

Dalam Keputusan Menteri Nomor 581 Tahun 1999 Pasal 9 Ayat (3).
Dalam tugas Komisi pengawasan adalah melaksanakan pengawasan terhadap
terhadap tugas administrative dan teknis pengumpulan, pendistribusian,
pendayagunaan zakat, serta penelitian, dan pengembangan pengelolaan zakat.

5
Unsur atau badan pelaksana dalam struktur organisasi BAZIS adalah
pengurus harian yang bertugas mengumpulkan dan menyalurkan atau
mendayagunakan harta zakat dari dan untuk umat islam.

Secara rinci mengenai tugas badan pelaksana itu telah di kemukakan


dalam Keputusan Menteri Agama Nomor 581 Tahun 1999 Pasal 10,11 dan 12.
Dalam pasal-pasal tersebut disebutkan bahwa yang menjadi tugas Badan
Pelaksana adalah (1) menyelenggarakan tugas administratife dan teknis
pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat, (2) mengumpulkan
dan mengelola data yang diperlukan untuk penyusunan rencana pengelolaan
zakat, (3) menyelenggarakan bimbingan di bidang pengelolaan, pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat, dan (4) menyelenggarakan tugas
penelitian dan pengembangan, komunikasi, informasi, dan edukasi pengelolaan
zakat.

B. Bank Syari’ah
a. Pengertian
Dalam bahasa Arab bank biasa disebut dengan mashrif, yang berarti
tempat berlangsungnya saling menukar harta, baik dengan cara mengambil
ataupun menyimpan, atau selainya untuk melakukan muamalah. Dalam pasal 1
1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Bahwa yang
dimaksud dengan bank tadalah badan badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkanya kepada masyarakat
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dalam kerangka ekonomi umat islam, istilah bank memiliki konsep


tersendiri, yakni bank syari’ah, yang beroperasi di atas dasar ajaran (syari’at)
islam. Menurut Karnaen A. Perwataatmadja dan Syafi’i Antonio, bank syari’ah
memiliki dua pengertian, yaitu:

1. Bank yang beroprasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari’at islam,

6
2. Bank yang tata cara beroprasinya mengacu kepada ketentuan-
ketentuan al Qur’an dan Hadis.

Perbedaan diantara keduanya hanya terletak pada prinsip operasional


yang digunakanya. Kalau bank syari’ah beroperasi berdasarkan prinsip bagi
hasil, sedangkan bank konvensional berdasarkan prinsip bunga. Dengan kata
lain, kedudukan bank syari’ah dalam hubungannya dengan nasabah sebagai
mitra inventor dan pedagang atau pengusaha, sedangkan pada bank
konvensional sebagai kreditur dan debitur.

b. Ciri-ciri
Bank syari’ah juga memiliki beberapa ciri atau karakteristik tersendiri,
yang antara lain adalah sebagai berikut:

1. Berdimensi keadilan dan pemerataan

Ciri ini dilakukan dengan cara bagi hasil (mudharabah atau


musyarakah). Dengan bagi hasil ini tidak muncul kerugian yang hanya dialami
oleh salah satu pihak, karena resiko kerugian dan keuntungan yang diperoleh
ditanggung bersama antara bank dengan nasabahnya. Dengan demikian,
kekayaan tidak akan hanya beredar pada golongan tertentu, seperti yang
digariskan oleh al-Qur’an surat al-Hasyr (7). Dengan cara ini pula, pada
akhirnya perekonomian umat akan terwujud secara merata dalam bentuk
penyebran modal dan kesempatan.

2. adanya pemberlakuan jaminan

Dalam sistem ekonomi islam (fiqh al-mu’amalah) dikenal istilah


jaminan (rahn), yang Sayyid Sabiq mengartikanya dengan “menjadikan suatu
benda dalam perdagangan syar’ sebagai jaminan atas hutang selama ada dua
kemungkinan, yakni untuk mengembalikan uang atau mengambil sebagian
benda itu.

Pada bank syari’ah yangdijadikan sebagai jaminan adalah bank


sebagai pemilik modal (rahn al mal) dengan nasabah sebagai pengelola

7
usaha (‘amil). Sedangkan dalam bank konvensional yang dijadikan sebagai
jaminan adalah kekayaan peminjam.

3. Menciptakan rasa kebersamaan

4. Bersifat mandiri

5. Persaingan secara sehat

6. Adanya dewan pengawas syari’ah

C. IDB, BUS DAN BPRS


a. Islamic Development Bank (IDB)
Dari uraian tentang sejarah pendirian IDB dapat diketahui bahwa
pihak yang memiliki inisiatif untuk mendirikan IDB adalah Negara-negara
yang tergabung dalam Organisasi konferensi islam (OKI). Selai itu, dari uraian
di atas dapat diketahui pula bahwa sebelum didirikan IDB telah berdiri
beberapa bank yang prinsip operasionalnya mengacu pada syari’at islam,
seperti Bank Islam Myt-Gharm yang didirikan pada tahun 1963 di Mesir, Bank
Mesir yang didirikan pada tahun 1970 di Mesir, dan Bank Pembangunan Islam
yag didirikan pada tahun 1974 di Arab Saudi. Namun begitu, pada
perkembangan selanjutnya pendirian IDB ternyata berpengaruh besar pada
semakin suburnya pendidikan bank-bank yang prinsip operasionalya mengacu
pada syari’at islam (Bank Islam).

D. Bank umum syari’ah


Bank Umum Syari’ah adalah bank umum yang operasionalnya
menggunakan prinsip-prinsip syari’ah. Bank Syari’ah ini bisa berbentuk Islamic
Commercial Banking dan bisa pula dalam bentuk Islamic Banking Unit. Islamic
Commercial Banking adalah bank syai’ah yang didirikan secara khusus
menggunakan prinsip syari’ah, misalnya Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan
Bank Syari’ah Mandiri (BSM). Sedangkan yang dimaksud dengan Islamic
Banking Unit adalah bank konvensional yang membuka unit usaha syari’ah,
seperti Bank Jabar Unit Syari’ah dan BNI Unit Syari’ah.

8
E. Bank Pengkreditan Rakyat Syari’ah
a. Pengertian
BPRS (Bank Pengkreditan Rakyat Syari’ah) adalah BPR biasa yang
pola operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip ekonomi (syari’at) islam,
terutama bagi hasil.
Terdapat beberapa tujuan dari didirikanya BPRS, antara lain:
1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat islam terutama
masyarakat golongan ekonomi lemah
2. Meningkatkan pendapatan per kapita
3. Menambah lapangan kerja terutama di kecamatan-kecamatan.
4. Mengurangi Urbanisasi
5. Membina semangat ukhuwah islamiyah melalui kegiatan ekonomi

b. Produk Perbankan
Secara umum produk perbankan BPRS terbagi kepada tiga ketegori,
yaitu produk dalam pengerahan dana, penyaluran dana, dan jasa perbankan.

Dalam kategori  pengerahan dana BPRS berupaya merekrut dana yang


tersebar di masyarakat, yang untuk kemudian disalurkan kepada para nasabah
untuk di dayagunakan dalam bentu usaha. Di antara produk dalam
pengerahan dana ini adalah tabungan wadi’ah, deposito mudharabah dan
tabungan mudharabah. Selain itu BPRS juga menyediakan beberapa fisilitas
untuk penitipan harta umat untuk melaksanakan ibadah seperti titipan infak,
sedekah, dan zakat, titipan untuk ongkos naik haji, titipan untuk ibadah
qurban, aqiqah dan khitanan.

Dalam kategori penyaluran dana BPRS berupaya menyalurkan dana


yang berhasil direkrut dari masyarakat. Produk perbankan yang bersifat
produktif yang ditawarkan antara lain pembiayaan mudharabah, pembiayaan
musyarakah, pembiayaan murabahah, dan pembiayaan al bai’ bithaman ajil.
Sedangkan produk perbankan yang bersifat konsumtif tetapi tidak berbunga
adalah pembiayaan al qardh’ul hasan.

9
Dalam kategori ketiga BPRS menyediakan fisilitas yang bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat. Dalam kategori ini memanfaatkan fasilitas
perbankan dengan cara meneyewanya (ijarah). Dinatara produk perbankan
dalam kategori ketiga ini adalah transfer dan inkaso, pembayaran rekening
listrik, telepon, dan air.

F. Baitul mal wa tamwil


a. Pengertian
Baitul mal wa tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu
yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan
kualitas ekonomi pengusaha kecil dengan anatra lain mendorong kegiatan
menabung dan dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Salin itu,
BMT juga bisa menerima titipan zakat, infak, dan sedekah , serta
menyalurkan sesuai dengan peraturan dan amanatnya.

G. Reksa dana syariah


Reksa dana diluar negeri dikenal dengan sebutan unit trust (di
inggris) yang berarti unit(saham)kepercayaan atau mutual fund (di Amerika)
yang berarti dana bersama atau infestment fund (di Jepang) yang
berartipengelolaan dana berdasarkan kepercayaan. Secara bahasa reksa dana
tersususn dari dua konsep “reksa” yang berarti jaga atau pelihara dan konsep
dana “dana” yang berarti himpunan (uang). Dengan demikian secara bahasa
reksa dana berarti kumpulan uang yang dipelihara.

Sedangkan secara istilah reksa dana berarti sebuah wadah dimana


masyarakat dapat menginvestasikan dananya dan oleh pengurusnya ( manager
investasi) dana itu diinfestasikan ke portofolio efek. Reksa dana ini
merupakan solusi bagi para pemodal kecil yang ingin ikut serta dalam pasar
modal dengan modal minimal yang relative kecil dan kemampuan
menanggung resiko yang sedikit. Definisi ini seiring dengan ppengertian yang

10
termuat dalam Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang pasar Modal yang
menyatakan bahwa rekya dana berarti wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam portofolio efek oleh menejer investasi.

Reksa dana memiliki empat unsur utama yakni :

a. Masyarakat pemilik modal (rab al-mal)


b. Modal yang disetor oleh masyarakat (mal)
c. Manager infestasi sebagai pengelola modal (amil)
d. Investasi yang dilakukan oleh manager investasi (amal)

Sedangkan dalam reksa dana syariah prinsip yang digunakan dalam


bentu akad antara pemilik modal (rab al-mal) dengan manager investasi
(amil), pemilihan dan pelaksanaan transaksi investasi, dan dalam penentuan
hasil investasi.

Akad yang terjadi dalam reksa dana syariah antara pemilik modal
(rab al-mal)dengan manager investasi (amil) digunakan akad mudharabah,
yang kontrak kemitraan (partnership) yang berdasarkan prinsip pembagian
hasil dengan cara seseorang memberikan modalnya kepada pihak lain untuk
diinvestasikan dengan kedua belah pihak membagi keuntungan atau memikul
kerugian sesuai dengan kesepakatan bersama.

Menurut Iggi H.Achsin, terdapat beberapa manfaat dari investasi di


reksa dana, yaitu modal yang disetor individu tidak perlu besar, memiliki
akses beragam investasi, memiliki diversifikasi dan kemudahan investasi,
dikelola oleh menegemen professional, adanya transfarmasi informasi,
kesempatan likuiditas bagi pemilik saham, dan biaya transaksi yang rendah.

Secara riil, di Indonesia reksa dana syariah disahkan keberadaanya


oleh Bapepam pada tanggal 12 Juni 1997. Reksa dana yang didirikan itu
berbentuk Kontra Investasi Kolektif (KIK), berdasarkan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang dituanglan dalam Akta
nomor 24 Tangg 12 Juni 1997 yang dibuat di hadapan Notaris Djedjem

11
Wijaya, SH di Jakarta antara PT.Danareksa Fund Managemen sebagai
Manager Investasi dengan Citybank N.A. Jakarta sebagai Bank Kustodian.

Mengenai ketentuan yang baku berkenaan dengan penentuan dan


pembagian hasil investasi ini, Dewan Pengawas Syariah (DPS) PT.Danareksa
Investment Managemen telah merincinya dalam pedoman pelaksanaan
investasi untuk Reksa Dana Syariah, Bab V, Pasal 11 sebagai berikut :

a. Hasil investasi yang diterima dari harta bersama milik pemodal dalam
Reksa daa Syariah akan dibagi secara professional kepada para pemodal
b. Hasil yang dibagikan harus bersih dari unsur non-halal, sehingga
Manager Investasi harus melakukan pemisahan bagian pendapatan yang
mengandung unsur non-halal dari pendapatan yang diyakini halal (tafriq
al-halal min al-haram)
c. Pengambilan investasi yang dapat diterima oleh Reksa Dana Syariah
adalah dari saham dapat berupa:
1. Dividen yang merupakan bagi hasil atas keuntungan yang
dibagikan dari laba yang dihasilakan Emiten, bail dibayarkan
dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk saham
Rights  yang merupakan hak untuk memesan efek terlebih dahulu
yang diberikan oleh Emiten
 Capital gain  yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual
beli saham di bursa efek
2. Dari obligasi dapat berupa
Bagi hasil yang diterima secara periodic dari laba Emiten
 Capital gain yang merupakan keuntungan jual beli obligasi di
bursa efek
3. Dari surat berharga pasar uang yang dapat berupa :
Bagi hasil yang diterima dari issuer
Capital gain yang merupakan keuntungan dari jual beli surat
berharga

12
4. Dari deposito dapat berupa : bagi hasil yang diterima dari bank-
bank syariah

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa lembaga
keuangan syariah adalah organisasi ekonomi yang berdasar pada syariah
islam dan didirikan oleh umat islam, dengan adanya lembaga keuangan
dengan perspektif islam ini diharapakan masyarakat dan juga umat islam
mampu menjalankan kegiatan yang berkenaan dengan uang khususnya sesuai
dengan ketentuan dari Allah.
Lembaga keuangan syariah di antaranya Badan Amil dan Zakat,
Bank Syariah, dan Bitulmal wa Tamwil.

B. Saran
Semoga dengan pembuatan makalah ini senatiasa menambah
wawsan serta pengetahuan dan yang terpenting adalah menjadi motivasi, baik
bagi penyusun maupun rekan-rekan sekalian. Penulis sadari bahwa masih
banyak kesalahan dan kehilafan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karean
itu krritik dan saran yang bersifat membangun dengan senang hati kami
harapkan guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Hesti. 2017. Lembaga Keuangan dalam Perspektif Islam.


http://hestihandayani50.blogspot.com/2017/03/lembaga-keuangan-dalam-
perspektif-islam.html 01/06/2020/06:03 am

Lestari, Dwi. 2013. Makalah Lembaga Keuangan Islam. http://dwilestari-


dwibcc.blogspot.com/2013/06/makalah-lembaga-keuangan-dalam_28.html.
Diakses pada 01/06/2020/06:20

15

Anda mungkin juga menyukai