Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


PENGERTIAN, DASAR-DASAR, DAN TEORI
KONTEMPORER TENTANG PANCASILA SEBAGAI
FILSAFAT
PANCASILA
Dosen Pengampu : Hima Suyudho, M. Pd.

Disusun Oleh :
Muhammad Sholeh Ramdhani (231111107)
Siti Auliya (231111108)
Muhtarom Yoga Aditama (231111109)

PRODI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh


Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT.
Yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna untuk memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah Pancasila.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang memberikan do’a, saran, dan kritik sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Surakarta, 14 September 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

BAB I ...................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN .................................................................................................. 3

1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................... 3

BAB II ..................................................................................................................... 4

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4

2.1 Pengertian ...................................................................................................... 4

2.2 PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT ............................................. 4

2.2.1 Pengertian “Sistem” ................................................................................ 5

2.2.2 Pancasila sebagai suatu “SISTEM” ........................................................ 5

2.2.3 Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain : ......................................... 5

2.2.4 Inti sila-sila Pancasila meliputi : ............................................................. 6

2.3 Landasan Ontologis Pancasila ....................................................................... 6

2.4 Landasan Epistemologis Pancasila ................................................................ 7

2.5 Landasan Aksiologis Pancasila ..................................................................... 8

BAB III ................................................................................................................. 10

PENUTUP ............................................................................................................. 10

3.1 KESIMPULAN ........................................................................................... 10

3.2 SARAN ....................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................11

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tentu saja Pancasila dirumuskan sebagai falsafah nasional. pancasila Hal
ini memang merupakan anugerah terbesar dari Allah SWT dan terbukti menjadi
bintang cahaya bagi seluruh bangsa Indonesia sekaligus menjadi pedoman masa
depan. Bukan hanya sebagai perjuangan kemerdekaan, tapi juga sebagai alat
pemersatu kehidupan. Kami akan memperkenalkan tidak hanya bangsa Indonesia
tetapi juga kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Pancasila lahir pada
tanggal 1 Juni 1945 dan didirikan bersama pada tanggal 18 Agustus 1945. Bunyi
dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres Nomor. 12 Tahun 1968
hanyalah Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, hanya kemanusiaan. Dan beradab.
Ketiga, penyatuan Indonesia. Keempat: Demokrasi yang dipandu oleh
kebijaksanaan Hikmah dalam Penalaran/Presentasi. Nomor 5: Keadilan sosial
untuk semua Orang Indonesia.
Sejarah Indonesia mencatat hal ini di kalangan perumus Pancasila. Yaitu
Bapak Mohammad Yamin, Profesor Soepomo dan Ir. Sukarno. Bisa Kami jelaskan
mengapa Pancasila kuat dan selalu tahan guncangan Gejolak politik di tanah air
terutama melekat pada Pancasila. Artinya toleransi dan siapapun yang menantang
Pancasila akan menentangnya Toleransi.
Pancasila merupakan falsafah dasar bangsa Indonesia yang patut diketahui
semua orang. Seluruh warga negara Indonesia hendaknya menghormati,
menghargai, melindungi dan Lakukan apa yang dilakukan para pahlawan,
khususnya para pahlawan. Deklarasi yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa
Indonesia. dengan menjadi Kalangan muda dan tua masih meyakini Pancasila
sebagai dasar negara. Indonesia pasti akan memperkuat persatuan dan kohesi
nasional, negara indonesia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

PENGERTIAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

2.1 Pengertian
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai dan pemikiran
yang dapat dicapai Hal itu menjadi isi dan substansi pembentukan ideologi
Pancasila. Dalam filsafat Pancasila, Secara sederhana diartikan sebagai
pertimbangan kritis dan rasional terhadap Pancasila dengan tujuan sebagai
landasan bangsa dan realitas kebudayaannya. Dapatkan poin-poin penting untuk
pemahaman dasar dan komprehensif. Pancasila dikatakan filsafat karena
merupakan hasil cerminan jiwa. Prestasi luar biasa yang diraih para founding
fathers kita Sistem (Ruslan Abdul Ghani). Filsafat Pancasila memberi
pengetahuan dan pemahaman Secara ilmiah yaitu tentang Hakikat Pancasila
(Notnagoro).

2.2 PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


Konsep sistem mengacu pada objek konkrit dan abstrak. Kita sering
mendengar atau membaca istilah seperti “sistem”. Nilai-nilai budaya (sistem nilai
budaya), sistem politik, sistem pendidikan nasional, sistem syaraf, sistem otot.
Menurut Fowler (1964), sistem berarti: suatu keseluruhan yang utuh, serangkaian
objek atau bagian yang terhubung, suatu hal yang terorganisasi.
Tubuh terbuat dari bahan material atau non material.
Kamus Amerika baru Menurut Webster dibuat menggunakan sistem ini
Adalah: Sistem tubuh, sistem pencernaan, sistem kereta api, tata surya, dan lain-
lain yang terdiri dari bagian-bagian yang membentuk satu kesatuan. Ini kemudian
diterbitkan dalam Concise Oxford Dictionary of Current English. Sistem filsafat
berarti seperangkat ajaran yang terkoordinasi, atau “kumpulan ajaran yang
terkoordinasi”.

4
Berdasarkan aturan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa inilah
masalahnya dilengkapi dengan sistem.
 Dibangun ke dalam sistem sekumpulan elemen atau bagian. jadi satu
Sistem unsur-unsur yang abstrak ini berupa suatu pendapat atau doktrin
tentang sesuatu.
 Unsur-unsur dalam suatu sistem saling berhubungan sehingga membentuk
suatu kesatuan yang menyeluruh.
 Hubungan antara unsur-unsur tersebut bersifat permanen. 4. Sistem
memuat tujuan yang ingin dicapai.

2.2.1 Pengertian “Sistem”


“Sistem” memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Satuan bagian/elemen/barang/komponen,
2) Bagian-bagian ini mempunyai fungsi yang unik;
3) keterhubungan dan saling ketergantungan;
4) Keseluruhan harus mencapai tujuan tertentu (system goal).
5) Terjadi di lingkungan yang kompleks (Shore & Voich, 1974)

2.2.2 Pancasila sebagai suatu “SISTEM”


1) Pancasila adalah kesatuan bagian-bagian (yaitu sila Pancasila),
2) Masing-masing sila Pancasila mempunyai fungsinya masing-masing,
3) Masing-masing sila Pancasila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak boleh
saling bertentangan.
4) Keseluruhan sila Pancasila merupakan suatu kesatuan yang sistematik
(kompleks).

2.2.3 Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain :


1) Perlu diketahui bahwa Pancasila merupakan suatu sistem terpadu yang
utuh. Dengan kata lain, jika tidak bulat dan utuh, atau suatu perintah
dipisahkan dari perintah lainnya, maka itu bukan Pancasila.
2) Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat
digambarkan sebagai berikut:
 Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;

5
 Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai
sila 3, 4 dan 5
 Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan
menjiwai sila 4, 5;
 Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan
menjiwai sila 5;
 Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4

2.2.4 Inti sila-sila Pancasila meliputi :


1) Tuhan, yaitu sebagai kausa prima.
2) Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial
3) Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri
4) Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong
Royong.
5) Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang
menjadi haknya.
Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep
kebenaran Pancasila tidak hanya mengacu pada bangsa Indonesia saja tetapi
jugaserta bagi manusia pada umumnya. Wawasan filosofis terdiri dari bidang
atau aspek Penelitian tentang ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ketiga
sekolah ini dimungkinkan dianggap mencakup alam semesta.

2.3 Landasan Ontologis Pancasila


Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki hakikat
sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya
dengan metafisika. Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu?
Apakah realitas yang tampak ini merupakan suatu realitas sebagai wujudnya,
yaitu benda? Apakah ada suatu rahasia di balik realitas itu, sebagaimana yang
tampak pada makhluk hidup? dan seterusnya. Bidang ontologi menyelidiki
tentang makna yang ada (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam
semesta (kosmologi), metafisika. Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai
filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila

6
Pancasila. Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan
asas yang berdiri sendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologis.
Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia. Hal tersebut
dapat dijelaskan bahwa yang berketuhan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan
yang adil dan beradab, yang bersatu, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan
sosial, yang pada hakikatnya adalah manusia. Sedangkan manusia sebagai
pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang
mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani. Sifat
kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta sebagai
makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila
pertama mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila

2.4 Landasan Epistemologis Pancasila


Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat,
susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber
pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu
pengetahuan. Epistemologi adalah ilmu tentang teori terjadinya ilmu atau science
of science. Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam
epistemologi, yaitu:
1. Tentang sumber pengetahuan manusia;
2. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;
3. Tentang watak pengetahuan manusia.
Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya
untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Pancasila
sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem pengetahuan. Ini
berarti Pancasila telah menjadi suatu belief system, sistem cita-cita menjadi suatu
ideologi. Oleh karena itu Pancasila harus memiliki unsur rasionalitas terutama
dalam kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.
Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan
dasar ontologisnya, sehingga dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat
dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Pancasila sebagai suatu obyek

7
pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan dan susunan
pengetahuan Pancasila.
- Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah dipahami bersama
adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai tersebut
merupakan kausa materialis Pancasila.
- Tentang susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan, maka Pancasila
memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila
Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-sila
Pancasila adalah bersifat hirarkis dan berbentuk piramidal.

2.5 Landasan Aksiologis Pancasila


Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang
filsafat nilai Pancasila. Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang
artinya nilai, manfaat, dan logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori.
Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang baik.
Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan
metafisika suatu nilai. Nilai (value dalam bahasa Inggris) berasal dari kata Latin
valere yang artinya kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pada
sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat diartikan sebagai “keberhargaan”
(worth) atau “kebaikan” (goodness). Nilai itu sesuatu yang berguna, nilai juga
mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan, nilai adalah suatu
kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan
manusia (dictionaryof sosiology a related science), nilai itu suatu sifat atau
kualitas yang melekat pada suatu obyek. Ada berbagai macam teori tentang nilai
yaitu:
Max Scheler mengemukakan bahwa nilai ada tingkatannya dan dapat dikelom-
pokkan menjadi empat tingkatan, yaitu:
1) Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat nilai yang mengenakkan dan
nilai yang tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau menderita.
2) Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang penting dalam
kehidupan seperti kesejahteraan, keadilan, dan kesegaran.
3) Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan (geistige
werte) yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun

8
lingkungan. Nilai-nilai semacam ini misalnya, keindahan, kebenaran, dan
pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.
4) Nilai-nilai kerohanian: dalam tingkat ini terdapat moralitas nilai yang suci dan
tidak suci. Nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi (Driyarkara,
1978).
Walter G. Everet menggolongkan nilai-nilai manusia ke dalam delapan
kelompok yaitu:
1) Nilai-nilai ekonomis: ditunjukkan oleh harga pasar dan meliputi semua
benda yang dapat dibeli
2) Nilai-nilai kejasmanian: membantu pada kesehatan, efisiensi dan
keindahan dari kehidupan badan.
3) Nilai-nilai hiburan: nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang dapat
menyumbangkan pada pengayaan kehidupan
4) Nilai-nilai social: bermula dari berbagai bentuk perserikatan manusia.
5) Nilai-nilai watak: keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan social yang
diinginkan.
6) Nilai-nilai estetis: nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni.
7) Nilai-nilai intelektual: nilai-nilai pengetahuan dan pengajaran kebenaran
8) Nilai-nilai keagamaan.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Berfilsafat
adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sedangkan Pancasila
sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain untuk
tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang
mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang mendasar.

3.2 SARAN
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada
pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui sejauh mana kita mempelajari
tentang filsafat, filsafat pancasila, dan pancasila sebagai sistem filsafat. Semoga
dengan makalah ini para pembaca dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Safitri, R. (2021). Konsep Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. OSF Preprints, 1-18.

Mudhofir, A. (1996). Pancasila Sebagai Sistem Kefilsafatan. Jurnal Filsafat, 1(1),

9-13.

11

Anda mungkin juga menyukai