Anda di halaman 1dari 6

PERHITUNGAN KAPASITAS TOTAL DAYA PADA SISTEM LOADING FACILITY

OVERLAND CONVEYOR BATU BARA DI SUNGAI PUTING RANTAU – KALIMANTAN


SELATAN
Langgeng Pangestu

Jurusan Teknik Elektro - FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember


Kampus ITS, Keputih - Sukolilo Surabaya – 60111

Abstrak: Loading facility overland conveyor terdiri dari


beberapa sistem peralatan yang berfungsi sebagai media pemindah
material ( batu bara ) dari lokasi stock pile menuju ke jetty, dimana
dalam proses pemindahannya menggunakan penggerak motor induksi.
Motor induksi dikopel dengan reducer yang terhubung dengan shaft
drum pulley sehingga putaran dari motor dapat menggerakkan belt
conveyor.
Tugas akhir akhir ini menyajikan perhitungan pemilihan daya
motor dengan pendekatan perhitungan secara mekanis, kemudian daya
motor ditentukan berdasarkan kataloq motor type marelli yang ada Gambar 2.1. Kurva karakteristik arus starting torsi start.
dengan mempertimbangakan safety factor. Kemudian menganalisa
arus starting, daya yang terpakai saat motor dibebani, dan Id = Arus start saat motor terhubung koneksi delta.
mengestimasi pemakaian daya saat beban normal steady state. Cd = Torsi start saat motor terhubung koneksi delta.
Id = Arus start dengan current limit dari soft stater.
Cd1 = Torsi start dengan soft stater.
I. PENDAHULUAN
Cr = Torsi nominal motor.
Loading facility overland conveyor merupakan susunan plant
tidak permanen yang di gerakan oleh beberapa motor induksi. Batu
2.3. Generator sinkron/Alternator
bara yang telah ditambang dan dipecah dari lokasi open pit di bawa
Adalah mesin sinkron yang digerakkan oleh sebuah prime mover
menuju ke tempat penampungan (stock pile), dari stock pile batu
yang mengkonversi energi dari energi mekanik dirubah menjadi
bara kemudian dibawa menuju ke dermaga untuk ditampung di kapal
energi listrik. Prime mover yang digunakan adalah mesin diesel.
penampung (tongkang). Pendistribusian batu bara dari stock pile
menuju dermaga dilakukan menggunakan system loading facility III. PERHITUNGAN DAN HASIL ANALISA
overland conveyor, dan kebutuhan daya listrik dipikul sepenuhnnya
oleh sistem pembangkitan generator yang dikopel dengan prime Dari data pendukung yang ada dengan mengacu pada desain
mover mesin diesel. ditentukan pemilihan daya motor dengan menggunakan pendektan-
Pemilihan daya motor untuk pengerak belt conveyor dengan pendekatan perhitungan secara mekanis dengan mempertimbangkan
memperhitungkan rugi-rugi mekanis mengacu pada desain yang ada rugi-rugi mekanis, kemudian dengan menganalisa hasil keluaran arus
sangat menentukkan besarnya kebutuhan daya dari generator yang saat kondisi starting motor dan saat kondisi beban normal dengan
terpakai saat kondisi starting motor dan beban normal dengan simulasi program Etap.
kondisi conveyor dalam keadaan normal tidak mengalami gangguan Urutan langkah-langkah sebagai berikut metodelogi.
operasional.
II. TEORI PENUNJANG

2.1 Belt conveyor


Merupakan sistem yang terdiri dari beberapa komponen
diantaranya antara lain :
Kerangka/frame, Drive pulley, Belt, Idler, Alat transmisi, Take up.

2.2. Motor induksi


Starting motor induksi
Pemilihan metode starting motor sangat menentukan keawetan dari
segi konstruksi mekanis karena impact beban yang besar bisa
mengakibatkan impact mekanis
Berikut merupakan kurva karakteristik arus dan torsi beban dari
beberapa metode starting pada motor induksi .
1. . Grafik penunjukkan current limiting

Gambar 4.1. Flowchart Metodologi


3.1. Menentukan pemilihan daya motor

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS


1
Memperhitungkan luasan bidang dari belt
Luas bidang permukaan didapatkan dengan jalan mengilustrasikan
kondisi material curah dalam keadaan beban penuh, ini bertujuan
untuk mendapatkan luas bidang maksimum. Akan tetapi kenyatan Tarikan efektif total adalah
yang ada dilapangan kondisi luas bidang permukaan tidak semua kemudian dengan menggunakan persamaan berikut didapatkan
maksimum. tarikan efektif total dari belt (Wo)

Dengan diketahuinya tarikan efektif total pada belt, maka daya


motor untuk menggerakkan conveyor dapat dicari dengan
menggunakkan persamaan berikut.

Gambar 4.2. Luasan bidang material belt conveyor


Jika efesiensi transmisi pada reducer diperhitungkan maka
persamaan daya motor menjadi.
Standar tekukan pada belt seperti ditunjukkan pada gambar 4.2 pada
posisi a – b dalam desain ditentukan 1/9 dari lebar belt sehingga.
Dari hasil pendekatan perhitungan mekanis didapatkan total daya
Total Luas permukaan FTotal ;
motor untuk masing masin sistem conveyor.

Tabel.4.1. Data daya motor hasil perhitungan


Kecepatan Pemilihan
Kapasitas pada conveyor telah di desain Sebesar 1000 Ton/Jam Daya motor
daya motor Faktor
dengan dengan beban yang dipindah adalah beban material curah No. Bagian hasil
disesuaikan keamanan
batu bara dengan massa jenis ( density ) dari material sebesar 0.86 perhitungan
kataloq motor
Ton/M3, sehingga Kecepatan ( V ) dihitung berdasarkan Overland
1. 218,44 KW 315 KW 1,4
Conveyor 1
Overland
2. 202,20 KW 250 KW 1,2
Rugi-rugi mekanis Conveyor 2
Berat belt ( ) pada conveyor yang dihitung dalam ukuran per Overland
3. 214,02 KW 315 KW 1,4
meter panjang, Conveyor 3
Overland
4. 205,18 KW 315 KW 1,5
Conveyor 4
harga saat roller ditumpu oleh beban batu bara Barge
5. Loading 83,74 KW 110 KW 1,3
Conveyor
harga pada roller tanpa beban ( return roller ) Radial
6. Stacker 59,67 KW 90 KW 1,5
Conveyor
Tahanan gerak permeter ( W ) pada rol berbeban saat terjadi 7.
On Ground
57,10 KW 90 KW 1,5
pembebanan Feeder 1
On Ground
8. 57,10 KW 90 KW 1,5
Feeder 2
tahanan gerak ( W ) pada rol berbeban On Ground
9. 57,10 KW 90 KW 1,5
Feeder 3

Tahanan gerak per meter ( W ) pada rol tidak berbeban dapat Sistem Pembangian beban sistem loading facility overland conveyor
dihitung ; Sistem pembangkitan dalam sistem ini terbagi menjadi tiga lokasi
pembangkitan
Tarikan pada belt pada conveyor terbagi menjadi 2 yaitu, tarikan
efektif horinzontal, adan tarikan efektif vertical bergantung dari
desain konstruksi yang ada ( mengacu pada data pendukung ).
Dengan memasukan data pada persamaan yang ada.
Untuk tarikan bidang horizontal sebagai berikut.

Untuk tarikan bidang vertikal sebagai berikut.

Gambar 4.5. Single line diagram Pembangkitan


Berikut
ditentukan dalam desain merupakan data beban dari masing-masing pembangkitan

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS


2
Tabel 4.2. Data beban pembangkitan I Radial conv. BLC Overland 4
Sistem Motor Beban lampu Daya

Vbus ( % of Bus
Nominal kV )
On ground feeder 1 1 unit 90 KW
On ground feeder 2 1 unit 90 KW
On ground feeder 3 1 unit 90 KW
Overland 1 1 unit 315 KW
Penerangan overland 54 unit @
21.6 KW Time ( Sec )
conveyor 1 400Watt
8 unit TL @ 40 Gambar 4.5. Hasil keluaran tegangan pada bus pada pembangkitan III
Penerangan power house 0,32 KW
Watt
c. Keluaran arus tiap generator pada pembangkitan III
Tabel 4.3. Data beban pembangkitan II Generator/Grid Current
Sistem Motor Beban lampu Daya Gen 1 Gen 2 Gen 3

I ( % of FLA )
Overland 2 1 unit 250 KW
Overland 3 1 unit 315 KW
Penerangan Oveland 54 unit @ 400
21.6 KW
conveyor 2 Watt
Penerangan Oveland 54 unit @ 400
21.6 KW
conveyor 3 Watt
8 unit TL @ 40
Penerangan power house 0,32 KW Time ( Sec )
Watt
Gambar 4.6. Hasil keluaran arus generator pada pembangkitan III
Tabel 4.4. Data beban pembangkitan III.
Sistem Motor Beban lampu Daya
d. Keluaran daya reaktif ( MVAR ) tiap generator pada
pembangkitan III
Overland 4 1 unit 315 KW Generator/Grid Reactif Power Output
Barge loading conveyor 1 unit 110 KW
Radial conveyor 1 unit 90 KW Gen 1 Gen 2 Gen 3
Penerangan Oveland 54 unit @ 400
21,6 KW
conveyor 4 Watt

MVAR
Penerangan Barge 12 unit @ 400
4,8 KW
loading conveyor Watt
Penerangan Radial 6 unit @ 400
2,4 KW
conveyor Watt
Penerangan area 12 Unit @ 1000
12 KW Time ( Sec )
dermaga Watt
8 unit TL @ 40 Gambar 4.8. Hasil keluaran daya reaktif generator (MVAR) pada
Penerangan power house 0,32 KW pembangkitan III
Watt
e. Keluaran daya aktif ( MW ) tiap generator pada pembangkitan
4.2. Analisa simulasi program saat kondisi starting motor
III
Generator/Grid Reactif Power Output
Dikarenakan sistem loading facility overland conveyor adalah sistem yang
saling interlocking, sehingga starting motor dimulai dari lokasi pembangkitan Gen 1 Gen 2 Gen 3
III kemudian diteruskan lokasi pembangkitan II, dan lokasi pembangkitan I.
Lokasi Pembangkitan III
1. Saat beban dioperasikan dengan beban penuh
a. Keluaran arus starting motor pada pembangkitan III
MW

Pada pengoperasiannya delay waktu starting motor satu dengan motor


lainnya adalah selama 3 menit yang digerakan secara otomatis oleh
program PLC dengan jaringan fiber optic, ini difungsikan agar gerakan
belt normal. Time ( Sec )
Akan tetapi dalam hasil simulasi diilustrasikan delay waktu starting Gambar 4.9. Hasil keluaran daya reaktif generator (MW) pada
antar motor didelay selama 2 detik, ini bertujuan untuk mempermudah pembangkitan III
pembacaan hasil keluaran.
Motor current f. Keluaran power faktor generator pada pembangkitan III
Radial conv. BLC Overland 4 Generator/Grid Reactif Power Output

Gen 1 Gen 2 Gen 3


I ( % of FLA )

PF ( % )

Time ( Sec )
Gambar 4.4. Hasil keluaran arus starting motor pada pembangkitan III
Time ( Sec )
Gambar 4.10. Hasil keluaran Power faktor generator pada pembangkitan III
b. Keluaran tegangan bus pada pembangkitan III Lokasi Pembangkitan II
Bus Voltage 1. Saat beban dioperasikan dengan beban penuh.

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS


3
a. Keluaran arus starting motor pada pembangkitan II
.Motor current Gen 1 Gen 2 Gen 3
Overland 3 Overland

I ( % of FLA

MW
Time ( Sec )
2 Gambar 4.16. Hasil keluaran daya aktif generator (MW) pada
Time ( Sec ) pembangkitan II
Gambar 4.11. Hasil keluaran arus starting motor pada pembangkitan II
f. Keluaran Power faktor tiap generator pada pembangkitan II
b. Keluaran tegangan bus pada pembangkitan II Generator/Grid Power Factor
Bus voltage
Vbus ( % of Bus Nominal

Overland 3 Overland 2 Gen 1 Gen 2 Gen 3

PF (%)
kV )

Time ( Sec ) Time ( Sec )


Gambar 4.12. Hasil keluaran tegangan bus pada pembangkitan II Gambar 4.17. Hasil keluaran power faktor generator pada pembangkitan II

c. Keluaran arus pada tiap generator pada pembangkitan II Lokasi Pembangkitan I


Generator/Grid current 1. Saat beban dioperasikan dengan beban penuh.

Gen 1 Gen 2 Gen 3 a. Keluaran arus starting motor pada pembangkitan I

Motor current
I ( % of FLA )

Overland 1 OGF 1
I ( % of FLA )

Time ( Sec )
Gambar 4.13. Hasil keluaran arus tiap generator pada pembangkitan II

d. Keluaran daya reaktif ( MVAR ) tiap generator pada


Time ( Sec )
pembangkitan II Gambar 4.18. Hasil keluaran arus starting motor pada pembangkitan II
Generator/Grid Reactive Power Output b. Keluaran tegangan bus pada pembangkitan I
Gen 1 Gen 2 Gen 3 Bus voltage

Overland 1 OGF1
MVAR

Vbus ( % of Bus
Nominal kV )

Time ( Sec )
Gambar 4.15. Hasil keluaran daya reaktif generator (MVAR)
pembangkitan II
Time ( Sec )
Gambar 4.19. Hasil keluaran tegangan bus pada pembangkitan I

e. Keluaran daya aktif ( MW) tiap generator pada pembangkitan c. Keluaran arus pada tiap generator pada pembangkitan I
II
Generator/Grid Real Power Output Generator/Grid current

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS


4
starting Normal
Gen 1 Gen 2 Gen 3 Radial stacker Conveyor 567,9 A 165,3 A
Barge loading Conveyor 688,0 A 279,3 A
Overland conveyor 4 2010,6 A 561,8 A

I ( % of FLA )
Pembangkitan II
Motor Arus Saat Kondisi
starting Normal
Overland conveyor 3 2010,6 A 572,0 A
Overland conveyor 2 1598.1 A 453,5 A

Pembangkitan I
Time ( Sec ) Motor Arus Saat Kondisi
Gambar 4.20. Hasil keluaran arus tiap generator pada pembangkitan I starting Normal
Overland conveyor 1 2053,0 A 553,6 A
d. Keluaran daya reaktif ( MVAR ) tiap generator pada On ground feeder 1 628,5 A 160,4 A
pembangkitan I Pemakaian daya generator saat kondisi starting motor pada masing-
masing pembangkitan. Saat kondisi starting motor beban lampu
Generator/Grid Reactif Power Output dalam pengoperasiannya tidak dinyalakan terlebih dahulu,
Tabel 4.6. Tabel hasil simulasi program pemakaian daya generator
Gen 1 Gen 2 Gen 3
saat starting motor pada pembangkitan III

Pembangkitan III
MVAR

Generator I Generator II Generator III


Motor
P Q P Q P Q
MW MVAR MW MVAR MW MVAR
Radial
stacker 0.054 0.111 0.054 0.111 0.054 0.111
Conveyor
Time ( Sec ) Barge
Gambar 4.22. Hasil keluaran daya generator (MVAR) pada pembangkitan loading 0.095 0.149 0.095 0.149 0.095 0.149
I Conveyor
e. Keluaran daya aktif ( MW ) tiap generator pada Overland
0.206 0.365 0.206 0.365 0.206 0.365
conveyor 4
pembangkitan I

Generator/Grid Real Power Output Tabel 4.7. Tabel hasil simulasi program pemakaian daya generator
Gen 1 Gen 2 Gen 3 saat starting motor pembangkitan II
Pembangkitan II
Generator I Generator II Generator III
Motor
P Q P Q P Q
MW MVAR MW MVAR MW MVAR
MW

Overland
0.147 0.335 0.147 0.335 0.147 0.335
conveyor 3
Overland
0.221 0.321 0.221 0.321 0.221 0.321
conveyor 2

Time ( Sec ) Tabel 4.8. Tabel hasil simulasi program pemakaian daya generator
Gambar 4.23. Hasil keluaran daya generator (MW) pada pembangkitan I saat starting motor pembangkitan I
Pembangkitan I
Generator I Generator II Generator III
f. Keluaran Power faktor tiap generator pada pembangkitan II Motor
P Q P Q P Q
MW MVAR MW MVAR MW MVAR
Generator/Grid Power Factor Overland
0.133 0.345 0.133 0.345 0.133 0.345
conveyor 1
Gen 1 Gen 2 Gen 3 On ground
0.160 `0.169 0.160 `0.169 0.160 `0.169
feeder 1

Saat beban dioperasikan dengan beban meterial batubara dalam


kondisi conveyor sudah berjalan normal (steady state).
PF ( % )

Tabel 4.9. Tabel hasil simulasi program pemakaian daya generator


saat normal hasil perhitungan pada pembangkitan III
Generator I
Time ( Sec )
Gambar 4.24. Hasil keluaran power faktor generator pada pembangkitan I P Q S Cos Q

( MW) ( MVAR) ( MVA)


Dari uraian hasil simulasi program diatas, Arus starting pada
0.432 0.197 0.474 0.90 lagging
masing-masing pembangkitan dapat ditunjukkan pada tabel berikut
Tabel 4.10. Tabel hasil simulasi program pemakaian daya generator
Tabel 4.5 Hasil dari simulasi program arus starting motor . saat normal (beban penuh) pembangkitan II
Pembangkitan III
Motor Generator I
Arus Saat Kondisi

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS


5
P Q S Cos Q [1] Arie Joewono, “ Kapasitas dan Daya Pada Conveyor “ Diktat
kuliah Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh
( MW) ( MVAR) ( MVA) November “,
0.250 0.125 0.279 0.89 lagging [2] CEMA ( Conveyor Equipment Manufacturers Assosiation ) “
Belt Conveyor for Bulk Material “ Edisi ke 5. 6724 Lone Oak
Tabel 4.11. Tabel hasil simulasi program pemakaian daya generator BLVD. Naples. Florida. Juli 2002 .
saat normal (beban penuh) pembangkitan II [3] A. Spivakovsky and V. Dyachkovsky “ Conveyor and Related
Generator II
Equipment “ Moskow Translated Russian by Don Danemanis,
1997.
P Q S Cos Q [4] Schneider Electric Indonesia, “ Cataloque Soft Start ATS48 “
( MW) ( MVAR) ( MVA)
Version 1.10. Jakarta 2007.
[5] Marelli Induction Motor Cataloque “ Three Phase Squirrel
0.250 0.100 0.269 0.92 lagging Cage Induction Motors “ 36071. Arzignano ( VI ). Italy. 2007.
[6] Zuhal “ Dasar Tenaga Listrik “ Penerbit Institute Teknologi
Tabel 4.12.. Tabel hasil simulasi program pemakaian daya Bandung. Cetakan ke 2, 1991.
generator saat normal hasil perhitungan pada pembangkitan I [7] Hugh D. Young, Roger A. Freedman. “ Fisika Universitas “
Generator I Penerbit Erlangga. Edisi ke 10. Jakarta. 2002.
[8] James G. Stallcup “ Motors and transformer “ American
P Q S Cos Q
Technical Publisher. 1987
( MW) ( MVAR) ( MVA) [9] George B. Rutkowski, Jerome E. Oleyksy “ Solid-State
Electronic “ Fourth Edition. California. 1992.
0.431 0.197 0.473 0.90 lagging
[10] Sukisno “ Diktat Kuliah Elektronika Daya “ Jurusan Teknik
V. KESIMPULAN Elektro ITB. Bandung. 1999.
[11] Engineering Design Conveyor. PT. HASNUR JAYA UTAMA.
5.1. Kesimpulan Surabaya. 2008.
1. Pemilihan daya motor untuk penggerak conveyor didasarkan
pada pendekatan-pendekatan perhitungan mekanis dari desain
yang ada, kemudian dari hasil perhitungan ditentukan daya BIODATA PENULIS
motor yang dipilih berdasarkan kataloq motor yang dipakai
dengan mempertimbangkan faktor keamanan pada motor Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Mei 1982 di
terhadap beban yang dipikul. kota Lumajang. Mulai menempuh pendidikan
2. Dari hasil analisa simulasi Etap ditunjukkan bahwa arus saat awal di TK Kartini II Jember pada tahun 1988,
starting motor mengalami kenaikkan yang sangat tinggi, ini mulai menempuh pendidikan dasar di SDN
disebabkan karena nilai reaktansi XrLr (reaktansi locked rotor) Kepatihan VIII Cantikan-Jember. Pada tahun
memiliki harga yang lebih rendah, dibandingkan nilai XrFl 1994 melanjutkan pendidikan SLTPN 01
(reaktansi Full load) dan nilai RrLr (resistansi locked rotor) yang Jember, dan tahun 1997 melanjutkan pendidikan
lebih tinggi dibandingkan nilai RrFl (resistansi Full load). SMUN 5 Jember.
3. Dari hasil analisa simulasi Etap pengaruh slip pada motor sangat
mempengaruhi terhadap nilai arus dan nilai Torsi gerak pada Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan Diploma III di
motor. Program Studi Teknik Elektro Universitas Jember dan penulis
4. Saat starting untuk motor Overland conveyor diperlukan 3 menyelesaikan pendidikan Diploma III pada tahun 2003. Setelah itu
genset untuk mensuplai kebutuhan daya saat starting, akan tetapi penulis mulai meniti karier pada bidang Mekanikal dan Elektrikal
saat kondisi beban sudah normal hanya 1 genset yang pada perusahaan swasta.
dioperasikan untuk memenuhi kebutuhan operasional untuk Kemudian pada tahun 2007 penulis kemudian melanjutkan Studi ke
pembangkitan III dan pembangkitan I, sedangkan untuk jenjang Strata 1 di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi
pembangkitan II dibutuhkan 2 unit generator dalam Industri Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, kemudian
pengopersiannya. penulis memilih Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga.
5. Hasil load flow mempresentasikan kondisi beban normal hasil
dari perhitungan, akan tetapi dalam pengoperasiaanya beban
batu bara yang dipikul oleh motor tidak selamanya dalam
kondisi penuh di dalam belt dikarenakan bergantung pada
kinerja dari alat berat yang beroperasi di area stock pile.

5.2. Saran
1. Diperlukan penambahan UPS pada sistem kontrol guna menjaga
kinerja program PLC agar tidak terjadi Blanking program akibat
drop tegangan sesaat pada waktu starting motor.
2. Penambahan capasitor bank sangat diperlukan untuk menaikan
cos Q saat starting motor overland conveyor.
DAFTAR PUSTAKA

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS


6

Anda mungkin juga menyukai