Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PANCASILA ( PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT )

Disusun Oleh Kelompok 3 :


Avisyah Ika Nurhasanah ( 1111210214 )
Ayu Puspa Dewi ( 1111210215 )
Rai Aulia ( 1111210216)
Adellia Putri Riyantoro ( 1111210234 )
Achmad Hafizh ( 1111210236 )
Liana Marliana ( 1111210240 )
Muhamad Yasirli Subaetillah ( 1111210323 )

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan ilmu dan rahmat-Nya
sehingga kami kelompok 3 dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu untuk
memenuhi nilai pada mata kuliah Pancasila. Tidak lupa sholawat serta salam tercurahkan kepada
baginda nabi besar Muhammad saw beserta para sahabatnya dan semoga kita semua termasuk
dalam jajaran - jajarannya.
Makalah ini kami buat dalam rangka penelitian mengenai “Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat” serta kami ingin mengucapkan terimakasih sebanyak - banyaknya kepada Ibu Nita
Farhaturrahmah,SH., MH. selaku dosen pembimbing mata kuliah Pancasila yang telah
membimbing kami selama proses penyelesaian makalah ini dengan sebaik-baiknya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Kami sebagai penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari
segi penulisan, tata bahasa, maupun dalam susunan kalimat. Oleh karena itu kami sangat
bersedia menerima berbagai kritik dari pembaca agar kami dapat belajar sekaligus memperbaiki
berbagai kesalahan dari makalah yang telah kami buat ini.
Kami berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua, serta dapat menambah wawasan kita mengenai “Pancasila (Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat)” khususnya bagi kami para penulis. Akhir kata kami kelompok 3 sebagai penulis serta
penyusun makalah mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang
telah men-support dalam penulisan makalah ini serta jika banyak kekurangan dalam penulisan
maupun penyusunan tolong dibukakan pintu maaf yang seluas – luasnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Serang, 4 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................ 2
BAB II............................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
2.1 Rumusan Kesatuan Pancasila Sebagai Suatu Sistem...................................................... 3
2.2 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat ..................................................................................... 3
BAB III......................................................................................................................................... 10
PENUTUP.....................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filsafat berasal dari Bahasa Yunani berasal dari kata “philein”1 yang artinya “cinta” dan
“Sophos”2 yang artinya “kebijaksanaan”. Jadi filsafat artinya mencintai hal yang sifatnya
bijaksana. Filsafat merupakan ilmu pengertahuan mengenai hakikat dari segala sesuatu yang
mencari sebab-sebabnya yang terdalam dengan menggunakan akal budi manusia. Namun jika
kita berbicara tentang filsafat dengan lingkup bahasannya akan mencangkup banyak bidang
antara lain tentang manusia, alam, pengetahuan, logika, dan lain sebagainya. Objek material
filsafat jauh lebih luas, yaitu segala sesuatu yang pernah ada, akan ada, kelihatan ataupun tidak,
rohani dan jasmani, serta konkrit maupun abstrak.
Filsafat yang mengacu arti komprehensif terdapat dalam pernyataan “Pancasila merupakan
dasar filsafat negara yang mewarnai seluruh peraturan hukum yang berlaku”, yaitu seluruh
peraturan yang berlaku di Indonesia harus berdasarkan Pancasila. Pancasila merupakan suatu
sistem mendasar dan fundamental karena mendasari seluruh kebijakan penyelenggaraan negara.
Ketika suatu sistem bersifat mendasar dan fundamental maka sistem tersebut dinamakan sistem
filsafat.
Pancasila terdiri dari lima sila pada hakikatnya adalah sistem filsafat. Pemahaman demikian
memerlukan kajian lebih lanjut menyangkut aspek-aspek bidangnya. Pada kesempatan kali ini
kami akan membahas lebih lanjut tentang Pancasila sebagai sistem filsafat. Mengapa mahasiswa
perlu mengetahui akan hal tersebut? Karena Mahasiswa diharapkan mampu memahami,
menghayati, serta mengamalkan Pancasila.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dikemukakan
beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut:
1. Bagimana rumusan kesatuan Pancasila sebagai suatu sistem?
2. Mengapa Pancasila dikatakan sebagai sistem Filsafat?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui rumusan Pancasila sebagai suatu sistem.
2. Untuk memahami Pancasila sebagai sistem Filsafat.
1
“Philein” yang berasal dari Bahasa Yunani yang berarti cinta, Dr. H. Kaelan, M.S, Buku Pendidikan Pancasila,
Halaman 56.
2
Ibid.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Rumusan Kesatuan Pancasila Sebagai Suatu Sistem

Pancasila dirumuskan sebagai dasar negara Indonesia. Pancasila yang terdiri atas lima sila
pada hakikatnya merupakan suatu sistem filsafat. Pengertian sistem adalah suatu kesatuan
bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Pancasila yang terdiri atas bagian-
bagian yaitu sila-sila pancasila setiap sila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan yang
sistematis.

Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya suatu kesatuan organik.
Sila-sila dalam pancasila saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi.
Sila yang satu senantiasa dikualifikasikan oleh sila-sila lainnya. Dengan demikian, Pancasila
pada hakikatnya merupakan suatu sistem, bahwa bagian-bagian (sila-sila) saling berhubungan
secara erat sehingga membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila sebagai suatu sistem
juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran
tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan dirinya sendiri,
dengan sesama manusia, dengan masyarakat bangsa dan negara.

Kenyataan Pancasila yang demikian ini disebut kenyataan yang obyektif, yaitu bahwa
kenyataan itu ada pada Pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang lain atau terlepas dari
pengetahuan orang. Sehingga Pancasila sebagai suatu sistem filsafat bersifat khas dan berbeda
dengan sistem-sistem filsafat yang lain misalnya: liberalisme, materialisme, komunisme, dan
aliran filsafat yang lain. Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakekatnya bukanlah hanya
merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja, namun juga meliputi kesatuan dasar
ontologis1, dasar epistimologis1, serta dasar aksiologis1 dari sila Pancasila.

2.2 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

1
http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/sls/article/download/1276/1243#:~:text=Dengan%20demikian%20Ontologi%20adalah%
20ilmu,kajian%20tentang%20nilai%20ilmu%20pengetahuan (diakses 5 september 2021)

2
Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar negara yang terdiri dari
lima sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi masing-masing dan satu tujuan yang sama untuk
mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bernegara di Indonesia. Filsafat negara kita ialah
Pancasila, yang diakui dan diterima oleh bangsa Indonesia sebagai pandangan hidup. Dengan
demikian, Pancasila harus dijadikan pedoman dalam kelakuan dan pergaulan sehari-hari.
Sebagaimana telah dirumuskan oleh Presiden Soekarno, Pancasila pada hakikatnya telah hidup
sejak dahulu dalam moral, adat istiadat, dan kebiasaan masyarakat Indonesia. “Dengan adanya
kemerdekaan Indonesia, Pancasila bukanlah lahir, atau baru dijelmakan, tetapi sebenarnya
Pancasila itu bangkit kembali”.

Sebagaimana pandangan hidup bangsa, maka sewajarnyalah asas-asas pancasila disampaikan


kepada generasi baru melalui pengajaran dan pendidikan. Pansila menunjukkan terjadinya proses
ilmu pengetahuan, validitas dan hakikat ilmu pengetahuan (teori ilmu pengetahuan). Pancasila
menjadi daya dinamis yang meresapi seluruh tindakan kita, dan kita harus merenungkan dan
mencerna arti tiap-tiap sila dengan berpedoman pada uraian tokoh nasional, agar kita tidak
memiliki tafsiran yang bertentangan. Dengan pancasila sebagai filsafat negara dan bangsa
Indonesia, kita dapat mencapai tujuan bangsa dan negara kita.

Pancasila sebagai sistem filsafat memberi arah agar kesejahteraan dan kemakmuran bertolak
dari keyakinan manusia yang percaya kepada kebesaran Tuhan, kesejahteraan yang berlandaskan
paham kemanusiaan, kesejahteraan yang memihak pada kesatuan dan persatuan serta
kebersamaan sebagai suatu kesatuan bangsa yang utuh dan bulat. Pancasila dikatakan sebagai
sistem filsafat karena beberapa alasan yang dapat ditunjukkan, Pertama; dalam sidang BPUPKI,
1 Juni 1945, Soekarno memberi judul pidatonya dengan nama Philosofische Grondslag daripada
Indonesia Merdeka.

Noor Bakry menjelaskan bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan hasil
perenungan yang mendalam dari para tokoh kenegaraan Indonesia. Hasil perenungan itu semula
dimaksudkan untuk merumuskan dasar negara yang akan merdeka. Selain itu, hasil perenungan
tersebut merupakan suatu sistem filsafat karena telah memenuhi ciri-ciri berpikir kefilsafatan.
Beberapa ciri berpikir kefilsafatan meliputi:

1. sistem filsafat harus bersifat koheren, artinya berhubungan satu sama lain secara runtut,
tidak mengandung pernyataan yang saling bertentangan di dalamnya. Pancasila sebagai

3
sistem filsafat, bagian-bagiannya tidak saling bertentangan, meskipun berbeda, bahkan
saling melengkapi, dan tiap bagian mempunyai fungsi dan kedudukan tersendiri.
2. sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, artinya mencakup segala hal dan gejala yang
terdapat dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa merupakan
suatu pola yang dapat mewadahi semua kehidupan dan dinamika masyarakat di
Indonesia
3. sistem filsafat harus bersifat mendasar, artinya suatu bentuk perenungan mendalam yang
sampai ke inti mutlak permasalahan sehingga menemukan aspek yang sangat
fundamental. Pancasila sebagai sistem filsafat dirumuskan berdasarkan inti mutlak tata
kehidupan manusia menghadapi diri sendiri, sesama manusia, dan Tuhan dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara
4. sistem filsafat bersifat spekulatif, artinya buah pikir hasil perenungan sebagai
praanggapan yang menjadi titik awal yang menjadi pola dasar berdasarkan penalaran
logis, serta pangkal tolak pemikiran tentang sesuatu. Pancasila sebagai dasar negara
pada permulaannya merupakan buah pikir dari tokoh-tokoh kenegaraan sebagai suatu
pola dasar yang kemudian dibuktikan kebenarannya melalui suatu diskusi dan dialog
panjang dalam sidang BPUPKI hingga pengesahan PPKI (Bakry, 1994: 13--15).

Fungsi pancasila sebagai sistem filsafat dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia
seperti berikut :

a. Memberikan jawaban yang mendasar tentang hakikat kehidupan bernegara.


b. Memberikan dan mencari kebenaran yang substansif tentang hakikat negara, ide Negara,
dan tujuan negara.
c. Sebagai pedoman yang mendasar bagi warga negara Indonesia dalam bertindak dan
bertingkah laku dalam kehidupan sosial masyarakat.

Sedangkan Fungsi utama menurut penjelasan Sastrapratedja Pancasila menjadi dasar negara
dan dapat disebut dasar filsafat hidup kenegaraan atau ideologi negara. Pancasila adalah dasar
politik yang mengatur dan mengarahkan segala kegiatan yang berkaitan dengan hidup
kenegaraan, seperti perundang-undangan, pemerintahan, perekonomian nasional, hidup
berbangsa, hubungan warga negara dengan negara, dan hubungan antarsesama warga negara,
serta usaha-usaha untuk menciptakan kesejateraan bersama. Oleh karena itu, Pancasila harus

4
menjadi operasional dalam penentuan kebijakan-kebijakan dalam bidang-bidang tersebut di atas
dan dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa dan negara (Sastrapratedja,
2001: 1). Istilah Philosphische Grondslag dan Weltanschauung merupakan dua istilah yang
sarat dengan nilai-nilai filosofis. Driyarkara membedakan antara filsafat dan Weltanschauung.
Filsafat lebih bersifat teoritis dan abstrak, yaitu cara berpikir dan memandang realita dengan
sedalam-dalamnya untuk memperoleh kebenaran. Weltanschauung lebih mengacu pada
pandangan hidup yang bersifat praktis. Driyarkara menegaskan bahwa weltanschauung belum
tentu didahului oleh filsafat karena pada masyarakat primitif terdapat pandangan hidup
(Weltanschauung) yang tidak didahului rumusan filsafat. Filsafat berada dalam lingkup ilmu,
sedangkan weltanshauung berada di dalam lingkungan hidup manusia, bahkan banyak pula
bagian dari filsafat (seperti: sejarah filsafat, teori-teori tentang alam) yang tidak langsung terkait
dengan sikap hidup (Driyarkara, tt: 27). Pancasila sebagai dasar filsafat negara (Philosophische
Grondslag) nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari seluruh
peraturan hukum yang berlaku di Indonesia. Artinya, nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan harus mendasari seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Contoh: Undang-Undang No. 44 tahun 2008 tentang Pornografi. Pasal 3 ayat (a)
berbunyi, ”Mewujudkan dan memelihara tatanan kehidupan masyarakat yang beretika,
berkepribadian luhur, menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, serta
menghormati harkat dan martabat kemanusiaan”. Undang-undang tersebut memuat sila
pertama dan sila kedua yang mendasari semangat pelaksanaan untuk menolak segala bentuk
pornografi yang tidak sesuai dengan nlai-nilai agama dan martabat kemanusiaan”.

Fungsi Kedua, Pancasila sebagai Weltanschauung, artinya nilai-nilai Pancasila itu


merupakan sesuatu yang telah ada dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia, yang
kemudian disepakati sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag). Weltanschauung
merupakan sebuah pandangan dunia (world-view). Hal ini menyitir pengertian filsafat oleh J. A.
Leighton sebagaimana dikutip The Liang Gie, ”A complete philosophy includes a worldview or
a reasoned conception of the whole cosmos, and a life-view or doctrine of the values, meanings,
and purposes of human life” (The Liang Gie, 1977: 8).

Ajaran tentang nilai, makna, dan tujuan hidup manusia yang terpatri dalam Weltanschauung
itu menyebar dalam berbagai pemikiran dan kebudayaan Bangsa Indonesia.

5
Kesatuan Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

Kesatuan sila-sila pancasila dan hakikatnya bukanlah hanya bersifat formal logis saja
namun secara filosofis juga meliputi kesatuan dasar ontology (antropologis), dasar
epiestimologis, dan dasar aksiologis.

Sebagai sistem filsafat, Pancasila telah memenihi persyaratan diantaranya sebagai berikut :
a. Sebagai satu kesatuan yang utuh, yang berarti kelima sila pancasila merupakan satu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Memisahkan satu sila pancasila berarti telah
menghilangkan arti Pancasila.
b. Bersifat konsisten dan koheren, yang berarti lima sila pancasila bersifat runtut tidak
kontradiktif , dan nilai yang lebih esensial didahulukan. Esensi tersebut yaitu
Tuhan, manusia, kesatuan rakyat dan keadilan dimana Tuhan menciptakan manusia
sehingga manusia butub interaksi dengan manusia lain (persatuan) setelah bersatu
mencapai tujuan bersama (keadilan) dan perlu dimusyawarahkan terlebih dahulu.
c. Adanya hubungan antara bagian sila satu dengan sila yang lain, yang berarti
hubungan keterkaitan dan ketergantungan yang menjadi lima sila pancasila itu bulat
dan utuh.
d. Adanya kerjasama, dalam hal ini yang dimaksud pancasila itu melakukan kerjasama
yaitu bangsa Indonesia sendiri.
e. Mengabdi pada satu tujuan bersama, maksudnya adalah semua masyarakat
Indonesia harus bekerjasama untuk tujuan bersama seperti yang dimaksud dalam
UUD 1945 tentang kesejahteraan bersama.

Pancasila Dari Sudut Pandang Filsafat


1. Ontologi
Ontologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang “ada” dalam realitas atau
kenyataan, dalam kemungkinan, dan dalam pikiran atau angan-angan. Dalam konteks ontologi
Pancasila ada dalam realitas atau kenyataan, karena adanya Tuhan, manusia, rakyat, dan sikap
adil sera adanya nilai-nilai pancasila yang terdapat dalam adat istiadat, budaya, dan religi pada
bangsa Indonesia yang sejak zaman dulu sampai sekarang.
2. Epistemologi

6
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang ilmu pengetahuan yang
diperoleh melalui bakat atau pembawaan, akal budi,indra khusus, dan istuisi atau anugrah.
Dalam konteks epistemologi Pancasila merupakan ilmiah dan filsafati yang bisa diteliti dan diuji
kebenarannya. Ketika merumuskan pancasila dimulai dari pengamatan hal-hal khusus terhadap
nilai-nilai adat istiadat, budaya dan religi negara Indonesia. Dari pengamatan tersebut diperoleh
nilai yang sama dan nilai itu dipakai sebagai dasar untuk menyusun dan merangkai dasar negara
Indonesia.
3. Aksionologi
Aksinologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang suatu nilai. Dalam kontek
aksinologi pancasila mengandung nilai manfaat untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang
beraneka ragam suku bangsa serta menjadi acuan moral bangsa Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat.
4. Antropologi (Filsafat Manusia)
Dalam konteks antrolopogi Pancasila bertitik tolak pada hakekat kodrat manusia yang
monopluralis yaitu terdiri dari susunan kodrat monodualis atau makhluk berdiri sendiri dan
makhluk Tuhan jiwa dan raga. Manusia yang baik bisa menempatkan diri secara individu
maupun kelompok kebangsaan yang selalu diarahkan dalam keseimbangan dan keselarasan yang
harmonis untuk kebaikan bangsa dan negara.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan pancasila sebagai


sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar negara yang terdiri dari lima sila sebagai unsur
yang mempunyai fungsi masing-masing dan satu tujuan yang sama untuk mengatur dan
menyelenggarakan kehidupan bernegara di Indonesia.

Pancasila sebagai sistem filsafat memberi arah agar kesejahteraan dan kemakmuran
bertolak dari keyakinan manusia yang percaya kepada kebesaran Tuhan, kesejahteraan yang
berlandaskan paham kemanusiaan, kesejahteraan yang memihak pada kesatuan dan persatuan
serta kebersamaan sebagai suatu kesatuan bangsa yang utuh dan bulat.

Pancasila sebagai sistem filsafat dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia berfungsi
memberikan jawaban yang mendasar tentang hakikat kehidupan bernegara, memberikan dan
mencari kebenaran yang substansif tentang hakikat negara, ide negara, dan tujuan negara,
sebagai pedoman yang mendasar bagi warga negara Indonesia dalam bertindak dan bertingkah
laku dalam kehidupan sosial masyarakat.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/sls/article/download/1276/1243#:~:text=Dengan%20demikian%20Onto
logi%20adalah%20ilmu,kajian%20tentang%20nilai%20ilmu%20pengetahuan diakses pada
tanggal 5 september 2021

http://jurnal.polban.ac.id diakses pada tanggal 1 september 2021

Nurwadani, Paristiyani. 2016. Pendidikan Pancasila “Perguruan Tinggi”. Jakarta: Direktorat


Jenderal Pembelajaran Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan Tinggi.
S, Kaelani M. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Syamsudin, Muhammad dkk. 2009. Pendidikan Pancasila “Menempatkan Pancasila Dalam
Konteks Ke-Islaman Dan Ke-Indonesiaan”. Yogyakarta: Total Media.

Anda mungkin juga menyukai