Anda di halaman 1dari 6

ZAKAT SEBAGAI INSTRUMEN UTAMA KEBIJAKAN FISKAL

Oleh : Naili Jazilinni’am 17081194071

A. Zakat

Menurut (Ash-Shiddiqey, 1953)Zakat menurut bahasa berarti namma’ = kesuburan, tharah=


kesucian, barakah=keberkatan serta tazkiyah tathier = mensucikan. Adapun zakat menurut syara
memiliki arti hak yang wajib dikeluarkan dari sebagian harta. Dalam islam zakat terbagi menjadi
dua yaitu zakat maal atau zakat harta dan zakat fitrah. Zakat harta adalah bagian dari harta
seseorang (juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan tertentu setelah dimiliki
selama jangka waktu tertentu (haul) dan dalam jumlah minimal tertentu (nisab), dan zakat fitrah
adalah pengeluaran wajib yang dilakukan oleh setiap muslim yang memiliki kelebihan dari
kebutuhan keluarga yang wajar pada malam hari raya idhul fitri (Al-zhuhayly, 1995).

QS Al-Baqarah ayat 43:

َّ ‫ار َكعُوا َم َع‬


َ‫الرا ِكعِين‬ ْ ‫الز َكاة َ َو‬ َّ ‫َوأَقِي ُموا ال‬
َّ ‫ص ََلة َ َوآتُوا‬
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.

QS At-Taubah ayat 60:

َّ ‫سبِي ِل‬
‫َّللاِ َواب ِْن‬ ِ ‫ب َو ْالغ‬
َ ‫َار ِمينَ َوفِي‬ ِ ‫علَ ْي َها َو ْال ُم َؤلَّفَ ِة قُلُوبُ ُه ْم َوفِي‬
ِ ‫الرقَا‬ َ َ‫املِين‬ِ َ‫ين َو ْالع‬
ِ ‫سا ِك‬ َ ‫اء َو ْال َم‬ِ ‫صدَقَاتُ ِل ْلفُقَ َر‬َّ ‫إِنَّ َما ال‬
‫ع ِلي ٌم َح ِكي ٌم‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ َ‫ضةً ِمن‬
َّ ‫َّللاِ ۗ َو‬ َ ‫سبِي ِل ۖ فَ ِري‬
َّ ‫ال‬
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Zakat pada hakikatnya merupakan salah satu cara untuk mendistribusi kekayaan dikalangan umat
muslim. Maka dari itu dalam ajaran islam, zakat dianjurkan untuk dipungut oleh negara atau
pemerintah yang bertindak sebagai wakil fakir miskin untuk memperoleh haknya yang ada pada
harta orang kaya.

B. Tujuan utama zakat

(sudut pandang konomi pasar) adalah menciptakan distribusi pendapatan menjadi lebih merata.
Zakat sebagai komponen utama dalam sistem keuangan publik dan kebijakan fiskal uang utama.
C. Sistem Manajemen Zakat Pada Zaman Rasulullah

a. Katabah, yaitu petugas yang mencatat para wajib zakat


b. Hasabah, yaitu petugas yang menghitung zakat
c. Jubah, petugas yang menarik dan mengambil zakat dari para muzzaki
d. Kahazanah, petugas yang menghimpun dan memelihara harta zakat
e. Qasanah, petugas yang menyalurkan zakat pada mustahik

D. Zakat yang dikenakan pada masa Rasulullah

a. Benda logam yang terbuat dari emas, seperti koin, perkakas, ornamen atau dalam bentuk
lainnya,
b. Benda logam yang terbuat dari perak, seperti koin, perkakas, ornamen atau dalam bentuk
lainnya,
c. Binatang ternak, seperti unta, sapi, domba, kambing.
d. Berbagai jenis barang dagangan termasuk, budak dan hewan.
e. Hasil pertanian, termasuk buah-buahan
f. Luqta, harga benda yang ditinggalkan musuh.
g. Barang temuan

E. Sistem Manajemen Zakat Pada Masa Khulafaurrasyidin

Abu Bakar Ash-Shidiq

 Pada masa abu bakar ash-shidiq sangat memperhatikan keakuratan perhitungan zakat
 Penindakan orang-orang yang menolak membayar zakat kepada negara

Umar Bin Khatab

 Mendirikan lembaga baitul maal


 Tidak memberikan zakat kepada muallaf dikarenakan para muallaf dizaman itu tergolong
orang kaya raya

Usman Bin Affan

 Pada masa khalifah usman, beliau lebih sering mengingatkan dalam pembayaran zakat
 Kebijakan dalam membolehkan pembayaran zakat harta melalui nilai uang

Ali Bin Abi Thalib

 Terfokus pada pendistribusian pendapatan yang ada dalam baitul maal


 Prinsip pemerataan distribusi uang rakyat dijalankan, sistem pendistribusian
dalaksanakan seminggu sekali
F. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam mengelola keuangan
negara baik penerimaan maupun pengeluaran sehingga dapat menunjang perekonomian nasional,
Diantara penerimaan negara seperti bea dan cukai, devisa negara, pariwisata, pajak penghasilan,
pajak bumi dan bangunan, impor, dan lain-lain. Sedangkan untuk pengeluaran negara misalnya
belanja persenjataan, pesawat, proyek pemerintah, pembangunan sarana dan prasarana umum,
atau program lain yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat.

Kebijakan fiskal memiliki 6 fungsi, yaitu:

(1) Fungsi pengelolaan kebijakan ekonomi makro dan fiskal,seperti penyusunan nota keuangan
dan RAPBN dan penyusunan rencana pendapatan negara

(2) Fungsi penganggaran, meliputi penyiapan, perumusan, dan pelaksanaan kebijakan

(3) Fungsi administrasi perpajakan

(4) Fungsi administrasi kepabeanan

(5) Fungsi perbendaharaan, meliputi perumusan kebjikan, sistem dan prosedur dibidang
pelaksanaan, penerimaan dan pengeluaran negara

(6) Fungsi pengawasan keuangan.

Menurut Boediono, terdapat 3 fungsi pokok kebijkan fiskal

1. Fungsi Alokasi
Unuk mengalokasikan factor-faktor produksi yang tersedia dalam masyarakat, sehingga
kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi
2. Fungsi distribusi
Memiliki tujuan terselenggaranya pembagian pendapatan nasional yang adil
3. Fungsi Stabilisasi
Terjaminnya fungi stabilissasi dalam pemerintahan suatu negara, termasuk terpeliharanya
tingkat kesempatan kerja yang tinggi, tinggi harga yang relatif stabil dan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang cukup memadai

G. Kebijakan Fiskal dalam Ekonomi Islam

Komponen kebijakan fiskal dalam ekonomi islam:

1. Sumber Penerimaan Negara


2. Pengeluaran Negara
3. Utang Negara
Beberapa hal penting dalam ekonomi islam yang menjadi penentu kebijakan fiskal:

1. Mengabaikan keadaaan ekonomi dalam ekonomi islam


2. Tingkat bunga tidak berperan dalam sistem eknomi islam
3. Pembiayaan yang dilakukan pemerintah berasal dari pajak dan bagi hasil
4. Ekonomi islam merpakan salah satu cara untuk menyebarkan ajaran agama islam
5. Negara islam merupakan negara yang kesejahteraannya meliputi aspek material dan
spiritual , namun lebih besar menekankan pada aspek spiritual.
6. Pada saat perang, islam berharap tidak hanya memeperoleh kehidupan tetapi juga pada
harta bendanya untuk mejaga agama.
7. Hak perpajakan dalam negara islam tak terbatas

H. Zakat Sebagai Instrumen Kebijakan Fiskal

Pengembangan potensi zakat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan peran zakat dalam
perekonomian sebuah negara, terutama untuk mengatasi masalah kemiskinan, ketimpangan
pendapatan dan pengagguran. Penghimpunan potensi zakat dam pedistribusian yang produktif
akan meningkatkan kembali perekonmian negara. Di Indonesia, optimalisasi peran zakat bisa
menggerakkan usaha kecil menengah dan pertanian, sehingga mampu menguatkan daya tahan
fundamental ekonomi Indonesia dari krisis. Faktor penting yang menjadi pendukung utama
dalam mewujudkan zakat sebagai pilar perekonomian adalah adanya lembaga zakat yang
amanah, profesional, dan mandiri. Perkembangan pengelolaan zakat di Indonesia semakin
menunjukkan kemajuan setelah dikeluarkannya UU No 38 tahun 1999 tentang zakat. Dengan
adanya peraturan pemerintah ini mampu meningkatkan kinerja lembaga pengelolaan zakat dalam
mengptimalisasi pemungutan zakat. Kepemilikan individu dalam Islam dikaitkan dengan
kesejahteraan individu lain. Keuangan publik Islam menekankan pada kesejahteraan dan
keadilan dimana zakat merupakan salah satu kewajiban umat muslim dalam mensejahterakan
umat dengan pemerataan pendapatan (Irkhami, 2019).

Selain menyangkut distribusi pendapatan yang merata, peran zakat dalam kebijakan fiskal yang
islami dapat dilihat dari pengaruhnya terhadap alokasi sumber daya ekonomi dan stabilisasi
kegiatan ekonomi.Kesejahteraan umat Islam dicapai ketika adanya keadilan atau pemerataan
distribusi ekonomi. Masalah dasar Islam dalam keadilan distribusi pendapatan di antara individu
yaitu dapat dicapai dengan adanya zakat. Zakat mampu memainkan peran penting dalam penentu
keseimbangan pendapatan nasional (Yusoff, 2006).

Dengan demikian, zakat telah memenuhi salah satu fungsi kebijakan fiskal, yaitu alat redistribusi
pendapatan dan kekayaan. Zakat sebagai pemerataan pendapatan akan membawa dampak positif
yang semakin besar bagi negara karena zakat dapat menimbulkan multiplier effect pada
perekonomian. Dengan adanya dampak zakat terhadap distribusi pendapatan membuat
kesenjangan sikaya dan simiskin menipis. Hal ini dapat diketahui zakat memiliki effect
multipplier (pengandaan dalam perekonomian). Zakat yang dikeluarkan muzakki kepada
mustahik akan meningkatkan daya beli mustahik sehingga peningkatan daya beli ini juga akan
meningkatkan produksi perusahaan imbasnya perusahaan akan menyerap tenaga kerja lebih
banyak, dalam hal ini pengangguran juga akan semakin berkurang. Disisi lain akan
meningkatkan pajak yang dibayarkan kepada negara. Ketika penerimaan negara bertambah
negara akan menyediakan sarana dan prasarana yang lebih lengkap dari sebelumya bagi
masyarakat, hal ini yang disebut dengan multippliereffect. Ketika zakat dalam bentuk bantuan
yang produktif seperti modal kerja atau dana bergulir maka zakat memberikan efek duakali lipat
dari zakat yang diberikan untuk bantuan konsumtif. (Nasrullah, 1383).

Zakat juga memenuhi fungsi kedua kebijakan fiskal yaitu, stabilisasi perkonomian. Dimana zakat
berperan sebagai stabilitator ketika kondisi perekonomian mengalami penurunan maupun
kenaikan (Kusniawati, 2011). Ketika perkonomian dalam masa kenaikan atau ekspansi, maka
lapangan kerja akan meningkat dan pendapatan juga meningkat. Hal ini akan menimbulkan
kebutuhan untuk mencairkan dana zakat berkurang yang berarti penerima zakat atau mustahik
menjadi lebih sedikit. Zakat juga berperan sebagai pengontrol inflasi. Pada masa ekspansi
dengan adanya zakat dapat menekan konsumsi pribadi yang mencegah permintaan agregat dan
inflasi terjadi. Sebaliknya pada masa penurunan atau resesi pencairan dana zakat meningkat,
karena pada masa ini lapangan pekerjaan berkuranng, pendapatan masyarakatnya pun menurun,
sehingga distribusi penyaluran zakat lebih tinggi kepada orang miskin.

Fungsi alokasi dari zakat dalam kebijakan fiskal terdapat pada pembagian sumber daya ekonomi
yang terjaga pada tingkat minimum. Tingkat minimum yang dimaksud adalah; (1) Terpenuhinya
ekonomi masyarakat golongan mustahik yang bertujuan agar tidak ada alasan kendala ekonomi
yang menyebabkan mereka tidak melakukan ibadah kepada Allah SWT; (2) Terpeliharanya
aktivitas ekonomi ketika tingkat permintaan tidak sampai pada tingkat underconsumption yang
membuat terhentinya roda perkonomian; (3) menjaga alokasi sumber daya minimum harus
diawasi dan dipelihara oleh negara. Karena pada dasarnya negara berkewajiban dalam menjaga
kebutuhan masyarakat yang ada di tingkat bawah. (Sauri, 2012)

Penarikan zakat yang masih amatir yang belum ada undang–undang pemungutannya dan belum
menjadi pendapatn resmi negara, membuat potensi zakat masih kalah dengan pajak. Berkaca
pada negara tetangga malaysia, penarikan zakat dijadikan sebagai pengurangan pajak. Sehingga
masyarakat lebih banyak membayar zakat dan disisi lain masyrakat juga membayar pajak.
Dengan menjadikan zakat sebagai pengampunan pajak, maka akan menambah pemasukan
negara dan mengurangi beban penggunaan pajak. Selama ini, 50 % penggunaan pajak digunakan
untuk melunasi hutang luar negeri, dan hanya 4% yang disalurkan kepada fakir miskin. Dengan
menjadikan zakat sebagi pengurangan pajak, maka pendapatan yang didapat dari zakat dapat
disalurkan secara maksimal kepada fakir miskin. (Ma’mun, 2017)

Di Indonesia sendiri, masalh pembayaran zakat yang mempengaruhi pajak diatur dalam UU
Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, yang menyebutkan bahwa “zakat yang telah
dibayarkan kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat dikurangkan dari
laba/pendapatan sisan kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku”. Di UU tentang pajak penghasilan menyebutkan bahwa
zakat atas penghasilan yang nyata dibayarkan kepada Badan Amil Zakat yang dibentuk dan
disahkan oleh pemerintah dapat dikurangkan atas penghasilan kena pajak. Selain itu, UU ini juga
menetapkan bahwa bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh BAZ atau LAZ
yang dibentuk dan disahkan oleh pemerintah atau para penerima zakat yang berhak tidak
termasuk sebagai objek pajak penghasilan. Artinya bagi umat muslim di Indonesia, pajak
penghasilan dibayarkan setelah dikeluarknya zakat profesi. (Ma’zumi, Badina, & Febriyani,
2018).

Anda mungkin juga menyukai