Tahanan gerak per meter ( W ) pada rol tidak berbeban dapat Sistem Pembangian beban sistem loading facility overland conveyor
dihitung ; Sistem pembangkitan dalam sistem ini terbagi menjadi tiga lokasi
pembangkitan
Tarikan pada belt pada conveyor terbagi menjadi 2 yaitu, tarikan
efektif horinzontal, adan tarikan efektif vertical bergantung dari
desain konstruksi yang ada ( mengacu pada data pendukung ).
Dengan memasukan data pada persamaan yang ada.
Untuk tarikan bidang horizontal sebagai berikut.
Vbus ( % of Bus
Nominal kV )
On ground feeder 1 1 unit 90 KW
On ground feeder 2 1 unit 90 KW
On ground feeder 3 1 unit 90 KW
Overland 1 1 unit 315 KW
Penerangan overland 54 unit @
21.6 KW Time ( Sec )
conveyor 1 400Watt
8 unit TL @ 40 Gambar 4.5. Hasil keluaran tegangan pada bus pada pembangkitan III
Penerangan power house 0,32 KW
Watt
c. Keluaran arus tiap generator pada pembangkitan III
Tabel 4.3. Data beban pembangkitan II Generator/Grid Current
Sistem Motor Beban lampu Daya Gen 1 Gen 2 Gen 3
I ( % of FLA )
Overland 2 1 unit 250 KW
Overland 3 1 unit 315 KW
Penerangan Oveland 54 unit @ 400
21.6 KW
conveyor 2 Watt
Penerangan Oveland 54 unit @ 400
21.6 KW
conveyor 3 Watt
8 unit TL @ 40
Penerangan power house 0,32 KW Time ( Sec )
Watt
Gambar 4.6. Hasil keluaran arus generator pada pembangkitan III
Tabel 4.4. Data beban pembangkitan III.
Sistem Motor Beban lampu Daya
d. Keluaran daya reaktif ( MVAR ) tiap generator pada
pembangkitan III
Overland 4 1 unit 315 KW Generator/Grid Reactif Power Output
Barge loading conveyor 1 unit 110 KW
Radial conveyor 1 unit 90 KW Gen 1 Gen 2 Gen 3
Penerangan Oveland 54 unit @ 400
21,6 KW
conveyor 4 Watt
MVAR
Penerangan Barge 12 unit @ 400
4,8 KW
loading conveyor Watt
Penerangan Radial 6 unit @ 400
2,4 KW
conveyor Watt
Penerangan area 12 Unit @ 1000
12 KW Time ( Sec )
dermaga Watt
8 unit TL @ 40 Gambar 4.8. Hasil keluaran daya reaktif generator (MVAR) pada
Penerangan power house 0,32 KW pembangkitan III
Watt
e. Keluaran daya aktif ( MW ) tiap generator pada pembangkitan
4.2. Analisa simulasi program saat kondisi starting motor
III
Generator/Grid Reactif Power Output
Dikarenakan sistem loading facility overland conveyor adalah sistem yang
saling interlocking, sehingga starting motor dimulai dari lokasi pembangkitan Gen 1 Gen 2 Gen 3
III kemudian diteruskan lokasi pembangkitan II, dan lokasi pembangkitan I.
Lokasi Pembangkitan III
1. Saat beban dioperasikan dengan beban penuh
a. Keluaran arus starting motor pada pembangkitan III
MW
PF ( % )
Time ( Sec )
Gambar 4.4. Hasil keluaran arus starting motor pada pembangkitan III
Time ( Sec )
Gambar 4.10. Hasil keluaran Power faktor generator pada pembangkitan III
b. Keluaran tegangan bus pada pembangkitan III Lokasi Pembangkitan II
Bus Voltage 1. Saat beban dioperasikan dengan beban penuh.
I ( % of FLA
MW
Time ( Sec )
2 Gambar 4.16. Hasil keluaran daya aktif generator (MW) pada
Time ( Sec ) pembangkitan II
Gambar 4.11. Hasil keluaran arus starting motor pada pembangkitan II
f. Keluaran Power faktor tiap generator pada pembangkitan II
b. Keluaran tegangan bus pada pembangkitan II Generator/Grid Power Factor
Bus voltage
Vbus ( % of Bus Nominal
PF (%)
kV )
Motor current
I ( % of FLA )
Overland 1 OGF 1
I ( % of FLA )
Time ( Sec )
Gambar 4.13. Hasil keluaran arus tiap generator pada pembangkitan II
Overland 1 OGF1
MVAR
Vbus ( % of Bus
Nominal kV )
Time ( Sec )
Gambar 4.15. Hasil keluaran daya reaktif generator (MVAR)
pembangkitan II
Time ( Sec )
Gambar 4.19. Hasil keluaran tegangan bus pada pembangkitan I
e. Keluaran daya aktif ( MW) tiap generator pada pembangkitan c. Keluaran arus pada tiap generator pada pembangkitan I
II
Generator/Grid Real Power Output Generator/Grid current
I ( % of FLA )
Pembangkitan II
Motor Arus Saat Kondisi
starting Normal
Overland conveyor 3 2010,6 A 572,0 A
Overland conveyor 2 1598.1 A 453,5 A
Pembangkitan I
Time ( Sec ) Motor Arus Saat Kondisi
Gambar 4.20. Hasil keluaran arus tiap generator pada pembangkitan I starting Normal
Overland conveyor 1 2053,0 A 553,6 A
d. Keluaran daya reaktif ( MVAR ) tiap generator pada On ground feeder 1 628,5 A 160,4 A
pembangkitan I Pemakaian daya generator saat kondisi starting motor pada masing-
masing pembangkitan. Saat kondisi starting motor beban lampu
Generator/Grid Reactif Power Output dalam pengoperasiannya tidak dinyalakan terlebih dahulu,
Tabel 4.6. Tabel hasil simulasi program pemakaian daya generator
Gen 1 Gen 2 Gen 3
saat starting motor pada pembangkitan III
Pembangkitan III
MVAR
Generator/Grid Real Power Output Tabel 4.7. Tabel hasil simulasi program pemakaian daya generator
Gen 1 Gen 2 Gen 3 saat starting motor pembangkitan II
Pembangkitan II
Generator I Generator II Generator III
Motor
P Q P Q P Q
MW MVAR MW MVAR MW MVAR
MW
Overland
0.147 0.335 0.147 0.335 0.147 0.335
conveyor 3
Overland
0.221 0.321 0.221 0.321 0.221 0.321
conveyor 2
Time ( Sec ) Tabel 4.8. Tabel hasil simulasi program pemakaian daya generator
Gambar 4.23. Hasil keluaran daya generator (MW) pada pembangkitan I saat starting motor pembangkitan I
Pembangkitan I
Generator I Generator II Generator III
f. Keluaran Power faktor tiap generator pada pembangkitan II Motor
P Q P Q P Q
MW MVAR MW MVAR MW MVAR
Generator/Grid Power Factor Overland
0.133 0.345 0.133 0.345 0.133 0.345
conveyor 1
Gen 1 Gen 2 Gen 3 On ground
0.160 `0.169 0.160 `0.169 0.160 `0.169
feeder 1
5.2. Saran
1. Diperlukan penambahan UPS pada sistem kontrol guna menjaga
kinerja program PLC agar tidak terjadi Blanking program akibat
drop tegangan sesaat pada waktu starting motor.
2. Penambahan capasitor bank sangat diperlukan untuk menaikan
cos Q saat starting motor overland conveyor.
DAFTAR PUSTAKA