PENYELIDIKAN GEOTEKNIK
Penyelidikan Geoteknik bertujuan untuk mendapatkan data geoteknik yang mewakili
dari suatu area rencana penambangan. Persoalan geoteknik utama pada tambang
terbuka adalah “stabilitas lereng bukaan tambang”. Analisis stabilitas lereng
memerlukan input data tentang 5 faktor yang berpengaruh, yaitu :
Ketiga faktor pertama dari atas, dapat diperoleh dari penyelidikan lapangan dan uji
laboratorium.
Untuk mendapatkan data yang lengkap dan representatif dari suatu tambang,
penyelidikan geoteknik harus direncanakan dengan baik. Dalam konteks ini,
beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan, adalah sebagai berikut:
a. Dalam membuka suatu tambang, volume batuan atau tanah yang dihadapi
adalah sangat besar, yaitu panjang x lebar x kedalaman rencana bukaan
tambang. Dalam konteks geoteknik, artinya, sifat fisik-mekanik batuan yang
dihadapi akan bervariasi sesuai sifat alaminya, yaitu heterogen, diskontinu,
dan unisotrop.
b. Dalam satu jenis/lapisan batuan variasi sifat fisik-mekanik sangat mungkin
terjadi akibat adanya struktur diskontinuitas dan proses pelapukan.
c. Penyelidikan untuk mendapatkan sifat fisik-mekanik ini sebaiknya didasarkan
atas pembagian zone awal (preliminary pit zoning) yang dilakukan pada waktu
penyelidikan struktur geologi. Termasuk memperkirakan sifak fisik-mekanik
dan perkiraan model longsoran yang potensial terjadi untuk masing-masing
sektor.
Kegiatan utama dalam penyelidikan geoteknik untuk mendukung desain atau revisi
desain tambang terbuka adalah “Pengeboran Geoteknik” dan “Pemetaan Geoteknik
Permukaan”.
1
Penyelidikan Geoteknik
I. PENGEBORAN GEOTEKNIK
Pengeboran geoteknik adalah pengeboran inti (core drilling) yang bertujuan untuk
mendapatkan data dan informasi tentang kondisi batuan yang dibor. Persyaratan
utama dalam pengeboran geoteknik adalah mendapatkan inti bor yang utuh, dengan
recovery yang maksimal (jika mungkin Recovery > 90%).
Untuk mendapatkan data geoteknik yang valid dan representatif bagi suatu tambang
atau rencana pengembangan suatu tambang, penentuan rencana titik bor dan
kedalaman pengeboran serta pencapaian Core recovery yang tinggi adalah hal
yang sangat penting.
Berdasarkan model (struktur) geologi dari area tambang atau rencana tambang
umumnya dapat dibagi dalam zone-zone, yang diperkirakan mempunyai kondisi
geologi relatif sama. Dalam kaitan dengan Pit Plan, biasanya zoning ini juga menjadi
pertimbangan dalam menentukan sektor desain. Penentuan jumlah dan pemilihan
lokasi titik bor geoteknik harus mempertimbangkan keterwakilan terkait dengan
pembagian zone atau sektor desain ini.
Di samping itu, rencana penambangan (Pit Plan) yang mencakup luas, bentuk, dan
kedalaman bukaan tambang juga harus menjadi pertimbangan dalam penentuan titik
bor geoteknik. Semua lapisan batuan yang akan membentuk lereng bukaan
tambang harus terwakili oleh titik bor geoteknik yang akan dilakukan.
Untuk mendapatkan core recovery yang baik pada pengeboran geoteknik di daerah
batubara ini, berdasarkan pengalaman dan teori pengeboran, dianjurkan beberapa
hal teknis-praktis sebagai berikut.
2
Penyelidikan Geoteknik
b. Menggunakan “tripple tube core barrel” dengan ukuran minimal NMLC atau
HQ (wire-line syatem).
c. Mata bor (Bit) menggunakan “tungsten carbide” dengan tipe step 2 atau 3,
dengan tungsten-widia berbentuk hexagonal, sebanyak 8 – 10 biji per
lingkaran permukaan Bit.
d. Teknik pengeboran, disarankan untuk mengikuti hal-hal berikut ini;
- Putaran spindle rendah ( ~ 200 rpm).
- Tidak dipaksa ditekan ke bawah untuk tujuan mempercepat penembusan,
namun dilepaskan secara bebas saja.
- Rate of penetration diusahakan konstan pada + 8 inci per menit.
- Air pembilas dengan debit yang cukup + 60 liter per menit, dengan
tekanan ~ 0,2 kgf/cm2. Note: untuk lapisan batuan yang mudah hancur,
misalnya batu pasir lemah, disarankan menggunakan air pembilas yang
agak kental menggunakan campuran air + clay atau bentonite.
a. Deskripsi geoteknik terhadap inti bor, yang disajikan dalam tabel isian
standar.
b. Sampling geoteknik, yaitu mengambil sebagian inti bor untuk uji sifat fisik-
mekanik di laboratorium.
c. Pengamatan/pengukuran level air tanah di dalam lubang bor.
d. Pengujian in-situ di dalam lubang bor, antara lain; uji permeabilitas (packer
test, atau metode lain), bor hole dilatometer test, pemotretan dinding lubang
bor, dan geophysical logging.
e. Pemasangan piezometer (stand pipe, pneumatic, atau elektrik).
Deskripsi geoteknik inti bor, penanganan sample, dan pekerjaan lain, umumnya
harus mengacu kepada SOP dari masing-masing kegiatan tersebut.
Di samping itu, pemetaan geoteknik permukaan ini bisa juga dipandang sebagai
usaha untuk memantau kondisi geoteknik massa batuan dalam rangka verifikasi
data, apakah masih sesuai dan konsisten dengan parameter geoteknik yang
digunakan pada saat desain dibuat. Jika diketahui terdapat perbedaan kondisi
geoteknik yang signifikan, maka analisis ulang dengan menggunakan parameter
3
Penyelidikan Geoteknik
Detil tentang teknis pemetaan geoteknik permukaan, akan dibahas pada Modul
Deskripsi Inti Bor dan Pemetaan Permukaan.